Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


Masalah kebiasaan buruk masyarakat yang kurang begitu memperhatikan pola hidup
sehat yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap sistem mastikasi yang dapat
terjadi secara sadar maupun tidak sadar pada malam hari. Bruksism jarang dapat diketahui
secara langsung oleh seseorang karena, kejadian tersebut timbul begitu saja tanpa disadari.
Bruksism dapat terjadi pada saat stress dan akan menghilang sedikit demi sedikit apabila
stress sudah menghilang. Kerusakan sistem mastikasi ini biasanya dikenal dengan nama
TMD ( Temporomandibular Disorder).
Bruksism merupakan aktivitas parafungsional yang terjadi selama waktu tidur atau dalam
keadaan sadar termasuk clenching (mengatupkan mulut rapat rapat sehingga terjadi
tumbukan keras antara rahang atas dan rahang bawah) , grinding dan atau menggertakkan
gigi geligi. Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi, terjadi perkembangan istilah dan
definisi bruksism. Awake bruksism merupakan aktivitas otot otot rahang berupa tooth
clencing yang dilakukan tanpa sadar dan disaat terjaga. Apabila bruksism terjadi pada saat
tidur dan gerakannya adalah kombinasi antara tooth clenching dan grinding , disebut sleep
bruksism.
Pada saat sleep bruksism, terjadi hiperaktivitas pergerakan otot otot rahang dan tekanan
oklusal yang berlebihan, sehingga menimbulkan masalah klinis pada gigi geligi , tulang
alveolar jaringan periodonsium , sendi temporomandibula (temporomandibular joint/TMJ)
serta nyeri di bagian lain dari kepala. Sleep bruksism merupakan salah satu etiologi terjadinya
gangguan sendi temporomandibula (temporomandibula disorder/TMD). (Yeni Wijaya dkk,
2013).
Bruxism ditandai dengan grinding atau mengertakkan gigi. Selama kurang lebih 50 tahun,
bruxism telah maju sebagai faktor yang dominan dalam terjadinya atau kelanjutan dari
myofascial atau nyeri-otot-yang dominan gangguan temporomandibular (TMD). Orang-orang
yang mengetahui hal ini menganggap myofascial TMD menjadi respon terhadap rentetan
aferen sinyal nociceptive sekunder bruxism yang terjadi saat bangun tidur dan tidur. Hasil
survey menunjukkan sebagian umum dokter gigi dan spesialis TMJ percaya bahwa bruxism
berperan peran penting dalam patogenesis TMD. Penderita TMJ juga berpendapat bahwa
bruxism merupakan penyebab rasa sakit mereka.

Sendi temporomandibula joint (TMJ) adalah suatu persendian yang menghubungkan
mandibula dengan tulang temporal. Temporomandibula merupakan daerah langsung didepan
kuping pada kedua sisi kepala dimana rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandible)
bertemu. TMJ merupakan kelainan fungsional yang ditandai oleh berbagai macam gejala atau
keluhan. Gejala dan tanda utama dari gangguan sendi temporomandibula adalah rasa nyeri
pada otot masseter, sendi temporomandibula atau regio temporalis, keterbatasan membuka
mulut, dan terdapat bunyi klik atau krepitasi pada sendi temporomandibula. (Wiley-
Blackwell, 2005). Sendi temporomandibula ini termasuk sendi yang paling kompleks, karena
sendi ini dapat membuka dan menutup seperti sebuah engsel dan bergeser ke depan, ke
belakang dan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya, sendi ini juga merupakan satu satunya
sendi yang kedua ujungnya bebas. Pada sendi temporomandibula, peran otot menjadi amat
penting terutama otot pembuka dan penutup mulut, dimana keseimbangan fungsi otot pada
sisi kiri dan kanan akan menentukan posisi sendi. Jika otot otot seimbang maka posisi sendi
normal tetapi jika terdapat ketidakseimbangan dari otot otot maka akan terjadi rasa sakit
pada otot otot tersebut.
Gangguan fungsi sendi temporomandibula merupakan suatu gangguan fungsional dari
sistem stomatognatik dengan gejala beraneka ragam namun terfokus pada penyimpangan
fungsi sendi temporomandibula akibat hilangnya keseimbangan fungsional pada otot- otot
pergerakan mandibula, hubungan oklusi gigi geligi dan mekanisme persendian. Secara
umum, gejala yang paling sering mengganggu adalah nyeri saat makan, mulut sukar dibuka
lebar atau tidak mampu lagi mengunyah makanan yang keras dan sakit pada otot otot
pengunyahan.
Diagnosa yang tepat perlu ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang lengkap
dan komprehensif, bukan hanya daerah sendi saja , melainkan juga kaitannya dengan keadaan
fisik tubuh secara menyeluruh. Semua hal ini diperlukan agar perawatan yang diberikan dapat
terarah dengan baik.
Temporomandibular disorder (TMD) merupakan gangguan kronis sistem
muskuloskletal rahang yang meliputi otot dan sendi , berupa kumpulan dari beberapa gejala.
Diperlukan berbagai macam pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis sleep bruksism ,
antara lain anamnesis, pemeriksaan klinis terhadap gigi geligi, otot otot mastikasi dan sendi
temporomandibula, dengan alat alat electromyography (EMG), polysomnography (PSG),
ambulatory EMG seperti bitestrip dan BruxChecker. Selain dapat membantu sebagai alat
bantu penegakan diagnosis, dengan BruxChecker para klinisi juga akan memperoleh
informasi mengenai pola grinding oklusal yang terjadi selama aktivitas sleep bruksism.
Adapun tanda tanda dari TMD (Temporomandibula Disorder yaitu : Nyeri di sekitar sendi
rahang, nyeri kepala , gangguan pengunyahan, bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut
dapat disertai atau tanpa rasa nyeri , terbatasnya buka mulut, nyeri otot terutama otot leher
dan bahu, nyeri telinga, telinga berdengung, dan vertigo. Tanda dan gejala TMD dapat
ditemukan pada semua tingkatan usia, dari anak-anak hingga lansia. Gejala TMD paling
banyak diderita oleh populasi yang berusia antara 20-40 tahun, dengan jumlah penderita
wanita lebih banyak daripada pria. (Wright Edward F, 2005)

1.2 Rumusan Masalah
Apakah masyarakat awam mengetahui apa yang dimaksud dengan TMD?
Apakah masyarakat mengetahui dirinya bruksism dan dapat mengakibatkan TMD?

1.3 Tujuan Kajian
Tujuan dari kajian ini adalah agar masyarakat awam mengetahui penyebab dari TMD
(Temporomandibula Disorder) beserta gejalanya. Agar dapat menyadari apakah mereka
juga terkena TMD dan dapat dicegah sebelum terjadi. Karena bruksism tidak dapat
diketahui oleh penderita apabila tidak diberitahu oleh orang lain yang mendengarnya dan
juga tidak mengetahui penyakit apa yang bisa terjadi setelah itu.
1.4 Manfaat Kajian
a) Untuk menjelaskan secara lebih jelas mengenai bruksism
b) Untuk mengetahui faktor penyebab utama terjadinya TMD dan ciri - cirinya
c) Agar masyarakat bisa memahami lebih lanjut informasi mengenai hubungan
antara kebiasaan buruk bruksism yang dapat menyebabkan terjadinya
temporomabdibular disorder (TMD)

Anda mungkin juga menyukai