Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara cara penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam
suatu senyawa atau larutan yang akan dianalisa baik jenis maupun kadarnya :
1. Analisa Kualitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu
zat tunggal atau campuran.
2. Analisa Kuantitatif Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam
suatu zat tunggal atau campuran.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam
penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya
(Underwood, 1986). Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari
susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.
Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk
menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah
dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara
cepat mendapatkan hasil percobaan.
Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam
pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.

1.2Perumusan Masalah
Menganalisa adanya anion dalam sampel dengan langkah-langkah pendahuluan, yaitu dengan
pemberian karbon aktif untuk adsorbsi warna tambahan, uji logam berat, lalu dilakukan identifiksi
anion. Dan bagaimana kelarutan ion-ion Pb2+, Hg+, Ag+, Cd2+, dan Cu2+ setelah direaksikan dengan HCl
encer dan gas H2S jenuh.

1.3Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi anion anion sulfat, phospat, khromat, dan halida dengan pereaksi spesifik
membentuk endapan. Dan memisahkan kation-kation Pb+2, Hg+, Ag+, Cd+2 dan Cu+2, berdasarkan
kelarutannya dengan HCl encer dan gas H2S (jenuh). Dan selanjutnya diidentifikasi dengan reaksi
spesifik.

1.4Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa mengerti dan mampu mengaplikasikan analisa anion dan kation dalam dunia kerja.

1.5Ruang Lingkup percobaan
Praktikum Kimia Analisa Kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Menggunakan bahanbahan antara lain Fanta hijau, You C1000, Na2CO3, HNO3, HCl, Ba(OH)2,
BaCl2, NH4OH, AgNO3, Hac, K2CrO4, KI, dan H2S. Dan dalam percobaan ini digunakan alat-alat seperti
tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, corong, pipa kapiler,
bunsen, penjepit tabung, sentrifuse dan, penganas air.

















BAB II
TEORI ANALISA KUALITATIF


2.1 Metode Analisis Kualitatif
Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau
komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunanakan sifat-sifat
zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam
gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka kita lakukan analisa kualitatif terhadap sampel
cairan itu. Caranya ialah kita tentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya bagaimanakah warna,
bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan, kita
tentukan bagiamanakah warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Harus
disadari bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang
cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-sifat fisis ini
dapat ditemukan dalam suatu Hand Book, misalnya dalam Physical and Chemical Data Hand Book.
Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, analisis
bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan
berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation dan analisis anion. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana
cara melakukan analisa kualitatif tersebut.
2.1.1 Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk
sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu
analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk,
kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis
penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.
2.1.2 Idetifikasi kation berdasarkan H2S
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi
yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena
itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan
golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu.
Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu
sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer,
HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1). Mula-mula dicoba dalam keadaan
dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian
besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara
menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai
volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.
Analisa kualitatif merupakan analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel
yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel
sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan
antar semantis sangat penting karena dalam analisa kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka
seperti pada analisa kuantitatif.
Prinsip pokok teknik analisa kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data yang terkumpul
menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisa data
kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:
1.Mengorganisasi data: Cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga
peneliti dapat menemukan data yang sesuai dengan penelitiannya dan membuang data yang tidak
sesuai
2.Membuat kategori, menentukan tema, dan pola: langkah kedua ialah menentukan kategori yang
merupakan proses yang cukup rumit karena peneliti harus mampu menglompokkan data yang ada
kedalam suatu kategori dengan tema masing-masing sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat
secara jelas
3.Menguji hipotesa yang muncul dengan menggunakan data yang ada: setelah proses pembuatan
kategori maka peneliti melakukan pengujian kemungkinan berkembangnya suatu hipotesa dan
mengujinya dengan menggunakan data yang tersedia
4.Mencari eksplanasi alternatif data: proses berikutnya ialah peneliti memberikan keterangan yang
masuk akal data yang ada dan peneliti harus mampu menerangkan data tersebut didasarkan pada
hubungan logika makna yang terkandung dalam data tersebut; dan
5.Menulis laporan: penulisan laporan merupakan bagian analisa kualitatif yang tidak terpisahkan. Dalam
laporan ini peneliti harus mampu menuliskan kata, frasa dan kalimat serta pengertian secara tepat yang
dapat digunakan untuk mendeskripsikan data dan hasil analisanya.
Model lain untuk melakukan analisa data kualitatif ialah dengan menggunakan:
1.Analisa Domain,
2.Analisa Taksonomi,
3.Analisa Komponensial,
4.Analisa Tema Kultural dan
5.Analisa Komparasi Konstan.
Dalam mengaplikasikan teknik-teknik analisa di bawah ini, penulis menggunakan contoh bidang ilmu
Desain Komunikasi Visual.
1. Analisa Domain: Analisa domain berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum atau
pengertian yang bersifat secara mneyeluruh. Hasil yang diharapkan ialah pengertian di tingkat
permukaan mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual.
2. Analisa Taksonomi: analisa taksonomi didasarkan pada focus terhadap salah satu domain (struktur
internal domain) dan pengumpulan hal-hal / elemen yang sama.
3. Analisa Komponensial: analisa komponensial menekankan pada kontras antar elemen dalam suatu
domain; hanya karakteristik-karaktersitik yang berbeda saja yang dicari.
4. Analisa Tema Kultural: cara melakukan analisa tema kultural ialah dengan mencari benang merah
yang ada yang dikaitkan dengan nilai-nilai, orientasi nilai, nilai dasar / utama, premis, etos, pandangan
dunia dan orientasi kognitif. Analisa berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang kita teliti
pada dasarnya merupakan suatu yang utuh (keseluruhan), tidak terpecah-pecah; oleh karena itu peneliti
dalam menganalisa data sebaiknya menggunakan pendekatan yang utuh (holistic approach).
5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) cara melakukan analisa komparasi konstan
adalah sebagai berikut:
a.Mengumpulkan data untuk menyusun / menemukan suatu teori baru.
b.Berkonsentrasi pada deskripsi yang rinci mengenai sifat atau cirri dari data yang dikumpulkan untuk
menghasilkan pernyataan teoritis secara umum.
c.Membuat hipotesa jalinan hubungan antara gejala yang ada, kemudian mengujinya dengan bagian
data yang lain.
d.Didasarkan dari akumulasi data yang telah dihipotesakan, peneliti mengembangkan suatu teori baru.

















BAB III
IDENTIFIKASI ANION
BERDASARKAN REAKSI PENGENDAPAN

3.1 Ringkasan percobaan
Hari / tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2009
Pukul : 13.30 17.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Warna : Hijau
Hasil : Anion Karbonat (CO3-)
Anion Khromat (CrO4-)
Anion Klorida (Cl-)
Anion Bromida (Br-)
Anion Iodida (I-)


3.2 Tinjauan Pustaka
Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sampel. Sedangkan
analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel.
Jadi, analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui adanya anion
serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel.
Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara
penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan
garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan
garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada
proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi
anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam
dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion
yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat. Demikian pula identifikasi anion
berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan
dan dengan reaksi redoks.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis anion dengan
menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan
tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada
dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+,
anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena
timbal nitrat mudah larut dalam air dingin. Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas
diantaranya :
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat
digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang
diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil.
Reaksi ini terdapat beberapa macam jenis, diantaraknya :
1. Uji Manik fosfat
Digunakan garam mikroskomik, natrium ammonium hidrogen fosfat tetrahidrat, manik tembus cahaya
tak berwarna mengandung natrium metafosfat.
2. Uji nyala
Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelhan yang terletak pada kira-kira sepertiga ketinggian nyala,
daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat lelehan zat dan juga melengkapi dalam menguji
keatsirian relative dari zat-zat atau campuran zat.
3. Uji Spektroskopi
Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan mengidentifikasikan kation yang ada oleh
perangkat rona yang khas itu.
4. Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian
yang dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-mula dengan lembut
dan kemudian dengan lebih kuat.
5. Uji Manik natrium karbonat
Manik natrium karbonat disiapkan dengan melelehkan natrium karbonat pada lingkaran kawat Pt dalam
nyala Bunsen, diperoleh pantulan kecil tak tembus cahaya, jika dibasahi, maka akan dibenamkan dalam
kalium nitrat dan sedikit mangan, sehingga terbentuk manik hijau natrium manganat
6. Uji Pipa Tiup
Suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa dengan pipa itu kira-kira sepertiga
kedalam nyala dan meniup dengan lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar.
7. Uji Manik Borak
Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan
warnanya diamati. Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksida bawah, biarkan dingin dan
warnanya diamati lagi.
Namun, Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCl. Diatas kaca arloji kemudian
dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas
nyala oksidasi .
2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala
hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekat
dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul
warna hijau.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan untuk kation.
Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termaksud
dalam lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion berbasa banyak
seperti oksalat
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan reaksi dari asam-
asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalad, sitrat,
salisilad, benzoad, dan saksinat.
Bila dalam pemeriksaan kation ditemukan kation-kation logam berat (kation golongan I, II, III, IV dan
Mg2+ pada golongan skema H2S) maka pemeriksaan anion menggunakan larutan ekstrak soda. Larutan
ekstrak soda dibuat dengan memasak cuplikan dalam larutan jenuh natrium karbonat 10 menit, lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrakselama soda (ES). Karena ES suasana basa maka larutan
ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana yang tepat. Biasanya sebelum digunakan
ditabahkan dulu asam.
Sebagai contoh:
Analisis terhadap ion-ion preduksi
Warna KMnO4 hilang menunjukkan ion pereduksi positif ada
ES + H2SO4 (4N) + KMnO4
Warna KMnO4 tidak hilang menunukkan ion
Pereduksi tidak ada
Analisis terhadap ion-ion pengoksida
ES + H2SO4 (4N) kemudian dituangkan dengan hati-hati ke dalam larutan difenil amin dalam H2SO4
pekat. Bila terjadi warna biru tua menunjukkan ion pengoksida ada. Bila bukan biru tua maka
menunjukkan ion pengoksida tidak ada.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk mempertinggi
kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na2CO3 ion-ion logam diendapkan dalam
bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang ditambahkan banyak maka
CrO4 2- yang dapat larut makin banyak. Dari hasil identifikasi sebelumnya dapat ditehui adanya
beberapa anion seperti CO32- dan CH3COO-. Berikut ini akan dibahas beberapa reaksi identifikasi anion
yang lain.
SO32- : Dengan larutan KMnO4 yang diasamkan dengan asam sulfat encer akan terjadi penghilangan
warna ungu KMnO4 karena MnO4 tereduksi menjadi ion Mn2+.
S2O32- : Dengan larutan Ion akan terjadi penghilangan warna iod karena terbentuk larutan tetrationat
yang tak berwarna.
SO42- : Dengan larutan barium klorida membentuk endapan putih BaSO4 yang tak larut dalam HCl
encer, asam nitrat encer tetapi larut dalam HCl pekat panas.
NO2- : Dengan larutan KI kemudian diasamkan dengan asetat atau sulfat encer akan dibebaskan iodium
yang dapat diidentifikasi dari timbulnya warna biru dalam pasta kanji.
CN- : Denga larutan AgNO3 terbentuk endapan putih AgCN yang mudah larut dalam larutan sianida
berlebih karena membentuk ion komplkes [Ag(CN)2]
SCN- : Dengan larutan FeCl3 membentuk warna merah darah.
[Fe(CN)6]4- : Dengan larutan FeCl3 akan terbentuk endapan biru prusia dalam larutan netral atau asam.
Endapan diuraikan oleh larutan hidroksida alkali membentuk endapan Fe(OH)3 yang berwarna coklat.
[Fe(CN)6]3- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan merah jingga, Ag3[Fe(CN) 6] yang larut dalam
amonia tetapi tidak larut dalam asam nitrat.
Cl- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan putih AgCl yang tidak larut dalam air dan asam nitrat
encer, tetapi larut dalam amonia encer.
Br- : Dengan larutan AgNO3 membentuk endapan kuning AgBr yang sukar larut dalam amonia encer,
larut dalam amonia pekat, KCN dan Na2S2O3 tetapi tidak larut dalam sama nitrat encer.
I- : Dengan larutan Pb asetat terbentuk endapan kuning PbI2 yang larut dalam air panas yang banyak
membentuk larutan tidak berwarna, ketika didinginkan terbentuk keping-keping kuning keemasan.
NO3 - : Dengan tes cincin coklat. Tambahkan 3 ml larutan FeSO4 yang segar ke dalam 2 ml larutan NO3-.
Tuangkan 3-5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cicncin coklat menunjukkan
adanya NO3


3.2.1 Barium Karbonat (BaCO3)
Senyawa Barium Karbonat mungkin berada dalam bentuk bahan tambang yang lain. Karbonat dan
Barium Karbonat yang diendapkan. Barium karbonat merupakan persenyawaan antara Barium dan
Karbonat.
3.2.1.1 Sifat Sifat Barium Karbonat (BaCO3)
A. Sifat Fisika :
1.Berat molekul : 197,37 gr/mol
2.Warna : putih
3.Spesifik gravity : 4,29
4.Titik lebur : 17400 C
5.Titik didih : 14500 C
6.Sering bergabung dengan galena
7.Tersedia dalam jumlah yang sedikit di alam
B. Sifat Kimia :
1.Mempunyai kelarutan yang normal
2.Larut dalam air
3.Terbentuk karena reaksi oleh asam karbonat yang berlebihan
4.Barium Karbonat dapat dilarutkan dalam asam nitrat
5.Terurai pada saat pendidihan larutan
6.Barium Karbonat digunakan untuk racun tikus
3.2.1.2 Pembuatan Karbonat (BaCO3)
A.Skala Laboratorium
Dalam skala laboratorium Barium Karbonat dapat dibuat dengan mengalirkan gas CO2 kepada larutan
Ba(OH)2 sehingga terjadi endapan Barium Karbonat (BaCO3) reaksinya adalah :
Ba(OH)2 + CO2 BaCO3 + H2O
B.Skala Industri
Proses pembuatan BaCO3 dapat dilakukan dengan menggunakan proses feedstock BaCO3 dengan
kemurnian tinggi yang digunakan oleh OSRAM Sylvania Product Inc.. Prosesnya sebagai berikut:
Garam BaCl2 dengan kemurnian tinggi terlarut dalam air deionisir. Solution difiltrasi untuk
menghilangkan residu padatan tersuspensi dan hasil filtrasi dibuang. Solution NH4HCO3 kemudian
dipompa ke BaCl2 untuk mengendapkan BaCO3.
Penguapan NH3 dari penambahan NH4HCO3 ke BaCl2 dilepaskan ke scrubber. Scrubber air limbah
disalurkan secara langsung ke fasilitas pengolahan air limbah OSRAM on-site.
Presipitat BaCO3 yang masih mengandung NH4+ dipisahkan dengan pengurai amonia. Presipitat BaCO3
dicuci dengan air deionisir dan hasil air cucinya dikirim langsung ke bagian pengolahan air limbah.
Produk BaCO3 dibersihkan, dikeringkan, dan sized. Uap air dilepaskan ke atmosfer dari unit pengering
dan pengukur. Debu yang dihasilkan selama tahap sizing ditangkap oleh pengumpul debu dan akhirnya
dibuang. Produk akhir BaCO3 digunakan sebagian secara internal dalam fasilitas OSRAM sebagai bahan
baku untuk menghasilkan produk OSRAM.
Gambar 3.1 Flowsheet pembuatan BaCO3
3.2.1.3 Kegunaan Karbonat (BaCO3)
Digunakan sebagai bahan Pembuat Racun Tikus
Sebagai bahan untuk Gelas Optik
Bahan Pembuat Keramik, Cat, dan Enamel.

3.2.2Na2CrO4 (Natrium kromat)
Natrium kromat bersifat murni dan kemurnian yang tinggi. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai
reagensia. Namun, senyawa natrium kromat merupakan senyawa beracun.
3.2.2.1Sifat Sifat Na2CrO4 (Natrium kromat)
Sifat Fisika :
1.Berbentuk kristal berwarna kuning.
2.Juga berada dalam bentuk larutan.
3.Berwarna kuning.
4.Berat molekul : 342,16
5.Titik lebur : 19,9oC
6.Densitas : 1,483 gr/ml
Sifat Kimia :
1.Sedikit larut dalam alkohol.
2.Merupakan zat yang beracun.
3.Afinitas elektron kuat.
4.Bersifat reduktor.
5.Keelektronegatifan kecil
6.Beracun.
7.Bersifat reduktor.
3.2.2.2Pembuatan Na2CrO4 (Natrium kromat)
A. Skala laboratorium
Pembuatan asam kromat bisa dilakukan dengan mereaksikan kalium kromat dengan timbal asetat.
Kemudian menghasilkan endapan yang larut dalam larutan natrium hidroksida. Kelarutan dalam larutan
natrium hidroksida disebabkan karena terbentuknya senyawa garam kompleks dan natrium plumbit
yang mereduksi konsentrasi ion Pb2+ sehingga timbal kromat larut dalam larutan.
K2CrO4 + Pb(C2H3O2)2 PbCrO4 + 2KC2H3O2
(kalium kromat) (timbal asetat) (timbal kromat) (kalium asetat)
PbCrO4 + 4NaOH Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O
(timbal kromat) (natrium hidroksida) (natrium plumbit) (natrium kromat) (air)
B. Skala industri
Dalam skala industri, pembuatan natrium kromat dilakukan dengan melelehkan bijih krom dalam tungku
dengan asam dan soda dengan aliran udara. Lelehan tersebut dilarutkan dalam air dan sedikit natrium
karbonat ditambahkan. Larutan tersebut didinginkan dan diasamkan dengan asam asetat pada
konsentrasi tertentu dan dibentuk menjadi kristal.

Gambar 3.2 Flowsheet Pembuatan NaCrO4

3.2.2.3Kegunaan CrO4 (Anion kromat)
1.PbCrO4 digunakan sebagai pigmen dalam industri cat, karet, plastik, pelapisan keramik, dan analisis
organik.
2.Cr(C2H3O2).3H2O digunakan dalam industri tekstil, katalis polimerisasi dan oksidasi, dan pengemulsi.
3.ZnCrO4.7H2O digunakan sebagai zat warna.
4.ZnCr2O7 digunakan sebagai zat warna.
5.K2Cr2O7 digunakan sebagai agen pengoksidasi, reagensia analitis, komposisi kuningan, bahan peledak,
korek api, tekstil, percetakan, perekat, pewangi sintetis, zat warna.
6.Na2Cr2O7 digunakan dalam kolorimetri, agen pengompleks, oksidator inhibitor dalam etil eter.


3.2.3NaCl (Natrium Klorida)
Natrium Klorida biasanya disebut Garam, adalah senyawa yang hamper setiap hari digunakan. Senyawa
ini adalah komponen utma dalam bahan masakan, pembutan yang mudah dan harga yang relative
terjangkau.
3.2.3.1Sifat sifat NaCl(Natrium Klorida)
Sifat Fisika :
1.Rumus Kimia ( NaCl )
2.Tampilan Padatan
3.Titik Lebur 140C
4.Titik didih 430C
5.Densitas pada suhu 20C 1.9 kg/L
Sifat Kimia :
1.Di alam terdapat sebagai Karnalit
2.Mudah Larut dalam Air
3.Dapat ditemukan di air laut
4.Tidak hogroskopis
5.Dapat digunakan sebagai katalis
3.2.3.2Pembuatan NaCl(Natrium Klorida)
A. Skala laboratorium
Natrium klorida terbentuk dari campuran unsur alam Natrium dan Chlor. Zat ini sangat banyak dijumpai
di alam dengan reaksi :
Na+ + Cl- NaCl
B. Skala Industri
Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan ini
hanya akan diuraikan secara singkat cara pembuatan garam yang proses penguapannya menggunakan
tenaga matahari (solar evaporation), mengingat cara ini dinilai masih tepat untuk diterapkan
perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang. Pada dasarnya pembuatan
garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan
pemisahan garamnya (dengan kristalisasi).
Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam
zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak
diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian disebut kristalisasi total. Bila
terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang berlainan secara
berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen garam yang relatif lebih murni. Proses
kristalisasi demikian disebut kristalisasi bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida
yang kemurniannya tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut,
tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari 25Be sehingga
menjadi 29Be, sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam magnesium dalam garam yang
dihasilkan dapat dihindari/dikurangi.

Gambar 3.3 Flow Proses Pembuatan Garam

3.2.3.3Kegunaan NaCl(Natrium Klorida)
1.Digunakan sebagai bahan penting untuk makanan
2.Dapat digunakan sebagai bahan pengawet
3.Bahan baku pembuatan logam Na dan Larutan NaOH
4.Dan bahan untuk pembuat keramik, kaca dan
5.Sebagi bahan pembuat Pupuk


3.2.4AgBr (Perak Bromida)
Perak bromida adalah persenyawaan antara Ag+ dan Br-. Senyawa sangat sering digunakan delam
Fotografi karma depat menghitamkan berkas Film dari kamera.
3.2.4.1Sifat sifat AgBr (Perak Bromida)
Sifat Fisika :
1.Rumus Kimia ( AgBr)
2.Tampilan Padatan,
3.Berwarna Kuning Muda
4.Titik Lebur 423C
5.Densitas pada suhu 20C 6,5 kg/L
Sifat Kimia :
1.Sukar larut dalam ammonia
2.Mudah larut dalam senyawa kompleks
3.Ksp sebesar 3,3 x 10-13
4.Menghitam jika dikenai cahaya
5.Senyawa anorganik
3.2.4.2Pembuatan AgBr (Perak Bromida)
A. Skala laboratorium
Pembuatan perak bromida secara laboratorium secara reaksi substitusi Br2 dengan senyawa atau garam
yang mengandung perak misalnya perak iodida dengan reaksi :
Br2 + 2 AgI 2 AgBr + I2
Dapat juga dibuat dengan mereaksikan garam perak dengan asam bromida untuk menghasilkan perak
bromida dengan reaksi :
AgNO3 + HBr AgBr + HNO3
B. Skala industri
Pembuatan brom ini memakai proses pendorongan uap dari air garam. Untuk air laut, dimana
konsentrasi bom relatif encer, udara merupakan bahan peniup yang paling ekonomis. Tetapi untuk
pengolahan sumber-sumber yang mempunyai kandungan brom relatif tinngi seperti air garam (brom
cara peniupan uap (vapor) brom yang lebih baik ialah dengan uap (steam). Dalam proses ini air garam
dipanaskan di dalam penukar kalor sampai suhu 90oC, kemudian dilewatkan menuju menara klorinator.
Setelah mengalami klorinasi sebagian, air garam itu dialirkan ke dalam menara tiupan uap, dimana uap
diinjeksikan dari bawah sambil menambahkan klor dan yang mengandung halogen dikondensasikan dan
dipisahkan melalui gravitasi. Lapisan yang terdiri dari campuran air halogen dikembalikan ke menara
uap, dan halogen yang sebagian besar terdiri dari brom, pada lapisan bawah dipisahkan dan dimurnikan.
Brom mentah dari proses yang terdahulu dapat dimurnikan dengan melewatkan uap melalui isian yang
terbuat dari besi yang dapat menangkap klor yang menyebabkan ketidakmurnian. Sebagian besar brom
yang dihasilkan dijadikan alkali bromida dan senyawa lain misal Perak bromida.
AgNO3 + HBr AgBr + HNO3


Gambar 3.4 Flowsheet Pembuatan AgBr

3.2.4.3Kegunaan AgBr (Perak Bromida)
1.Sebagai pereaksi (reagensia) di laboratorium.
2.Pembuatan etilena dibromida.
3.Digunakan dalam penghambat nyala (bahan anti nyala).
4.Digunakan dalam pembuatan senyawa racun api.
5.Sebagai obat penenang yang aman.
6.Pembuatan rol film fotografi dan kertas foto.
7.Pembuatan desinfektan, anti hama (fumigan).
3.2.5Hidrogen Iodida (HI)
Hidrogen Iodida adalah senyawa organik dengan rumus HI, merupakan gas tidak berwarna yang dibuat
dengan persenyawaan H2 dengan uap I2. bnyak penelitian menemukan bahwa senyawa ini tidak stabil.
3.2.5.1Sifat sifat Hidrogen iodida (HI)
Sifat fisikanya :
1.Rumus Kimia ( HI)
2.Tampilan Gas putih
3.Titik Lebur 50.8C
4.Titik didih 35.4C
5.Densitas pada suhu 20C 2.85 kg/L (cair)
6.Densitas pada suhu 20C 4.4 kg/L (gas)
Sifat Kimianya :
1.Reduktor pada katalis Pt
2.Asam Kuat
3.Larut baik dalam air
4.Merupakan Reduktor
5.Senyawa anorganik
3.2.5.2Pembuatan Hidrogen iodida (HI)
A. Skala laboratorium
Asam iodida (HI) terbentuk dari pemanasan iodida dengan asam posfat yang dibentuk dari posfor
merah, memakai bantuan asam sulfur sebagai pendingin dengan reaksi :
I- + H3PO4 HI + H2PO4-
B. Skala industri
Pembuatan iodin dapat dilakukan dengan tiga tahap yang paling mungkin dari brines. Langkah pertama
adalah klarifikasi terhadap brines untuk memisahkan minyaknya dan materi yang lain. Kemudian pada
tahap selanjutnya, dilakukan penambahan larutan perak nitrat ke dalam presipitat atau endapan dari
perak iodida yang terkandung dalam brines, dimana akan terjadi penyaringan dan perlakuan untuk
membentuk logam perak dan larutan ferro iodida. Perak ini pada akhirnya akan dilarutkan kembali oleh
asam nitrat pada siklus yang lain dan direaksikan dengan klorin untuk membebaskan iodin. Pada langkah
terakhir, setealh pembebasan iodin itu telah terjadi, itu berarti anion iodida telah berada dalam keadaan
bebas pada larutannya. Larutan tersebut akan dilewatkan pada kabel-kabel tembaga, sehingga iodida
dalam larutan akan bereaksi menjadi cupro iodida yang tidak larut pada scrap reactor yang akhirnya
akan disaring lagi, dikeringkan untuk memisahkan senyawa tersebut menjadi iodium dengan residu
senyawa besi II klorida. Lalu ditambah H3PO4 menghasilkan HI.


Gambar 3.5 Flowsheet Pembuatan HI.

3.2.5.3Kegunaan Hidrogen iodida (HI)
1.Untuk membuat asam hidrida.
2.Sebagai katalis untuk klorinasi senyawa organik.
3.Dalam kimia analitik untuk penentuan angka iodium.
4.Untuk pengobatan (farmasi) dan fotografi.
5.Sebagai zat warna pada germisida (pembasuh kuman).

3.2.6 Regensia
3.2.6.1. Anion Karbonat :
1.Na2CO3
A. Sifat Fisika :
1.Padatan Kristal Berwarna putih
2.Titik Lebur 851C
3.Densitas (anhydrous) : pada 20C 2.5 Kg/L
4.Densitas (Dekahidrat) : pada 20C 1.4 Kg/L
5.Nama Dagang : Soda Hablur / Soda Cuci
B. Sifat Kimia :
1.Mudah Melapuk oleh udara
2.Beracun
3.Dapat digunakan sebagai pembersih
4.Pelunak Air sadah
5.Pereksi dalam pembuatan Kaca
2.Ba(OH)2
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Berwarna Putih
3. Titik Lebur : 78C
4. Densitas : pada suhu 20C 2,13 kg/L
5. Tidak Berbau
B. Sifat Kimia :
1. Merupakan larutan Basa
2. Larutan Anorganik
3. Pereaksi Analitik
4. Pereaksi dalam pemurnian Gula
5. Tidak beracun
3. HCl
A. Sifat Fisika
1. Massa atom : 36,45
2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
3. Titik leleh : -1010C
4. Energi ionisasi : 1250 kj/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr0C
6. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
7. Berbau tajam.
B. Sifat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di udara lembab.
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang.
3.Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter.
4.Merupakan oksidator kuat.
5.Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya, sehingga dapat
6. Racun bagi pernapasan.
3.2.6.2 Anion Khromat :
1.NH4OH
A. Sifat Fisika :
1.Berbentuk Cair
2.berbau tidak sedap
3.Tidak Berwarna
4.Titik Lebur : -78 C
5.Titik Didih : - 33,5C
B. Sifat Kimia :
1.Tidak dapat diisolasi
2.Tidak Stabil
3.Merupakan larutan basa
4.Mudah larut dalam Air
5.Autoniosasi
2.Hac
A. Sifat Fisika :
1. Tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Berbentuk cair
4. Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak berwarna
5. Titik lelehnya Rendah
B. Sifat Kimia ;
1. Merupakan Asam
2. Mudah larut dalam Air
3. Merupakan oksidator kuat.
4. Larutanya Stabil
5. Beracun

3. BaCl2
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Kristal
2. Tidak Berwarna
3. Titik Lebur : 960C
4. Densitas : pada suhu 20C 3,10 kg/L
5. Tidak Berbau
B. Sifat Kimia
1. Merupakan Garam Organik
2. Mudah Larut dalam Air
3. Digunakan sebagai zat Aditif untuk pelumas
4. Beracun
5. Tidak bereaksi dengan Udara
3.2.6.3Anion Clorida, Bromida, Iodida :
1.HNO3
A. Sifat fisika :
1. Massa jenis : 1,502 gr/cm3
2. Titik didih : 86C
3. Titik lebur : -42C
4. Energi evaporasi : 9,43 kkal/mol pada 20oC
5. Berat molekul : 63,02 gram/mol
6. Nilai entropi : 37,19 kkal/mol oK pada 25oC
7. Tidak berwarna

B. Sifat kimia :
1.Merupakan oksidator yang kuat dan asam kuat
2.Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
HNO3 + NH3 NH4NO3
3.Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen monoksida, belerang, dan air.
3 NiS + 8 HNO3 3 Ni(NO3)2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
4.Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam nikel klorida.
3 NiS + 2 HNO3 + 6 HCl 3 NiCl2 + 2 NO + 3 S + 4 H2O
5.Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen dioksida.
Ag + 2 HNO3 AgNO3 + NO2 + H2O
2. AgNO3
A. Sifat Fisika :
1.Padatan Kristal
2.Tidak Berwarna
3.Tidak Berbau
4.Tidak Aromatis
5.Rumus Kimianya AgNO3
B. Sifat Kimia :
1.Larut dalam air
2.Merupakan Garam
3.Oksidator Kuat
4.Dapat diisolasi
5.Beracun
3. CCl4
A. Sifat Fisika :
1. Berbentuk Cair
2. Densitas : pada suhu 20C 2,238 kg/L
3. Tidak Berwarna
4. Hf : -135.44 kJ/mol
5. Memiliki bau Khas
B. Sifat Kimia :
1.Sangat reaktif terhadap zat lain
2.Dapat diisolasi
3.Beracun
4.Tidak larut dalam Air
5.Tidak stabil
4. NH4OH
Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2.2.3

3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Identifiksi Anion Karbonat (CO32-)
a.Ambil 2 sendok spatula Natrium Karbonat (Na2CO3), masukan dalam tabung reaksi Kemudian
tambahkan 5 ml HCl 3N
b.Sedikan Tabung Reaksi dengan penutup Gabus dan pipa kapiler Bengkok.
c.Alirkan gas yang keluar dari tabung reaksi pertama ketabung reaksi kedua yang berisi larutan Ba(OH)2.
Amati apa yang terjadi

3.3.2 Identifikasi Anion Khromat (CrO42-)
a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan NH4OH encer sampai basa
b.Lalu ditambahkan Hac sampai larutan menjadi asam
c.Ditambahkan 2 tetes BaCl2 10% presipitat kuning menujukan adanya anion khromat

3.3.3 Identifikasi Anion Klorida, Bromida, Iodida
a.Kepada 5 tetes E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer. Kemudian panaskan sampai tidak
mengeluarkan gas lgi ( jika terdapat sufit maka harus dihalau terlebih dahulu) lalu tambahkan 1 tetes
larutan AgNO3. Presipitatnya putih yang larut dalam NH4OH menunujukan adanya Anion klorida
b.Kepada 5 tetes larutan E.S ditambahkan 10 tetes HNO3 encer lalu dipanaskan di dalam pengans air
kemudian ditambahkan 4 tetes larutan AgNO3. bila terbentuk endapan kuning pucat (endapan AgBr),
maka tambahkan 1 tetes NH4OH dan 6 tetes air klor. Lalu ditambahkan 10 tetes larutan CCl4 dan tabung
dikocok baik baik. Lapisan ungu yang terbentuk menunjukan adnya anion iodida (I-).

Anda mungkin juga menyukai