Anda di halaman 1dari 11

PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi
pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus
dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan
ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau
tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda.
Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh
terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan
penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga
pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat
mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi
oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik,
puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok,
kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca
operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa
variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus
selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.


PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
Volume mencukupi
Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah
bentuk, steril (untuk kultur kuman)
Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien
harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai
diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai
dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga
mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien
telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb.
Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.


1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih, kering
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
sekali pakai buang (disposable)
steril (terutama untuk kultur kuman)
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen

2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.


3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan,
seperti :
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau
vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas
luka, hematoma, oedema, canula, fistula
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri
brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian
tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang
dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti sianosis atau pucat.
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik
Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir
Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur
Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah
puasa 10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar
sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal
seperti berikut :
Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan
agar tidak terjadi hemolisis.
Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel
ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik
Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak
keliru.
Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan
lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar
tidak hemolisis.
o Menampung spesimen urin
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan
apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula
keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara
pembersihan lebih sempurna :
Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membilasnya sampai bersih.
Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora,
lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.
Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak
secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan
specimen.
Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah
spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
o Menampung spesimen tinja
Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok
dubur.
Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka
dengan mudah dan bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan
bukan ludah atau sekret hidung.
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan
apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk
pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak
lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan
asam dan dapat menyulitkan penafsiran.
Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan
air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu,
sebaiknya dilepas dulu.
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk
tegak
Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai dahak keluar.
Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut.
Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan
tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 5 ml )
Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara
dan secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan
ke dalam sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan
pH menurun
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
o natrium meningkat pada infus saline
o kalium meningkat pada infus KCl
o glukosa meningkat pada infus dextrose
o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit
menurun pada semua jenis infus
5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan
homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase,
LDH, fosfatase asam total


IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena
merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya
harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau
nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat
merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label
dan formulir permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah
memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing
pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap.
Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi
yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka
trombosit.
o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
o PPT / APTT memanjang.
o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
o Perkembangbiakan bakteri
o Penundaan pengiriman sampel urine :
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel
eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga
menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena
sinar matahari.
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan
terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
Jamur akan berkembang biak
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton
dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu
yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada
suhu 2 8 oC paling lama 8 jam.
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak
atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup
rapat dan mudah dibawa.


PENANGANAN SPESIMEN
Identifikasi dan registrasi spesimen
Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan
dikirim ke laboratorium lain
Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan
terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu -20C, -
70C atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang.
Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka
plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
Memberi bahan pengawet pada spesimen
Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :
Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator
Imunologi : 1 minggu dalam referigerator
Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
Koagulasi : 1 hari dalam referigerator
Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator
Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator


Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?
Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,
paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka
semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami
pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan
konsekuensi mereka untuk hasil pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter
laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau
media lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP
mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut
harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan
prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan
atau penolakan spesimen).











Disetiap Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang akurat harus mengacu kepada GLP
(Good laboratory Procedure) yaitu melalui tahapan Pre Analitik, Analitik
dan Pasca Analitik.

Pre Analitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat
menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja
berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu
pengambilan sampel, perlakuan terhadap proses persiapan sampel sampai sampel selesai
dikerjakan.

Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan.

Paska Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan
bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar benar valid atau benar.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tahap preanalitik sangat berpengaruh terhadap
kualitas sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara kuantitas. Tahap pre analitik ini
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil
pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas
laboratorium harus benar benar berusaha bekerja sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja
sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan. Disamping faktor pengerjaan dari internal
pada tahap preanalitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran dan
kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri, suasana lingkungan
dan bahan pembantu yang digunakan.

Adapun faktor faktor yang pada umumnya berpengaruh pada tahap pre analitik antara lain :

1. Kondisi pasien
a. Riwayat penyakit yang diderita pasien, penyakit turunan ataupun kelainan bawaan
tentunya akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien tersebut.
b. Berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh. Kondisi fisik pasien secara spesifik
tentunya akan berbeda dan memberi pengaruh antar individu.
c. Kondisi pasien yang sedang fit atau tidak. Kondisi pasien saat pemeriksaan tentunya akan
mempengaruhi kondisi sampel yang diberikan.
d. Kelainan kelainan yang diderita oleh pasien. Jika pasien memiliki kelainan maka
tentunya akan mempengaruhi kondisi pasien juga sampel dari pasien tersebut.
e. Aktivitas fisik pasien. Aktifitas yang dilakukan pasien dapat meningkatkan kadar kadar
tes tertentu, contohnya jika pasien habis berolahraga maka kadar CK akan meningkat
f. Gaya hidup pasien, kebiasaan pasien yang tentunya juga akan mempengaruhi kondisi
sampel, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok, hal ini dapat
meningkatkan hasil/kadar pada pemeriksaan tumor marker.

2. Lama puasa pasien (Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan puasa)
Lama puasa pasien sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan, misalnya pada pemeriksaan
glukosa puasa jika pasien berpuasa > 14 jam maka hasil pemeriksaan glukosa tidak akan
memperlihatkan kondisi sebenarnya, begitu juga pada pemeriksaan gula 2 jam PP jika pasien
diambil darah > 10 menit pada 2 jam setelah makan maka hasil pemeriksaan tidak akan
menggambarkan kondisi glukosa darah pasien yang sesungguhnya.

3. Asupan makanan dan obat obatan yang dikonsumsi
Asupan makanan dan obat obatan tentunya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan,
contohnya : obat obatan penurun kadar lemak ternyata mempengaruhi hasil pemeriksaan
kretinin kinase; makan makanan yang berlemak tentunya akan mempengaruhi kolesterol
total; kopi dapat meningkatkan kadar kreatinin.

4. Hal hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan sampel :
a. Serum atau Plasma : pengambilan darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan
pembantu yang benar dan berkualitas baik
b. Whole Blood : pengambilamn darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan
pembantu yang benar dan memiliki kualitas baik, jaga stabilitas sampel, kondisi lingkungan
disesuaikan dengan persyaratan.
c. Urine : perhatikan cara penampungan yang benar, pengawetan yang digunakan haruslah
tepat, gunakan wadah yang bersih dan bebas ketoaminan, stabilitas sampel terjaga baik.
d. Cairan lain : sampel yang diambil haruslah yang tepat, cara pengambilan haruslah yang
benar, gunakan bahan pembantu yang benar dan berkualitas baik, penyimpanan sampel benar.
e. Swab, pus (cairan pada nanah/luka) : ketepatan sampel yang diambil, sterilitas bahan
pembantu dan lingkungan.

Sampel yang diambil haruslah sampel yang sesuai/tepat dengan jenis pemeriksaannya, cara
pengambilan sampelpun harus benar. Penggunaan bahan pembantu yang tidak tepat tentunya
akan merusak sampel. Kondisi lingkungan seperti suhu, kebersihan tentunya mempengaruhi
stabilitas dan kualitas sampel sehingga dapat berakibat terhadap hasil pemeriksaan. Kualitas
bahan pembantu juga mempengaruhi hasil karena jika kualitasnya tidak baik tentunya dapat
merusak sampel dan atau menurunkan kualitas yang ada.

5. Proses persiapan sampel
Cara mempersiapkan sampel tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel yang ada,
contohnya : waktu yang dibutuhkan dalam membekukan darah untuk memperoleh serum
harus tepat 30 60 menit, pemutaran sampel untuk mendapatkan serum yang tepat haruslah
sesuai aturan misalnya pada pemeriksaan kimia rutin, darah harus diputar dengan kecepatan
1000 g selama 10 menit. Hal inipun harus didukung oleh alat yang dalam kondisi maksimal
seperti alat sentrifuge yang dipergunakan harus memiliki kecepatan dan timer yang sesuai
dalam batas persyaratan.



Sumber :
Buletin PRODIA. 2007. Pentingnya Pemeriksaan HbA1c secara Berkala Untuk Pemantauan
Diabetes Melitus. Edisi 5 Agustus Desember 2007.




Kali ini saya coba menulis tentang beberapa pemeriksaan yang mungkin kurang familiar di telinga
kita. Pada lembar permintaan bisa kita lihat ada beberapa item seperti CRP, ASTO, RAF,
SI/TIBC,Coombs Test, AFP, dan lain sebagainya.
Kita awali dulu dengan pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP). Mungkin di antara kita ada
yang pernah diminta oleh dokter untuk kadar AFP. Sebenarnya apakah tujuan dari
pemeriksaan ini?
AFP adalah suatu protein plasma yang dihasilkan oleh yolk sac (kantong kuning telur) dan
hati selama kehidupan janin. AFP ini diketahui tidak memiliki manfaat pada orang dewasa
yang sehat. Jadi, kadar yang meningkat dapat menunjukkan kelainan.

Kadar normal dari AFP adalah di bawah 10 ng/ml. Kenaikan sedang sampai 500 ng/ml dapat
terjadi pada penderita hepatitis kronik. Sedangkan kadar di atas 500 ng/ml hanya terdapat
pada :
1. Kanker hati
2. Kanker testis dan ovarium
3. Proses penyebaran kanker yang telah mencapai hati
Pada ibu hamil, pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya cacat lahir, seperti spina
bifida, neural tube defect, anencephali, dan sindroma Down. Biasanya dilakukan pada
minggu 14-20.
Pemeriksaan AFP juga dapat digunakan untuk melihat respon penderita terhadap pengobatan,
contohnya pada penderita kanker hati yang telah dilakukan operasi pembedahan, kadar AFP
bisa turun ke level normal.
Semoga bermanfaat.







Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR)
Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT) dan International Normalised Ratio (INR), bertujuan
sebagai indikasi apakah penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka
menunjukkan penyakit kronik menjadi semakin buruk.

Jika ada kecurigaan penderita mengalami kanker hati, maka perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Misalnya, pemeriksaan kadar protein dalam darah yang disebut Alpha
fetoprotein (AFP). Kenaikan nilai AFP menunjukkan tingkat parahnya kanker hati yang
diderita, sedangkan penurunan nilai AFP menujukkan menjinaknya kanker karena
pengobatan yang berhasil. Pemeriksaan ini sangat penting pada penderita kanker untuk
memantau efektivitas pengobatan yang sedang dilakukan. Pada penderita kanker bilier,
pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah CA 19-9 dan CEA.

Pemeriksaan hati yang rutin sangat baik untuk memastikan agar organ ini dapat terus bekerja
secara maksimal. Hindari sakit hati dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum
terlambat.

Read more: http://www.artikelbagus.com/2012/06/pemeriksaan-fungsi-hati-
manusia.html#ixzz3G4LoBgT2

Anda mungkin juga menyukai