New World Order telah membuat pergeseran peradaban dunia yang salah satunya ditandai dengan lahirnya teori Regionalisme. Berbicara tentang regionalisme, kita tidak akan bisa menghindari keeksistensian Integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi serta regionalisme tidak dapat dipisahkan karena mereka saling berkesinambungan. Kemunculan regionalisme juga diawali dengan adanya integrasi ekonomi antar negara dalam region dan sebaliknya. Integrasi perdagangan dan moneter seperti free trade area (FTA), custom union (CU), dan common market (CM) merupakan teori-teori yang telah membangun integrasi regional. FTA merupakan bentuk yang paling sederhana dari suatu integrasi ekonomi negera-negaranya sepakat untuk meliberalisasi perdagangan internal namun masih memiliki otonomi di level ekstternal. CU adalah bentuk integrasi yang lebih kompleks dibanding FTA dimana tidak hanya tercipta perdagangan bebas di level internal tapi juga terdapat tarif eksternal yang sama. Sedangkan CM bisa disebut sebagai deep integration sebagai wadah terjadi mobilisasi bebas faktor-faktor produksi baik modal maupun buruh. Integrasi regional menyebabkan adanya economies of scale, intra-industry trade, economic geography, harmonization of standards. Ada dua analisis yang digunakan untuk menganalisa integrasi regional, yaitu analisis statis dan analisis dinamis. Analisis statis ala Viner menitik beratkan pada integrasi muncul dari sudut pandang penawaran. Perdagangan terwujud (trade creation) terjadi ketika penghapusan tarif dalam region mengakibatkan pergeseran permintaan dari produksi domestik yang kurang efisien menuju partner produksi (efisiensi produksi). Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka perdagangan tidak akan terwujud (trade diversion). Pendeknya, perdagangan impor dan ekspor yang muncul merupakan hasil dari penurunan harga yang disebabkan oleh peningkatan kuota atau pengurangan bea impor. Tapi, karena Viner hanya menitikberatkan pada mempertimbangkan variabel penawaran dan harga tanpa melihat pengaruh permintaan terhadap perdagangan itu sendiri, maka model ini hanya dapat menganalisis efek jangka pendek dan tidak dapat menangkap efek dinamis dari restrukturisasi industri. Review Economic Theories of Regional Integration Brigid Garvin and Philippe De Lombaerde
Ketidaksempurnaan model statis oleh Viner ini disempurnakan oleh analisis dinamis, atau yang sering disebut sebagai teori integrasi ekonomi kontemporer, dengan menitikberatkan pada efek dinamis dari integrasi ekonomi, yakni interaksi antara perdagangan dan investasi serta peranan pengaturan institusional sebagai insentif untuk integrasi regional dengan analisis terhadap economies of scale, kompetisi dan investasi. Dalam economis of scale, pengurangan tariff tidak hanya menyebabkan penurunan harga, namun bisa ditempuh dari resionalisasi produksi seperti meningkatkan teknologi, manajemen dan jumlah produksi. Melalui rasionalisasi produksi yang meningkatkan jumlah produksi maka pertumbuhan dinamis dimana laba yang diperoleh akan diinvestasikan kembali untuk pertumbuhan internal akan terjadi. Kebijakan proteksi kepada produksi dalam negeri juga harus dilakukan dengan cara memberikan regulasi tentang standar komoditas impor. Implikasi dari integrasi moneter dapat berupa seperti adopsi mata yang yang sama kesepakatan kebijakan moneter yang sama, dan pembentukan otoritas moneter regional. Integrasi moneter regional lebih beraspek politik daripada ekonomi. Segala sesuatunya diputuskan berdasarkan pertimbangan cost and benefit yang dianalisis menggunakan framework teori OCA. Teori OCA mencakup masalah relevansi dan pilihan kebijakan untuk kebijakan moneter dan memberikan beberapa kriteria baik untuk mikroekonomi atau makroekonomi dengan tujuan mengukur optimal tidaknya suatu Curency Areas. Teori OCA menawarkan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk mengevaluasi pilihan kebijakan secara terstruktur yang dihubungkan dengan kerjasama dan integrasi moneter regional. Teori ekonomi integrasi regional memprediksi bahwa macro-regions akan memiliki peran yang lebih penting dalam pemerintahan global di masa mendatang atau memerikan keuntungan atas greater regional integration. Alasannya adalah semakin banyak terjadi pertukaran barang dan jasa, pertukaran modal internasional, dan laju migrasi, maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan kebijakan regional.