Oleh Kelompok 3 ISTY OCTAVIA YEPY HESTI RIANI DWI AKNES SHINDY WULANDARI DANNIAL BAGUS AHMAD ALFIAN ZEIN MUTTAQIN AMAR YUSNI YUNJI ASIH HUTAMI RUDY ARSINTA WIWID SURYADI JULIATUSHOLIHAH SHELLY LEONIA SISCA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dewasa ini penyakit menular sering mewabah di masyarakat, baik penyakit menular tingkat rendah maupun tinggkat tinggi. Salah satu yang menyebabkan terjadinya penyakit menular adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri berasal dari kata bacterion = small rod= batang kecil, merupakan organisme mikroskopis yang tersusun atas satu sel. Bakteri sebagai mikroorganisme memilki kemampuan adaptasi hidup di berbagai habitat (kosmopolitan), berkembang biak dengan membelah diri, bersifat parasit, simbiont atau hidup bebas. Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi. Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, higiene, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi). Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis penting untuk mengetahui tentang ilmu bakteriologi secara keseluruhan untuk penanganan pasien yang tepat dan sesuai karena bakteri merupakan salah satu penyebab penyakit pada masyarakat. B. Rumusan masalah Untuk mengetahui tentang bakteri dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan manusia?
C. Tujuan masalah 1. Untuk mengetahui Pengertian Bakteri 2. Untuk mengetahui bentuk- bentuk bakteri 3. Untuk mengetahui struktur tubuh bakteri 4. Untuk mengetahui ukuran bakteri 5. Untuk mengetahui susunan kimia 6. Untuk mengetahui perkembang biakan bakteri 7. Untuk mengetahui alat gerak bakteri 8. Untuk mengetahui klasifikasi bakteri 9. Untuk mengetahuin reaksi pewarnaan bakteri 10. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan bakteri dan pengobatan
BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN BAKTERI Istilah bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak dipakai untuk tiap mikroba yang bersel satu. Banyak negara di dunia belum sepakat dalam klasifikasi spesies bakteri, demikian pula penggunaan istilah dalam mikrobiologi (Adam, Syamsunir. 1992). Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu memproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk menyuplai makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel, bakteri terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Didalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA dan struktur intra sel yang diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri berproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang mengililingi dinding sel sehingga ia lebih tahan terhadap serangan system imun pejamu. Bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob. Sebagian bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu. Laboratorium sering mengklasifikasi bakteri sebagai gram negative/atau positif. Bakteri positif gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu pada pewarnaan standar laboratorium, bakteri gam positif akan memberikan warna ungu. Bakteri gram positif mengandung protein didinding selnya yang merangsa respon peradangan (endotoksin). Bakteri gram negative berwarna merah pada pewarnaan merah pada pewarnaan laboratorium sekunder (Elizabeth J. Corwin. 2000).
2. BENTUK BAKTERI Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjadi 5 yaitu : 1. Bentuk Basil (Basillus) Basil berbentuk seperti tongkat pendek, agak silindris. Bentuk basil meliputi sebagian besar bakteri misalnya pseudomonas, klebsiela, proteus dan e, coli.
2. Bentuk Coccus (Bulat) Bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola- bola kecil. Golongan tidak sebanyak basil. Baik bentuk basil maupun bentuk coccus, secara kelompok dapat berupa : Seperti rantai bergandengan panjang = streotobasil atau streptococcus Berdua dua bergandengan = diplobasil atau diplococcus Pada bentuk coccus Mengelompok berempat = tetracoccus Bergerombol seperti anggur = staphyloccus Berkelompok seperti kubus = sarcina
3. Bentuk spiril (Spiral) Bentuk spiral adalah bakteri yang berbentuk seperti spiral, atau panjang berbengkok- bengkok. Golongan ini tidak banyak bila dibandingkan dengan basil dan coccus
4. Bentuk Vibrio (Koma) Bentuk vibrio adalah bentuk seperti batang bengkok, merupakan tanda koma. Contohnya adalah vibrio cholerae (menimbulkan kolera) dan campylobacter (penyebab keracunan makanan). 5. Bentuk spirocheta (spirochet) Bentuk spirocheta adalah seperti batang berbelit belit panjang dan banyak belitannya. Anggota tipikal dari kelompok ini antara lain adalah treponema pallidum (yang menimbulkan sifilis), leptospira interrogans (serotip icterohaemorrhagiae) (penyakit weil) yang di tularkan kemanusia melalui tikus yang terjangkit, dan Borrelia burgdorferi (penyakit lyme).
3. STRUKTUR TUBUH BAKTERI Seperti sudah dijelaskan bahwa bakteri adalah bersel tunggal, meskipun ia dapat berpasang pasangan dan tiap sel hidup sendiri sendiri. Sel tersebut merupakan sitoplasma yang nampak berdinding tegas, akan tetapi inti sel tidak jelas nampak. Bakteri terlalu kecil untuk dapat mengatur inti sel, bila dibandingkan dengan protozoa. Kadang kadang pada beberapa bakteri terlihat butir butir kecil yang tersebar di dalam sitoplasma. Ada pula bakteri yang agak berbentuk batang dan pada kedua ujung dari sel terdapat titik yang agak besar. Akan tetapi titik titik ini bukanlah intisel.Selain dari itu pada bakteri terdapat pula bulu. Bulu bulu ini beguna untuk bergerak (bulu getar). Selanjutnya ada pula yang terlihat beselubung sebagai pembungkus (kapsul). Ultrastruktur sel bakteri berbeda dari ultrastuktur organisme multisel. Sel-sel pada organisme multisel bersifat eukariotik (yaitu mereka memiliki inti sel/nucleus sejati). Bahan genetiknya terbungkus dalam suatu membrane untuk membentuk inti sel tersebut. Juga terdapat banyak organel sitoplasma, dengan beberapa diantarnya terbungkus membran. Sebaliknya, bakteri bersifat prokariotik (tidak memiliki inti sel sejati dan membran inti). Kromosom yang mengandung bahan genetik (asam nukleat) terdapat didalam sitoplasma, demikian juga semua organel termasuk ribosom (tempat pembentukan protein) dan granula penyimpan. Mesosom, suatu lipatan kedalam dari membrane luar, merupakan tempat respirasi, analog dengan mitokondria pada sel eukariotik.
4. UKURAN BAKTERI 1. Bentuk basil : lebar 0,3 1 . panjang 1,5 4, kadang-kadang samapai 8 2. Bentuk coccus : ukuran tengahnya rata rata 1 3. Bentuk spiral : lebar 0,5 1 , panjang 2-5, kadang kadang sampai 10 4. Bentuk vibrio : lebar 0,5 panjang sampa 3 5. Bentuk spirocheta : lebar 0,2-0,7 , panjang 5-10
5. SUSUNAN KIMIA BAKTERI Susunan kimia bakteri terdiri dari : 1. 85 % air 2. Zat hidrat arang 3. Protein 4. Lemak 5. Garam garaman : Na, K, Ca, Mg, Fe, Zn, P, dan sebagainya 6. Enzim atau fermen 7. Vitamin
6. CARA MEMPERBANYAK DIRI BAKTERI Telah dikemukakan bahwa bakteri pada umumnya memperbanyak diri dengan jalan membelah diri. Di dalam suasana yang cukup baik, misalnya dalam media pembenihan, bakteri memperbanyak diri dengan cepat. Telah dapat diperhitungkan bahwa dalam waktu 10 jam, dari 1 bakteri bisa menjadi berjuta- juta.
7. FLAGELLATA Flagellata atau flagel berasal dari kata flagellum, yang berarti bulu atau cambuk. Seperti sudah diketahui bahwa bakteri dapat bergerak antara lain dengan mempergunakan kaki palsu atau pseudopodium. Demikian pula flagel berfungsi untuk bergerak. Tetapi ada juga bakteri yang tidak bergerak, misalnya dari golongan coccus. Yang banyak mempunyai flagel adalah dari bakteri bentuk spiral. Bulu-bulu getar (flagel) dari bakteri ini bisa terdapat pada salah satu ujung akan tetapi juga dapat pada kedua ujung, ada yang mempunyai satu bulu getar dan ada pula yang lebih.
KLASIFIKASI FLAGEL Berdasarkan tempat terdapatnya flagel maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Monotrichate (monotrika) = bila flagel (bulu getar) hanya terdapat pada satu sisi (ujung) saja. 2. Amphitrichate (amfitrika)= bila flagel (bulu getar) terdapat pada kedua ujung sisi 3. Lophotrichate (lofotrika) = bila flagel (bulu getar) pada sisi (ujung banyak) 4. Peritrichate (peritrika) = bila flagel (bulu getar) tersebar pada ujung keujung sampai pada setiap sisi 5. Non-motile atau atrichate (atrika) = pada spesies tersebut tidak terdapat sama sekali flagel (bulu getar)
8. SPORA BAKTERI Istilah spora biasanya dipergunakan untuk alat pembiakan jamur, ganggang lumut dan paku-pakuan. Istilah spora bakteri ialah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Fungsi spora bakteri sama dengan kista pada amoeba (bentuk kecil dari amoeba). Bakteri berubah bentuk menjadi spora bila keadaan tidak menguntungkan, misalnya: panas, pengaruh obat obatan dan sebagainya. Beberapa spesies dari basil yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora yang dibentuk seperti ini lazim disebut endospora, karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora ini jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif (yang hidup aktif).
KEDUDUKAN SPORA 1. Terminal : terletak pada bagian ujung 2. Subterminal : antara bagian ujung dan tengah 3. Equatorial : pada bagian tengah 4. Sferikal : bila keadaan tidak baik, menyelubungi diri seluruhnya dan bila keadaan membaik, melepaskan diri dari spora.
(Adam, Syamsunir. 1992) 9. REAKSI PEWARNAAN GRAM Dalam keadaan alami, bakteri tidak berwarna. Reaksi pewarnaan gram digunakan sebagai langkah pertama dalam identifikasi di laboratorium. Reaksi pewarnaan gram bermanfaat karena menandai perbedaan stuktur antara bakteri positif-gram dan negatif gram serta penunjukkan prilaku bakteri yang bersangkutan. Sebahagian perbedaan antara kedua kelompok dijelaskan oleh lebih resisten antibiotik hanya sedikit spesies positit-Gram yang berflagel sehingga mereka kurang memiliki motilitas. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)
1. PROSES INFEKSI Agar dapat terjadi infeksi, pejamu yang retan harus bertemu dengan suatu mikro- organisme virulen. Pathogen yang bersangkutan harus menyelesaikan tahap-tahap berikut : Memperoleh akses ke jaringan pejamu Bergerak ke tempat yang menguntungkan Berhasil bermultiplikasi walaupun pejamu melakukan perlawanan melalui mekanisme pertahanan Berkembang biak sehingga terbentuk pathogen baru yang dapat keluar untuk menyebar sehingga daur hidup tuntas.
2. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI Bentuk Kokus A. STAPHYLOCOCCUS Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994). Pengobatan Pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin. Sebagian besar galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol, amoksilin, dan tetrasiklin (Ryan et al., 1994; Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).
B. STREPTOCOCCUS Grup A Streptococcus (S. pyogenes) atau GAS Kuman kelompok ini secara tradisional menyebabkan infeksi supuratif, faringitis non-invasif dan infeksi kulit (jarang) yaitu impetigo. Grup B Streptococcus (S. agalactiae) Kuman ini menyebabkan meningitis neonatus dan septikemia setelah tertular dari flora vagina ibu. Kuman dapat diidentifikasi atas dasar hemolisis beta, hidrolisis hipurat dan reaksi CAMP. Group B streptococcus memproduksi suatu faktor yang meningkatkan beta hemolisis. Group D Streptococcus Streptococcus pneumoniae atau Pneumococcus merupakan penyebab penting pneumonia pada semua umur, sering setelah terjadinya kerusakan saluran nafas karena infeksi virus misalnya influenza, setelah otitis media. Kuman menyebar menimbulkan bakteriemia dan meningitis. Pengobatan Penisilin adalah drug of choice untuk S. pyogenes dan S. pneumoniae, sejauh kuman masih peka. Grup D Streptococcus resisten terhadap berbagai antimikroba. Profilaksis sepanjang hidup (dosis rendah penisilin) dianjurkan untuk pasien demam rematik.
C. NEISSERIA Penyakit a. N gonorrhoeae N gonorrhoeae dapat menyebabkan penyakit gonorrhoeae b. Neisseria meningitidis Bakteri ini hanya ditemukan di manusia. Penyakit yang ditimbulkannya adalah meningitis yang terjadi sporadik pada anak-anak. Wabah pada orang dewasa dapat terjadi pada lingkungan yang sangat padat. Infeksi awal pada saluran nafas atas kemudian masuk ke aliran darah dan menuju otak. Meningitis karena bakteri ini merupakan penyebab tersering kedua setelah virus. Pengobatan Biasannya dokter akan member ampisilin 3,5 mg dimakan sekaligus lalu disuntuk penisilin beberapa kali.
Bentuk Batang A. Gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. Disisi lain, bakteri gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Berikut bakteri yang tergolong dalam bakteri batang gram posiif: 1. Bacillus Secara umum, Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubahClostridium Jenis-jenis Bacillus Bacillus anthracis Kuman antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi pada ternak lembu, kambing, domba dan babi. Kuman dikelurakan melalui feses, urin dan saliva binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup di ladang dalam bentuk spora untuk waktu yang lama sekali. Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-mula timbul popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora melalui goresan. Papula ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian pustula, dan akhirnya menjadi ulkus nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar, menimbulkan septikemia. Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis, meningitis atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok merupakan gejala yang terakhir. Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme menyebar lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena itu, sakit perut, muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik. Bacillus cereus Bacillus cereus dipastikan sebagai penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila (1) hasil isolasi Bacillus cereus menunjukkan bahwa strain-strain dari serotip yang sama ditemukan pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan pasien, atau (2) hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai, kotoran, atau muntahan pasien menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal sebagai penyebab keracunan makanan, atau (3) dengan cara mengisolasi Bacillus cereus dari makanan yang dicurigai dan menentukan kemampuannya dalam menghasilkan enterotoxin ( enterotoxigenicity ) dengan uji serologis (untuk toxin penyebab diare) atau uji biologis (untuk tipe diare dan emetik). Pada tipe emetik, waktu yang cepat munculnya gejala segera setelah infeksi, didukung dengan beberapa bukti pada makanan, seringkali sudah cukup untuk mendiagnosis keracunan makanan tipe ini. Bacillus subtilis Dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-lainnya
Penatalaksanaan Penisilin Tetrasiklin Kloramfenikol Obat-obat simtomatis dan suportif jika diperlukan 2. Mycobacterium Mikobakteria adalah bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan penghilang warna (dekolorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Beberapa jenis Mycobacterium yang sering ditemukan pada lingkungan dan orang adalah: -Mycobacterium tuberculosis - Mycobacterium bovis - Mycobacterium africanum - Mycobacterium microtii - Mycobacterium ulcerans - Mycobacterium leprae - Mycobacterium kansasii - Mycobacterium marinum - Mycobacterium simiae -Mycobacterium scrofulaceum - Mycobacterium szulgai - Mycobacterium xenopi -Mycobacterium gordonae -Mycobacterium flavescens -Mycobacteriumfortuitum- chelonaecomplex - Mycobacterium avium- intracellulare complex - Mycobacterium terra- triviale complex
Dari berbagai jenis mikobakteris diatas, yang paling dikenal dan sering ditemukan dalam tubuh manusia adalah M.tuberculosis yang menimbulkan penyakit tuberculosis dan M.leprae yang menimbulkan penyakit lepra/kusta. Terapi 1. Tuberkulosis a. Isoniazid/INH : Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Efek samping : Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus. b. Rifampisin Rifampisin adalah sebuah golongan antibiotik yang mempunyai spektrum luas. Rifampisin adalah antibiotik yang banyak dipakai untuk menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Antibiotik ini merupakan bentuk pengobatan pertama untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis dan lepra. Rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein, terutama pada tahap transkripsi. [1] Rifampisin menghalangi pelekatan enzim RNA polimerase dengan berikatan dengan sisi aktif enzim tersebut. Rifampisin tidak melekat pada enzim RNA polimerase milik mamalia, oleh karena itu, antibiotik ini relatif tidak toksik terhadap mamalia. [1]
c. Pirazinamid Pyrazinamide (Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai terapi kombinasi dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid aktif terhadap suasana asam terhadap mikobakterium. Pirazinamid bersifat bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular. d. Etambutol Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
2. Lepra/kusta Obat antikusta yang paling banyak dipakai saat ini adalah DDS (diaminodifenil sulfon) kemudian klofazimin, dan rifampisin. DDS (diaminodifenil sulfon) DDS adalah obat antikusta yang paling murah dan paling banyak dipakai. Mycobacterium leprae banyak yang masih sensitive terhadap DDS, dan diketahui DDS dapat mengaktifkan Mycrobacteriumleprae yang dorman, sehingga pengobatan dengan DDS termasuk pengobatan radikal atau pengobatan yang dapat menghabisi seluruh kuman. Dosisnya adalah DDS 100 mg sehari selama 3 bulan sampai 6 bulan disertai pengamatan secara klinis, bakterioskopik, dan histopatologik. Efek samping : nyeri kepala, erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia perifer, sindrom DDS, nekrolisis epidermal toksik, hepatitis, hipoalbu-minemia, dan methemoglobinemia. Rifampisin yang dikombinasikan dengan DDS Rifampisin adalah obat yang menjadi salah satu komponen kombinasi DDS dengan dosis 10 mg/kg berat badan, diberikan setiap hari atau setiap bulan. Rifampisin tidak boleh diberikan sebagai monoterapi, karena memperbesar kemungkinan terjadinya resistensi. Efek sampingnya : hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, flu-like syndrome, dan erupsi kulit. Klofazimin (lamprene) Dosisnya sebagai antikusta ialah 50 mg/hari, atau 100 mg selang sehari, atau 3 x 100 mg/minggu. Efek sampingnya : dapat menimbulkan warna merah kecoklatan pada kulit, dan warna kekuningan pada sklera, sehingga mirip ikterus, apalagi pada dosis tinggi, yang sering merupakan masalah dalam ketaatan berobat penderita. Hal itu disebabkan karena klofazimin adalah zat warna dan dideposit terutama pada sel sistem retikuloendotelial, mukosa, dan kulit. Pigmentasinya bersifat reversibel, meskipun menghilangnya lambat sejak obat dihentikan. 3. Corynebacterium genus dari Gram-positif, bakteri berbentuk batang. Mereka tersebar luas di alam dan sebagian besar tidak berbahaya. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia. C. diphtheriae, misalnya, adalah patogen yang bertanggung jawab untuk difteri.
4. Clostridium Clostridium sp. adalah bakteri Gram positif berbentuk batang anaerobik atau mikroaerofilik yang menghasilkan endospora. Kebanyakan spesies menguraikan protein dan meragi karbohidrat, banyak pula yang menghasilkan eksotoksin. Beberapa spesies bersifat patogenik dan banyak yang terdapat sebagai saprofit di dalam tanah dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Berikut beberapa contoh clostridium: Clostridium perfringens penyebab keracunan makanan Clostridium difficile penyebab diare dan kolitis
Bentuk Spiral A. TREPONEMA pallidum Penyakit yang ditimbulkan Treponema pallidum disebut syphilis dan ditularkan antar manusia saja. Masa inkubasinya antara 10 - 90 hari. Gambaran paling dominan pada penyakit ini adalah kelainan pada pembuluh darah terutama arteriole dan kapiler. Pada prinsipnya, Treponema pallidum mampu menimbulkan infeksi pada semua bagian tubuh. Syphilis bersifat kronis dan progresif lambat. Selain syphilis, manifestasi penyakit treponema lainnya adalah bejel, yaws dan pinta. Bejel disebut juga syphilis endemik, tidak ditularkan secara kontak seksual tetapi secara kontak langsung lainnya misalnya melaui tangan dan kulit penderita yang mengalami kerusakan (luka/aberasi) atau melalui alat makan yang digunakan bersama- sama. Karenanya bentuk klinis ini banyak ditemukan pada masyarakat miskin dengan hygiene yang buruk. Pengobatan Penisilin dengan konsentrasi 0,003 unit/ml mempunyai aktifitas treponemisidal yang jelas, dan penisilin adalah pengobatan pilihannya. Sifilis dengan durasi kurang dari 1 tahun diobati dengan injeksi tunggal benzatin penisilin G secara intramuscular. Pada sifilis stadium lebih yang lebih lanjut/ laten, benzatin penisilin G secara intramuscular diberikan 3 kali dengan interval 1 minggu. Pada neurosifilis, juga diberikan pengobatan yang sama, tetapi dosis tinggi penisilin intravena kadang satu minggu. Pada neurosifilis, juga diberikan pengobatan yang sama, tetapi dosis tinggi penisilin intravena kadang direkomendasikan. Antibiotic lainnya, misalnya, tetrasiklin atau eritromisin, kadang kadang dapat diberikan. Pengobatan gonorhoe diduga dapat menyembuhkan sifilis yang sedang berada dalam masa inkubasi. Tidak lanjut jangka panjang juga diperlukan. Pada neurosifilis, treponema kadang kadang dapat bertahan terhadap pengobatan tersebut.
B. LEPTOSPIRA Bakteri ini menyebabkan penyakit mirip flu berat. Leptospira ditularkan dari air yang terkontamisnasi urin hewan (terutama roden) dan anjing. Leptospira terutama menginfeksi ginjal, otak dan mata. Pengobatan penisilin efektif jika diberikan sejak dini.
C. BORRELIA RECURRENTIS Penyakit Infeksi pada aliran darah menimbulkan gejala yang tiba-tiba berupa demam tinggi, menggigil, nyeri kepala, keringat bercucuran Setelah beberapa hari, penderita bebas demam selama beberapa hari sampai beberapa minggu Gejala klinik serupa timbul kembali dan penderita dapat mengalami empat sampai 10 kali serangan kambuhan berturut-turut
Pengobatan Banyaknya variabel dari demam relaps membuat evaluasi kemoterapi sulit dilakukan. Sehingga pengobatan paling efektif adalah dengan tetrasiklin, eritromisin dan penisilin yang mungkin cukup untuk menghentikan serangan. Adapun obat obat yang dapat diberikan kepada pasien : 1. Terramycin Oksi tetrasiklin-HCL 250 mg / kapsul :50mg/ml injeksi IM. In : infeksi saluran nafas , saluran cerna , kulit dan jaringan lunak , urogenital , setelah operasi , obstetrik dan ginekologikal , mata , otohinolaringologok , oral dan gigi , spiroketa , riketsiosis , tuberkolosis. Kl : hipersensitivitas dan wanita hamil. ES : glositis , stomatitis , proktitis , neursa , diare , vaginitis , dermatitis , alergi. Ds : dewasa sehari 1-2 g :anak 20-25 mg/kgBB dalam disis bagi : Injeksi IM : Dewasa 3-4 x sehari 100mg anak sehari 7-10 mg/kgBB dalam dosis bagi : Injeksi IV : Dewasa : tiap 8-12 jam 200-500 mg , anak 8th sehari 15-25 mg/kgBB dalam dosis bagi. Km : dos 10x10 kapsul 250mg,50x10 kapsul : vial 10ml (500mg/10ml). 2. Erphatrocin Eritromisin stearat setara Eritromisin 250mg/kapsul : 200mg/tablet chewable : 200mg/5ml syrup. In : dipteri pertussis infeksi oleh steroptokokus ( faringitis , scarlet , fever , erycipelas ), pneumonia , GO , sifylis , profilasis , demam rheuma yang recurrent . ES : kholestatik hepatitis , mual , muntah , diare , anorexia , urtikaria , karya , ruam kulit . Ds : tergantung berat ringan dan jenis penyakit : dewasa : 1-2g sehari dalam dosis terbagi : anak anak : 30- 50mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi. Km : dos 10x10 kapsul : 10x10 tablet chewable : botol 60ml syrup. 3. Augmentin Amoksisilin tihidrat 500mg, asam klavulanat 125mg; 1g; Amoksisilin 875mg, asam klavulanat 125mg; tiap 5ml sirup amolsisilin 125mg (250mg), asam klavulanat 31,25mg (62,5mg). In: Pengobatan terhadap infeksi bakteri , infeksi saluran pernafasan , kulit dan jaringan lunak , infeksi tulang dan sendi, infeksi urogenital, infeksi lain. Km: dus 60 tablet 500mg Rp 552.970;14 tablet 1g BID Rp 173.300; botol 60ml sirup Rp 46.200; 60 ml sirup forte Rp 69.300
BENTUK- BENTUK LAIN A. RICKETTSIA Gambaran Klinik Semua infeksi Rickettsia ditandai dengan adanya demam, sakit kepala, lesu, malaise, kelainan di kulit(skin rash), pembesaran limfa dan hati hanya Q fever tidak disertai adanya kelainan dikulit. Kadang-kadang disertai adanya pendarahan dibawah kulit. Pada kasus-kasus yang berat dapat dijumpai gejala stupor, delirium dan bahkan shock atau bercak-barcak gangren dikulit atau jaringan subkutan. Mortalitasnya sangat variable, mulai kurang dari 1% sampai setinggi 90%. Setelah sembuh pada umumnya timbul kekebalan. Masa tunas antara 1 sampai 4 minggu.
Pengobatan Tetrasiklin dan khloramfenikol merupakan obat pilihan. Sulfonamida merupakan kontra indikasi. Untuk mencegah relaps, pengobatan tetap diteruskan selam 3-5hari setelah suhu penderita normal. Antibiotika menekan pertumbuhan kuman. Penyembuhan tergantung kepada mekanisme kekebalan penderita yang pada umumnya memerlukan waktu 2 minggu untuk dapat mencapai suatu tingkat yang mampu menekan kuman. Jika pengobatan dimulai setelah hari ke-6 sakit maka imunitasnya akan berkembang seperti dalam keadaan tanpa pengobatan dan tidak terjadi relaps. Sebaliknya jika antibiotika diberikan pada awal dari penyakitnya dan hanya diberikan dalam jangka pendek maka mekanisme kekebalannya kurang cukup mendapat rangsangan sehingga dapat terjadi relaps. Relaps dapat dicegah dengan memberikan pengobatan yang cukup efektif selama lebih dari 10 hari.
B. CLAMYDIA a. CLAMIDIA TRACHOMATIS Penyakit yang ditimbulkan Infeksi pada Pria - Uretritis - Proktitis - Epididimitis - Prostatitis - Sindroma Reiter
Infeksi pada Wanita Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. Trachomatis di daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau nyeri pada waktu buang air - Servisitis - Endometritis - Salfingitis (PID) - Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
Pengobatan Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis, mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaan dan pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan. Untuk pengobatan dapat diberikan: - Tetrasiklin Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil. - Azithromisin Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
C. MYCOPLASMA HOMINIS
Penyakit yang disebabkan Mycoplasma yang kebanyakan spesifik seperti inangnya yang menyebabkan penyakit kronik dengan perkembangan yang lambat pada manusia dan hewan. Mycoplasma pada manusia ditemukan dalam bermacam-macam penyakit yang menyerang pernapasan dan area urogenital. Mycoplasma yang menginfeksi hewan peternakan dapat menyebabkan pleuropneumonia serta kerugian yang cukup besar.
Pengobatan Antibiotik diberikan minimal selama 10 hari. Penyembuhan mungkin akan memerlukan waktu yang lama, terutama jika kasusnya berat. Pada kasus berat yang tidak diobati, tingkat kematian dapat mencapai 30%. Antibiotik yang biasa diberikan adalah: Tetracycline : Tetracycline per-oral (melalui mulut) biasanya tidak diberikan kepada anak-anak yang gigi permanennya belum tumbuh karena bisa menyebabkan perubahan warna pada gigi yang sedang tumbuh. Regimen alternatif dapat diberikan: -Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari. -Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari. Regimen untuk wanita hamil: -Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Bakteri merupakan mikroorganisme yang sangat berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Bakteri dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan juga merugikan bagi manusia. Dampak menguntungkan seperti penggunaan bakteri untuk pengelolaan produk makanan, sedangkan salah satu hal yang menjadi perlu menjadi perhatian tenaga medis adalah dampak merugikan dari bakteri yang menyebabkan penyakit pada masyarakat. Oleh karena itu, tenaga medis perlu mengetahui tentang bakteri secara keseluruhan guna penanganan pasien yang tepat dan sesuai.
B. Saran Saran bagi pembaca agar meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang bakteri, dan menjaga pola hidup yang benar agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat. Jakarta : EGC Burkovski A (editor). (2008). Corynebacteria: Genomics and Molecular Biology. Caister Academic Press. ISBN 1-904455-30-1. Collins MD, Hoyles L, Foster G, Falsen E (May 2004). "Corynebacterium caspium sp. nov., from a Caspian seal (Phoca caspica)". Int. J. Syst. Evol. Microbiol. 54 (Pt 3): 925 8. Cooper GM, Hausman RE. 2007. The Cell: A Molecular Approach. 4th ed. Sunderland: Sinauer Associates, Inc. Djuanda A.Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin.5 st ed.Jakarta: Fakultas kedokteran UI. 2007.p.85-6 Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt, and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange. p.254. Skold O. 2011. Antibiotics and Antibiotic Resistance. John Wiley & Sons. ISBN:9781118075586. Singleton P, Sainsbury D. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. New Jersey: Wiley Interscience. Taylor, CJ. 2002. Health Professionals Letter on Enterobacter sakazakii Infections Associated with Use of Powdered Dry Infant Formulas in Neonatal Intensive Care Unit. US: US Department of Health and Human Services