Secara umum, teknologi pemanfaatan batubara terbagi menjadi
pembakaran (combustion), pirolisis (pyrolysis), pencairan (liquefaction), dan gasifikasi (gasification). Pembakaran merupakan pemanfaatan batubara secara langsung untuk memperole energi panas, mengasilkan produk sampingan berupa gas buang (fuel gas) dan abu. P!T" merupakan sala satu conto pemanfaatan batubara secara langsung, dimana batubara dibakar di boiler untuk mengasilkan panas yang akan digunakan untuk menguba air menjadi uap air (steam), yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin uap dan memutar generator untuk mengasilkan energi listrik. Sedangkan pada pirolisis, batubara dipanaskan dalam kondisi tanpa oksigen. Pada keadaan demikian, #at terbang ($olatile matter) di dalamnya akan terusir keluar. Bila suu pemanasannya renda, proses ini disebut pirolisis suu renda (lo% temperature pyrolysis), mengasilkan produk berupa baan bakar padat non asap (coalite). Sedangkan pada pirolisis suu tinggi, bila batubara yang diproses adala batubara kokas, maka akan diasilkan kokas yang keras. Selain padatan yang disebut car ataupun kokas, produk sampingan berupa gas dan material cair yang disebut tar juga akan diasilkan pada pirolisis. Pada a%alnya, gas dan tar ini tidak dimanfaatkan. Gas asil pirolisis ini dimulai dimanfaatkan sejak taun &'((an, yang digunakan untuk keperluan penerangan. Pemanfaatannya bakan meluas ingga untuk baan bakar (fuel gas), seingga industri pirolisis yang bertujuan untuk mengasilkan gas dari batubara pun berkembang pesat. Pada industri ini, gas merupakan produk utama, sedangkan car atau kokas dan tar merupakan produk sampingan. Sebelum taun &)*(an ketika baan baku migas mulai menggeser peranan batubara, suplai gas kota (to%n gas) terutama berasal dari pirolisis batubara ini. +dapun untuk tar, pemanfaatannya dimulai pada pertengaan abad ke,&), ketika perkembangan teknik kimia tela memungkinkan untuk melakukan distilasi dan pemurnian tar menjadi produk pe%arna sintetik dan baan kimia. -adi, sebelum industri kimia yang berbaan baku migas atau disebut dengan petrocemical berkembang, industri kimia berbasis batubara atau disebut dengan coal,cemical tela lebi dulu eksis. .ibandingkan dengan minyak, sala satu kekurangan batubara adala bentuknya yang berupa padatan, menyebabkan skala dan nilai pemanfaatannya menjadi terbatas. Pencairan batubara sebenarnya berangkat dari pemikiran untuk lebi meningkatkan nilai guna batubara seperti alnya minyak. Seperti disinggung pada baasan pirolisis di atas, sala satu produk batubara ketika dilakukan pemanasan adala tar, yang berupa cairan. Pada dasarnya, batubara dan minyak merupakan material idrokarbon yang susunan utamanya terdiri dari karbon (/), idrogen (0), dan oksigen (1), anya saja jumla unsur idrogen dalam batubara lebi sedikit bila dibandingkan dengan minyak. 1le karena itu, untuk mengasilkan produk cairan dari batubara yang karakteristiknya menyerupai minyak, perlu diupayakan agar kandungan idrogennya diperbanyak seingga mendekati minyak. Proses ini disebut dengan idrogenasi (ydrogenation), dimana batubara dipanaskan dalam kondisi tekanan tertentu, disertai penambaan katalis. Pencairan batubara dengan metode ini merupakan sala satu pencairan batubara secara langsung (direct coal liquefaction, ./!) yang disebut dengan proses Bergius. 2etode ini digunakan ole -erman selama Perang .unia 3 dan 33 untuk memenui kebutuan minyak sintetik ole militer. Selain itu, -epang pun berasil mengembangkan sendiri teknologi ./! ini dengan menggabungkan 4 macam metode pencairan pada batubara bituminus yaitu, direct ydrogenation, sol$en e5traction, danSol$olysis. Teknologi tersebut dikenal dengan proses 67.1!, yang dapat diaplikasikan pula untuk pencairan batubara muda. Selain pencairan secara langsung, metode lain untuk mengasilkan minyak sintetik dari batubara adala dengan pencairan tidak langsung (indirect coal liquefaction, 3/!), yaitu melalui proses gasifikasi batubara yang akan dijelaskan lebi lanjut di ba%a ini. Pada perkembangannya, pencairan batubara akirnya lebi banyak menggunakan metode tidak langsung, yaitu melalui gasifikasi. Teknologi Gasifikasi Gasifikasi (gasification) adala kon$ersi baan bakar karbon menjadi produk gas 8 gas yang memiliki nilai kalor yang berguna. Pengertian ini tidak memasukkan istila pembakaran (combustion) sebagai bagian daripadanya, karena gas buang (flue gas) yang diasilkan dari pembakaran tidak memiliki nilai kalor yang signifikan untuk dimanfaatkan 90igman, $an der Burgt, :((4;. <arena proses ini merupakan kon$ersi material yang mengandung karbon, maka semua idrokarbon seperti batubara, minyak, $acuum residue, petroleum coke atau petcoke, 1rimulsion, bakan gas alam dapat digasifikasi untuk mengasilkan gas sintetik (syngas). <arena bertujuan untuk mengenalkan gasifikasi batubara, maka tulisan ini membatasi pembaasannya anya pada ruang lingkup gasifikasi batubara dan aplikasinya. Pada dasarnya, terdapat 4 cara untuk memproduksi gas sintetik dari batubara, yaitu pirolisis, idrogenasi, dan oksidasi sebagian (partial o5idation). 2eskipun produksi gas sintetik pada a%alnya memanfaatkan teknologi pirolisis, tapi saat ini pirolisis lebi banyak diaplikasikan untuk memproduksi bio,oil dari baan baku biomassa. 2etode yang dipakai adala flas pyrolysis, dimana biomassa dipanaskan secara cepat tanpa oksigen pada suu tinggi antara =>(?*((, dengan %aktu tinggal gas (residence time) yang pendek yaitu kurang dari & detik. 9Bramer, Brem, :((*;. +dapun idrogenasi yang dimaksud disini adala idrogasifikasi (ydro, gasification), yang bertujuan memproduksi gas metana (Syntetic 6atural Gas) langsung dari batubara. <arena operasional idrogasifikasi memerlukan tekanan yang tinggi, teknologi ini kurang berkembang dan akirnya tidak sampai ke taap komersial. 90igman, $an der Burgt, :((4; Sedangkan pada oksidasi sebagian, pemanasan batubara dilakukan dengan mengatur kadar oksigen dari oksidan yang digunakan selama proses berlangsung. 1ksidan tersebut dapat berupa udara (air), oksigen murni, maupuan uap air (steam). Produk yang diasilkan ole oksidasi sebagian adala gas sintetik, dimana '>@ lebi $olumenya terdiri dari idrogen (0:) dan karbon monoksida (/1), sedangkan karbon dioksida (/1:) dan metana (/0=) terdapat dalam jumla sedikit. .engan karakteristik produk yang diasilkan, secara praktikal, istila gasifikasi sebenarnya merujuk ke metode oksidasi sebagian. "ntuk selanjutnya, penjelasan tentang gasifikasi batubara akan mengacu ke penggunaan metode oksidasi sebagian. Gasifikasi Batubara Terdapat 4 jenis penggas (gasifier) yang banyak digunakan untuk gasifikasi batubara, yaitu tipemo$ing bed (lapisan bergerak), fluidi#ed bed (lapisan mengambang), dan entrained flo% (aliran semburan). <arena masing 8 masing penggas memiliki kelebian dan kekurangan, maka alat mana yang akan digunakan lebi ditentukan ole karakteristik baan bakar dan tujuan gasifikasi. "ntuk model mo$ing bed, batubara yang digasifikasi adala yang berukuran agak besar, sekitar beberapa sentimeter (lump coal). Batubara dimasukkan dari bagian atas, sedangkan oksidan berupa oksigen dan uap air diembuskan dari bagian ba%a alat. 2ekanisme ini akan menyebabkan batubara turun pelan 8 pelan selama proses, seingga %aktu tinggal (residence time) batubara adala lama yaitu sekitar & jam, serta mengasilkan produk sisa berupa abu. <arena penggas model ini beroperasi pada suu relatif renda yaitu maksimal sekitar *(((/, maka batubara yang akan digasifikasi arus memiliki suu lele abu (as fusion temperature) yang tinggi. 0al ini dimaksudkan agar abu tidak melele yang akirnya mengumpul di bagian ba%a alat seingga dapat menyumbat bagian tersebut. .isamping produk utama yaitu gas idrogen dan karbon monoksida, gasifikasi pada suu relatif renda ini akan meningkatkan persentase gas metana pada produk gas. <arena gas metana ini dapat meningkatkan nilai kalor gas sintetik yang diasilkan, maka penggas mo$ing bed sesuai untuk produksi S6G (Syntetic 6atural Gas) maupun gas kota (to%n gas)./onto alat tipe ini adala penggas !urgi, yang digunakan ole Sasol di +frika Selatan untuk produksi BB2 sintetis dan .akota Gasification di +S untuk produksi S6G. Gambar &. Tipikal penggas jenis mo$ing bed (SumberA 6. 0olt, 7lectric Po%er Besearc 3nstitute) Pada tipe fluidi#ed bed, batubara yang digasifikasi ukurannya lebi kecil dibandingkan pada mo$ing bed, yaitu beberapa milimeter sampai maksimal &( mm saja. Tipikal penggas ini memasukkan baan bakarnya dari samping (side feeding) dan oksidan dari bagian ba%a. 1ksidan disini selain sebagai reaktan pada proses, juga berfungsi sebagai media lapisan mengambang dari batubara yang digasifikasi. .engan kondisi penggunaan oksidan yang demikian maka sala satu fungsi tidak akan dapat maksimal karena arus melengkapi fungsi lainnya, atau bersifat komplementer. 0al ini mengakibatkan tingkat kon$ersi karbon pada tipe ini maksimal anya sekitar )C@ saja, tidak setinggi pada tipe mo$ing bed dan entrained flo% yang dapat mencapai ))@ atau lebi. 90igman, $an der Burgt, :((4;. <arena penggas ini beroperasi pada suu sekitar *((?&((((/, maka batubara yang akan diproses arus memiliki temperatur melunak abu (softening temperature) di atas suu operasional tersebut. 0al ini bertujuan agar abu yang diasilkan selama proses tidak melele, yang dapat mengakibatkan terganggunya kondisi lapisan mengambang. .engan suu operasi yang relatif renda, penggas ini banyak digunakan untuk memproses batubara peringkat renda seperti lignit atau peat yang memiliki sifat lebi reaktif dibanding jenis batubara yang lain. Pengembangan lebi lanjut teknologi penggas jenis ini sangat diarapkan untuk dapat mengakomodasi secara lebi luas penggunaan batubara peringkat renda, biomassa, dan limba seperti 2SD (2unicipal Solid Daste). /onto alat model ini adala penggas Dinkler yang merupakan pionir penggas fluidi#ed bed, penggas 0TD (0ig Temperature Dinkler), dan <BB (<ellog Bro%n Boot) Transport Gasifier. Gambar :. Tipikal penggas jenis fluidi#ed bed (SumberA 6. 0olt, 7lectric Po%er Besearc 3nstitute) <emudian untuk tipe entrained flo%, penggas ini sekarang mendominasi proyek 8 proyek gasifikasi baik yang berbaan bakar batubara maupun minyak residu. Pada alat ini, batubara yang akan diproses diancurkan dulu sampai berukuran &(( mikron atau kurang. Batubara serbuk ini disemburkan ke penggas bersama dengan aliran oksidan, dapat berupa oksigen, udara, atau uap air. Proses gasifikasi berlangsung pada suu antara &:((?&'(((/, dengan %aktu tinggal batubara kurang dari & detik. .engan suu operasi sedemikian tinggi, pada dasarnya tidak ada batasan jenis batubara yang akan digunakan karena abunya akan melele membentuk material seperti gelas (glassy slag) yang bersifat inert. 2eski demikian, batubara sub,bituminus sampai dengan antrasit lebi disukai untuk penggas jenis ini. !ignit atau bro%n coal pada prinsipnya dapat digasifikasi, anya saja kurang ekonomis karena kandungan airnya yang tinggi yang menyebabkan konsumsi energi yang besar. 2eskipun abu akan melele membentuk slag, tapi batubara berkadar abu tinggi sebaiknya diindari pula karena dapat mengganggu kesetimbangan panas akibat proses pelelean abu dalam jumla banyak. Batubara dengan suu lele abu tinggi biasanya dicampur dengan kapur (limestone) untuk menurunkan suu lelenya seingga suu pada penggas pun dapat ditekan. Gasifikasi suu tinggi pada penggas ini menyebabkan kandungan metana dalam gas sintetik sangat sedikit, seingga gas sintetik berkualitas tinggi dapat diperole. Terdapat beberapa tipe penggas entrained flo% berdasarkan kondisi dan cara mengumpan baan bakarnya. Penggas <oppers,Tot#ek yang merupakan pionir jenis ini mengumpan batubara serbuk dalam kondisi kering dari bagian ba%a, atau disebut dry up. Gas sintetik akan keluar dari bagian atas alat. Tipe dry up ini juga dijumpai pada penggas Sell dan 2itsubisi (//P). "ntuk ara umpan dari ba%a, selain terdapat baan bakar dalam kondisi kering, terdapat pula baan bakar dalam kondisi basa atau disebut slurry up. Tipikal jenis ini adala penggas 7,Gas dari /onoco Pillips. Selain slurry up, terdapat pula metode slurry do%n, yang dijumpai pada penggas /e$ron 8 Te5aco. Secara umum, baan bakar berupa batubara kering mengkonsumsi energi yang lebi sedikit dibandingkan dengan dalam keadaan basa (slurry) seingga lebi menguntungkan. Gambar 4. Tipikal penggas jenis entrained flo% (dry do%n) (SumberA 6. 0olt, 7lectric Po%er Besearc 3nstitute) +plikasi Gasifikasi Batubara Gas sintetik asil gasifikasi batubara dapat diproses lebi lanjut atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adala sebagai berikutA Baan bakar sintetik (/oal to !iquid, /T!) Sala satu alasan mengapa pembuatan baan bakar sintetik melalui gasifikasi batubara terus berlangsung sampai sekarang adala karena cadangan batubara dunia yang begitu melimpa. Berdasarkan data BP Dorld 7nergy Be$ie% taun :((=, dengan tingkat produksi sebesar =,) milyar ton per taun (akir :((4), cadangan terbukti batubara dapat bertaan ingga &): taun. Sedangkan minyak dan gas, dengan tingkat produksi saat itu, masing 8 masing anya mampu bertaan selama =& taun dan *C taun saja. Selain itu, arga minyak yang fluktuatif dan cenderung tinggi menyebabkan baan bakar sintetik dari batubara (/T!) menjadi semakin kompetitif. !aporan departemen energi +S (.17 +nnual 7nergy 1utlook :((>) menyebutkan potensi /T! diperkirakan sebesar : juta barel per ari pada taun :(:>, ditamba /ina yang diperkirakan memiliki potensi & juta barel per ari. Pada pembuatan BB2 sintetik, batubara digasifikasi terlebi dulu untuk mengasilkan gas sintetik yang komposisi utamanya terdiri dari idrogen (0:) dan karbon monoksida (/1), kemudian dilanjutkan dengan proses Eiscer, Tropsc (ET) untuk mengasilkan idrokarbon ringan (paraffin). 0idrokarbon tersebut kemudian diproses lebi lanjut untuk mengasilkan bensin dan minyak diesel. <arena nilai oktan pada produk bensin yang diasilkan renda, maka dilakukan upaya untuk mengasilkan bensin bernilai oktan tinggi dari gas sintetik ini. Proses tersebut dilakukan dengan memproduksi metanol dari gas sintetik terlebi dulu, kemudian metanol diproses untuk mengasilkan bensin bernilai oktan tinggi. 2etode ini disebut 2TG (2etanol to Gasoline), yang dikembangkan ole 2obil pada taun &)C(an. Sala satu kisa sukses pembuatan baan bakar sintetik dari batubara adala Sout +frican /oal 1il and Gas /orporation atau yang dikenal dengan Sasol di +frika Selatan, yang saat ini memproduksi gas sintetik sebesar >> juta 6m4 per ari menggunakan penggas !urgi, dan memproduksi minyak sintetik sebanyak &>( ribu barel per ari melalui sintesis Eiscer,Tropsc. Bera%al dari boikot dunia teradap politik aparteid seingga menyebabkan +fsel tidak dapat membeli minyak menta di pasaran, pemerinta setempat akirnya meluncurkan proyek /T! setela menyadari ba%a +fsel memiliki cadangan batubara yang melimpa. Pabrik pertama (Sasol 3) selesai didirikan di Sasolburg pada taun &)>=, dan minyak sintetik pertama dipasarkan pada taun berikutnya. Pada taun &)*(, keuntungan pertama (first profit) berasil dirai ole Sasol setela > taun operasional. Pabrik Sasol 33 diumumkan pada taun &)C= ketika arga minyak dunia mencapai "SF&4Gbarel saat itu (setara "SF=(Gbarel taun :((4) akibat perang 1ktober di Timteng taun &)C4. Sedangkan Sasol 333 diumumkan taun &)C) ketika arga minyak mencapai "SF4>Gbarel saat itu (setara "SF'(Gbarel taun :((4) akibat re$olusi 3ran. Sasol 33 dan Sasol 333 masing 8 masing selesai didirikan pada taun &)'( dan &)'=. Saat ini, Sasol mempekerjakan &C( ribu karya%an, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang merupakan :@ tenaga kerja sektor formal di +fsel. Selain itu, Sasol juga menyumbang =@ G.P atau sekitar "SF C milyar, serta menyuplai =(@ kebutuan BB2 dalam negeri +fsel (:'@ dari batubara). 9$an de Henter, :((>; Pembangkit listrik (/oal to Po%er) Standar mutu lingkungan yang semakin ketat tentunya akan memaksa fasilitas pembangkit listrik yang tela terpasang untuk dapat mengakomodasi peraturan tersebut. +da 4 pilian yang dapat dilakukan untuk itu, yaitu modifikasi dan upgrade fasilitas seingga teknologi pembersian pasca pembakaran (post, combustion clean up tecnology) dapat diterapkan, modifikasi sistem pembangkitan berbaan bakar batubara menjadi pembangkitan kombinasi berbaan bakar gas alam (6atural Gas /ombined /ycle, 6G//), dan modifikasi sistem pembangkitan dengan memanfaatkan mekanisme gasifikasi batubara untuk mengasilkan pembangkitan kombinasi. 9/ildress, :(((; Gambar =. <onsep Sistem Gasifikasi (SumberAttpAGG%%%.fossil.energy.go$GprogramsGpo%ersystemsGgasificationGo%g asification%orks.tml) Pada pilian pertama di atas, biaya pemasangan peralatan pembersian pasca pembakaran sangat besar. Sebagai conto, untuk pembangkit berbaan bakar batubara serbuk (pul$eri#ed coal) yang saat ini mendominasi, biaya pemasangan unit desulfurisasi (Elue Gas .esulfuri#ation, EG.) dapat mencapai :(@ dari total biaya pembangunannya. "ntuk pilian kedua yaitu mekanisme 6G//, meskipun emisi yang renda dapat dicapai, tapi ongkos baan bakar yang relatif tinggi otomatis akan mempengarui biaya pembangkitan. Pilian ketiga merupakan alternatif terbaik, dimana pembangkitan kombinasi tersebut mampu mengasilkan emisi yang sangat renda dengan mengoptimalkan fasilitas pembangkit yang ada serta menggunakan baan bakar berbiaya renda yaitu batubara. Pembangkit listrik yang memanfaatkan gas sintetik asil gasifikasi batubara disebut dengan 3G// (3ntegrated Gasification /ombined /ycle). Pada 3G//, pembangkitan listrik diasilkan dari mekanisme kombinasi antara turbin gas, 0BSG (0eat Beco$ery Steam Generator), dan turbin uap. Tipikal penggas yang digunakan pada 3G// adala bertipe entrained flo%, seperti 7,Gas (/onoco Pillips), /e$ron,Te5aco (G7 7nergy), SEG (Siemens), 2itsubisi, dan Sell. Secara garis besar, gas sintetik yang diasilkan ole penggas akan diproses di pendingin gas (gas cooler) dan fasilitas pembersi gas (gas clean up) terlebi dulu sebelum mengalir ke turbin gas. Setela mele%ati siklus Brayton, gas buang dari turbin gas kemudian mengalir ke 0BSG, dimana panas dari gas tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mengasilkan uap air. Selain dari turbin gas, panas buangan yang diasilkan dari proses pendinginan gas juga dialirkan ke 0BSG pula. "ap air dari 0BSG inila yang kemudian dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap melalui mekanisme siklus Bankine. .engan kombinasi : siklus ini, tidakla mengerankan apabila efisiensi netto pembangkitan pada 3G// lebi unggul dibandingkan dengan efisiensi pada sistem pembangkitan kon$ensional (pul$eri#ed coal) yang saat ini mendominasi. Pada proses pembersian gas, unsur lain yang tidak rama lingkungan yang diasilkan dari gasifikasi seperti 0/6, 0:S, 604, /1S, uap air raksa, dan car dibersikan. 0:S dan /1S dapat diproses dengan muda dan diuba menjadi sulfur padat atau asam sulfat yang merupakan produk sampingan, sedangkan 604 dapat dibersikan dengan menggunakan air. "ap air raksa dibersikan dengan mele%atkan gas sintetik tekanan tinggi ke lapisan karbon aktif. +dapun abu akan melele selama proses gasifikasi, yang kemudian diuba menjadi padatan (glassy slag) yang stabil. 2aterial ini dapat digunakan untuk campuran baan pada pekerjaan konstruksi.9Pillips, :((*;. /onto pembangkit ini adala 6uon 3G// yang terletak di Buggenum, Belanda, berkapasitas :>42De. 2eskipun saat ini beroperasi secara komersial, pembangkit ini pada a%alnya merupakan demonstration plant yang dikenal dengan proyek .emkolec. Pembangkit ini mengasilkan efisiensi netto sebesar =4@ (!o% 0eating Halue), dengan performansi baku mutu lingkungan yang sangat bagus. 7misi 615 yang diasilkan sangat renda yaitu kurang dari &( ppm, kemudian efisiensi pengambilan sulfur di atas ))@, tingkat emisi flyas, senya%a klorida dan logam berat muda menguap yang bisa dibilang nol, serta air limba yang bisa diresirkulasi kembali seingga tidak ada buangan air limba ke lingkungan.9/oa, :((>;. 2eskipun 3G// memiliki berbagai kelebian, tapi masala utama saat ini adala biaya pembangkitannya yang masi tinggi. Secara garis besar, disamping unit pembangkitan, 3G// juga tersusun dari unit pemisa udara (+ir Separation "nit, +S") yang berfungsi menyuplai oksigen ke penggas, dan unit penggas itu sendiri. "nit pembangkitan (turbin gas, turbin uap, 0BSG) dan unit +S" merupakan teknologi yang suda mapan dan terbukti seingga dari segi ongkos, tidak mungkin untuk ditekan lagi. "ntuk menekan biaya pembangkitan pada 3G//, satu 8 satunya cara adala dengan meningkatkan performa penggas dan membangun sistem (building block) gasifikasi yang efisien. 9$an der Burgt, &))';. .engan upaya demikian serta makin makin menguatnya isu lingkungan, biaya pembangkitan pada 3G// diarapkan akan semakin kompetitif teradap biaya pembangkitan pada pembangkit pul$eri#ed coal (P/) yang saat ini mendominasi yang ongkos pembangkitannya cenderung meningkat untuk mengakomodasi baku mutu lingkungan. .an pada taun :(&(, di +merika diarapkan biaya pembangkitan 3G// akan menyamai ongkos pembangkitan pada P/, yaitu sekitar "SF&:((GkD.9+rai, :((*;. <arena pada P!T" maupun 3G// dikenal dengan istila scale merit, maka semakin besar unit otomatis biaya pembangkitan juga semakin renda. Sala satu laporan menyebutkan ba%a 3G// komersial akan bernilai ekonomis pada kapasitas pembangkitan minimal >>( 2De.9Trapp, :((>;. 3ndustri kimia (/oal to /emical) Gas sintetik asil gasifikasi batubara juga dapat digunakan sebagai baan baku industri kimia, diantaranya untuk pembuatan ammonia, pupuk, metanol, .27 (.imetyl 7ter), olefin, paraffin, dan lain 8 lain. 7astman /emical di <ingsport, Tennessee, +S, memanfaatkan gasifikasi batubara untuk memproduksi baan baku industri kimia yaitu asam asetat. Easilitas ini beroperasi sejak taun &)'4, menggunakan penggas Te5aco. Pada a%alnya, kapasitasnya anya mampu memenui separo dari kebutuan asam asetat yang diperlukan, tapi sejak taun &))& kapasitasnya ditingkatkan ingga mampu memenui seluru kebutuan asam asetat untuk produksi ilir. Perusaaan ini mengkonsumsi batubara sebanyak &4(( ton per ari untuk gasifikasi, dan memproduksi lebi dari =(( jenis baan kimia, serat sintetis, serta plastik, dengan om#et sekitar "SF> miliar per taun.9Trapp, :((&;. .i /ina yang memiliki cadangan batubara melimpa, Sell melalui kerjasama joint $enturedengan Sinopec membangun pabrik pupuk menggunakan mekanisme gasifikasi batubara berkapasitas :((( ton per ari di Iueyang, propinsi 0unan. Pembangunannya sendiri dimulai taun :((4 dan direncanakan beroperasi pada akir :((*. Selain itu, Sell juga menangani sekitar &: proyek gasifikasi batubara lainnya di /ina, dimana ampir C(@nya untuk keperluan industri pupuk dan sisanya untuk produksi metanol, serta idrogen untuk keperluan pencairan batubara secara langsung. 9/oa, :((>;. Selain Sell, G7 7nergy juga menyediakan teknologi gasifikasi batubara di /ina. Sampai dengan 1ktober :((*, dari C proyek yang direncanakan, 4 unit tela tela beroperasi untuk memproduksi metanol dan ammonia.9!o%e, :((*;.