Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan nila pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah diteliti
ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama
sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Dimana nama ini
menunjukkan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika.
Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nildi Uganda dan mereka
selama bertahun tahun habitatnya semakin berkembang dan
bermigrasi ke arah selatan ke hilir sungai melewati danau Raft dan
Tanganyika sampai ke Mesir. Ikan ini dengan bantuan dari manusia
sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua. Meskipun habitatnya
yang disukai adalah daerah tropis dan hangat.
Ikan nila (Oreocromis niloticus) dikenal mempunyai banyak
keunggulan antara lain pertumbuhannya cepat, tahan terhadap
penyakit, serta toleran terhadap lingkungan dan merupakan komoditas
andalan di indonesia.
Ikan nila srikandi merupakan hasil dari hibbridisasi antara
spesies ikan nila nirwana betina dengan ikan nila aureus jantan. Ikan
nila nirwana mempunyai keunggulan dapat tumbuh cepat di perairan
tawar (Judantari, 2007) sedangkan ikan nila aureus mempunyai
2

keunggulan berupa daya toleransi yang tinggi di perairan payau
(Fishbase, 2012).
Ikan nila srikandi telah menjalani serangkaian program
evaluasi dan menghasilkan ikan nila yang menunjukan performa
pertumbuhan yang terbaik pada salinitas 10 30 ppt dibandingkan
strain ikan nila lainnya.
Ikan nila srikandi (Salinity Resistant Improvement From
Sukamandi) telah lulus uji pelepasan varietas pada tanggal 23
November 2011 berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Reproblik Indonesia Nomor 2 KEP.09/MEN /2012 ikan nila
srikandi dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas untuk
keperluan budidaya ikan di lahan payau.











3

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah
1. Menambah wawasan dan pengalaman mengenai teknik
pembenihan ikan nila srikandi
2. Mencari pengetahuan baru di dunia ikan nila yang mampu
dijadikan sebagai bahan penelitian.

1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang
diperoleh di bangku perkuliahan.
2. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia perikanan.
3. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian dibidang
praktek.









4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila Srikandi
Menurut Kep.09 /MEN/2012 ikan nila srikandi diklasifikasikan
sebagai berikut :
Taksonomi Ikan Nila Srikandi:
Fillum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Perchoidae
Family : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis aureus x niloticus
Ikan nila mempunyai bentuk badan pipih kesamping
memanjang, makin keperut makin terang. Mempunyai garis vertikal
9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-12
garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan,
sedangkan punggungnya terdapat garis-garis miring. Mata ikan
tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau
5

kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila terminal, posisi sirip perut
terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (Linea lateralis) terputus
menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe
sisik stenoid (Ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi,
1997 ).




Gambar 1. Ikan Nila Nirwana Gambar 2. Oreochromis aureus
Sumber : http://www.trubus-online.co.id/ Sumber :konsumenikan.wordpress.com




Gambar 3.Ikan nila srikandi
Sumber : BPPI, 2013
2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila
Habitat ikan nila adalah di perairan tawar, seperti sungai,
danau, waduk dan rawa, tetapi karena toleransinya yang lebar
terhadap salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan berkembang
biak di perairan payau dan laut.
6

Salinitas yang di sukai ikan nila adalah 035 ppt (part per
thousand), namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal
adalah 0-30 ppt sedangkan Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas
31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat ( Kordi, 2010).

2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila
Secara alami makanan ikan nila berupa plankton, perifiton dan
tumbu-tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap.
Oleh karena itu ikan nila digolongkan kedalam omnivora (pemakan
segala).
Ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang
mengandung protein sebanyak 20-25%. Dari penelitian lebih lanjut
ternyata ikan nila ini kebiasaan makannya berbeda sesuai tingkat
usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka mengkomsumsi
zoplankton, seperi rototaria, copepoda dan cladocera. Ikan nila
ternyata tidak hanya mengkomsumsi jenis makanan alami tetapi ikan
nila juga memakan jenis jenis makanan tambahan yang biasa
diberikan, seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa
dan sebagainya. Kebiasaan lain ikan nila dewasa memiliki
kemampuan mengumpulkan makanan diperairan dengan bantuan
mucus (lendir) dalam mulut, makanan tersebut membentuk
gumpalan partikel sehingga tidak muda keluar (Kordi , 1997).


7

2.4 Kebiasaan Berkembangbiak
Ikan nila dapat mencapai dewasa pada umur 4-5 bulan dan ia
akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai
berumur 1,5-2 tahun. Secara alami, nila biasanya memijah setelah
turun hujan. Bila tiba saatnya memijah, induk jantan membuat sarang
berbentuk cekungan di dasar perairan yang diameternya sekitar 30-50
cm, kemudian induk jantan menggiring induk betina pasangannya
masuk ke dalam sarang. Induk betina akan mengeluarkan telur dan
pada saat yang sama induk jantan mengeluarkan sperma, sehingga
terjadi pembuahan di dasar sarang.
Menurut Kordi (2010), telur ikan nila berbentuk bulat dan
berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali
memijah induk betina mengeluarkan telur sebanyak 250-1.500 butir.
Menurut Arie (2004), telur ikan nila bersifat tenggelam tetapi
tidak menempel, dan berwarna kuning dengan diameter telur 2,5-
2,8mm. Seekor induk betina dengan berat 600 gr dapat menghasilkan
sebanyak 2.000-3.000 butir .
Ikan ini tergolong jenis ikan mengerami telur (mouth breeder).
Pengeraman telur ini dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi
sampai menetas, yaitu selama 6-8 hari. Setelah menetas biasanya
larva berukuran 4-6mm diasuh induk betina di pinggir kolam dan
memiliki sifat bergerombol. Dalam perkembang-biakannya, ikan nila
bersifat poligami, yaitu satu induk jantan dapat mengawini beberapa
8

induk betina. Induk jantan yang sudah pernah memijah dapat mencari
pasangannya yang lain. Tanda induk jantan sudah siap memijah
adalah tubuhnya tampak bercahaya dan sifatnya agresif (Arie, 2004).

2.5 Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup ikan nila relatif besar karena memiliki
toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi yang tinggi.
Kemampuan ikan nila ketika menghadapi kualitas air yang buruk tidak
langsung mengalami stress. Mereka dapat melakukan adaptasi
dengan salinitas dengan perbandingan yang cukup tinggi dengan
cepat. Akan tetapi, jika kualitas air tidak langsung diperbaiki menjadi
normal, maka ikan ini akan rentan terhadap infeksi bakteri, jamur dan
protozoa. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian terhadap ikan,
serta dapat menuluar dari satu ke lainnya dengan cepat. Sehingga
dapat pula terjadi kematian massa.
Ukuran. yang relatif kecil atau larva dari ikan itu sendiri
menentukan kelangsungan hidup mereka, kelangsungan hidupnya
akan kecil dibangding dengan ikan yang sudah besar atau sudah jadi
benih. Ketika masih dalam bentuk larva, kondisi tubuh mereka sangat
rentang terhadap kualitas air yang sangat buruk dan fluktuatif.
Makanan yang diperoleh larva tidak lah banyak karena
dengan bukamnya yang kecil, otomastis pakannya pun harus lebih
kecil. Hewan asing juga dapat menghambat kelangsungan hidup
9

larva. Dengan ukurang yang kecil, larva dapat dengan mudah
dimakan oleh ikan yang lebih besar, bahkan oleh sejenisnya sendiri.
Hal ini terjadi karena ketika cadangan makanan yang terdapat dalam
tubuhnya ataupun pakan alami tidak dapat mencukupi mereka,
mereka akan bersifat kanibal, yaitu memakan sejenis (Effendi 2004).

2.6 Kualitas Air
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh
pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Tingkat
kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur
dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Kecerahan air
yang baik untuk di kolam ataupun tambak adalah antara 20-35 cm dari
permukaan. Berdasarkan debit air untuk kolam air tenang yaitu 8-15
liter/detik/ha. Sehingga tercipta kondisi perairan tenang dan bersih,
Hal ini karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di
air arus yang terlalu deras (Sugiarto 1988). Nilai keasaman air (pH)
tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air
(pH) yang optimal adalah antara 7-8. Suhu air yang optimal berkisar
antara 25-30
0
C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil
(Sugiarto 1988).

10

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan tanggal 20 Januari sampai
10 Februari 2013 dan bertempat di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
(BPPI) Sukamandi, Subang Jawa Barat.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan bahan Pemijahan
1. Induk Ikan
Induk ikan nila srikandi yang digunakan dalam pemijahan
berasal dari koleksi induk ikan nila srikandi BPPI Sukamandi.
Induk ikan nila srikandi berusia 9 bulan. Bobot indukan
jantan dan betina berukuran kurang dari 500 gr.
2. Pakan
Pakan yang diberikan berupa pellet dengan merek dagang
HI PRO VITE 781 yang di produksi oleh C.P. Prima
dengan komposisi : kadar protein 31-33 %, lemak 3-5%,
serat 4-6 %, kadar abu 10-13 %,dan kadar air 11-13 % .
3. Vitamin
11

Vitamin yang diberikan pada pakan ikan nila srikandi berupa
vitamin C dengan dosis 300 mg/kg pakan dan vitamin E
dengan dosis 500 mg / kg.
3.2.2 Alat alat Pemijahan
Alat yang digunakan dalam proses pemijahan sebagai berikut :
Ember
Seser
Jaring
Kolam ukuran 10 x 2,5 m
Timbangan digital merk KERN dengan ketilitian 0,2 g.
Water Quality Checker.
3.2.3 Prasarana dan Sarana Pembenihan
Prasarana dan sarana dalam kegiatan pembenihan ikan nila
srikandi sebagai berikut :
Hatchery Ikan nila
Hatchery adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk
memproduksi benih ikan nila mulai dari pemijahan hingga
menghasilkan benih. Hatchery ikan nila BPPI Sukamand
memiliki 2 bangunan. Bangunan pertama terletak didepan
hatchery udang galah . Hatchery kedua adalah hatchery baru
digunakan untuk proses pembenihan.
Sumber air
12

Air yang digunakan untuk kegiatan pembenihan di BPPI
Sukamandi berasal dari Waduk Jatiluhur dan air tanah (sumur
bor dalam). Air tawar yang berasal dari air tanah digunakan
untuk kegiatan pembenihan di hatchery (indoor). Sumber air
yang berasal dari Waduk Jatiluhur digunakan untuk kegiatan
pendederan dan pembesaran serta pemeliharaan induk
dikolam-kolam (outdoor).
Air yang berasal dari Waduk Jatiluhur dialirkan melalui dua
kolam pengendapan. Selanjutnya air dialirkan ke reservoir
utama agar proses pengendapan dapat berlanjut sebelum
dialirkan ke kolam-kolam pemeliharaan. Air dalam reservoir
dialirkan ke kolam pemeliharaan induk dan kolam pendederan
menggunakan pipa berdiameter 1 inchi melalui inlet.
Air buangan dari kolam induk dan kolam pembesaran akan
dialirkan melalui pipa yang ditanam di bawah tanah menuju
sungai yang ada di belakang BPPI Sukamandi.
Sistem aerasi
Sumber aerasi pada hatchery ikan nila yaitu menggunakan high
blow pada hatchery lama dan blower pada hatchery baru.
Udara dari high blow/blower dialirkan melalui pipa aerasi
dengan spesifikasi pipa SLG-Lucky PVC berdiameter inchi.
Selanjutnya udara dialirkan ke bak-bak pemeliharaan larva
serta akuarium-akuarium yang ada dalam hatchery.
13

Sumber listrik
Sumber energi listrik yang digunakan di BPPI Sukamandi
berasal dari PLN dan genset yang berkapasitas 45 KVA.
Genset digunakan sbagai sumber energi listrik cadangan
apabila listrik dari PLN mati.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya
melalui prosedur dan teknik pengambilan data berupa
wawancara, observasi, partisipasi aktif maupun memakai
instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan
(Azwar, 1998).
3.3.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan secara
langsung adalah pengambilan data dengan
menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 1988).
Dalam kegiatan magang ini, observasi dilakukan
terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan
kegiatan pembenihan meliputi seleksi induk,
perawatan induk, pemijahan serta sarana dan
prasarana.
14

3.3.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara tanya
jawab dengan peneliti serta teknisi di hatchery nila
mengenai segala hal yang berhubungan dengan
teknik pembenihan ikan nila dan permasalahan yang
dihadapi dalam menjalankan usaha.
3.3.1.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu
kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan
(Nazir, 1998).Kegiatan yang dilakukan meliputi
memilih dan menyiapkan induk, persiapan kolam,
perawatan larva, pemberian pakan, penyiponan kolam
dan pengukuran kualitas air.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber tidak langsung dan telah dikumpulkan serta
dilaporkan oleh orang di luar dari penelitian itu sendiri
(Azwar,1998).Data sekunder juga diperoleh dari data di
Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan Sukamandi.


15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi
4.1.1 Letak Geografis
Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan Sukamandi
terletak di Jalan Raya 2 Sukamandi, dan secara administratif
termasuk dalam wilayah Desa Rancamulya Kecamatan
Patokbeusi Kabupaten Subang Jawa Barat, dengan luas area
penelitian sekitar 60 hektar. Sebelah utara berbatasan dengan
jalan jalur utama PANTURA (Jakarta-Cirebon), sebelah timur
berbatasan dengan Balai Besar Padi, sebelah selatan
berbatasan dengan sungai Citempuran, sedangkan sebelah
barat berbatasan dengan perkampungan Patokbeusi.
Keadaan tanah relatif datar dengan ketinggian lebih
kurang 15 meter diatas permukaan air laut dan kemiringan lahan
0,03%. Daerah disekelilingnya merupakan areal pertanian
tanaman padi. Jenis tanahnya adalah liat.
4.1.2 Sejarah Berdiri
Pada tanggal 26 Juni 1927 sebelum kemerdekaan
pemerintah Belanda mendirikan Voor de Binnen Visserij yang
berkedudukan di Bogor. Pada tahun 1946 pemerintah Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 8
September 1951 No. 81/Um/51 mendirikan Balai Penyelidikan
16

Perikanan Darat di Jakarta. Seiring dengan perkembangan
tuntutan kebutuhan telah terjadi beberapa kali perubahan dalam
struktur dan mandat dalam susunan pemerintahan. Pada tanggal
22 September 2000 terjadi perubahan yang mendasar, yaitu
yang sebelumnya berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, menjadi di
bawah Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan
Perikanan. Sejarah singkat BPPI adalah sebagai berikut :
-Tahun 1927 : Laboratorium Voor de Binnen Visserij, Bogor
-Tahun 1951 : Laboratorium Penyelidikan Perikanan Darat,
Bogor
-Tahun 1952 : Balai Penyelidikan Perikanan Darat, Bogor
-Tahun 1957 : Balai Penyelidikan Perikanan Darat, Sempur
Bogor
-Tahun 1963 : Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Sempur
Bogor
-Tahun 1980 : Balai Penelitian Perikanan Darat, Sempur
Bogor
-Tahun 1984 : Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sempur
Bogor
-Tahun 1994 : Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
Sukamandi Subang
17

-Tahun 2003 :Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi
Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi
Subang
-Tahun 2011 :Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan,
Sukamandi Subang
4.1.3 Tugas dan Fungsi
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) merupakan Unit
Pelaksanan Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan
di Bidang Penelitian Pemuliaan Ikan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Budidaya dan dibina secara umum
oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan
dan Kelautan. BPPI dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. PER. 33/MEN/2011 tanggal 26
September 2011.
a. Tugas
Melaksanakan penelitian pemuliaan ikan budidaya
b. Fungsi
Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan
dan evaluasi, serta laporan
Pelaksanaan penelitian pemuliaan ikan budidaya meliputi
perbenihan, genetika, biologi, reproduksi, fisiologi, dan
bioteknologi untuk menghasilkan ikan unggul
18

Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi dan
kerjasama penelitian pemuliaan ikan budidaya
Pengelolaan prasarana dan sarana penelitian pemuliaan
ikan budidaya
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
4.1.4 Struktur Organisasi













Gambar 4. Struktur organisasi (Sumber : BPPI Sukamandi, 2010)







19

4.1.5 Sarana Dan Prasarana
Kegitan penelitian di BPPI didukung oleh laboratorium
genetik molekuler yang dilengkapi antara lain Real time PCR,
DNA Fragmen analyzer, Whole genom Sequencer.
Laboratorium BPPI dalam proses akreditasi dalam
ruang lingkup pengujian virus KHV dan kualitas airtersedia
untuk menunjang pelaksanaan penelitian antara lain : kolam
tanah dan kolam tembok, laboratorium kimia dan laboratorium
genetik, hatchery, selain itu terdapat perpustakaan, ruang
auditorium, mess.
Fasilitas yang ada diantaranya :
1. Hatchery udang galah, ikan mas, ikan nila, Ikan lele dan ikan
patin
2. Kolam beton/tembok, kolam tanah
3. Perpustakaan, Auditorium
4. Lab. Kimia, Lab. Kualitas air, Lab. Genetik, Lab. Nutrisi dan
Lab Pakan
5. Reservoir
6. Penginapan/meses.




20

4.2 Hasil
4.2.1 PembenihanIkan Nila Srikandi
Kegiatan pembenihan ikan nila srikandi merupakan
kegiatan awal didalam budidaya ikan nila. Tanpa kegiatan
pembenihan, kegiatan yang lain, yakni kegiatan pendederan
dan pembesaran semua berasal dari kegiatan pembenihan.
Beberapa hal penting yang harus di perhatikan dalam proses
pembenihan.
4.2.2 Persiapan Kolam
Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan kolam
pemeliharaan agar mendapatkan lingkungan yang optimal
sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh maksimal.Kolam
produksi yang digunakan ada dua yaitu kolam induk dan kolam
pemijahan. Kolam induk digunakan untuk memilhara induk ikan
jantan dan betina secara terpisah berdasarkan strain ikan
dalam rangka proses pematangan gonad sedangkan kolam
pemijahan digunakan untuk mencampurkan ikan jantan dan
betina agar terjadi proses pemijahan setelah melewati masa
pematangan gonad .
Kolam induk jantan dan betina diberi tanda yang jelas
sehingga mempermudah dalam pemeliharaan. Kolam yang
digunakan sebaiknya berupa kolam permanen dengan ukuran
10x2,5 m dan tinggi air hingga kedalaman 70 80 cm dilakukan
21

1 minggu sebelum pemijahan. Kualitas air dipertahankan dalam
kondisi optimal sehingga ikan dapat tumbuh dengan maksimal.
Kolam induk dan kolam pemijahan yang digunakan
mendapakan sinar matahari yang cukup untuk proses
fotosintesa dan berkontak langsung dengan udara luar yang
bertujuan untuk merangsang agar mempercepat matang gonad
ikan nila khususnya bila terjadi hujan .
4.2.3 Seleksi Induk
Sebelum induk ikan ditebar kedalam kolam, maka
perlu dilakukan aklimatisasi sehingga adanya penyesuaian
antara suhu air dalam wadah pengangkutan dengan kolam,
kemudian Induk ikan nila yang akan ditebar terlebih dahulu
diseleksi berdasarkan morfologi dan jenis kelaminnya.
Seleksi induk merupakan tahap awal proses
pemijahan yang dimulai dari memilih indukan ikan nila srikandi
yang sehat tidak sedang terkena penyakit, dan matang gonad.
Strain induk yang digunakan untuk memproduksi benih ikan nila
srikandi adalah ikan nila Oreochromis aureus dan ikan nila
nirwana betina.Induk betina yang sudah matang gonad, secara
fisik ditandai dengan perutnya yang nampak besar, dan lubang
kelamin berwarna kemerahan, kadang-kadang ketika distriping
atau dipijit kearah lubang kelamin keluar telur berwarna kuning
tua sedangkan ikan nila jantan mempunyai dua lubang yang
22

terdiri dari lubang urin, dan lubang genital, kadang kadang
ketika distriping atau dipijit ke arah lubang kelamin keluar cairan
putih susu ( sperma ). Perbedaan kelamin antara ikan nila
jantan dan betina disajikan pada gambar





Gambar 5. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
Sumber : Trubus, 2011

Ciri ciri induk ikan nila unggul adalah sebagai
berikut :
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar
dengan kualitas tinggi .
2. Pertumbuhan sangat cepat .
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan .
4. Resisten terhadap serangan hama , parasit dan penyakit.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan peraiaran
yang relatif buruk.
Produksi benih ikan dapat di tingkatkan melalui
seleksi induk yang tujuannya untuk menghasilkan induk-induk
yang mempunyai potensi tinggi bagi keturunannya seperti cepat
pertumbuhannya, tahan terhadap penyakit, parasit, banyak
23

menghasilkan telur dan benih yang tahan terhadap lingkungan
minim (Yuliana, 1992).

4.2.4 Pemberokan
Setelah kegiatan seleksi, induk jantan yang berjumlah 20
ekor dan betina berjumlah 64 ekor di letakan pada kolam yang
berbeda. Kegiatan ini bertujuan untuk menghindari pemijahan liar
dan mematangkan gonad induk ikan nila. Induk Ikan nila di
pelihara selama 1 minggu dan diberi pakan berupa pelet dengan
kandungan protein 30-33%, selain dberi pakan berupa pelet,
indukan diberi tambahan serbuk vitamin C dan E 3 kali sehari.
Pada proses pemisahan induk jantan dan betina dilakukan
pengukuran kualitas air. Hasil pengukuran kualitas air tersaji
dalam tabeldibwah ini.
Tabel 1. Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Induk Jantan


Sumber : BPPI2013






Parameter Waktu pengukuran
Pagi Siang Sore
pH ( poisioning Hydrogen ) 7,25 7,36 7,31
Suhu 29,9 31 31,4
DO ( Dilsoved Oxygen ) 0,93 1,47 1,72
Konduktivitas 0,04 0,04 0,04
Turbiditas 58 55 51
24


Tabel 2.Pengukuran Kualitas Air pada Kolam Induk Betina

Parameter Waktu pengukuran
Pagi Siang Sore
pH ( poisioning Hydrogen ) 7,08 7,41 7,54
Suhu 30,1 31,2 31,5
DO ( Dilsoved Oxygen ) 1,73 2,84 1,80
Konduktivitas 0,04 0,03 0,04
Turbiditas 49 55 38
Sumber: BPPI 2013

4.2.5 Pemijahan
Pemijahan ikan nila Oreochromis aureus dengan ikan
nila nirwana betina dilakukan dengan metode pemijahan alami.
Pemijahan induk ikan jantan dan betina di lakukan dengan rasio
1:3. Kepadatan induk yang di tebar berjumlah 84 ekor di
antaranya jantan 20 ekor sedangkan betina 64 ekor.
Penggunaan induk dengan kepadatan yang lebih tinggi
akan mengganggu proses pemijahan sehingga benih yang
dihasilkan tidak optimal. Pemijahan ikan nila terjadi bila ikan
nila telah mendapatkan pasangan, ikan nila aureus jantan akan
membentuk sarang berupa cekungan berbentuk bulat, pada
saat itu ikan nila nirwana betina berada dalam cekungan lalu
induk jantan akan mendekati induk betina. Pemijahan
berlangsung saat matahari terbenam kemudian induk betina
akan mengeluarkan telur dalam cekungan, bersamaan dengan
itu induk jantan akan mengeluarkan sperma sehingga terjadi
25

fertilisasi. Telur yang sudah dibuahi kemudian dikulum oleh
induk betina didalam rongga mulut untuk dierami. Proses
pemijahan sampai keluarnya larva dibutuhkan waktu selama 10
hari (proses pemijahan ikan nila tersaji dalam gambar 7).
Setelah pemijahan induk dipisahkan selama 2 4 minggu
sebelum dapat dipijahkan kembali.








Gambar 6. Pemijahan Ikan Nila
Sumber : Tilapia Hatchery Operation 2004

Selama pemijahan induk ikan nila diberi pakan berupa
pelet dan diberi tambahan serbuk vitamin C dan E 3 kali sehari.
Pada proses pemijahan di lakukan pengukuran kualitas air .
Hasil pengukuran kualitas air tersaji pada tabel dibawah ini:




26

Tabel 3. Pengukuran Kualitas air









Sumber: BPPI 2013

4.2.6 Pemberian Pakan
Selama pemberokan dan pemijahan, indukan diberi
pakan berupa pellet dengan merek dagang HI PRO VITE
781 (gambar 7) yang di produksi oleh C.P. Prima dengan
komposisi: kadar protein 31-33%, lemak 3-5%, serat 4-6%,
kadar abu 10-13%, dan kadar air 11-13%. Pakan ikan di
campur dengan vitamin C 300 mg/kg pakan dan vitamin E 500
mg/kg. Pencampuran dilakukan dengan cara melarutkan
masing masing vitamin ke dalam aquades sebanyak 200 ml
air. Menyiapkan wadah yang didalamnya sudah berisi pakan
ikan, semprotkan vitamin ke pakan ikan kemudian diaduk
sedikit demi sedikit sampai merata, kemudian dianginanginkan
selama 30 menit.
Pemberian pakan dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 2 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB, pukul
12.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB. Induk ikan nila Srikandi diberi
Parameter Waktu pengukuran
Pagi Siang Sore
pH ( poisioning Hydrogen ) 6,79 7,41 7,76
Suhu 30 31,2 31,6
DO ( Dilsoved Oxygen ) 0.93 2,84 2,87
Konduktivitas 0,04 0,04 0,04
Turbiditas 48 55 52
27

pakan sebanyak 2- 3 % dari bobot biomassa perhari. Metode
pemberian pakan dikolam diberikan secara ad libitum.







Gambar 7. Pakan Ikan Nila Srikandi
Sumber: BPIP 2013

Pakan ikan nila disimpan didalam gudang pakan
berukuran 3x3m. Dinding gudang terbuat dari tembok batu bata
dan beratap asbes. Pakan diletakan di atas kayu sehingga tidak
menempel langsung dengan permukaan lantai agar pakan tidak
mudah rusak dan kualitas nya tetap terjaga.

4.2.7 Penetasan Telur
Kegiatan pemijahan berlangsung selama 7-10 hari.
Setelah itu dilakukan pemanenan telur di pagi hari. Beberapa
hari kemudian induk jantan dapat melakukan pemijahan kembali
dengan induk betina lainnya. Pemanenan telur dilakukan di pagi
hari dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan
nila. Pemanenan telur dilakukan dengan mengambil induk
menggunakan jaring, selanjutnya induk yang tertangkap dicek,
28

apabila terdapat induk betina diambil dengan menggunakan
serokan/seser dan dilihat mulutnya terdapat telur atau tidak.
Induk yang mengerami telur kemudian diambil dan telurnya
dikeluarkan dari mulutnya. Cara mengambil telur dari induk
betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat
bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup
insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur
keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut
ditampung dalam wadah, kemudian menghitungnya secara
manual dengan menggunakan Hand counter.
Pengambilan jumlah sampling telur dilakukan hanya
mengambil 6 indukan yang berada dalam kolam. Pengambilan
telur dilakukan pada hari ke 8 dari waktu pemijahan. Untuk
menghasilkan larva ikan nila dibutuhkan waktu 10 hari. Jika
kondisi lingkungan cukup memadai untuk proses penetasan
telur, maka dalam waktu 4 hari telur akan menetas. Telur ikan
nila berwarna kuning gading, bentuk oval, mulus, ukuran besar
dan tenggelam di air serta untuk telur yang siap menetas
berwarna kuning tua, berekor seperti kecebong dan berenang
naik turun (morfologi telur ikan nila srikandi tersaji dalam
Gambar 8). Dari hasil pengamatan selama praktek diketahui
bahwa satu ekor induk ikan nila betina mampu menghasilkan
29

telur tertinggi yang mencapai 5000 butir telur, dengan rata-rata
berkisar3000 4000 butir.
Menurut Kordi (2010), telur ikan nila berbentuk bulat
dan berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah induk betina mengeluarkan telur sebanyak 250-
1.500 butir. Sedangkan menurut Arie (2004), telur ikan nila
bersifat tenggelam tetapi tidak menempel, dan berwarna kuning
dengan diameter telur 2,5-2,8 mm. Seekor induk betina dengan
berat 600 gr dapat menghasilkan sebanyak 2.000-3.000 butir .
Ruang inkubasi telur adalah ruangan yang digunakan
untuk menetaskan telur telur ikan nila srikandi hasil panen telur
yang telah dibuahi oleh sperma jantan. Ruang inkubasi telur ini
mempunyai ukuran 5x3 m yang dilengkapi bak penetasan
berjumlah 6 buah, serta dilengkapi peralatan lain seperti keran
air, seser, pipapipa saluran air, system aerasi dan sirkulasi air
(ruang inkubasi telur tersaji dalam Gambar 9). Telur -telur hasil
pemijahan dipindahkan kedalam ruang inkubasi telur. Sebelum
dipindahkan siapkan dulu peralatannya.
Proses pemindahan telur ikan nila srikandi dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat berupa 6 corong dan 6 seser, dicuci bersih
kemudian dikeringkan selama 1 hari.
30

2. Bak penetasan telur dibersihkan kemudian dikeringkan
selama 1 hari
3. Bak penetasan telur diisi air hingga penuh dan teteskan MB
sebanyak 10 tetes.
4. Diamkan selama 1 hari.
5. Telur yang sudah dihitung ,kemudian dimasukan ke dalam
corong penetasan telur, masingmasing corong diberi label
agar mempermudah mengetahui jumlah telur tiap corong .
6. Atur sirkulasi air agar bisa berputar dengan tujuan agar telur
terus bergerak didalam air sehingga tidak mengendap
karena dapat mengakibatkan telur membusuk.
7. Sirkulasi air di buat sedang kemudian taruh seser dibawah
corong yang langsung berhubungan dengan corong
penetasan.




Hari 0-0 Hari 0-1 Hari 0-2



Hari 0-3 Hari 0-4
Gambar 8 Morfologi Telur
Ikan Nila
Sumber : BPPI 2013

31











Gambar 9.Ruang Inkubasi Telur
Sumber: BPPI 2013

Tabel 4.Hasil jumlah telur ikan nila tiap corong
Kode Fekunditas Keterangan
1
3129
Kuning cerah,beberapa telur berwarna
putih
2 2605
Kuning tua , kuning gading ,beberapa
telur berwarna putih
3 2089 Kuning tua , kuning gading
4 3902
Sebagian telur muncul mata , sebagian
telur muncul ekor
5 1905 Telur muncul mata + ekor
6 1260
Kuning tua , beberapa telur berwarna
kuning putih
Sumber: BPPI 2013

4.2.8 Pemanenan Larva
Telur yang berada di ruang inkubasi akan menetas
menjadi larva setelah 4 hari Larva yang sudah menetas dihitung
jumlahnya dengan menggunakan hand counter. Data
perhitungan telur yang menetas (hatching rate) tersaji dalam
tabel 5 dibawah ini:

32

Tabel 5 Presentasi Jumlah Telur
Corong Jumlah telur Jumlah telur yang
menetas
Hatching Rate
(%)
1 3129 335 10
2 2605 782 30
3 2089 1739 83,24
4 3902 3375 86
5 1905 793 41
6 1260 1051 83, 41
Sumber: BPPI 2013

4.2.9 Pemeliharaan Larva
Larva yang telah menetas dipelihara didalam akuarium
yang sudah dicuci bersih kemudian didiamkan selama 1 hari.
Akuarium diisi air sebanyak 60 liter dan diaerasi terlebih dahulu
selama 24 jam. Kepadatan yang digunakan adalah 5 ekor / L.
Ikan nila Srikandi dipelihara pada 6 akuarium terpisah dan
masing masing akuarium diisi 300 ekor ikan. Untuk
mengetahui tingkat pemeliharaan larva selama masa
pemeliharaan dilakukan sampling setiap 1 minggu sekali.
Sampling di lakukan dengan cara mengukur panjang total 30
ekor larva menggunakan penggaris dan menimbang bobot
larva menggunakan timbangan analitik. Data lengkap
mengenai panjang total dan bobot total larva ikan nila srikandi
disajikan dalam lampiran 1. Hasil pengamatan pertumbuhan
rata - rata ikan nila srikandi tersaji didalam tabel dibwah ini :
33

Tabel 6. Hasil Sampling Rata- rata Pengamatan Pada Awal
Pemeliharaan
Kode Akuarium Panjang Rata-rata
(cm )
Bobot Rata- rata
(gr)
A1 1,8 0,07
A2 1,23 0,05
B1 1,25 0,03
B2 1,29 0,03
C1 1,29 0,03
C2 1,14 0,03
Sumber: BPPI 2013
Tabel 7. Hasil Sampling Rata- rata Pengamatan Pada Hari
Ke-7 Pemeliharaan
Kode Akuarium Panjang Rata-rata
(cm )
Bobot Rata-rata
(gr)
A1 1,69 0,07
A2 1,71 0,07
B1 1,6 0,09
B2 2 0,07
C1 2 0,06
C2 2 0,09
Sumber: BPPI 2013






Gambar 10.Wadah Pemeliharaan Larva
Sumber: BPPI 2013








34

4.2.10 Pemberian pakan
Pakan yang diberikan untuk larva menggunakan pakan
merk dagang PSP yang berbentuk tepung dengan komposisi
yaitu protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8% dan kadar air
12%. Frekuensi pemberian pakan diberikan 3 kali sehari pada
pukul 08.00, 12.00,dan 16.00 WiB. Metode pemberian pakan
yang dilakukan yaitu terus menerus hingga ikan tidak mau
makan lagi, kemudian pemberian pakan dihentikan (adlibitum).

4.2.11 Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air berperan penting dalam kelangsungan
hidup larva. Pengelolaan kualitas air dalam pemeliharaan larva
dilakukan dengan penyiponan yang berfungsi untuk
mengurangi kotoran serta pakan yang mengendap didasar
kolam, selain itu penyiponan juga dapat membantu penyebaran
larva yang ada dikolam agar benih tidak hanya bergerombol.
Penyiponan dilakukan jika kolam terlihat kotor.
Penyiponan pada kolam larva dilakukan setiap 2 hari
sekali agar kolam tidak terlalu keruh dengan banyaknya kotoran
dan pakan yang mengendap didasar. Proses penyiponan
dilakukan dengan hati-hati yaitu dengan mematikan semua
aerasi dikolam kemudian angkat batu aerasi yang ada dikolam.
Selang aerasi disiapkan dengan ukuran 5/8 dengan panjang
35

6m.Penyiponan dilakukan dengan hati-hati. Agar larva yang ikut
tersipon tidak hilang, pada ujung pengeluaran selang aerasi
diberi seser sehingga larva akan teperangkap ditempat
tersebut. Setelah proses penyiponan dilakukan proses
penambahan air kekolam sebanyak 20 -30% sesuai jumlah air
yang dibuang saat proses penyiponan.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada hari ke 7.
Parameter kualitas air yang diukur dalam pemeliharaan benih
adalah suhu, pH, oksigen telarut (DO), konduktivitas, dan
turbiditas. Parameter kualitas air tersebut merupakan faktor
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva. Pengukuran kualitas air dilakukan dengan Water
Quality Checker (disajikan pada Gambar 11). Hasil pengukuran
kualitas air pada kolam pemeliharaan larva disajikan pada tabel
8.






Gambar 11. Water Quality Checker
Sumber: BPPI 2013


36

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kualitas Air Pada Kolam Pemeliharaan Larva

Kolam pH Suhu
(C )
DO
(ppm)
Konduktivitas Turbiditas
1 8,11 29,2 2,33 0,6 2
2 8,15 29,7 3,11 0,5 2
3 8,20 29,5 3,27 0,05 2
4 8,09 29,4 3,23 0,06 2
5 8,17 29 3,36 0,08 1
6 8,14 29,3 3,36 0,04 2
Sumber : BPPI 2013

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pemeliharaan Induk
Faktor pendukung keberhasilan pembenihan ikan nila
srikandi adalah pemeliharaan induk. Kualitas induk yang baik
dapat dilihat dari postur tubuhnya, tidak cacat dan luka
ditubuhnya, serta gerakan ikan lincah. Kolam yang digunakan
untuk memelihara ikan adalah kolam beton berukuran 10 x 2,5m
dengan kedalaman air hingga 70 - 80 cm. Menurut Kordi (1997),
pengisian air dilakukan dalam beberapa tahap yakni tahap
pertama sedalam 5-10 cm dan dibiarkan selama beberapa hari.
Pengisian air tahap selanjutnya ditambah menjadi 20 cm dan
pada hari berikutnya dinaikan menjadi 50-60 cm. Panggaben
(2009), menambahkan dalam pengisian air sebaiknya dibiarkan
2-3 hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu
tambahkan air lagi sampai kedalaman 80- 100 cm. Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan
37

induk ikan nila di Sukamandi sependapat dari beberapa
narasumber sehingga induk yang dihasilkan memiliki kualitas
yang baik.

4.3.2 Seleksi Induk
Seleksi bertujuan untuk mendapatkan induk yang
matang gonad sehingga siap untuk dipijahkan. Induk ikan nila
dipilih dan diseleksi dengan baik karena kualitas induk dapat
mempengaruhi larva yang dihasilkan.
Indukan ikan nila diseleksi berdasarkan ciri ciri
fisiknya yaitu perut yang besar, dan lubang kelamin berwarna
kemerahan, kadang-kadang ketika distriping atau dipijit kearah
lubang kelamin keluar telur berwarna kuning tua sedangkan ikan
nila Oreochromis aureus mempunyai 2 lubang yang terdiri dari
lubang urin, dan lubang genital, kadang kadang ketika di
striping atau dipijit ke arah lubang kelamin keluar cairan putih
susu (sperma). Pada saat pengamatan magang yang dilakukan
induk ikan nila srikandi memiliki ciri- ciri tersebut sehingga induk
ikan nila srikandi dalam kondisi optimal untuk dipijahkan
sebagaimana menurut Gusrina, ( 2008) pemilihan induk betina
dan induk jantan yang matang gonad.


38

4.3.2.1 Induk Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur,
lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Lubang kelamin berwarna kemerahan.
5. Warna dagu putih.
6. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.berupa telur
4.3.2.2 Induk Jantan
1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan
lubang sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4. Lubang kelamin berwarna kemerahan
5. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
6. ikan perut distriping mengeluarkan cairan.
Menurut Khairuman dan Amri (2008), ciri-ciri induk yang
berkualitas baik sebagai berikut:
1. Kondisi induk sehat
2. Bentuk badan normal
3. Sisik besar
4. Kepala relatif kecil di bandingkan dengan badan
5. Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)
39

6. Gerakan lincah
7. Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.

4.3.3 Pemijahan
Pemijahan ikan nila Oreochromis aureus dan ikan nila
nirwana dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara
terkontrol dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal
ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih
kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama
(Sugiarto, 1988).
Pemijahan ikan nila Oreochromis aureus dengan ikan
nila nirwana betina di pasangkan di kolam dengan perbandingan
jantan dan betina 1 : 3. Pemijahan ikan nila terjadi bila ikan nila
telah mendapatkan pasangan, ikan nila jantan akan membentuk
sarang berupa cekungan berbentuk bulat berdiameter 30 50 cm
di dasar kolam, pada saat itu ikan nila betina berada dalam
cekungan lalu induk jantan akan mendekati induk betina. Ketika
pemijahan berlangsung telur yang dikeluarkan induk betina
dibuahi induk jantan. Seekor induk betina berukuran 500 gr dapat
mengeluarkan telur sebanyak 2000 3000 butir tergantung dari
ukuran dan berat induk betina. Telur yang sudah dibuahi,
kemudian dikulum oleh induk betina di dalam rongga mulut untuk
dierami dan dirawat sampai menetas. Selama pengeraman telur
40

didalam mulut, induk betina tidak makan atau puasa. Menurut
Khairul dan khairuman (2008), seekor nila betina dengan berat
sekitar 800 gr akan menghasilkan larva sebanyak 1200-1500 ekor
setiap kali memijah.
Selama magang dilakukan pemijahan ikan nila jantan
yang berjumlah 20 ekor dan betina yang berjumlah 64 ekor yang
diberi pakan berupa pelet yang telah dicampur vitamin C dan
vitamin E dengan kandungan protein 30 % - 32 %. Pemberian
pakan diberikan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk
karena pada saat pemijahan selama masa inkubasi telur 3-4 hari
induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup
cadangan energi dari pakan ikan. Menurut Arie (2001), pemberian
pakan mulai dikurangi saat induk sudah seminggu ditebar, karena
induk yang sedang mengerami biasanya tidak makan atau puasa .

4.3.4 Penetasan Telur
Telur yang berada di ruang inkubasi akan menetas setelah 3-5
hari. Pada pengamatan magang yang dilakukan telur yang
menetas (haching rate) yang tertinggi mencapai 86% dan yang
terendah mencapai 10%. Hatching rate rendah diakibatkan karena
pada saat pemanenan telur masih banyak yang putih, larva yang
mati akibat kekurangan volume air, dan sirkulasi kurang optimum.
Sirkulasi yang bagus yaitu gerakan air didalam corong selalu
41

berputar dan suhu pada bak penetasan telur harus selalu optimal
sesuai yang dibutuhkan ikan. Menurut Gusrina, (2008) proses
penetasan telur selain dipengaruhi faktor dalam juga dipengaruhi
oleh faktor luar, yaitu kualitas air dalam media penetasan.

4.3.5 Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva meliputi pemberian pakan dan
pengelolaan kualitas air. Larva ikan nila dipelihara dalam akuarium
ukuran 60x40x60 cm. Selama pemeliharaan, larva dapat diberi
pakan berupa pakan alami, dan PSP. Pakan yang diberikan harus
lebih kecil dari bukaan mulut larva. Pemberian pakan dilakukan 3x
sehari yaitu pagi,siang dan sore hari. Menurut Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, (2008) pakan yang diberikan berupa pelet
dengan kandungan protein minimal 25%, dengan frekuensi
pemberian pakan 2 3 kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari.
Jumlah pakan yang diberikan 3% dari berat biomas ikan perhari.
Pakan yang dikonsumsi oleh seekor ikan rata-rata
berkisar antara 5-6% dari bobot tubuhnya/hari. Akan tetapi, jumlah
tersebut dapat berubah-ubah karena berbagai faktor, salah
satunya adalah suhu lingkungan. Suhu air juga berpengaruh
terhadap aktifitas metabolisme. Ukuran ikan juga berpengaruh
terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi. Ikan yang berukuran
kecil membutuhkan makanan lebih banyak karena laju
42

pertumbuhannya sangat pesat. Menurut Mudjiman, (2000) benih
ikan dapat diberi makan sampai 50% bobot biomassa/hari.
Pada proses pemeliharan ikan nila dilakukan pengamatan
pertumbuhan ikan nila parameter yang di amati adalah panjang
dan bobot. Hasil pengamatan menunjukan bahwa di peroleh
pertumbuhan panjang dan bobot rata- rata tertinggi terdapat pada
akuarium C2 yaitu 2 cm dan 0,09 gr. Pada akuarium C2, larva ikan
nila srikandi mempunyai nafsu makan yang tinggi, dan alat
pencernaan ikan nila srikandi sudah lengkap sehingga dapat
mencerna makanan dengan baik sedangkan hasil pengamatan
panjang dan bobot rata- rata larva ikan nila srikandi pada
akuarium A1 paling rendah mencapai 1,69 gr dan 0,07,
diakibatkan karena pada akuarium A1, sebagian larva masih
mempunyai kantung telur sebagai cadangan makanan sehingga
ketika kantung telurnya habis, larva tersebut jika diberi pakan pelet
masih belum dapat mencerna dengan baik. Menurut ELLIOT,
(1979) Pakan mempengaruhi laju pertumbuhan, produksi,
kesehatan, kelangsungan hidup, dan reproduksi ikan

4.3.6 Pengelolaan Kualitas air
Kualitas air juga harus diperhatikan dalam proses
perawatan larva karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup larva. Kualitas air selama kegiatan
43

pemeliharaan larva nila relative sama yaitu harus bersih , tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan bahan beracun.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan
memperlambat pertumbuhan ikan (sugiarto,1988). Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup larva, maka lingkungan
yang baik harus tetap terjaga.
Pergantian air dilakukan tergantung dari kebutuhan.
Jumlah air yang diganti sebanyak 50 70 % dengan cara
menyipon (mengeluarkan air secara selektif dengan selang)
sambil membuang kotoran yang mengendap pada dasar bak
pemeliharaan larva. Selang yang digunakan adalah selang plastik
yang lentur dan biasa digunakan sebagai selang air. Dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya pembusukan sisa pemberian
pakan dan munculnya wabah penyakit sedangkan untuk
menambah oksigen terlarut dalam bak pemeliharaan larva, air
dalam bak pemeliharaan diberikan aerasi secara terus menerus.
Selama pemeliharaan larva dalam akuarium tidak memperlihatkan
gejala-gejala bahwa ikan terserang hama penyakit. Jika dilihat dari
gerakannya yang normal dan nafsu makan yang relatif tinggi
menandakan kondisi ikan sehat dan normal.



44

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari hasil magang yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ikan nila Srikandi dibentuk dari 2 strain unggul yaitu ikan nila biru
dan ikan nila nirwana.
2. Proses pemijahan dilakukan secara alami dengan metode
pemijahan secara komunal dengan perbandingan 1 : 3.
3. Ikan nila Srikandi mempunyai Hatching rate yang mencapai 10%
sampai 83,41%.
4. Fekunditas telur ikan nila srikandi yang tertinggi mencapai 3129
butir dan yang terendah 1260 butir.
5. Rata rata panjang dan bobot ikan nila srikandi yang tertinggi
mencapai 2 cm dan 0,07 gr sedangkan yang terendah mencapai
1,69 cm dan 0,07 gr.
6. Kisaran kualitas air pada bak pemeliharaan larva, pH : 8,09 8,20,
suhu : 29 29,7
o
C, DO : 2,33 3,36 ppm, konduktivitas : 0,04-
0,08, turbiditas : 1-2 mg/l.




45

5.2 Saran
Saran yang diberikan pada kegiatan magang ini adalah :
1. Pada kegiatan magang selanjutnya dimohonkan dosen
pembimbing dapat intensif melihat kegiatan magang, seperti
melihat langsung kegiatan magang dilokasi agar mahasiswa
dapat serius menjalankan kegiatan magang.
2. Untuk pembenihan ikan nila, pada proses penetasan telur
sebaiknya dilakukan pemantauan yang intensif terutama
sirkulasi air agar presentase penetasan dapat berhasil 100%.












46

DAFTAR PUSTAKA

Arie, U.2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Azwar, S. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2008. Cara Pembenihan Ikan
yang Baik. Direktorat jenderal Perikanan. Jakarta.

Effendi, Rizal. 2004..Pengantar Akuakultur.Penebar Swadaya: Jakarta.

ELLIOT, J.M. 1979 . Energetic of freshwater teleost, p . 9-61 . dalam P. J.
MILLER (Ed). Fish phenology adaptive . Acad . Press . Inc . London.

Fishbase. 2012. Oreochromis niloticus niloticus. [Terhubung Berkala] http:
//www. fishbase. Org / summary / Oreochromis niloticus + niloticus. .
html [19 April 2012].

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Budaya.

H. Kordi k, 2010. Budidaya Ikan Nila Di Kolam Terpal. Jakarta; Penebar
Swadaya.

Anonim. 2013. Pembenihan Ikan Nila. Http://www.trubus-online.co.id.

Anonim. 2012. Budidaya Ikan Nila. Http: // www. konsumen ikan. wordpress.
com.

Judantari, S. 2007. Nila Nirwana solusi performa. Wanayasa. Availableat.

KEPUTUSAN. 09/MEN/2012. Klasifikasi Ikan Nila Srikandi. http: //www.
Info hukum. kkp. go.id/files keputusan menteri /2008 /20 MENTERI/
2012. pdf

47

Khairuman dan Amri, Khairul.2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kordi. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang.

Mujiman, A. 2000. Pakan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

























48

LAMPIRAN


Lampiran1.Data Hasil Sampling Larva Ikan Nila Srikandi
a. Tabel sampling awal pemeliharaan larva



















Kode ikan
A1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 1,3 0,04
2 1,2 0,01
3 1,2 0,01
4 1,2 0,02
5 1,3 0,03
6 1,3 0,04
7 1,1 0,03
8 1,2 0,04
9 1,3 0,01
10 1,1 0,02
11 1,3 0,02
12 1,3 0,04
13 1,3 0,02
14 1,1 0,03
15 1,2 0,02
16 1,3 0,02
17 1,3 0,02
18 1,2 0,03
19 1,3 0,02
20 1,7 0,06
21 1,9 0,08
22 1,2 0,03
23 1,1 0,02
24 1,2 0,02
25 1,2 0,03
26 1,1 0,02
27 1,3 0,05
28 1,1 0,02
29 1,2 0,02
30 1,1 0,01
Rata-rata 1,8 0,07
Kode Ikan
A2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 1,2 0,3
2 1,5 0,4
3 1,2 0,03
4 1,3 0,4
5 1,5 0,04
6 1,2 0,02
7 1,1 0,02
8 1,3 0,04
9 1,3 0,02
10 1,3 0,04
11 1,2 0,02
12 1,2 0,01
13 1,4 0,04
14 1,5 0,06
15 1,3 0,04
16 1,3 0,04
17 1,4 0,02
18 1,3 0,02
19 0,9 0,02
20 1,3 0,04
21 1,5 0,04
22 1,1 0,02
23 0,9 0,02
24 1,4 0,05
25 1,4 0,05
26 1,1 0,02
27 1,1 0,02
28 1 0,03
29 1,3 0,02
30 1,2 0,03
Rata-rata 1,23 0,05
49







Kode Ikan
B1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 1,2 0,01
2 1,5 0,03
3 1,3 0,02
4 1,4 0,03
5 1,1 0,02
6 1,1 0,01
7 1,2 0,03
8 1,3 0,02
9 1,1 0,02
10 1,4 0,03
11 1,3 0,02
12 1,1 0,02
13 1,1 0,03
14 1,2 0,01
15 1,1 0,03
16 1,3 0,02
17 1,2 0,03
18 1,4 0,03
19 1,6 0,05
20 1,3 0,04
21 1,2 0,03
22 1,4 0,05
23 1,1 0,02
24 1,3 0,04
25 1,1 0,02
26 1,3 0,02
27 1,5 0,04
28 1,2 0,03
29 1,1 0,02
30 1,1 0,03
Rata-rata 1,25 0,03
Kode Ikan
B2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot Total
Ikan (gr)
1 1,2 0,01
2 1,4 0,03
3 1,8 0,15
4 1,2 0,02
5 1,2 0,01
6 1,2 0,01
7 1,4 0,03
8 1,6 0,05
9 1,4 0,02
10 1,2 0,01
11 1,1 0,02
12 1,3 0,02
13 1,3 0,01
14 1,3 0,02
15 1,5 0,04
16 1,1 0,01
17 1,4 0,03
18 1,2 0,01
19 1,5 0,07
20 1,5 0,04
21 1,5 0,02
22 1,1 0,03
23 1,3 0,02
24 1,2 0,01
25 1,2 0,01
26 1,3 0,02
27 1 0,1
28 1,2 0,03
29 1,1 0,02
30 1,1 0,02
Rata-rata 1,29 0,03
50






Kode Ikan
C1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot Total
Ikan (gr)
1 1,5 0,08
2 1,2 0,02
3 1,3 0,05
4 1,3 0,01
5 1 0,04
6 1,1 0,02
7 1,4 0,06
8 1,3 0,03
9 1,3 0,05
10 1 0,03
11 1,3 0,05
12 1,1 0,04
13 1,5 0,07
14 1,3 0,04
15 1,2 0,03
16 1,3 0,05
17 1,5 0,04
18 1,6 0,08
19 1,5 0,05
20 1,3 0,04
21 1,5 0,06
22 1,6 0,06
23 1,6 0,07
24 1,2 0,03
25 1 0,02
26 1,1 0,02
27 1,2 0,03
28 1 0,02
29 1,3 0,05
30 1,2 0,03
Rata-rata 1,29 0,04
Kode Ikan
C2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot Total
Ikan (gr)
1 1,5 0,05
2 1,3 0,02
3 1,2 0,01
4 1,2 0,03
5 1,1 0,02
6 0,9 0,02
7 1,3 0,04
8 1,2 0,03
9 0,9 0,02
10 1,1 0,03
11 1,1 0,02
12 0,9 0,01
13 1,1 0,01
14 1,4 0,05
15 1,3 0,02
16 0,9 0,02
17 1,1 0,03
18 1,1 0,02
19 0,9 0,02
20 0,9 0,01
21 0,9 0,03
22 1,1 0,02
23 1,2 0,03
24 1,1 0,02
25 1,3 0,04
26 1,1 0,02
27 1,1 0,03
28 1,3 0,05
29 1,3 0,04
30 1,4 0,05
Rata-rata 1,14 0,03
51

b.Tabel Sampling Hari ke-7 Pemeliharaan Larva




Kode Ikan
A1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 2 0,11
2 1,7 0,05
3 1,8 0,06
4 1,9 0,08
5 2 0,07
6 2 0,08
7 2,1 0,1
8 1,7 0,11
9 1,6 0,1
10 1,7 0,09
11 1,7 0,1
12 1,6 0,08
13 1,7 0,06
14 2 0,1
15 1,7 0,1
16 1,7 0,07
17 1,8 0,06
18 1,6 0,05
19 1,7 0,06
20 1,5 0,04
21 1,8 0,11
22 1,7 0,09
23 1,5 0,04
24 1,5 0,04
25 1,5 0,05
26 1,4 0,07
27 1,4 0,06
28 1,4 0,05
29 1,4 0,04
30 1,6 0,06
Rata-rata 1,69 0,07

Kode Ikan
A2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot Total
Ikan (gr)
1 1,3 0,06
2 2 0,11
3 2 0,09
4 1,5 0,05
5 1,6 0,11
6 2 0,06
7 1.6 0,07
8 1,8 0,11
9 1,5 0,05
10 1,9 0,08
11 1,7 0,05
12 1,8 0.07
13 1,4 0,05
14 1,7 0,08
15 1,8 0,11
16 1,5 0,06
17 1,8 0,1
18 1,7 0,08
19 1,8 0,06
20 1,7 0,05
21 1,5 0,04
22 2 0,11
23 1,7 0,08
24 1,7 0,05
25 1,8 0,11
26 1,7 0,1
27 1,6 0,05
28 1,7 0,06
29 1,8 0,06
30 1,6 0,04
Rata rata 1,71 0,07
52













Kode Ikan
B1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 1,7 0,10
2 1,8 0,08
3 1,9 0,10
4 1,7 0,06
5 1,7 0,08
6 1,7 0,08
7 1,2 0,03
8 1,8 0,11
9 1,6 0,07
10 1,7 0,09
11 1,6 0,08
12 1,8 0,11
13 1,7 0,06
14 2 0,10
15 1,3 0,05
16 1,6 0,06
17 1,2 0,03
18 1,4 0,05
19 1,7 0,05
20 1,6 0,05
21 1,4 0,06
22 1,3 0,02
23 1,6 0,07
24 1,4 0,03
25 1,5 0,4
26 1,9 0,11
27 1,6 0,03
28 1,6 0,05
29 1,4 0,05
30 1,6 0,04
Rata-rata 1,6 0,09
Kode Ikan B2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot Total
Ikan (gr)
1 1,5 0,04
2 2,1 0,12
3 2,3 0,14
4 2,2 0,15
5 2,3 0,15
6 2 0,15
7 1,9 0,14
8 2,3 0,10
9 2,3 0,15
10 2,2 0,13
11 2 0,11
12 2 0,10
13 2,1 0,12
14 2 0,12
15 2,2 0,12
16 2,2 0,15
17 2,2 0,12
18 2,1 0,13
19 2,2 0,11
20 2 0,11
21 1,9 0,10
22 1,8 0,08
23 2 0,09
24 1,7 0,09
25 1,8 0,08
26 1,8 0,07
27 2 0,09
28 1,8 0,08
29 1,8 0,09
30 1,5 0,04
Rata-rata 2 0,07
53










































Kode Ikan
C1
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 1,9 0,12
2 1,9 0,13
3 1,9 0,08
4 1,8 0,07
5 1,9 0,14
6 1,9 0,14
7 1,8 0,09
8 1,9 0,11
9 1,8 0,06
10 1,8 0,09
11 1,7 0,07
12 1,9 0,10
13 1,9 0,08
14 1,9 0,14
15 2 0,13
16 1,8 0,07
17 1,8 0,10
18 1,8 0,09
19 1,7 0,08
20 1,8 0,07
21 1,8 0,08
22 1,7 0,08
23 1,7 0,08
24 1,8 0,09
25 1,8 0,07
26 1,5 0,07
27 1,6 0,06
28 1,7 0,07
29 1,5 0,04
30 1,8 0,07
Rata-rata 2 0,06
Kode Ikan
C2
Panjang
Total Ikan
(cm)
Bobot
Total Ikan
(gr)
1 2 0,11
2 1,8 0,09
3 2,2 0,15
4 1,6 0,04
5 1,7 0,09
6 1,8 0,04
7 1,9 0,08
8 1,8 0,07
9 1,8 0,06
10 1,8 0,07
11 1,9 0,10
12 1,7 0,07
13 1,9 0,09
14 2 0,12
15 1,8 0,06
16 1,5 0,07
17 1,8 0,07
18 1,6 0,05
19 1,7 0,04
20 1,8 0,07
21 1,8 0,07
22 1,7 0,10
23 1,9 0,05
24 1,7 0,08
25 1,8 0,08
26 1,8 0,09
27 1,8 0,06
28 1,7 0,07
29 1,8 0,09
30 1,7 0,08
Rata-rata 2 0,09
54

Lampiran 2
Jadwal Kegiatan Magang di BPPI Sukamandi

Hari / Tanggal Kegiatan
Senin, 21 Januari Belum aktif berangkat karena baru sampai di
BPPI Sukamandi

Selasa, 22 Januari Pembuatan kolam jaring untuk pemijahan
ikan nila
Pemberian pakan ikan nila dikolam 6000 dan
5000

Rabu, 23 Januari Seleksi ikan nila
Pemindahan induk ke kolam pemberokan
Pengukuran kualitas air dikolam
pemberokan
Pemberian pakan ikan nila
Konsultasi dengan pembimbing
Kamis, 24 Januari Seleksi ikan nila
Pemindahan induk ikan nila kekolam 5x2,5m
Pemberian pakan ikan nila
Jumat, 25 Januari Penyiponan akurium benih ikan nila srikandi
Pergantian air di akuariumbenih ikan nila
srikandi
Pengepakan induk ikan nila
Pemberian pakan ikan nila
Konsultasi dengan pembimbing
Sabtu, 26 Januari Pemberian pakan ikan nila
Pemindahan induk ikan nila kekolam
pemijahan
Pengepakan benih ikan nila
Pengukuran kualitas air

Minggu, 27 Januari Pemberian pakan induk ikan nila
Pemberian pakan benih ikan nila
Penyiponan akuarium larva
Senin, 28 Januari Pemberian pakan ikan nila
Briding ikan nila
Penyiponan akuarium larva
55

Selasa, 29 Januari Persiapan corong penetasan
Pemberian pakan benih daninduk ikan nila
Persiapan bak pemeliharan larva

Rabu, 30 Januari Pegambilan telur ikan di kolam
Perhitungan telur ikan nila
Pemindahan telur ikan nila kedalam corong
penetasan
Pemberian pakan induk ikan nila
Pengepakan benih ikan nila
Kamis, 31 Januari Pengecekan telur penetasan
Pemberian pakan ikan nila
Memasang kakaban di hatchery lama
Mencari referensi tambahan keperpustakaan
Konsultasi dengan peneliti
Jumat, 1 Februari Pengecekan corong telur ikan nila
Pengisian air laut ke bak fiber
Pemberian pakan ikan nila
Sabtu, 2 Februari Pengecekan corong telur ikan nila
Pemberian pakan ikan nila
Konsultasi dengan pembimbing
Minggu, 3 Februari Pemindahan larva ikan nila ke aqurium
pemeliharaan
Pengukuran panjang dan bobot larva ikan
nila
Pemberian pakan larva,benih dan induk ikan
nila
Senin, 4 Februari Pemberian pakan larva, benih dan induk ikan
nila
Pemindahan benih ikan nila srikandi ke
kakaban
Pengukuran panjang dan bobot ikan nila
srikandi

Selasa, 5 Februari Penyiponan kolam larva
Pemberian pakan larva
Konsultasi dengan pembimbing
Pemberian pakan larva, dan benih.
56

Rabu, 6 Februari Konsultasi dengan pembimbing
Pemberian pakan larva, benih, dan induk
ikan nila
Mencari refrensi perpustakaan
Kamis, 7 Februari Pemindahan induk ke dalam fiber
Pengukuran suhu dan salinitas
Pemberian pakan larva , benih dan induk
ikan nila
Jumat, 8 Februari Pemberian pakan larva , benih dan induk
ikan nila
Pamitan dengan karyawan BPPI Sukamandi
di kantor
Mencari refrensi di perpustakaan
Sabtu, 9 Februari Pengukuran panjang dan bobot larva ikan
nila
Pemberian pakan larva
Menghitung larva ikan nila

Minggu, 10 Februari Pengepakan larva ikan nila
Pamitan dengan teman-teman di hatchery
lele, udang galah, ikan nila,dan pati.

Anda mungkin juga menyukai