Anda di halaman 1dari 12

KROMATOGRAFI PENUKAR ION (ANION)

1. Pengertian Kromatografi
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di
dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan
yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut
merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai
muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan
berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan
negatif seperti gugus sulfonat (-SO
3
-
), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar
kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin
kuaterner (-N(CH)
3
+
), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion.
Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan molekul molekul
bermuatan terutama ion ion baik anion maupun kation. Metode ini pertama kali
dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850.
Pertukaran ion adalah salah satu metode yang efektif untuk pemisahan
secara kuantitatif. Pemisahannya berdasarkan prinsip yang sama sekali berbeda
dan hanya diterapkan pada senyawa yang berion.
Istilah penukar ion secara umum diartikan orang sebagai pertukaran dari
ion-ion yang bertanda muatan (listrik) sama, antara suatu larutan dan suatu bahan
yang padat serta sangat tak dapat larut, dimana larutan itu bersentuhan. Zat padat
itu (penukaran ion) harus mengandung ion-ion miliknya sendiri. Dan agar
pertukaran dapat berlangsung dengan cukup cepat dan ekstensif, zat padat itu
harus mempunyai struktur molekuler yang terbuka dan permeabel, sehingga ion-
ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak keluar masuk dengan bebas.
Penukar kation terdiri dari suatu anion polimerik dan kation-kation aktif,
sementara suatu penukar anion adalah suatu kation polimerik dengan anion-anion
aktif.
2. Jenis Kromatografi Pertukaran Ion
Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan
bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan
negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang
mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-).
Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam
sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan
bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan
positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang
mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan N+(CH3)3. Larutan
penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil
piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin

Suatu resin penukar anion adalah suatu polimer yang mengandung gugus-gugus
amino (ammonium kuartener) sebagai bagian-bagian integral dari kisi polimer itu
dan sejumlah ekuivalen anion-anion seperti ion klorida, hidroksil atau sulfat.
Syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah:
1. Resin itu harus cukup terangkai silang, sehingga keterlarutannya yang
dapat diabaikan.
2. Resin harus cukup hidrofilik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat
dicapai, dan harus stabil dalam hal kimiawinya.
4. Resin yang sedang mengembang, harus lebih besar rapatannya daripada
air.
3. Sifat Resin Penukar Ion
Sifat dan resin penukar ion yang digunakan ikut menentukan kesektifan
penukaran terhadap berbagai ion,kut tidaknya suatu ion diserap pada resin
penukar ion tergantung dari sifat gugus fungsional yang terdapat dalam resin.
Menurut Diyah Erlina Lestari dan Setyo Budi Utomo (2007), sifat-sifat penting
resin penukar ion adalah adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas Penukaran ion
Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat
dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (milliekivalen) per gram resin kering
dalam bentuk hidrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap
milliliter resin (meq/ml).
2. Selektivitas
Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang menunjukan aktifitas
pilihan atas ion tertentu .Hal ini disebabkan karena penukar ion merupakan suatu
proses stoikiometrik yang dapat balik (reversible) dan memenuhi hukum kerja
massa. Faktor yang yang menentukan selektivitas terutama adalah gugus
ionogenik dan derajat ikat silang. Secara umum selektivitas penukaran ion
dipengaruhi oleh muatan ion dan jari-jari ion. Selektivitas resin penukar ion akan
menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan dalam suatu larutan apabila
dalam larutan tersebat terdapat ion-ion bertanda muatan sama, demikian juga
dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan.
3. Derajat ikat silang (crosslinking)
Sifat ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer. Derajat
ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas pertukaran,
perilaku mekaran, perubahan volume, seletivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
4. Porositas
Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori saluran-saluran kapiler. Ukuran
saluran-saluran ini biasanya tidak seragam. Porositas berbanding lansung derajat
ikat silang, walaupunn ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam. Jalinan
resin penukar mengandung rongga-rongga, tempat air terserap masuk. Porositas
mempengaruhi kapasitas dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya gugus ionogenik
di permukaan saja yang aktif.
5. Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat. Kestabilan
fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatan dan ketahanan gesekan.
Ketahanan terhadap pengaruh osmotik, baik saat pembebanan maupun regenerasi,
juga terkait jenis monomernya. Kestabilan termal jenis makropori biasanya lebih
baik daripada yang gel, walau derajat ikat silang serupa. Akan tetapi lakuan panas
penukar kation makropori agak mengubah struktur kisi ruang dan porositasnya.
Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara
luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
a. resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO
3
).
b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan COOH).
c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier
atau kuartener).
d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil).

Berbagai teori telah dicoba dikemukakan dalam usaha untuk menjelaskan
mekanisme pertukaran yang dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yakni :
1. pertukaran kisi kristal
2. lapisan rangkap
3. membran Donnan.
Pada dasarnya, penukaran ion-ion harus terjadi sampai perbandingan aktivitas di
kedua fase menjadi sama. Sebagai kesimpulan, dapat dinyatakan bahwa semua
teori pada dasarnya serupa, bila ditinjau bahwa asas elektronegativitaslah yang
menyebabkan pertukaran ion-ion. Perbedaanya hanya pada posisi dan sumber
pusat pertukaran. Jadi pusat pertukaran adalah suatu gugusan ionik yang akan
menghasilkan ikatan elektrostatik dengan ion yang bermuatan berlawanan.
Kekuatan ikatanlah yang menentukan kesediaan suatu pertukaran.
4. Prinsip Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi penukar ion merupakan kromatografi yang berdasarkan
penukaran ion-ion secara equivalen antara larutan dan gugusan fungsional
resin yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar (Pudjaatmaka, 2002).

Gambar .1
Jika suatu campuran dan dua atau lebih dari anion yang berbeda A, B,
dan sebagainya dialirkan melalui sebuah kolom penukar ion, dan jika
kuantitas-kuantitas ion-ion ini lebih kecil dibanding kapasitas total kolom
untuk ion, maka mungkin untuk memperoleh kembali ion-ion terserap itu,
sendiri-sendiri dan berturut-turut dengan menggunakan larutan regenerasi atau
elusi yang sesuai. Jika anion A ditahan lebih kuat oleh resin penukar
dibandingkan anion B, semua B yang terdapat akan mengalir keluar dari dasar
kolom sebelum satupun A dibebaskan, asalkan kolom cukup panjang dan
faktor-faktor eksperimen lainnya menguntungkan bagi pemisahan khusus itu.
Teknik pemisahan ini disebut kromatografi pertukaran ion (anion).
5. Komponen Dasar Kromatografi Pertukaran Ion
1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut
masuk ke dalam kolom pemisah.
2. Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke
dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa
mengakibatkan perbedaan hasil
3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat
didistribusikan masuk ke dalam kolom.
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam
sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang
maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan
memunculkan puncak.
5. Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.




Gambar. 2. rangkaian alat
Gambar. 3 menunjukkan dua buah kolom; kolom pemisah kation dan kolom
pemisah anion. Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam teknik pemisahan
kromatografi ion. Benda inilah yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika
sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga puncak yang muncul secara bergantian
dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa kolom ini adalah
sebagai jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia tidak bisa hidup.
Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan
mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).

Fase diam berupa penukar kation maupun anion yang terdiri atas gel silika
atau polimer dengan berat molekul tinggi dimana merupakan gugus ionik
berikatan kimia,
Bahan terlarut (bersifat ionik) ditambahkan pada sistem pertukaran kation
atau anion dengan polar eluan (misal air).
Untuk fase gerak, Kebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion
dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi dari air. Dalam beberapa
hal, digunakan pelarut campuran seperti air, alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni
puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh
pH fasa gerak. Kenaikkan kadar garam dalam fasa gerak menurunkan
retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan
ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada
resina.
Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus
fungsi bermuatan. Kebanyakan mekanisme penukaran ion sederhana:
(a) X
-
+ R
+
Y
-
Y
-
+ R
+
X
-
(penukar anion)
Dimana X adalah ion cuplikan
Y adalah ion fasa gerak
R adalah bagian Inc. Pada resina
Pada kromatografi penukar anion ion cuplikan X
-
bersaing dengan ion fasa gerak
Y
-
, terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana
berdasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika
senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut
keluar awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi
kuat dengan resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Larutan yang melalui kolom disebutinfluent,sedangkan larutan yang keluar dari
kolom disebut effluent.Proses pertukarannya adalah serapan dan proses
pengeluaran ion adalah desorpsi atau elusi.Proses pengeluaran ion dari kolom
dengan reagen yang sesui disebut elusi dan pereaksinya disebut eluen dan yang
disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah-jumlah gugusan yang
dapat dipertukarkan dalam kolom dinyatakan dalam miliekivalen(Khopkar,2003).
6. Kelebihan Kromatografi Pertukaran Ion

Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadikan
the best choice dalam dunia pemisahan ion-ion di antaranya :

a. Kecepatan (speed)
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting
dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasik
yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang
akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang lebih penting adalah memberikan andil
dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan (environmental
efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk diketahui
kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini
terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian
yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa
limbah (waste) yang dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi.

b. Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang
mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional
(ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut
microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat
sedikit, misal 10l yang diinjetkan ke dalam sistem kromatografi, ion-ion yang
ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.

c. Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan,
misalnya kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin
dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat.
Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang ada
dalam sampel.

d. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan
menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat
penting dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara anion dan
kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang
terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat
menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis
berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta dapat
memaksimalkan hasil yang diinginkan.

e. Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking
(packing) material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan
kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya
konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi kestabilan material
penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom pemisah yang
mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking
kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya (Amin, 2009).

7. Kegunaan kromatografi ion
Kromatografi penukar ion sering digunakan dalam pemurnian protein,
analisis air, dan kontrol kualitas. Metode ini banyak digunakan dalam
memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya
dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara
lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Beberapa kegunaan Kromatografi Pertukaran Ion lainnya :
1. Untuk menghilangkan ion
Untuk menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan
melalui penukar kation, kemudian dialirkan melalui penukar anion, yang akan
menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin
tersebut (kation dan anion) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut
sekaligus dapat dikerjakan.
2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan
dengan penukar ion. Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi
dengan jumlah eluen yang kecil.

3. Pemisahan asam-asam amino
Pada suatu pH, Asam-asam amino dapat dipisahkan menjadi tiga golongan
berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan demikian campuran asam-asam amino
dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase mobil dengan secara gradual dengan
merubah pH untuk elusi (gradient elution). Perubahan pH sering dikombinasikan
dengan perubahan suhu.













Dapus :
http://inengahjuliana.blogspot.com/2013/06/laporan-kromatografi-
penukar-ion.html
http://klephone-file.blogspot.com/2012/03/kromatografi-penukar-ion.html
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi-cair-liquid-
chromatography/
http://dc390.4shared.com/doc/XsWJRfQr/preview.html
file:///C:/Users/user/Documents/kromatografi/Kromatografi%20Penukar%
20Ion.htm#.U0zxhKLI-Nw
http://kimia-industry.blogspot.com/2011/10/alat-penukar-ion.html
http://kc12engineer.blogspot.com/2013/06/kromatografi-pertukaran-
ion.html

Anda mungkin juga menyukai