Nella 102011185 pricillanella@gmail.com Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
A. Pendahuluan Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (komponen darah). Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas talasemia mayor dan minor. Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini. Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 jenis yang utama adalah Alfa-thalassemia (melibatkan rantai alfa) dan Beta-thalassemia (melibatkan rantai beta). Thalasemia alpha terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alpha globulin. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai thalassemia alfa. 1
B. Pembahasan 1. Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). 1 Berikut adalah beberapa hal yang perlu ditanyakan untuk membantu diagnosis dari suatu penyakit: 2
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah: a) Identitas pasien b) Keluhan utama pasien : hamil 2 kali, tetapi pasien kehamilan yang pertama mengalami keguguran pada usia 12 minggu sedangkan yang kedua melahirkan bayi dengan hydrops fetalis pada gestasi 27 minggu dan meninggal beberapa menit setelah dilahirkan. c) Riwayat penyakit sekarang yaitu menanyakan yang berhubugan dengan keluhan utama seperti : Apakah pasangan suami istri mengalami kelainan berupa kelainan darah turunan atau penyakit herediter lainnya? Apakah sudah mencoba konseling kepada dokter terkait seperti dokter kandungan dan dokter genetika klinik?
d) Riwayat kehamilan : Kehamilan pada usia berapa untuk pertama dan kedua? Apakah ada gangguan kesehatan pada saat kehamilan? Apakah ibu sering memeriksa kehamilannya kepada dokter? Bagaimana hasil yang sering diperoleh? Apakah dokter ada menyarankan untuk menyarankan melakukan pemeriksaan tambahan? Bagaimana keadaan fisik dan psikologis ibu saat hamil? Apakah sedang mengkonsumsi obat-obatan?
e) Riwayat penyakit dahulu : apakah pasien pernah atau sedang mengalami suatu penyakit berat?
f) Riwayat penyakit keluarga Tanyakan penyakit yang sedang atau pernah dialami oleh keluarga atau kerabat dekat yang dapat memungkinkan pasien tersebut mengalami hal yang sama dalam penyakit genetic dan tanyakan keadaan mereka. Seperti keterkaitan kasus ini yaitu talasemia. Tanyakan kepada orangtuanya apakah kedua orangtua anak tersebut mempunyai genetic talasemia atau memang penderita talasemia? Penting hal nya memikirkan atau membuat sebuah pohon keluarga untuk lebih memastikan penurunan yang akan diterima apabila kelak pasangan suami istri 3
tersebut akan memiliki keturunan. Dengan pohon keluarga ini kita dapat memprediksikan thalasemia diturunkan dengan prediksi perbandingan. 2
2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Selain itu pemeriksaan fisik yang mengarahkan ke diagnosis thalasemia bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukkan anemia, ikterus yang menunjukkan hemolitik, splenomegali yang menunjukkan adanya penumpukan (pooling) sel abnormal, dan deformitas skeletal, terutama pada thalasemia beta. Pemeriksaan
fisik pada thalasemia alfa minor sebenarnya sulit karna sama halnya dengan seseorang yang seperti sedang menderita anemia. 2
3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, elektroforesis hemoglobin, tes rantai globin dan analisa DNA. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengkap, seorang penderita sindrom thalasemia umumnya menunjukkan anemia mikrositik hipokrom. Kadar hemoglobin dan hematokrit menurun, tetapi hitung jenis eritrosit biasanya secara disproporsi relative tinggi terhadap derajat anemia, yang menyebabkan MCV sangat rendah. MCHC biasanya sedikit menurun. Pada HbH disease, eritrosit mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada thalasemia- 0 heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang poikilositosis. Untuk menunjukkan simpanan besi berkurang atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan feritin serum. Selain feritin serum, dilakukan pula pemeriksaan serum iron, dan TIBC untuk mengetahui peningkatan kapasitas mengikat-besi. Dilakukan pula pemeriksaan bilirubin total, bilirubin dirak dan bilirubin indirek untuk membantu menegakkan diagnosa. Diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat besi dalam darah untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau thalassemia. Anemia pada thalassemia terjadi karena masalah dengan salah satu rantai globin alpha atau rantai beta globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi . Kadar besi dalam serum meninggi dan daya ikat serum terhadap besi menjadi rendah. Meskipun elektroforesis hb kurang sensitive untuk mendiagnosis thalasemia alfa, namun elektroforesis hb dapat membantu menghitung jumlah dan mengidentifikasi tipe hemoglobin yang tidak normal. Hb F meningkat: 20%-90% Hb total Elektroforesis Hb : 4
hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F. Elektroforesis hemoglobin pada selulosa asetat atau elektroforesis gel kanji pada pH basa merupakan uji laboratorium paling mudah untuk membuktikan adanya hemoglobin abnormal. Pada thalasemia alfa, penurunan sintesis rantai alfa menyebabkan rantai beta menjadi berlebihan. Rantai-rantai beta ini dapat membentuk tetramer yang mudah dibuktikan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. Analisis DNA dilakukan untuk mengidentifikasi genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian, untuk membedakan thalasemia alfa carrier dari thalasemia lainnya, untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat tersembunyi, atau melihat pola pewarisan keluarga. 4
4. Diagnosis prenatal Diagnosis prenatal ( PND ) pada thalassemia pertama kali berhasil dilakukan oleh Nathan and Kan dengan menggunakan darah fetal. Tujuan dari diagnosis prenatal adalah untuk mengetahui sedini mungkin, apakah janin yang dikandung menderita thalassemia mayor. PND terutama ditujukan pada janin pasangan baru yang sama sama pengemban sifat thalassemia dan janin pasangan yang telah mendapat bayi thalassemia sebelumnya. Pada kasus thalassemia, sekarang PND dapat dilakukan pada usia kehamilan 8 minggu dengan mengguanakan villi chorialis, untuk mempercepat proses PND, dapat dimulai dengan pemeriksaan DNA kedua orangtuanya terlebih dahulu. Tindakan ini dapat dilakukan lebih awal bahkan sebelum kehamilan terjadi, pada saat mereka telah memutuskan untuk mempunyai anak. Kemudian setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu, baru dilakukan pengambilan sampel jaringan vili chorialis janin serta dilakukan pemeriksaan molecular sesuai dengan mutan yang diemban oleh kedua orangtuanya. Sedikitnya harus ada dua teknik berbeda yang dilakukan pada PND, agar hasil identifikasi lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. PND juga harus dilakukan secepat mungkin (dalam waktu kurang dari seminggu) agar tidak menjadi beban psikologis kedua orangtua selama menunggu hasil untuk mengambil keputusan. Selain itu usia kehamilan juga masih memungkinkan untuk tindakan terminasi kehamilan kalau memang hal tersebut diperlukan. Biasanya pasangan masih membutuhkan waktu beberapa hari hingga mingggu, untuk memutuskan nasib janin mereka jika ternyata sang janin menderita thalassemia, dan selama itu mereka mungkin perlu pendampingan. Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan teknik inseminasi selektif, pada pasangan berisiko tinggi. Dengan teknik ini maka kemungkinan lahirnya bayi 5
thalassemia dapat diperkecil. Apanila pada kehamilan normal probabilitas terjadinya bayi thalassemia mayor adalah 25%, maka pada inseminasi selektif, jika ada enam embrio yang dibuahi secara in vitro, dan hanya dua embrio yang diambil secara acak yang ditanamkan ke rahim maka probabilita terjadinya bayi thalassemia dari pasangan tersebut menjadi lebih rendah dari risiko kehamilan normal. Teknik inseminasi selektif dianggap lebih menyenangkan terutama bagi sebagian pasangan yang karena alasan pribadi atau lainnya keberatan untuk melakukan PND dan terminasi kehamilan. 4
5. Diagnosis Kerja Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia. 1 Thalasemia alpha terjadi karena adanya penurunan secara sintesis dari rantai alpha globulin. Akibat adanya kekurangan sintesis rantai alfa, maka dapat menyebabkan timbulnya banyak rantai beta dan gama yang tidak dapat berpasangan dengan rantai alpha. Dengan adanya hal tersbut, maka akan menyebabkan pula terbentuknya tetramer dari rantai beta(HbH) dan juga tetramer dari rantai gama(Hb barts), dengan begitu maka diketahui thalasemia alpha memiliki beberapa jenis, yaitu : a) Delesi pada empat rantai alpha Delesi pada empat rantai alpha ini sering dikenal juga dengan sebutan Hydrops fetalis. Dalam delesi pada empat rantai tersebut biasanya sel darah merahnya banyak terkandung Hb Barts. Gejala dari delesi ini berupa timbulnya ikterus, pembesaran limfa, dan jika pada orang hamil, maka janinnya akan sangat anemis dan dapat mati dalam usia kandungan 36-40 bulan. Biasanya pada bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya, jika delesi ini diuji secara elektroforesis, maka akan diketahui kadar Hb nya sebesar 80-90%Hb Barts, dan diketahui juga tidak adanya HbA ataupun HbF. 6
b) Delesi pada tiga rantai alpha Delesi berikut ini dapat dikenali sebagai HbH Disease yang biasanya disertai dengan adanya anemia hipokromik mikrositer dengan banyak terbentuknya HbH, dengan behitu maka HbH akan mengalami presipitasi dalam sel darah merah(eritrosit), sehingga akan mengakibatkan penghancuran sel darah merah dengan mudah. ini dapat terdekteksi setelah kelahiran dengan adanya anemia berat dan juga adanya pembesaran pada limfa. Fenotipe HbH disease berupa talasemia intermedia yang ditandai dengan anemia hemoltik sedang-berat namun dengan inefektivitas eritropoiesis yang lebih ringan.
c) Delesi pada dua rantai alpha Delesi berikut ini diketahui dengan adanya anemia Hipokromik mikrositer yang ringan, yaitu dengan terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH, delesi ini ditandai dengan adanya anemia ringan bahkan ada juga yang tidak terdapat gejala anemianya.
d) Delesi pada rantai satu alpha Delesi ini dapat disebut juga sebagai Silent Carreie, karena adanya tiga lokus globin yang masih bisa menjalankan fungsinya dengan normal, delesi tersebut kelainan globulinnya sangat minimal dan hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium secara molekuler. Penderita tipe ini merupakan pembawa sifat yang fenotipnya tidak memberikan gejala dan tanda. Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi keturunan afrika. 1,4
6. Etiologi Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan 7
thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia. 1
7. Epidemiologi Penyakit thalassemia ini menyebar luas didaerah mediteranian seperti Italia, Yunani, Afrika bagian utara, timur tengah, India Selatan sampai kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Frekuensi thalassemia di Asia Tenggara antara 3-9%. 1
8. Patofisiologi Pada Talasemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai globin. Penurunan secara bermakna kecepatan sintesis salah satu jenis rantai globin (rantai- atau rantai-) menyebabkan sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Ada beberapa jenis hemoglobin yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen selama masa pertumbuhan, mulai embrio, fetus sampai dewasa. Hemoglobin memiliki bentuk tetrametrik yang sama, terdiri dari dua pasang rantai globin yang terikat dengan heme. Hem terdiri dari zat besi (Fe) sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai polipeptida. Sintesa globin dimulai pada awal kehidupan masa embrio di dalam kandungan sampai 8 minggu usia kehamilan dan hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati, limpa, dan sumsum tulang. 5 Pada Talasemia Alfa, tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan sel dan menghasilkan inclusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal ini semakin berat karena HbH dan Barts adalah homotetramer yang tidak mengalami perubahan allosterik yang diperlukan untuk transport oksigen. Pada bentuk homozigot (--/--), tidak ada rantai alfa yang diproduksi. Penderitanya memiliki Hb Barts yang tinggi dengan Hb embrionik. Sebagian besar penderita lahir meninggal dengan tanda- tanda hipoksia intrauterin. Pada bentuk heterozigot terjadi ketidakseimbangan jumlah rantai tetapi penderita mampu bertahan. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik dengan adaptasi terhadap anemia yang tidak baik karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen. 4,5
9. Pewarisan talasemia Pewarisan thalasemia secara genetis dapat berupa pola pewarisan sifatnya, karena pada umumnya dua gen pada kromosom yang berbeda akan bekerjasama untuk 8
menghasilkan hemoglobin. Gen yang membawa thalasemia dapat mengawal pada pengeluaran protein dalam sel darah merah. Selanjutnya hemoglobin akan mengikat oksigen di dalam paru-paru dan akan melepaskannya kembali hingga pada rangkaian poriferi seperti hati. Pengikatan dan pelepasan oksigen yang dilakukan oleh hemoglobin sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup. dari hemoglobin tersebut didalamnya terdapat protein yang memiliki empat sub unit, dari empat sub unit tersebut merupakan protein berupa alpha, sedangkan sisanya merupakan protein berupa beta. Jika diantara sub unit alpha dan beta digabungkan, maka hemoglobin akan melakukan pengikatan dan juga pelepasan oksigen. Sementara itu sepasang gen yang letaknya pada kromosom 16 akan mengawali adanya pengeluaran dari sub unit alpha hemoglobin. Sedangkan sel tunggal yang terletak pada kromosom no 11 akan mengawasi pengeluaran sub unit beta hemoglobin. Pada umumnya masing-masing sel memiliki sepasang kromosom identik, yaitu satu dari ibu dan satu lagi dari ayah, sehingga melalui hal tersebutlah akan dapat ditentukan bagaimana keturunannya dan pada setiap kromosom mengandung ribuan gen akan berbaris secara berurutan. Dan pada setiap individunya memiliki dua gen globin beta. Satu gen berasal dari ayah dan satu lagi berasal dari ibu, karena setiap kromosom 16 memiliki dua gen alpha, maka setiap orang akan mempunyai sebanyak empat gen. Satu kromosom 16 berasal dari ayah yang berpengaruh pada dua gen globin alpha kepada keturunannya. Satu kromosom 16 berasal dari ibu yang juga menyumbang dua gen globin alpha pada keturunannya. Dalam thalasemia dapat terjadi apabila satu gen atau lebih gen tersebut gagal agar dapat menghasilkan protein dan dapat menyebabkan kekurangan dari salah satu sub unit. Jika salah satu dari gen globin betanya gagal, keadaan tersebut disebut thalasemia beta, hal tersebut terjadi karena kekurangan sub unit beta. Jika gen globin alpha gagal, keadaan tersebut merupakan thalasemia alpha, yang diakibatkan adanya kekeurangan dari sub unit alpha. 4,5 Pada kasus telah diketahui bahwa pasangan suami istri tersebut merupakan penderita talasemia-alfa minor, maka akan didapatkan skema penurunan talasemia seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Skema Penurunan Talasemia Minor 9
( Sumber : www.thalassemia.org )
10. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah merah dan hemoglobin. Temuan klinis tergantung pada nomor dari delesi gen globin yaitu delesi pada empat rantai alpha ( hydrops fetalis ), delesi pada tiga rantai alpha ( HbH disease ), delesi pada dua rantai alpha serta delesi pada satu rantai alpha atau yang disebut dengan silent carrier. a) Silent Carrier Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ringan artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada sedikit perubahan pada gambaran sel darah merahnya. Gambaran sel darah merahnya hampir sulit dibedakan dengan orang normal, kecuali ukuran sel darah merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) yang sedikit lebih rendah dari ukuran normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 3 10
globin alpha karena hilangnya 1 gen globin alpha. Pembawa sifat ini tidak akan mengalami kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sarna dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini.
b) Alpha Thalassemia Trait Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal (mikrositer). Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada perubahan pada gambaran sel darah merah yang sangat jelas yaitu ukuran sel darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran normal dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) lebih rendah dari jumlah normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 2 gen globin alpha yang berfungsi. Kedua gen globin alpha ini terletak pada satu belah kromosom dan yang sebelahnya tidak mempunyai gen globin alpha sama sekali atau pada setiap belah kromosom hanya ada 1 gen globin alpha. Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini, tetapi dapat mengalami anemia ringan pada saat hamil atau saat menderita infeksi berat.
c) HbH Disease Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan adanya gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali). Ditandai dengan hanya 1 gen globin yang berfungsi. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang salah satunya pembawa sifat thalassaemia alpha berat sedangkan yang lainnya pembawa sifat thalassaemia alpha ringan. Penyakit ini harus dicurigai pada bayi baru lahir yang semua sel darah merahnya pucat dan mempunyai Hb Bart yang tinggi. Hb Bart dibentuk dari 4 buah rantai globin gama. Hemoglobin ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada anak yang lebih besar penyakit HbH ditandai dengan anemia sedang kadar (kadar Hb antara 8 sid 10 g/dl), sel darah merahnya kecil dan pucat serta ditemukan adanya HbH. HbH dibentuk dari 4 rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang normal. Kadar Hb pada 11
penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun dengan drastis pada saat menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi obat-obat, zat kimia atau makanan yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa, "benzene" (terdapat dalam bensin, batubara, bahan kimia untuk pembuatan plastik). Walaupun jarang, dapat terjadi anemia berat, batu empedu, tukak pada kulit, dan pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan pengangkatan limpa.
d) Alpha Thalassemia Major Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak mempunyai gen globin alpha) sehingga tidak ada HbA atau HbE yang diproduksi. Biasanya fetus (janin) yang menderita alpha thalassemia major mengalami anemia pada awal kehamilan, kemudian membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi pembesaran hati dan limpa. Fetus (janin) yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang keduanya pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat. Pada keadaan ini terjadi kematian janin karena janin mengalami kekurangan oksigen berat. Ibu dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat. 4
11. Penatalaksanaan Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia cenderung ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa pengobatan. Terdapat 3 (standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat menengah atau berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta menggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali pusat. a) Transfusi darah Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan 12
tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. b) Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation) Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat- obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu: Deferoxamine Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran. Deferasirox Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan (kelelahan).
c) Suplemen Asam Folat Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel- sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi. d) Transplantasi sum-sum tulang belakang Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipiennya.
13
e) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood) Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta. Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari sistem kekebalan tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum tulang, darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif sederhana. 3,4
12. Konseling Genetik Istilah Konseling Genetik pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Sheldon Redd dari Dight Institute for Human Genetics, University of Minnesota. Konseling genetic diartikan sebagai member informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah genetic yang ada dalam keluarganya. Penerapan konseling genetic pada masyarakat kita mungkin harus sedikit berbeda dari apa yang direkomendasikan oleh para ahli di luar negeri, karena struktur social ekonomi, budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Istilah konseling genetic sendiri masih asing dan mungkin masih sukar diterima oleh sebagian masyarakat kita, yang sebagian besar berpendidikan dibawah SMU. Pada prinsipnya sebelum konseling genetic diterapkan, kita harus mempunyai para konselor genetic yang handal. Yang terpenting adalah seorang konselor sudah terlatih dan menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan thalassemia. Seorang konselor juga dituntut untuk dapat bersikap simpatik, tidak terkesan menggurui apalagi memaksa, agar dapat terjalin suatu komunikasi hubungan batin yang baik antara konselor dengan yang dikonseling. Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi sebanyak dan selengkap mungkin ada pada keluarga yang dikonseling (klien). Informasi itu menyangkut 3 hal pokok, yaitu: a) Tentang penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita thalassemia mayor. Konselor juga terlebih dahulu harus mengumpulkan data medis dari kliennya terutama riwayat keluarga sang klien sebelum memulai konseling, agar informasi yang disampaikan tepat dan bersifat khusus untuk pasangan tersebut. b) Member jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang klien dan membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Seorang konselor tidak selayaknya 14
memberikan jalan keluar yang kira kira tidak mungkin terjangkau atau dapat dilakukan olenh sang klien. c) Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Secara umum sasaran konseling genetic adalah pasangan pranikah, terutama yang berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi menderita thalassemia, atau kepada mereka yang mempunyai anggota keluarga yang berpenyakit thalassemia. Kepada pasangan tersebut perlu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan indeks hematologis (full blood count) terlebih dahulu sebelum menikah untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat genetic thalassemia. Apabila hanya salah satu dari mereka yang mengemban (pembawa sifat) thalassemia tidak jadi masalah, tetapi jika keduanya pengemban sifat thalassemia makan perlu diinformasikan bahwa jika mereka tetap memutuskan untuk menikah maka 25% dari keturunannya berpeluang menderita thalassemia mayor. Keputusan tergantung pada pasangan tersebut apakah mereka memutuskan tidak kawin, tetap kawin tanpa mempunyai anak, atau kawin dan ingin mempunyai anak. Konseling genetic secara khusus juga ditujukan untuk pasangan berisiko tinggi, baik yang terjaring pada pemeriksaan premarital maupun pasangan yang telah mempunyai anak thalassemia sebelumnya. Kepada mereka perlu disampaikan bahwa telah ada teknologi yang dapat membantu untuk mengetahui apakah janin yang dikandung menderita thalassemia atau tidak pada awal kehamilan atau yang dikenal dengan diagnosis prenatal. Perlu diinformasikan pula selengkap lengkapnya tentang prosedur diagnosis tersebut, di mana mereka dapat melakukannya, siapa yang harus dihubungi, tingkat kesalah diagnosis, biaya serta kemungkinan keguguran akibat proses sampling. Dengan demikian mereka dapat mempertimbangkan benar benar untung ruginya sebelum mengambil keputusan agar tidak timbul kekecewaan atau penyesalan di kemudian hari. Kebanyakan dari pasangan berisiko tersebut memutuskan tetap menikah tetapi memutuskan untuk tidak mempunyai anak. Kiranya hal ini agak sukar diterapkan pada masyarakat kita jika sebagian besar masih beranggapan bahwa keberadaaan seorang anak merupakan target utama dari sebuah perkawinan. Apabila pandangan seperti itu dapat sedikit dirubah menjadi anak yang sehat merupakan target dari perkawinan, mungkin konseling genetic akan jauh lebih mudah dilakukan. 15
Karena berbagai alassan, baik menyangkut agama maupun aspek psikologis lainnya yang tidak merestui pengakhiran kehamilan, maka pendampingan perlu melibatkan tokoh tokoh agama dan para psikolog. Langkah ini perlu dilakukan agar semua tindakan yang diambil dengan hati yang mantap sehingga tidak timbul penyesalan atau rasa bersalah di kemudian hari. Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing individu atau pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk mendapat informasi akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal yang harus diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil, prosedur obstetri yang mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis pranatal. Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling harus tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena memiliki implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada pilihan setelah dilakukan diagnosis pranatal. Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan mungkin tiap pasangan memiliki pilihan yang berbeda- beda. Tanggung jawab utama seorang konselor adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang memungkinkan pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka jalani sesuai kondisi masing-masing. 6
13. Prognosis Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa. 4
Kesimpulan Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia. Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi penyakit tersebut 16
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health). Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai usia produktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir seperti pada thalassemia- Hb barts hydrop fetalis. Thalasemia alfa dan beta juga memerlukan skrining thalasemia serta konseling genetic apalagi bagi pasangan yang ingin memiliki anak dengan risiko thalasemia yang besar.
Daftar pustaka
1. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Dasar-dasar talasemia : salah satu jenis hemogglobinopati dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing;2009.h.1379-86 2. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;2011.h.22-35. 3. Sacher RA, Mcpherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta : EGC;2004.h.93-5 4. Atmakusuma D, Setyaningsih I. Thalasemia: manifestasi klinis, pendekatan diagnosis dan thalassemia intermedia dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta : Interna Publishing;2009.h.1387-92 5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi ke-2. Jakarta : EGC;2008.h.173-5 6. Curtis GB. Kehamilan diatas usia 30. Edisi ke-1. Jakarta : EGC;2010.h.67-9