Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

ASAM SULFAT








OLEH :
I GUSTI NGURAH RAKA ARYAWAN
1208105012






JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
ASAM SULFAT

I. Tujuan Praktikum
1. Mampu dan memahami praktikum mengenai asam sulfat
2. Mampu melakukan pengenceran asam sulfat pekat
3. Memahami sifat asam sulfat pekat sebagai oksidator dan dehidrator
4. Mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi dehidrasi pada asam sulfat
pekat yang direaksikan dengan CuSO
4
.5H
2
O, gula pasir, dan kayu (batang korek
api)
5. Mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi oksidasi pada logam seng
(Zn) dan logam tembaga (Cu) dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan dan
asam sulfat encer

II. Dasar Teori
Asam sulfat, H
2
SO
4
, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam
sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri
kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai
perdagangan seharga US$8 juta.
Proses ini disebut sebagai proses bilik, yang mengijinkan produksi asam sulfat
secara efektif. Setelah berbagai perbaikan, metode ini menjadi proses standar produksi
asam sulfat selama hampir dua abad. Pada tahun 1831, saudagar asam cuka Britania
Peregrine Phillips mematenkan proses kontak, yang lebih ekonomis dalam
memproduksi sulfur trioksida dan asam sulfat. Sekarang, hampir semua produksi
asam sulfat dunia menggunakan proses ini.
. Selain itu asam sulfat merupakan senyawa kimia yang paling banyak diproduksi
dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya. Asam sulfat bersifat oksidator kuat.
Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan panas yang tinggi.
Pengenceran asam sulfat pekat dilakukan dengan cara menambahkan asam kedalam
air secara perlahan, sedikit demi sedikit sambil diaduk. Air tidak boleh ditambahkan
kedalam asam. Hal itu akan mengakibatkan memerciknya larutan sehingga
menimbulkan hal yang membahayakan. Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai
dehidrator, yaitu menarik air dari senyawa lain. Hal ini disebabkan perbedaan massa
jenis kedua zat, sehingga air akan mengapung di atas asam sulfat karena massa
jenisnya lebih rendah. Oleh sebab itu jika pengenceran di lakukan dengan cara
menambahkan aqudes pada asam sulfat maka akan terjadi reaksi yang keras atau
mendidih

2.1 Sumber Asam sulfat
Asam sulfat diproduksi di atmosfer bagian atas Venus dari karbon dioksida,
sulfur dioksida, dan uap air secara fotokimia oleh cahaya matahari. Foton ultraviolet
dengan panjang gelombang kurang dari 169 nm dapat mengakibatkan fotodisosiasi
karbon dioksida menjadi karbon monoksida dan oksigen atomik. Oksigen atomik
sangatlah reaktif. Ketika ia bereaksi dengan sulfur dioksida yang merupakan
sekelumit bagian dari atmosfer Venus, sulfur trioksida dihasilkan, dan ketika
bergabung dengan air, akan menghasilkan asam sulfat.
CO
2
CO + O
SO
2
+ O SO
3

SO
3
+ H
2
O H
2
SO
4

Atmosfer Venus menunjukkan adanya siklus asam sulfat. Setelah tetesan hujan
asam sulfat jatuh ke lapisan atmosfer yang lebih panas, asam sulfat akan dipanaskan
dan melepaskan uap air, sehingga asam sulfat tersebut menjadi lebih pekat. Ketika
mencapai temperatur di atas 300 C, asam sulfat mulai berdekomposisi menjadi sulfur
trioksida dan air (dalam fase gas). Sulfur trioksida sangatlah reaktif dan berdisosiasi
menjadi sulfur dioksida dan oksigen atomik, yang akan kemudian mengoksidasi
karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Sulfur dioksida dan uap air kemudian
naik secara arus konveksi dari lapisan tengah atmosfer menuju lapisan atas, di mana
keduanya akan diubah kembali lagi menjadi asam sulfat, dan siklus ini kemudian
berulang.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di
bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat
merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida
di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah
produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak
yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi
sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam
tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida,
yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit
oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe
2+:

2 FeS
2
+ 7 O
2
+ 2 H
2
O 2 Fe
2+
+ 4 SO
4
2
+ 4 H
+

Fe
2+
dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe
3+
:
4 Fe
2+
+ O
2
+ 4 H
+
4 Fe
3+
+ 2 H
2
O
Fe
3+
yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe
3+
+ 3 H
2
O Fe(OH)
3
+ 3 H
+

Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi(III)
terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol
telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.

2.2 Sifat - Sifat Fisika Asam Sulfat
1. Polaritas Dan Konduktivitas
H
2
SO
4
anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki tetapan dielektrik
sekitar 100. Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini diakibatkan oleh disosiasi
yang disebabkan oleh swa-protonasi, disebut sebagai autopirolisis.
2 H
2
SO
4
H
3
SO
4
+
+ HSO
4


Konstanta kesetimbangan autopirolisisnya adalah
K
ap
(25 C)= [H
3
SO
4
+
][HSO
4

] = 2,7 10
4
.
Dibandingkan dengan konstanta keseimbangan air, K
w
= 10
14
, nilai konstanta
kesetimbangan autopirolisis asam sulfat 10
10
(10 triliun) kali lebih kecil. Walaupun
asam ini memiliki viskositas yang cukup tinggi, konduktivitas efektif ion H
3
SO
4
+
dan
HSO
4

tinggi dikarenakan mekanisme ulang alik proton intra molekul, menjadikan


asam sulfat sebagai konduktor yang baik. Asam sulfat juga merupakan pelarut yang
baik untuk banyak reaksi. Kesetimbangan kimiawi asam sulfat sebenarnya lebih rumit
daripada yang ditunjukkan di atas; 100% H
2
SO
4
mengandung beragam spesi dalam
kesetimbangan (ditunjukkan dengan nilai milimol per kg pelarut), yaitu: HSO
4


(15,0), H
3
SO
4
+
(11,3), H
3
O
+
(8,0), HS
2
O
7

(4,4), H
2
S
2
O
7
(3,6), H
2
O (0,1).
2. Bentuk Bentuk Asam Sulfat
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan
melepaskan SO
3
pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98%
lebih stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum.
Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai
jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,
33,53%, asam baterai,
62,18%, asam bilik atau asam pupuk,
73,61%, asam menara atau asam glover,
97%, asam pekat.
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis H
2
SO
4

tidaklah murni dan seringkali berwarna, namun cocok untuk digunakan untuk
membuat pupuk. Mutu murni asam sulfat digunakan untuk membuat obat-obatan dan
zat warna. Apabila SO
3(g)
dalam konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat,
H
2
S
2
O
7
akan terbentuk. Senyawa ini disebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat
berasap, ataupun oleum. Konsentrasi oleum diekspresikan sebagai %SO
3

(disebut %oleum) atau %H
2
SO
4
(jumlah asam sulfat yang dihasilkan apabila H
2
O
ditambahkan); konsentrasi yang umum adalah 40% oleum (109% H
2
SO
4
) dan 65%
oleum (114,6% H
2
SO
4
). H
2
S
2
O
7
murni terdapat dalam bentuk padat dengan titik leleh
36 C. Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh karenanya
pada zaman dahulu asam sulfat dinamakan 'minyak vitriol'.

2.3 Sifat - Sifat Kimia Asam Sulfat
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam
air daripada air ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada
asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, asam sulfat pekat akan dapat mendidih dan bereaksi
dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:
H
2
SO
4
+ H
2
O H
3
O
+
+ HSO
4
-

HSO
4
-
+ H
2
O H
3
O
+
+ SO
4
2-

Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan, asam sulfat adalah
zat pendehidrasi yang sangat baik dan digunakan untuk mengeringkan buah-buahan.
Afinitas asam sulfat terhadap air cukuplah kuat sedemikiannya asam sulfat akan
memisahkan atom hidrogen dan oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh,
mencampurkan pati (C
6
H
12
O
6
)
n
dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan karbon
dan air yang terserap dalam asam sulfat (yang akan mengencerkan asam sulfat):
(C
6
H
12
O
6
)
n
6n C + 6n H
2
O
Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas.
Selulosa bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat
seperti efek pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat
ditambahkan ke dalam satu sendok teh gula. Sebagai asam, asam sulfat bereaksi
dengan kebanyakan basa, menghasilkan garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga
tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H
2
SO
4
CuSO
4
+ H
2
O
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan
asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan
menghasilkan asam asetat, CH
3
COOH, dan natrium bisulfat:
H
2
SO
4
+ CH
3
COONa NaHSO
4
+ CH
3
COOH
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium
nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapat kalium bisulfat. Ketika
dikombinasikan dengan asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus
zat pendehidrasi, membentuk ion nitronium NO
2
+
, yang penting dalam reaksi nitrasi
yang melibatkan substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini sangatlah penting
dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian
tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. H
2
SO
4
encer menyerang besi,
aluminium, seng, mangan, magnesium dan nikel. Namun reaksi dengan timah dan
tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak
bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam sulfat dengan logam biasanya akan
menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini.
Namun reaksi dengan timah akan menghasilkan sulfur dioksida daripada hidrogen.
Fe
(s)
+ H
2
SO
4

(aq)
H
2

(g)
+ FeSO
4

(aq)

Sn
(s)
+ 2 H
2
SO
4

(aq)
SnSO
4

(aq)
+ 2 H
2
O
(l)
+ SO
2

(g)

Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai oksidator,
manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas
bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, akan menghasilkan garam, air dan sulfur
dioksida, manakala asam encer yang beraksi dengan logam seperti seng akan
menghasilkan garam dan hidrogen. Asam sulfat menjalani reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dengan senyawa-senyawa aromatik, menghasilkan asam sulfonat terkait:


2.4 Pembuatan Asam Sulfat
Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses kontak.
Pada langkah pertama, belerang dipanaskan untuk mendapatkan sulfur dioksida:
S
(s)
+ O
2

(g)
SO
2

(g)

Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan oksigen dengan keberadaan
katalis vanadium(V) oksida:
2 SO
2(g)
+ O
2(g)
2 SO
3(g)
(dengan keberadaan V
2
O
5
)
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H
2
SO
4
menjadi oleum (H
2
S
2
O
7
), juga
dikenal sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air
menjadi asam sulfat pekat.
H
2
SO
4

(l)
+ SO
3(g)
H
2
S
2
O
7

(l)

H
2
S
2
O
7(l)
+ H
2
O
(l)
2 H
2
SO
4

(l)

Perhatikan bahwa pelarutan langsung SO
3
ke dalam air tidaklah praktis karena
reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan
membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.
SO
3(g)
+ H
2
O
(l)
H
2
SO
4(l)

Sebelum tahun 1900, kebanyakan asam sulfat diproduksi dengan proses bilik.
2.5 Kegunaan asam Sulfat
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, , produksi asam
sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara
tersebut. Kegunaan asam sulfat, yaitu:
Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah
dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk
membuatpupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen.
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium
sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada seratpulp
kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan
serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan
untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan
mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:
Al2O3 + 3 H2SO4 Al2(SO4)3 + 3 H2O
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh,
asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk
mengubahsikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk
membuat nilon.
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan
garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi
antara tembaga(II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H
2
SO
4
CuSO
4
+ H
2
O
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan
asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan
menghasilkan asam asetat, CH
3
COOH, dan natrium bisulfat:
H
2
SO
4
+ CH
3
COONa NaHSO
4
+ CH
3
COOH
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium
nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapat kalium bisulfat. Ketika
dikombinasikan dengan asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus
zat pendehidrasi, membentuk ion nitronium NO
2
+
, yang penting dalam
reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini
sangatlah penting dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian tunggal,
menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. H
2
SO
4
encer
menyerang besi, aluminium, seng, mangan,magnesium dan nikel. Namun reaksi
dengan timah dan tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan
pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam
sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukkan
pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan menghasilkan sulfur
dioksida daripada hidrogen.
Fe (s) + H
2
SO
4
(aq) H
2
(g) + FeSO
4
(aq)
Sn (s) + 2 H
2
SO
4
(aq) SnSO
4
(aq) + 2 H
2
O (l) + SO
2
(g)
Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai oksidator,
manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas
bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan
sulfur dioksida, manakahal asam encer yang beraksi dengan logam seperti seng akan
menghasilkan garam dan hidrogen.
Asam sulfat menjalani reaksi substitusi aromatik elektrofilik dengan senyawa-
senyawa aromatik, menghasilkan asam sulfonat terkait:
[4]



Selain bahan kimia yang sangat aktif, asam sulfat juga merupakan bahan kimia
yang paling banyak dipakai dan merupakan produk teknik yang amat penting. Zat ini
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam-garam sulfat dan untuk sulfonasi,
tetapi lebih sering lagi dipakai terutama karena merupakan asam anorganik yang agak
kuat dan agak murah. Asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, kulit, platina,
pengolahan minyak, dan dalam pewarnaan tekstil.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Philips, seorang
Inggris, yaitu dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan udara melalui katalis.
Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam campuran gas reaksi. Proses kontak
sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan dalam rincinya dan dewasa ini
telah merupakan suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara
otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak. Salah
satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak memakainya lagi adalah
karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi sampai
78% saja. Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal, sehingga pada tahun
1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses kamar yang masih
beroperasi di Amerika Serikat.
Salah satu perusahaan yang memproduksi asam sulfat adalah PT. Dunia Kimia
Utama yang berlokasi di Indralaya, Sumatera Selatan. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai uraian proses dari PT. Dunia Kimia Utama dalam memproduksi
asam sulfat
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan
aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada
serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu
mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat
juga digunakan untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat
dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:
Al
2
O
3
+ 3 H
2
SO
4
Al
2
(SO
4
)
3
+ 3 H
2
O
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh,
asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah
sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon.
Asam sulfat juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui proses
Mannheim. Banyak H
2
SO
4
digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya
sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan
isooktana.
Zn
Seng (bahasa Belanda: zink), zink, atau timah sari adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn, bernomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan
unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip
dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama.
Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur
paling melimpah ke-24 di kerak bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang
paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Kuningan, yang merupakan aloi tembaga dan seng, telah lama digunakan paling
tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai diproduksi secara besar-
besaran pada abad ke-13 di India, manakala logam ini masih belum di kenal oleh
bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Paraalkimiawan membakar seng
untuk menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai "salju putih" ataupun "wol filsuf".
Kimiawan Jerman Andreas Sigismund Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu
logam seng murni pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro
Volta berhasil menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan
seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-
aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi. Terdapat berbagai
jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng karbonat dan seng
glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada deodoran), seng pirition (pada
sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan seng metil ataupun seng
dietil di laboratorium organik
Cu
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa
LatinCuprum.Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.Selain
itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan
lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan
dengan timah untuk membuat perunggu.
Logam ini dan aloinya telah digunakan selama empat hari. Di era Roma, tembaga
umumnya ditambang di Siprus, yang juga asal dari nama logam ini (yprium, logam
Siprus), nantinya disingkat jadi uprum). Ikatan dari logam ini biasanya dinamai
dengan tembaga(II).
Ion Tembaga(II) dapat berlarut ke dalam air, dimana fungsi mereka dalam
konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri, fungisi, dan bahan tambahan kayu.
Dalam konsentrasi tinggi maka tembaga akan bersifat racun, tapi dalam jumlah sedikit
tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia dan tanaman
tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di bagian hati, otak,
usus, jantung, dan ginjal
Fe
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi
mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu
karena beberapa hal, diantaranya:
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besa
]
,
Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi
menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.

III. Alat dan Bahan
A. Alat-alat:
1. Tabung reaksi
2. Gelas beker
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Batang pengaduk
B. Bahan-bahan:
1. H
2
SO
4
pekat
2. CuSO
4
.5H
2
O
3. Gula pasir
4. Kayu ( batang korek api)
5. Logam Zn, Cu dan Fe
6. Aquades

IV. Cara Kerja
Percobaan 1. Reaksi pengenceran asam sulfat pekat
Asam sulfat pekat 2 mL diambil dengan pipet tetes dan diukur dengan gelas
ukur sebanyak 2 mL kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Air dingin
(aquades) sebanyak 20 mL di ukur dengan gelas ukur dan dimasukkan didalam gelas
beker. Asam sulfat pekat sebanyak 2 mL ditambahkan secara perlahan didalam air
dingin (aqudes), sambil diaduk, diamati, dan dirasakan perubahan suhu yang terjadi
pada gelas beker.



Percobaan 2. Reaksi dehidrasi
Tabung reaksi sebanyak 3 buah disiapkan, masing-masing tabung reaksi diisi
dengan asam sulfat pekat. Dimasukkan sekitar 1 gram CuSO
4
.5H
2
O didalam tabung
reaksi yang berisi 2 mL asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
sampai diatas 30 menit. Dimasukkan 1 gram gula pasir didalam tabung reaksi yang
berisi 2 mL asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Dimasukkan sepotong kayu (batang korek api) didalam tabung reaksi yang berisi 2
mL asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. Diambil tabung
reaksi yang berisi garam CuSO
4
dan tabung reaksi yang berisi kayu. Asam sulfat dari
tabung reaksi tersebut dituangkan kedalam tempat tabung reaksi yang lain. CuSO
4
,
kayu dikeluarkan dari tabung dan dengan hati-hati dimasukkan CuSO
4
dan kayu
tersebut didalam gelas beker yang berisi 50 mL air. Perubahan yang terjadi diamati.

Percobaan 3. Reaksi Oksidasi
Masing-masing tabung reaksi dimasukkan logam Zn dan Cu secara terpisah.
Sebanyak 2 mL larutan asam sulfat encer ditambahkan kedalam logam diatas dan
diamati dengan teliti. Gas yang timbul diamati dan ditulis reaksi kimia yang terjadi.
Sebanyak 3 tabung reaksi lain diambil dan dimasukkan sebanyak 1 mL asam supat
pekat kedalamnya. Dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi sepotong
logam Zn dan Cu. Dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi.

V. Data Pengamatan
Percobaan I. Reaksi Pengenceran Asam Sulfat Pekat
Asam sulfat pekat Air Perubahan suhu
2 ml 25 ml
Suhu bertambah, tabung
reaksi terasa hangat.

Percobaan II. Reaksi Dehidrasi
No Bahan kimia Dehidrator Pengamatan dan hasil
1 CuSO4 . 5 H2O Asam sulfat pekat
Terdapat endapan CuSO4 berwarna
putih, filtrat tidak berwarna.
2 Gula pasir Asam sulfat pekat
Membentuk kristal gula berwarna
coklat-kehitaman.
3 Kayu (korek api) Asam sulfat pekat
Batang kayu menghitam, larutan
berubah warna menjadi hitam
kecokelatan.
4 Hasil no. 1 Air
Endapan CuSO4 kembali berwarna
biru.
5 Hasil no. 3 Air Warna kayu tetap berwarna hitam

Percobaan III. Reaksi Oksidasi
No Bahan Oksidator Pengamatan dan hasil
1 Zn Asam sulfat encer
Terjadi reaksi, timbul banyak gelembung gas
Reaksi : Zn
(s)
+ H
2
SO
4(aq)


ZnSO
4(aq)
+ H
2(g)

2 Fe Asam sulfat encer
Terjadi reaksi, timbul gelembung gas, larutan
agak panas
Reaksi : Fe
(s)
+ H
2
SO
4(aq)
Fe SO
4(aq)
+ H
2(g)
3 Cu Asam sulfat encer
Tidak terjadi reaksi, tidak ada gelembung gas
Reaksi : Cu
(s)
+ H
2
SO
4(aq)
tidak ada hasil
reaksi
4 Zn Asam sulfat pekat
Terjadi reaksi, timbulnya banyak gelembung
gas
Reaksi : Zn
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)


ZnSO
4(aq)
+
2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)

5 Fe Asam sulfat pekat
Terjadi reaksi, larutan lebih cepat panas dari
penambahan asam sulfat encer, timbul
gelembung gas.
Reaksi : Fe
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)


FeSO
4(aq)
+
2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)

6 Cu Asam sulfat pekat
Terjadi reaksi, ada gelembung gas
Reaksi : Cu
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)
CuSO
4(aq)
+
2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)





VI. Pembahasan
Percobaan 1. Reaksi pengenceran asam sulfat pekat
Pada percobaan reaksi pengenceran asam sulfat pekat ini, percobaan ini bertujuan
untuk mampu melakukan pengenceran asam sulfat pekat dengan baik dan benar.
Dimana asam sulfat pekat sebanyak 2 mL diencerkan dengan air sebanyak 25 mL.
Asam sulfat pekat harus lebih sedikit dari air karena pada saat pengenceran zat yang
diencerkan harus lebih sedikit dan pelarutnya harus lebih banyak. Pada saat
pengenceran asam sulfat pekat, asam sulfat yang dituangkan perlahan-lahan kedalam
air dan sambil diaduk. Bukan air yang dituangkan kedalam asam sulfat karena kalor
yang dilepaskan terlalu besar dan terlokalisasi..
Dari hasil pengamatan dan praktikum yang dilakukan terjadi perubahan suhu
pada dasar gelas beker setelah dimasukkan secara perlahan-lahan asam sulfat, dimana
suhu pada dasar gelas beker terasa panas yang berarti terjadi kenaikan suhu. Kenaikan
suhu disebut juga reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang
menghasilkan kalor/ melepaskan kalor.
Dari percobaan ini kita bisa merasakan pada gelas beker yang telah berisi air dan
sedikit asam sulfat terasa panas. Dilihat dari sifat-sifat fisika asam sulfat, H
2
SO
4

anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki tetapan dielektrik sekitar 100.
Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini diakibatkan oleh disosiasi yang
disebabkan oleh swa-protonasi, disebut sebagai autopirolisis. 2 H
2
SO
4
H
3
SO
4
+
+
HSO
4

.
Konstanta kesetimbangan autopirolisisnya adalah K
ap
(25 C)= [H
3
SO
4
+
][HSO
4

] =
2,7 10
4
. Dibandingkan dengan konstanta keseimbangan air, K
w
= 10
14
, nilai
konstanta kesetimbangan autopirolisis asam sulfat 10
10
(10 triliun) kali lebih kecil.
Walaupun asam ini memiliki viskositas yang cukup tinggi, konduktivitas efektif ion
H
3
SO
4
+
dan HSO
4

tinggi dikarenakan mekanisme ulang alik proton intramolekul,


menjadikan asam sulfat sebagai konduktor yang baik.
Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:
H
2
SO
4
+ H
2
O H
3
O
+
+ HSO
4
-

HSO
4
-
+ H
2
O H
3
O
+
+ SO
4
2-




Percobaan 2. Reaksi dehidrasi
Pada percobaan ini dilakukan reaksi dehidrasi pada asam sulfat pekat, dimana
disiapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL asam sulfat pekat
dan masing-masing tabung dimasukkan CuSO
4
.5H
2
O, gula, dan kayu (batang korek
api). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat dehidrator pada asam sulfat
pekat, yaitu menarik air dari senyawa lain. Dari hasil pengamatan dan praktikum
pertama, yaitu memasukan CuSO
4
.5H
2
O kedalam tabung yang berisi 2 mL asam
sulfat pekat.
Dimana setelah CuSO
4
.5H
2
O bereaksi dengan asam sulfat pekat terjadi
perubahan warna pada CuSO
4
.5H
2
O dari warna biru menjadi CuSO
4
yang berwarna
putih. Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat bersifat sebagai dehidrator, yaitu
menarik air dari senyawa CuSO
4
.5H
2
O sehingga yang tersisa hanya CuSO
4
saja dan
lima molekul air yang ada didalam senyawa CuSO
4
.5H
2
O diikat oleh asam sulfat
pekat yang menyebabkan hanya tersisa senyawa CuSO
4
saja yang berarti kekurangan
air, maka dari itu warnanya berubah menjadi putih.
Dari hasil pengamatan dan praktikum kedua, memasukkan gula pasir kedalam
tabung reaksi yang sudah berisi asam sulfat pekat sebanyak 2 mL. Dimana setelah
gula pasir bereaksi dengan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna pada gula pasir
dari warna putih menjadi warna cokelat-kehitaman yang mengentalkan/ membekukan
larutan. Hal ini disebabkan gula yang dimasukkan kedalam asam sulfat pekat akan
mengubah warna gula karena asam sulfat pekat bersifat sebagai dehidrator yang
menarik air dari gula dan ketika direaksikan senyawa dari gula akan terurai menjadi
karbon dan air.
Dimana air yang dilepaskan diikat oleh asam sulfat pekat. Karena yang tersisa
karbon maka dari itu warna gula menjadi cokelat-kehitaman. Karena unsur karbon
berwarna hitam dan gula tersebut mengalami dehidrasi (kekurangan air) karena air
dari gula sudah diikat oleh asam sulfat pekat. Reaksi dimana gula dimasukkan
kedalam asam sulfat pekat: C
12
H
22
O
11
12C + 11H
2
O. air yang dilepaskan, diserap
oleh asam sulfat pekat, mula-mula warna gula kuning, lalu cokelat hingga menjadi
cokelat-kehitaman. Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat bersifat dehidrator (zat
yang menarik air dari senyawa lain yaitu gula).
Dari hasil pengamatan dan praktikum ketiga pada percobaan penentuan reaksi
dehidrasi ini, dimana kayu (batang korek api) dimasukkan kedalam asam sulfat pekat
sebanyak 2 mL. Setelah kayu (batang korek api) dimasukkan kedalam asam pekat
tersebut, batang korek api tersebut langsung berubah warna menjadi hitam dan lama-
kelamaan larutan ikut berubah warna menjadi hitam karena batang korek api berubah
warna menjadi hitam. Hal ini disebabkan karena asam sulfat pekat bertindak sebagai
dehidrator, dimana asam sulfat pekat menarik air dari batang korek api, dan yang
tersisa pada batang korek api hanya unsur karbon saja.
Maka dari itu batang korek api berubah menjadi warna hitam seperti arang
yang didalamnya hanya terkandung unsur karbon saja. Reaksi dimana setelah kayu
(batang korek api) dimasukkan kedalam asam sulfat pekat : Cn(H
2
O)n nC + n
H
2
O. dimana air tersebut akan ditarik dan diikat oleh asam sulfat pekat dan yang
masih tersisa hanyalah karbon saja yang berwarna hitam yang menyebabkan batang
pada korek api tersebut berwarna hitam seperti halnya unsur karbon yang berwarna
hitam. Dari percobaan tersebut terbukti bahwa asam sulfat pekat bertindak sebagai
dehidrator, yaitu suatu senyawa yang menarik air dari senyawa lain.
Selanjutnya adalah hasil percobaan yang pertama yaitu warna putih dari
CuSO
4
dimasukkan kedalam air dengan hati-hati, sebelumnya keluarkan asam sulfat
pekat yang sudah mengikat air dari senyawa CuSO
4
.5H
2
O terlebih dahulu. Lalu baru
masukkan Kristal CuSO
4
kedalam 50 mL air, dari hasil pengamatan dan praktikum
yang dilakukan terlihat bahwa Kristal CuSO
4
melarut sempurna dengan air dan
larutan menjadi warna biru muda. Hal ini disebabkan oleh ketika senyawa
CuSO
4
.5H
2
O dimasukkan kedalam asam sulfat pekat yang masih tersisa adalah
Kristal CuSO
4
, lalu Kristal CuSO
4
dimasukkan kedalam air dan Kristal CuSO
4

berikatan dengan air menjadi larutan yang berwana biru.
Setelah itu hasil percobaan ketiga, yaitu batang korek api yang berwarna hitam
dimasukkan kedalam 50 mL air, dan warna hitam dari batang korek api tersebut tetap.
Hal ini berarti bahwa unsure karbon tidak bias mengikat air sehingga berwarna
kehitaman

Percobaan 3. Reaksi Oksidasi
Pada percobaan ini dimana logam Zn dan logam Cu serta logam Fe masing-
masing direaksikan dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat yang dipanaskan.
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui sifat asam sulfat sebagai
oksidator. Dari hasil pengamatan dan praktikum yang sudah dilakukan, pertama dari
percobaan ini direaksikan dan dimasukkan logam Zn kedalam tabung reaksi yang
sudah berisi asam sulfat encer sebanyak 2 mL.
Setelah dimasukkan logam Zn yang berwujud padat dan berwarna perak
langsung bereaksi dengan asam sulfat encer yang menghasilkan gelembung-
gelembung gas, gelembung-gelembung gas tersebut adalah gas hidrogen (H
2
). Selain
gas hidrogen yang dihasilkan, logam Zn yang bereaksi dengan asam sulfat encer
tersebut juga menghasilkan larutan seng (II) sulfat (ZnSO
4
). Dimana reaksi antara
logam Zn dengan asam sulfat encer merupakan reaksi redoks, reaksi redoks adalah
reaksi dimana terdapat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Reaksi antara asam sulfat encer dengan logam Zn adalah sebagai berikut: Zn
(s)
+
H
2
SO
4(aq)


ZnSO
4(aq)
+ H
2(g)
.
Dari reaksi tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Zn
berubah menjadi larutan ZnSO
4
. Disini logam Zn memiliki bilangan oksidasi 0 karena
logam Zn berdiri sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Zn adalah 0. Sedangkan
larutan ZnSO
4
, dimana Zn dalam larutan ZnSO
4
memiliki bilangan oksidasi +2. Dari
perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa logam Zn mengalami
reaksi oksidasi, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan
bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi Zn menjadi ZnSO
4
mengalami
peningkatan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Maka dari itu logam Zn mengalami
reaksi oksidasi dan bertindak sebagai reduktor. Dimana reduktor adalah suatu zat
pereaksi yang mengalami reaksi oksidasi.
Dari reaksi antara logam Zn dengan asam sulfat encer, dimana larutan H
2
SO
4

encer mengalami reaksi reduksi, dimana larutan H
2
SO
4
encer berubah menjadi gas H
2
.
Disini larutan H
2
SO
4
encer

memiliki bilangan oksidasi pada atom hidrogennya sebesar
+1. Sedangkan gas H
2
, memiliki bilangan oksidasi sebesar 0. Dari perubahan bilangan
oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H
2
SO
4
encer mengalami reaksi reduksi,
dimana reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi.
Karena bilangan oksidasi larutan H
2
SO
4
encer menjadi gas H
2
mengalami
penunurunan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0. Maka dari itu larutan H
2
SO
4
encer
mengalami reaksi reduksi dan bertindak sebagai oksidator. Dimana oksidator adalah
suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi. Disini terbukti bahwa asam sulfat
encer bertindak sebagai oksidator dan logam Zn bertindak sebagai reduktor.
Dari hasi pengamatan dan praktikum kedua dari percobaan ini, dimana logam
Cu yang berbentuk lempengan, berwujud padat dan berwarna merah kecokelatan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi asam sulfat encer sebanyak 2 mL.
Setelah dimasukkan logam Cu tidak bereaksi dengan asam sulfat encer tidak
menghasilkan gelembung-gelembung gas. Hal ini disebabkan karena jika logam Cu
dimasukkan kedalam asam sulfat encer tidak akan menghasilkan suatu hasil reaksi
karena logam Cu tidak bereaksi dengan asam sulfat encer dimana H
2
SO
4
encer
menyerang besi, aluminium, seng, mangan, magnesium dan nikel. Dan reaksi
tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat.
Tembaga tidak bereaksi dengan H
2
SO
4
encer karena tembaga (Cu) adalah
logam yang kurang reaktif, dimana didalam deret kereaktifan logam, tembaga berada
di sebelah kanan dari unusu hidrogen yang berarti logam tembaga (Cu) termasuk
logam yang sukar bereaksi dengan logam yang berada disebelah kirinya. Walaupun
tembaga tidak bereaksi dengan asam sulfat encer, logam tembaga (Cu) bisa bereaksi
dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan.
Pada percobaan terhadap logam Fe yang menggunakan Asam Sulfat encer,
banyak timbul gas banyak serta terdapat sedikit endapan serta terjadi reaksi
menghasilkan larutan besi (II) sulfat dan gas hydrogen dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
Fe
(s)
+ H
2
SO
4(aq)
FeSO
4(aq)
+ H
2(g)

Terlihat pada reaksi redoks diatas H
2
SO
4
bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H

yang mula-mula bernilai +1 pada H
2
SO
4
menjadi bernilai 0 pada gas hydrogen.
Dari hasil pengamatan dan praktikum keempat dari percobaan ini direaksikan
dan dimasukkan logam Zn kedalam tabung reaksi yang sudah berisi asam sulfat pekat
sebanyak 1 mL dan dipanaskan. Setelah dipanaskan logam Zn yang berwujud padat
dan berwarna perak langsung bereaksi dengan asam sulfat pekat yang menghasilkan
gelembung-gelembung gas, gelembung-gelembung gas tersebut adalah gas belerang
dioksida (SO
2
). Selain gas SO
2
yang dihasilkan, logam Zn yang bereaksi dengan asam
sulfat pekat yang dipanaskan tersebut juga menghasilkan larutan seng (II) sulfat
(ZnSO
4
) dan air. Dimana reaksi antara logam Zn dengan asam sulfat pekat yang
dipanaskan merupakan reaksi redoks, reaksi redoks adalah reaksi dimana terdapat
pereaksi yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Reaksi antara asam sulfat pekat yang dipanaskan dengan logam Zn adalah
sebagai berikut: Zn
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)


ZnSO
4(aq)
+ 2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)
. Dari reaksi
tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Zn berubah menjadi
larutan ZnSO
4
. Disini logam Zn memiliki bilangan oksidasi 0 karena logam Zn berdiri
sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Zn adalah 0. Sedangkan larutan ZnSO
4
,
dimana Zn dalam larutan ZnSO
4
memiliki bilangan oksidasi +2. Dari perubahan
bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa logam Zn mengalami reaksi
oksidasi, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan
oksidasi.
Karena bilangan oksidasi Zn menjadi ZnSO
4
mengalami peningkatan bilangan
oksidasi dari 0 menjadi +2. Maka dari itu logam Zn mengalami reaksi oksidasi dan
bertindak sebagai reduktor. Dimana reduktor adalah suatu zat pereaksi yang
mengalami reaksi oksidasi. Dari reaksi antara logam Zn dengan asam sulfat pekat dan
dipanaskan, dimana larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi, dimana larutan
H
2
SO
4
pekat berubah menjadi gas SO
2
. Disini larutan H
2
SO
4
pekat memiliki bilangan
oksidasi pada atom belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO
2
, memiliki bilangan
oksidasi pada atom belerangnya sebesar +4.
Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami
penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi larutan H
2
SO
4
pekat menjadi
gas SO
2
mengalami penunurunan bilangan oksidasi dari +6 menjadi +4. Maka dari itu
larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi dan bertindak sebagai oksidator.
Dimana oksidator adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi. Disini
terbukti bahwa asam sulfat pekat bertindak sebagai oksidator dan logam Zn bertindak
sebagai reduktor. Dari hasil pengamatan dan praktikum keempat dari percobaan ini
direaksikan dan dimasukkan logam Cu kedalam tabung reaksi yang sudah berisi asam
sulfat pekat sebanyak 1 mL dan dipanaskan.
Setelah dipanaskan logam Cu yang berwujud padat, berbentuk lempengan dan
berwarna merah kecokelatan langsung bereaksi dengan asam sulfat pekat yang
menghasilkan gelembung-gelembung gas, gelembung-gelembung gas tersebut adalah
gas belerang dioksida (SO
2
). Selain gas SO
2
yang dihasilkan, logam Cu yang bereaksi
dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan tersebut juga menghasilkan larutan
tembaga (II) sulfat (CuSO
4
) dan air. Dimana reaksi antara logam Cu dengan asam
sulfat pekat yang dipanaskan merupakan reaksi redoks, reaksi redoks adalah reaksi
dimana terdapat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Reaksi antara asam sulfat pekat yang dipanaskan dengan logam Cu adalah
sebagai berikut: Cu
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)


CuSO
4(aq)
+ 2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)
. Dari reaksi
tersebut logam Cu mengalami reaksi oksidasi, dimana logam Cu berubah menjadi
larutan CuSO
4
. Disini logam Cu memiliki bilangan oksidasi 0 karena logam Cu
berdiri sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Cu adalah 0. Sedangkan larutan CuSO
4
,
dimana Cu dalam larutan CuSO
4
memiliki bilangan oksidasi +2.
Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa logam Cu
mengalami reaksi oksidasi, dimana reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi Cu menjadi CuSO
4
mengalami
peningkatan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Maka dari itu logam Cu mengalami
reaksi oksidasi dan bertindak sebagai reduktor. Dimana reduktor adalah suatu zat
pereaksi yang mengalami reaksi oksidasi. Dari reaksi antara logam Cu dengan asam
sulfat pekat dan dipanaskan, dimana larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi,
dimana larutan H
2
SO
4
pekat berubah menjadi gas SO
2
. Disini larutan H
2
SO
4
pekat
memiliki bilangan oksidasi pada atom belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO
2
,
memiliki bilangan oksidasi pada atom belerangnya sebesar +4.
Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami
penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi larutan H
2
SO
4
pekat menjadi
gas SO
2
mengalami penunurunan bilangan oksidasi dari +6 menjadi +4. Maka dari itu
larutan H
2
SO
4
pekat mengalami reaksi reduksi dan bertindak sebagai oksidator.
Dimana oksidator adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi.
Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat bertindak sebagai oksidator dan logam
Cu bertindak sebagai reduktor. Reaksi antara logam Cu dengan asam sulfat pekat
yang dipanaskan sama dengan reaksi antara logam Zn asam sulfat pekat yang
dipanaskan yang sama-sama menghasilkan suatu gas SO
2
dan H
2
O yang membedakan
hanya jenis logamnya saja. Dari percobaan ini terbukti bahwa asam sulfat baik yang
encer maupun yang pekat bertindak sebagai zat oksidator kuat jika direaksikan dalam
suatu logam.
Dari pembahasan dan hasil pengamatan pada percobaan ini, logam Zn bisa
bereaksi dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat yang panas. Hal ini
disebabkan karena logam Zn berada di sebelah kiri unsur hidrogen(H) maka dari itu
logam Zn lebih reaktif dari unsur hidrogen(H) dan bisa bereaksi dengan asam sulfat
encer maupun pekat yang dipanaskan.
Dimana logam Zn bertindak sebagai reduktor kuat dan asam sulfat encer
maupun pekat yang dipanaskan bertindak sebaga oksidator kuat. Serta logam Zn bisa
mendesak asam sulfat agar bereaksi dan menghasilkan hasil reaksi. Sedangkan logam
Cu hanya bisa bereaksi dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan dan tidak bereaksi
dengan asam sulfat encer.
Hal ini disebabkan karena logam Cu adalah logam yang tidak reaktif dan sukar
bereaksi dengan unsur yang berada di sebelah kirinya karena unusur Cu berada
disebelah kanan unsur hidrogen(H). Maka dari itu logam Cu tidak bereaksi dengan
asam sulfat encer tetapi logam Cu bereaksi dengan asam sulfat pekat yang panas, hal
ini dikarenakan asam sulfat pekat dan panas memiliki sifat oksidator yang lebih kuat
dibandingkan logam tembaga(Cu).
Dimana reaksi antara logam Cu dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan,
logam Cu bertindak sebagai reduktor lemah dan asam sulfat pekat dan panas
bertindak sebagai oksidator kuat. Pada saat percobaan di laboratorium, dimana reaksi
antara logam Zn maupun Logam Cu dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan,
sedikit terlihat ada gelembung-gelembung gas, hal ini dikarenakan mungkin pada saat
pemanasan yang kurang lama dan penangan pada alat pemanas kurang mengeluarkan
panas yang tinggi.
Serta kemungkinan dikarenakan tidak teliti dalam melihat gelembung-
gelembung gas pada reaksi tersebut. Reaksi antara logam Zn maupun logam Cu
dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan memiliki perbedaan dengan reaksi antara
logam Zn maupun logam Cu dengan asam sulfat encer. Dimana perbedaannya jika
logam Zn maupun logam Cu bereaksi dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan
menghasilkan gas SO
2
dan H
2
O. sedangkan reaksi antara logam Zn dengan asam
sulfat encer menghasilkan gas H
2
dan reaksi antara logam Cu dengan asam sulfat
encer tidak menghasilkan hasil reaksi.
Selanjutnya ke dalam tabung reaksi lainnya yang berisi Fe, diberikan 1 ml asam
sulfat pekat dan dipanaskan. Reaksi tersebut menghasilkan larutan Besi (II) sulfat
(FeSO
4
) dan air sesuai dengan persamaan :
Fe
(s)
+ 2H
2
SO
4(aq)


FeSO
4(aq)
+ 2H
2
O
(l)
+ SO
2(g)

Terlihat pada reaksi redoks diatas H
2
SO
4
bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H

yang mula-mula bernilai +1 pada H
2
SO
4
menjadi bernilai 0 pada gas hydrogen.




VII. Kesimpulan
1. Pada saat melakukan pengenceran asam sulfat pekat, asam sulfat pekat
dimasukkan perlahan-lahan dan sambil diaduk kedalam air tidak sebaliknya.
Karena jika air dituangkan kedalam asam sulfat akan mengakibatkan
memerciknya larutan sehingga menimbulkan hal yang membahayakan.
2. Asam sulfat pekat terbukti bertindak sebagai dehidrator, yaitu zat yang menarik
air dari senyawa lain. Dimana dalam percobaan ini asam sulfat pekat menarik air
dari senyawa CuSO4.5H2O, gula pasir, dan batang korek api yang menyebabkan
senyawa-senyawa tersebuk kehilangan air (mengalami dehidrasi).
3. Asam sulfat encer maupun asam sulfat pekat yang dipanaskan terbukti bertindak
sebagai oksidator kuat. Logam akan mengalami reaksi oksidasi (reduktor) dan
asam sulfat akan mengalami reaksi reduksi (oksidator).
4. Logam Zn adalah logam yang reaktif yang bisa bereaksi dengan asam sulfat pekat
yang dipanaskan dan asam sulfat encer. Sedangkan logam Cu adalah logam yang
kurang reaktif sehingga tidak bisa bereaksi dengan asam sulfat encer tetapi dapat
bereaksi dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan. Pada logam Fe reaksi tersebut
sangat reaktif, itu dibuktikan dengan timbulnya gas dan terdapat endapan
5. Jika suatu logam yang direaksikan dengan asam sulfat encer akan menghasilkan
suatu larutan, gas H
2
. Sedangkan jika logam direaksikan dengan asam sulfat pekat
dan dipanaskan akan menghasilkan suatu larutan, gas SO
2
, dan air (H
2
O).














DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Permana, Dedi. 2006. Intisari Kimia SMA. Bandung: Pustaka Setia.
Purba, Michael. 2007. Kimia Jilid 3 Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Tim Kimia Dasar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit Jimbaran : Jurusan
Kimia Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
http://wikipedia.org
http://www.chem-is-try.org
http://okleqs.wordpress.com/2008/12/02/1-asam-sulfat-h2so4/

Anda mungkin juga menyukai