Pemerintah Kabupaten Kulonprogo Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Kulonprogo belum bisa
dikatakan aman, masih menjadi tugas besar bagi tenaga kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kulonprogo, drg. Wahyuni Indriastuti, M.Kes bahwa komitmen dari pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi secara keseluruhan melalui program MDGs. Upaya terus dikerahkan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di Kulonprogo, didukung dengan penyuluhan dan pelayanan kesehatan serta SDM yang ada. Adapun strategi- strategi dalam penekanan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah MPS online serta SMS gateway guna pencapaian program MDGs. MPS (Making Pregnancy Safer) itu sendiri adalah strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kematian dan kesehatan ibu dan bayi yang bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan perempuan, keluarga dan masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Terdapat 4 strategi utama diantaranya meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, membangun kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan, serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi. SMS Gateway merupakan bagian sistem pelaporan mandiri yang dilakukan Kabupaten/Kota dimana berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini sehingga diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Kedua indikator tersebut merupakan bagian yang ditargetkan dalam MDGs di tahun 2015. SMS Gateway ini bukan sebagai pengganti MPS Online namun dapat saling melengkapi. Sebagai contoh bila ada masalah kegawat daruratan yang ditangani Bidan Koordinator Puskesmas diinformasikan via nomor SMS center dinas kesehatan secara otomatis diteruskan oleh server kepada Pengelola Program Kesehatan Kabupaten, tindak lanjut berikutnya dengan sistem informasi MPS Online seperti biasa. Keuntungannya data yang pertama masuk sudah tercatat dalam database server yang sewaktu- waktu dapat diambil untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Sedangkan bila SMS dari kader maka secara otomatis akan diteruskan ke Bidan desa dan Bidan koordinator puskesmas yang mewilayahinya. Informasi yang di dapat juga membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Kulonprogo dalam hal pemahaman kesehatan dari neonatal sampai antenatal kurang, sehingga banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kandungannya karena dirasa sudah aman, namun ternyata masih menjadi beresiko untuk mengalami masalah dalam persalinannya. Sehingga para pelayanan kesehatan tidak cukup tunggu bola tapi harus jemput bola. Kunci utama dalam mengatasi permasalahan adalah dengan penggerakan semua unsur masyarakat untuk tanggap terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Penyuluhan dan pengoptimalan pelayanan kesehatan menjadi hal penting dalam mengatasi masalah tersebut. Apalagi dengan dimudahkannya masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan baik puskesmas, rumah sakit maupun bidan serta adanya berbagai jaminan kesehatan dari pemerintah seperti Jamkesda, Jamkesmas dan Jampersal. Dalam berita tersebut masalah angka kematian bayi dan balita yang masih muncul menggugah komitmen pelayanan kesehatan untuk menangani masalah tersebut dengan berbagai program dan menjalin kemitraan dengan berbagai sektor masyarakat karena masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan angka kematian ibu dan bayi antara lain: 1. Pendidikan Angka Kematian Ibu (AKI) yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan para ibu masih rendah. Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendendidikan formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan mampu merncanakan kehamilan dangan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang rendah.
2. Kemiskinan Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meniggal saat melahirkan karena penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.
3. Terbatasnya kesempatan memperoleh informasi Faktor kondisi geografis yang menghambat proses penyampaian informasi khususnya informasi kesehatan kepada masyarakat Kulonprogo sehingga masyarakat tidak mengetahui program-program kesehatan seperti jampersal, jamskerda yang sangat penting guna meringankan beban khususnya di bidang ekonomi.
4. Kelangkapan pelayanan kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di daerah Kulonprogo masih terbatas, sehingga hal ini yang menyebabkan angka kematian ibu dan anak di daerah Kulonprogo belum bisa dinyatakan aman
KERANGKA ANALISIS
\
Naiknya usaha penurunan AKI & AKB dari Yankes Program program penanggulangan naiknya AKI & AKB JAMPERSAL, JAMKESMAS, PUSKESMAS, RUMAH SAKIT Keluaran YANKES Peningkatan SDM YANKES MPS Online Sms Getaway Kesadaran Masyaraka t Pemahaman Masalah Kesehatan AKSES Kesadaran Dari kerangka analisis tersebut dapat dijelaskan: Angka kematian bayi dan balita di Kulonprogo masih menjadi momok bagi pelayan kesehatan di Kulonprogo. Profil kesehatan di daerah Kulonprogo:
A. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) di kabupaten Kulonprogo dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 menunjukkan kecenderungan menurun, sedangkan mulai tahun 2004 sampai tahun 2007 cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2004 sebanyak 7,15/1000 kelahiran hidup, tahun 2005 sebanyak 11,80/1000 kelahiran hidup, tahun 2006 sebanyak 14,26/1000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 19,6/1000 kelahiran hidup, tahun 2008 sebesar 12,8/1000 kelahiran hidup, tahun 2009 sebesar 15,9/1000 kelahiran hidup dan tahun 2010 sebesar 9,8/1000 kelahiran hidup, walaupun masih dibawah angka nasional. Informasi ini menunjukkan bahwa masa bayi merupakan masa yg rawan terhadap kesehatan walaupun angka ini belum menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Dari hasil laporan audit tentang kematian bayi tahun 2010 di ketahui bahwa penyebab utama kematian bayi yang terjadi adalah karena berat badan lahir rendah, asfiksia serta kelainan bawaan seperti tabel di bawah ini. Urutan penyebab kematian bayi di Kabupaten Kulon Progo tahun 2010 NO PENYEBAB PERSEN % 1 BBLR 25,00% 2 Asfiksia 25,00% 3 Sepsis 23,21% 4 Kelainan Bawaan 12, 50% 5 Aspirasi Pneumonia 5,36% 6 Asma 3,57% 7 Diare 3,57% 8 Trauma 1,79% Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga
B. Angka Kematian Balita Angka kematian anak balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruih terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Jumlah kematian anak balita tahun 2012 sesuai dengan hasil pelaporan adalah 15 jiwa.
C. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka kematian ibu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terlihat menurun tajam di tahun 2004 dari di atas 200 menjadi di bawah 200. Untuk angka kematian ibu di tahun 2012 adalah terendah dalam kurun waktu 10 tahun yaitu 52,6/100.000 kelahiran hidup (KH). Untuk kasus kematian ibu pada tahun 2003 sebanyak 12 orang, tahun 2004 sebanyak 4 orang, tahun 2005 sebanyak 5 orang, tahun 2006 sebanyak 6 orang, tahun 2007 sebanyak 6 orang, tahun 2008 sebanyak 4 orang, tahun 2009 sebanyak 10 orang, tahun 2010 sebanyak 4 orang, tahun 2011 sebanyak 6 orang dan tahun 2012 sebanyak 3 orang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur kesehatan ibu dalam suatu Negara, bila AKI masih tinggi maka pelayanan kesehatan ibu belum baik (Saifuddin, 2001). Penyebab utama kematian ibu tersebut adalah perdarahan (30%), eklampsia (25%), infeksi (12%), lain-lain (12%), komplikasi purperium (8%), abortus (5%), partus macet (5%) dan emboli obstetric (3%) (SDKI, 2002-2003). Indonesia melalui rencana strategi nasional Making Pregnency Safer (MPS) tahun 2000-2010 bertekad menurunkan angka kematian ibu dari target tahun 2000 yaitu 326 per 100.000 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 ditargetkan angka kematian ibu adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep Kes RI 2003). Oleh karena itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia sehat 2010, (Saifuddin, 2001). Komplikasi obstetri yaitu komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sendiri salah satunya dipengaruhi oleh status reproduksi ibu atau biasa dikenal dengan istilah 4 T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu sering). Wanita yang hamil dan melahirkan di bawah usia 20 tahun lebih berisiko terjadi abortus, anemia, malnutrisi, hipertensi, prematur, preeklampsia, eklampsia, perdarahan, partus macet, partus lama, partus dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forseps dan operasi sesar serta kematian maternal.Risiko komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan yaitu BBLR, prematur, asfiksia neonatorum dan kematian perinatal. Kematian Ibupun dapat diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan, diantaranya terlambat dalam pemeriksan kehamilan, terlambat memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergency. Tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam upaya penurunan AKI dan AKB, karena ibu yang persalinannya tidak ditolong oleh tenaga kesehatan berisiko 4,32 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi obstetri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, salah satu bentuk upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah peningkatan jumlah pelayanan kesehatan dan dan jumlah tenaga kesehatan dari tahun 2011 2012 yaitu sebanyak 339 meningkat menjadi 522. Seiring dengan peningkatan jumlah pelayanan kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan ini maka berpengaruh besar terhadap penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Kulon Progo. Dengan meningkatnya jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga meningkatkan program KB yang dilaksanakan pada tiap fasilitas kesehatan di daerahnya. Program KB memiliki peranan yang besar dalam mencegah kematian maternal. Kematian maternal dapat dihindari salah satunya dengan memakai KB atau alat kontrasepsi. Ibu yang memakai alat kontrasepsi dapat merencanakan kehamilan dan persalinan sehingga ibu dapat hamil pada usia reproduksi sehat. Jika ibu hamil pada reproduksi sehat, maka akan mengurangi kejadian komplikasi obstetri baik pada ibu maupun bayi.
KESIMPULAN
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tahun 2009 sebanyak 10 orang (167,34/100.000 KH), dan pada tahun 2010 sebanyak 4 orang (73,8/100.000 KH). Artinya adalah pada tahun 2009 terdapat kematian ibu sebanyak 167-168 dari 100.000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2010 terdapat hanya 4 kematian dari 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian ibu dan bayi ini hasil kerja keras dari pemerintah dan petugas kesehatan di wilayah Kabupaten Kulon Progo yaitu melalui program- program di antaranya: 1. MPS Online 2. SMS Getway 3. Penyuluhan kepada masyarakat untuk sadar tentang kesehatan 4. Kerja sama lintas sektoral untuk menangani masalah AKI dan AKB
Dengan meningkatnya jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga meningkatkan program KB yang dilaksanakan pada tiap fasilitas kesehatan di daerahnya. Program KB memiliki peranan yang besar dalam mencegah kematian maternal. Kematian maternal dapat dihindari salah satunya dengan memakai KB atau alat kontrasepsi. Ibu yang memakai alat kontrasepsi dapat merencanakan kehamilan dan persalinan sehingga ibu dapat hamil pada usia reproduksi