Anda di halaman 1dari 14

Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia seringkali dipercaya
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami infeksi bakteri.
1

Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti proses lobar atau
lobuler, alveolar, atau intertisial. Tetapi klasifikasi pneumonia infeksius atas
dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostic atau terapeutik lebih
relevan
2

Bronkopneumonia merupakan inflamasi pada paru yang dimulai pada
bagian terminal bronkial yang terisi dengan eksudat mukopurulen menimbulkan
bercak konsolidasi pada lobus yang berhubungan. Bronkopnemonia disebut juga
lobular pneumonia.
3


2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun.
1
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang
sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor
7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di
Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat
pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

2
ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati,
maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi
saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi
dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8
% kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H.
Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi
nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180
pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia
komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat per tahun.
1

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, pneumonia yang terjadi pada
balita berdasarkan laporan 26 provinsi, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi
berturut-turut adalah provinsi Nusa Tenggara Barat 56,50%, Jawa Barat 42,50%
dan Kepulauan Bangka Belitung 21,71%. Sedangkan cakupan terendah adalah
provinsi DI Yogyakarta 1,81%, Kepulauan Riau 2,08%, dan NAD 4,56%.3Profil
Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2004 prevalensi ISPA (97,9 %) dan di kota
Makasar (29,47%).
4


3. Etiologi
1,2

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi,
gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab
pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan
bakteri gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih beeasr dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh
infeksi Streptococus pneumoniae, Haemophillus inflienzae tipe B, dan
Staphylococcusaureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain
bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

3
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus,
disamping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dkk. Melakukan
penelitian pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus sebanyak 32%,
campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%. Virus yang terbanyak
ditemukan adalah Respiratory Syncytical Virus ( RSV ), Rhinovirus, dan virus
Paraifluenza. Kelompok anak usia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi
bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia di bawah 2 tahun.
Secara klinis, umumya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan
pneumonia virus. Demikian juga dengan pemerikksaan radiologis dan
laboratorium, biasanya tidak dapat menentukan etiologi.
1


Usia

Etiologi yang sering

Etiologi yang jarang


Lahir 20 hari
Bakteri
E.colli
Sreptococcus
group B
Listeria
Monocytogenes
Bakteri
Bakteri anaerob
Streptococcus group
D
Haemophillus
influenza
Streptococcus
pneumoniae
Ureaplasma
urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes
simpleks




3 minggu 3
bulan
Bakteri
E.colli
Sreptococcus
group B
Listeria
Monocytogenes
Bakteri
Bordetella pertussis
Hamophillus
influenza tipe B
Moraxella
catharallis
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

4
Virus
Virus Adeno
Virus Influenza
Virus
Parainfluenza
1,2,3
Repiratory
Syncytial virus
Staphylococcus
aureus
Ureaplasma
urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo






4 bulan - 5
tahun
Bakteri
Chlamydia
trachomatis
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae
Virus
Virus adeno
Virus influenza
Virus
parainfluenza
Virus rino
Repiratory
Syncytial virus
Bakteri
Hamophillus
influenza tipe B
Moraxella
catharallis
Neisseria
meningitidis
Staphylococcus
aureus
Virus
Virus varisella
zoster





5 tahun
remaja
Bakteri
Chlamydia
trachomatis
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae


Bakteri
Hamophillus
influenza tipe B
Legionella sp
Staphylococcus
aureus
Virus
Virus adeno
Virus Epstein Barr
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

5
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Repiratory Syncytial
virus
Virus varisella
zoster

4. Faktor Resiko
7

Faktor resiko definitif
o Malnutrisi (z-score <-2)
o BBLR (2500g)
o ASI tidak eksklusif (dalam 4 bulan pertama)
o Tidak vaksin measles (dalam 12 bulan pertama)
o Polusi udara dalam ruangan
o Keramaian
Faktor resiko yang memungkinkan
o Orang tua yang merokok
o Defisiensi zinc
o Orang tua sebagai perawat penyakit kontaminan (diare,
asthma)
Faktor resiko lain
o Udara lembab/dingin
o Defisiensi vitamin A
o Polusi udara

5. Pathogenesis
Umumnya mikroorganime penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel
PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

6
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin
semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi
proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi , fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan
tetap normal.
Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan
penyakit, shingga stadium khas yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi.
Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu bila
dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae biasanya
bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapang paru
(bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi
pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses kecil sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil karena
Staphylococcus aureus meghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin,
lekosidin, stafilokinase , dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan
nekrosis, perdarahan dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma
dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin,
sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi
koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak menghasilkan
koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat
menetap hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih
lanjut.

6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di RS.
1

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada
anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab
yang luas, gejala klinik yang kadang kadang tidak khas terutama pada bayi,
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

7
terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang
relatif lebih sering, dan faktor patogenesis.
1

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti muntah atau diare; kadang-
kadang ditemukan geala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara nafas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi pada neonatus dan baik kecil
gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada
perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
1

a) Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
1

Pneumonia pada neonatus sering kali terjadi akibat transmisi
vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi
terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya
melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari servix ibu. Infeksi
dapat berasal dari kimtaminasi dengan sumber infeksi dari RS (hospital-
acquired pneumoni). Disamping itu dapat terjadi akibat kontaminasi
dengan sumber infeksi dari masyarakat (community-acquired
pneumonia).
Gambaran pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas,
mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, nafas cuping hidung,
takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi,
retraksi subkosta, dan demam. Ada bayi BBLR sering terjadi hipotermi.
Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan antara sepsis dan meningitis.
Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil sering ditemukan
sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju,
yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan di negara
berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap
kemungkinan adanya pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia
dibawah 2 bulan harus segera dirawat di RS.
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

8
Infeksi oleh Chamydia trachomatis merupakan infeksi perinatal
dan dapat menyebabkan pneumonia pada bayi berusia dibawah 2 bulan.
Umumnya bayi mendapatkan infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port
dentree infeksi meliputi mata, nasofaring, saluran respiratori, dan vagina.
Gejala timbul pada usia 4-12 minggu. Gejala umum ; gejala infeksi
respiratori ringan-sedang, ditandai dengan batuk-batuk stacatto
(inspirasi diantara setiap satu kali batuk), kadang kadang disertai
muntah, umumnya pasien tidak demam. Beberapa kasus infeksi
berkembang menjadi pneumonia berat (sindrom pneumonitis) dan
memerlukan perawatan. Gejala klinis meliputi ronki atau mengi, takipnea,
dan sianosis. Gambaran foto rontgen thoraks tidak khas, umumnya
terlihat tandatanda hiperinflasi bilateral dengan berbagai bentuk
infiltrat difus, seperti infiltrat iinterstisial, retikulonoduler, atelektasis,
bronkopneumonia, dan gambarn milier. Antibiotik pilihan adalah
makrolid intravena.
b) Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar
1

Pada anak yang lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumonae
merupakan etiologi pneumonia atipik yang cukup signifikan. Keluhan
meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, kadang
kadang keluhan gastrointestinal. Secara klinis ditemukan gejala- gejala
respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta, nafas cuping hidung, ronki
dan sianosis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada
sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya
ditemkan bila ada infiltrat alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan
gejala pneumonia yang bermakna. Bila terjadi efusi pleura atau empiema
gerakan dada tertinggal di daerah efusi. Gaerakan dada juga akan
tergnggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura
bertambah, sesak nafas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura
semakin berkurang dan berubah menjadi nyeri tumpul.
Kadang kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia
lobus kanan bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen
dapat menyebar ke kuadran kanan bawah menyerupai apendisistis.
Abdomen mengalami distensi kibat dilatasi lambung yang disebabkan
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

9
oleh aerofagi atau ileus paralitik. Hati mungkin teraba karena tertekan
oleh difragma, atau memang membesar karena terjadi gagal jantung
kongestif sebagai komplikasi pneumonia.
1


7. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
1

Pada pneumonia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam baas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada
pneumonia bakteri didapatkan leukositosis ( 15.000 40.000/mm
3
).
Dengan prdominan PMN. Leukopenia ( < 5000/mm
3
) menunjukkan
prognosis yang buruk. Pada infeksi Chlamydia kadang kadang
ditemukan eosinofilia. Pada efusi pleura didapatkan sel PMN pada cairan
eksudat berkisar 300-100.000/mm
3
, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa
relatigf lebih rendah daripada glukosa darah. Kadang kadang terdapat
anemia ringan dan LED yang meningkat. Secara umum hasil peneriksaan
darah perifer lengkap tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan
bakteri secara pasti.
B. C-Reactive Protein (CRP)
1

CRP adalah suatu protein fase akut yang disisntesis oleh hepatosit.
Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat
distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF. Meskipun fungsi
pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam
opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak.
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan bakteri, atau infeksi
superfisialis atau profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi
virus atau infeksi superfisialis daripada profunda.
C. Uji Serologis
1

Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Secara umum,
ui serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri
tipik, namun bakteri atipik sepert Mycoplasma dan chlamydia tampak
peningkatan anibodi IgM dan IgG.
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

10
D. Pemeriksaan Mikrobiologis
1

Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat iambil dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau
aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari
darah, cairan pleura, atau aspirasi paru. Kultur darah jarang positif pada
infeksi Mycoplasma dan Chlamydia,
E. Pemeriksaan Rontgen Toraks
1,5

Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :
a. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan
bronkovaskuler, peribronchial cuffing dan hiperaerasi
b. Infiltrat alveoler, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus
(pneumonia lobaris), atau terlihat sebagai lesi tunggal yang
biasanya cukup besar, berbentuk sferis, batas tidak terlalu tegas,
menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia
c. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata
pada kedua paru, berupa bercak bercak infiltrat yang meluas
hingga ke daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan
corakan peribronkial.
Gambaran radiologis pneumonia meliputi infiltrat ringan pada satu paru
hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu penelitian, ditemukan
bahwa lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan,
terutama di lobus atas. Bila ditemukan di paru kiri dan terbanyak di lobus
bawah, hal itu merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat
dengan resiko terjadinya pleuritis lebih besar.

Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

11


8. Diagnosis
Diagnosis etiologi berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan / atau
serologis merupakan dasar terpi yang optimal. Akan tetapi penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorim yang memadai.
Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih
dari satu gejala respiratori sebagai berikut : takipnea, batuk, nafas cuping
hidung, retraksi, ronki dan suara nafas melemah serta didukung oleh
gambaran radiologis.
1

Akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita,
maka dalam upaya peanggulangannya WHO mengembangkan pedoman
diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang sederhana.
Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut.
1

Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
o Pneumonia berat
Bila ada sesak nafas
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

12
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
o Pneumonia
Bila tidak ada sesak nafas
Ada nafas cepat dengan laju nafas
> 50 x / menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun
> 40 x / menit untuk anak usia >1-5 tahun
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
o Bukan pneumonia
Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan
pengobatan simptomatis seperti penurun panas.
Bayi berusia dibawah 2 bulan
o Pneumonia harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bila ada nafas cepat ( > 60 x / menit ) atau sesak nafas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
o Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

9. Tatalaksana
1

Sebagian pneumoni pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis,
distres pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada penyakit dasar
yang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien.
Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus
dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, oksigen, koreksi terhadap gangguan
asam basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan
analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif.
Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

13
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri

a) Pneumonia Rawat Jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral,
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan
adalah 25 mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4mg/kgBB TMP-20
mg/kgBB sulfametoksazol.
Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta laktam untuk pengobatan inisial pneumonia,
dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumonia da
bakteri atipik. Dosis eritroisn 30-50 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam
selama 10-14 hari. Klaritromisin diberikan 2 kali sehari dengan dosis 15
mg/kgBB. Azitromisin 1 kali sehari 10mg/kgBB 3-5 hari(hari pertama)
dilanjutka dengan dosis 5mg/kgBB untuk hari berikutnya.
b) Pneumonia Rawat Inap
Pada pneumonia rawat inap antibiotik yang diberikan adalah beta laktam,
ampisilin atau amoksisislin dikombinasikan degan kloramfenikol. Antibiotik
yang dibrikan brupa : Penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4 jam) dan
kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriaxon intravena (50
mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari.

10. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks, abses paru atau infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta, endocarditis, arthritis. Empiema torasis merupakan
komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
1,6


Bronkopnemonia Erwin Sanders (40168014)

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Said M. Pneumonia dalam Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi1. Jakarta:
IDAI. 2008.
2. Richard E. Behrman, Robert Kliegman, Ann M. Arvin. Nelson: Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta. 2000
3. Anderson, D.M., 2007. Dorland s Illustrated Medical Dictionary. 31st
ed. Philadephia: Saunders.
4. Pneumonia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/4/Chapter
%20II.pdf (disitasi: 1 September 2014)
5. Radiology Images Bronchopneumonia.
http://asian.radiology.web.id/wp-
content/uploads/2013/08/image25.png (disitasi: 2 September 2014)
6. Soussi M. Pneumonia.
http://oeamedpub.com/downloads/pna_Chapter_12[.pdf (disitasi: 2
September 2014)
7. Rudan I. Epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia.
http://www.who.int/bulletin/volumes/86/5/07-048769.pdf
(disitasi: 3 September 2014)

Anda mungkin juga menyukai