Anda di halaman 1dari 15

1 | P a g e

BAB I
PENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESA
A. Identitas
1. Nama Lengkap : Abdulah, Tn.
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 63 Tahun
4. Suku/Bangsa : Melayu
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Wiraswasta (Pedagang)
7. Alamat : Kampung Arab
8. Status Perkawinan : Kawin

B. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kanan, mengakibatkan sulit berjalan.
Satu bulan SMRS BAB hitam dan 1 hari SMRS muntah-muntah hitam 8 kali.

2. Riwayat/Kronologis Penyakit
Enam bulan lebih sakit pada lutut sebelah kanan, sakit timbul terutama jika kaki digerakkan
dan berkurang dengan istirahat. Kadang-kadang kaku pada pagi hari yang berlangsung 5-15
menit dan sudah diberi obat penghilang rasa nyeri oleh dokter saraf yang diminum sampai
saat ini. Pasien juga sering membeli jamu-jamuan untuk mengurangi rasa nyeri di kakinya.
Satu bulan SMRS, BAB pasien berwarna hitam dan 1 hari SMRS pasien mual dan muntah-
muntah berwarna hitam sebanyak 8 kali. Nyeri perut seperti terbakar dirasakan pada daerah
ulu hati, tidak menyebar. BAK normal.
Tidak ada demam.
3. Riwayat Penyakit Lain
Diabetes mellitus dan hipertensi disangkal.
2 | P a g e



C. Riwayat Penyakit Dahulu (yang berhubungan dengan keluhan utama dan penyakit
lain) :
-

D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.

E. Keluhan Sistemik

1. Kulit : Tidak ada keluhan
2. Kepala : Tidak ada nyeri kepala dan pusing
3. Mata : Tidak ada keluhan
4. Telinga : Tidak ada keluhan
5. Hidung : Tidak ada keluhan
6. Mulut : Tidak ada keluhan
7. Tenggorok : Tidak ada keluhan
8. Leher : Tidak ada keluhan
9. Respirasi : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Gastrointestinal : Tidak ada keluhan lain
Genitourinaria : Tidak ada keluhan

Penapisan Depresi
Penderita merasa kesehatannya menghalangi banyak kegiatannya. OS jarang sekali
merasa sedih sekali selama bulan lalu. OS tidak pernah merasa tidak diperhatikan oleh
keluarga. OS tidak pernah selama bulan lalu merasa bahwa hidup sudah tidak ada gunanya
lagi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, curiga adanya depresi pada OS dapat disingkirkan.

3 | P a g e

Status Fungsional
Asesmen aktivitas sehari-hari (activity of daily living)
Untuk melakukan aktivitas fisik seperti mandi, berpakaian, buang air besar (toilet),
bergerak, makan, berjalan, dan naik tangga, pasien dapat melakukan sendiri tanpa dibantu
orang lain tetapi agak terhambat dan harus menggunakan tongkat (alat bantu).
Keterbatasan fungsional
Sudah 6 bulan masalah kesehatan pasien membatasi kegiatan pasien dalam melakukan
pekerjaan berat (misalnya lari, ikut sport berat, mengangkat barang berat) dan berjalan 100
m.

II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum : Tampak sakit sedang, habitus atletikus, gizi cukup.

B. Tanda Vital
a. Kesadaran : Compos Mentis (GCS = 15)
b. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
c. Nadi : 88 x/menit, regular, isi cukup
d. Laju Nafas : 16 x/menit, tipe abdominotorakal
e. Suhu : 36,9
O
C

C. Pemeriksaan Per Organ

1. Kulit : Telapak tangan tampak pucat (anemis).
2. Kepala : Tidak ada deformitas.
3. Mata : Konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik.
4. Telinga : Tidak ada deformitas, otorea, nyeri tekan, dan tofus.
5. Hidung : Simetris dan tidak tampak deformitas serta secret maupun darah.
6. Mulut : Tidak ditemukan kelainan
7. Tenggorok : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
8. Leher : Tidak ditemukan kelainan
9. Dada : Tidak tampak deformitas dan tidak ada nyeri tekan
4 | P a g e


10. Paru
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada gerakan paru yang tertinggal
b. Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris, normal
c. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara dasar Vesikuler, tidak ada Ronki dan Wheezing.

11. Jantung
a. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
b. Palpasi : Iktus kordis tidak teraba.
c. Perkusi : Tidak ditemukan kardiomegali.
d. Auskultasi : Bunyi Jantung I-II normal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.

12. Abdomen
a. Inspeksi : Perut cekung.
b. Auskultasi : Bising usus 3x/menit.
c. Palpasi : Nyeri tekan pada epigastrium, tanpa nyeri tekan lepas. Hepar dan lien tidak
teraba.
d. Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen

13. Anus/Rektum : Tidak dilakukan.
14. Alat Kelamin/Perineum : Tidak dilakukan.
15. Ekstremitas : Kaki kanan, pada lututnya tampak deformitas yang minimal, sedangkan
kaki kiri normal.

III. Status Lokalis
Lutut kanan tampak deformitas yang minimal. Sakit saat digerakkan sehingga ROM menjadi
berkurang. Tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, dan tidak ada perbedaan suhu
dengan daerah disekitarnya. Sering kaku dirasakan pada pagi hari yang berlangsung 5 15
menit.
Pada kaki sebelah kiri, tidak ditemukan kelainan.
5 | P a g e


IV. Diagnose Sementara
1. Fungsional
a. Klinis : Gastritis erosifa et causa NSAIDs dan Steroid (Gastropati NSAIDs).
b. Anatomi :
c. Etiologi : NSAIDs dan Steroid
2. Fungsional
a. Klinis : Osteoartritis genu dekstra
b. Anatomi :
c. Etiologi : Degeneratif

V. Diagnose Diferensial
1. Gastritis erosifa et causa NSAIDs dan Steroid 2. Osteoartritis
Tukak lambung Gout
Rematoid Artritis

VI. Pemeriksaan Penunjang
1. Pat Klinis : Darah lengkap, LED
2. Pat Anatomi :
3. Radiologi : Rontgent Genu dekstra
4. Lain-lain : Endoskopi

VII. Terapi
1. Suportif : Infus RL 20 tetes/menit
2. Simtomatis :
3. Nutrisi : Jadwal makan teratur, jangan mengkonsumsi NSAIDs yang non-selektif
serta jamu-jamuan yang mengandung steroid.

4. Kausal
a. Medikamentosa :
Gastritis erosifa et causa NSAIDs dan Steroid
6 | P a g e

Omeprazole
Sukralfat atau Misoprostol

Osteoartritis
Meloxicam
Glukosamin dan Kondroitin Sulfat

b. Operasi :

5. Rehabilitasi Medik : Rujuk ke dokter spesialis rehabilitasi medic untuk
penatalaksanaan Osteoartritis.

Pembahasan
Dari tanda dan gejala yang diungkapkan pasien; mual, muntah berwarna hitam serta rasa
terbakar di ulu hati dan nyerinya tidak menyebar, mengarahkan kecurigaan saya terhadap
kemungkinan adanya gastritis akut. Dengan pemeriksaan fisik ditemukannya nyeri tekan pada
epigastrium, tanpa nyeri tekan lepas, semakin memperkuat diagnosis gastritis akut semakin kuat.
Untuk mencari etiologi dari gastritis ditanyakan riwayat pemakaian obat-obatan yang
dapat merusak mukosa lambung (mis. Aspirin dan NSAIDs lainnya serta steroid, alcohol, dan
zat-zat lainnya). Ternyata didapatkan bahwa pasien mengalami penyakit Osteoartritis dan telah
menggunakan obat penghilang rasa sakit. Penderita juga akhir-akhir ini mengkonsumsi jamu-
jamuan untuk menghilangkan rasa sakit di kakinya; yang kita ketahui kebanyakan jamu
mengandung steroid. Dan NSAIDs yang konvensional serta steroid, keduanya dapat merusak
mukosa lambung secara akut.





7 | P a g e

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gastritis

A. Pengertian
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau
lokal. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Pada
sebagian besar kasus, inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis
pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkorelasi positif dengan komplikasi
gastritis.

B. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

C. Manifestasi klinik
1. Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu Anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda
lebih lanjut yaitu anemia.
2. Gastritis Kronik
8 | P a g e

Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu
hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai
kelainan.
D. Proses Penyakit
Gastritis akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung
akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan
berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam
lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi
gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal
melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika
9 | P a g e

erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

Gastritis kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik
lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

E. Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

F. Penatalaksaan Medik
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,
ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut
untuk mengatur sekresi asam lambung.


10 | P a g e

2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau
inhibitor pompa proton.

Gastropati OAINS
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit gastrointestinal. Obat ini banyak dipergunakan oleh pasien baik diperoleh
melalui resep dokter maupun membeli sendiri di toko-toko obat. Pemakaian obat anti inflamasi
nonsteroid ini dimulai dengan Aspirin sejak tahun 1899 dan sejak 2 dekade terakhir ini
pemakaian obat ini meningkat secara dramatik, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kelompok
usia lanjut, pemasaran yang agresif dari perusahaan farmasi serta indikasi penggunaan OAINS di
bidang kardiologi dan neurologi.
Di UK tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal yang serius diakibatkan
oleh OAINS dan diperkirakan 12.000 pasien terpaksa dirawat dirumah sakit dan menyebabkan
1.200 kematian. Di USA diperkirakan lebih dari 40.000 penderita tiap tahun dirawat di rumah
sakit dan menyebabkan 3.000 kematian pada penderita lanjut usia yang disebabkan oleh
pemakaian OAINS. Diperkirakan OAINS menyebabkan 15-35% dari seluruh komplikasi ulkus.
Beberapa tahun yang lalu Departemen Kesehatan RI melarang produksi sejumlah merek
jamu yang ternyata dicampur dengan OAINS dan bahkan dicampur dengan kortikosteroid yang
sering dipakai oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan-keluhan rematik, sakit badan atau pegal
linu.
OAINS merupakan salah satu obat yang paling sering diresepkan. Obat ini dianggap
sebagai first line therapy untuk arthritis dan digunakan secara luas pada kasus trauma, nyeri
pasca pembedahan dan nyeri-nyeri yang lain. Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran
cerna bersifat ringan dan reversible hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni tukak
peptic, perdarahan saluran cerna dan perforasi. Resiko untuk mendapatkan efek samping OAINS
tidak sama untuk semua orang. Sekitar 20% pasien yang mendapat OAINS akan mengalami
dyspepsia.

11 | P a g e


Gastropati akibat OAINS bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri ulu hati
sampai pada tukak peptic dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas.

Factor resiko yang penting adalah :
Usia lanjut
Digunakan bersama-sama dengan steroid
Riwayat pernah mengalami efek samping OAINS
Dosis tinggi atau kombinasi lebih dari satu macam OAINS
Disabilitas

Terjadinya efek samping OAINS terhadap saluran cerna dapat disebabkan oleh efek
toksik langsung OAINS terhadap mukosa lambung sehingga mukosa menjadi rusak. Sedangkan
efek sistemik disebabkan kemampuan OAINS menghambat kerja COX-1 yang mengkatalis
pembentukan prostaglandin. Prostaglandin pada mukosa saluran cerna berfungsi menjaga
integritas mukosa, mengatur aliran darah, sekresi mucus, bikarbonat, proliferasi epitel, serta
resistensi mukosa terhadap kerusakan.
Untuk mengurangi efek samping OAINS pada saluran cerna dapat dilakukan beberapa
hal seperti meminum OAINS bersamaan dengan proton pump inhibitor (PPI), misoprostol
12 | P a g e

(analog prostaglandin), histamine-2 reseptor antagonis (H2 reseptor antagonis), dan memilih
OAINS spesifik inhibitor COX-2.


Tabel 1. Faktor resiko untuk Mendapatkan Efek Samping OAINS
Terbukti sebagai factor resiko
Usia lanjut > 60 tahun
Riwayat pernah menderita tukak
Digunakan bersama-sama dengan steroid
Dosis tinggi atau menggunakan lebih dari satu jenis OAINS
Menderita penyakit sistemik yang berat
Mungkin sebagai factor resiko
Bersama-sama dengan infeksi H. pylori
Merokok
Meminum alkohol


Patofisiologi
Efek samping OAINS pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. Efek samping
pada lambung memang yang paling sering terjadi. OAINS merusak mukosa lambung melalui 2
mekanisme, yakni tropical dan sistemik. Kerusakan mukosa secara tropical terjadi karena
OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion hydrogen masuk ke
dalam mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik OAINS tampaknya lebih penting,
yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun. OAINS secara bermakna
menekan prostaglandin. Seperti diketahui, prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang
amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi ini dilakukan dengan cara menjaga aliran
darah mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat, dan meningkatkan epithelial
defense. Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi netrofil pada endotel
pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal bebas dan protease
yang dilepaskan akibat proses imunologis tersebut akan merusak mukosa lambung.

13 | P a g e





Diagnosis Gastropati OAINS
Spectrum klinis gastropati OAINS meliputi suatu keadaan klinis yang bervariasi sangat
luas, mulai yang paling ringan berupa keluhan gastrointestinal discontrol. Secara endoskopi akan
dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi kecil kadang-kadang disertai perdarahan kecil-kecil. Lesi
seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa mengatasi lesi-lesi ringan akibat rangsang
kemis sering disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat berupa erosi dan tukak
multiple, perdarahan luas, dan perforasi saluran cerna.

Pengelolaan
Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS ringan dapat sembuh
sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 atau PPI dapat mengatasi rasa
14 | P a g e

sakit dengan baik. Antagonis reseptor H2 ternyata mampu mencegah timbulnya komplikasi berat
OAINS pada saluran cerna atas.
Pasien yang dapat menghentikan penggunaan OAINS, obat-obat anti tukak seperti
golongan sitoproteksi, antagonis reseptor H2 dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik.
Mereka yang mempunyai factor resiko untuk mendapat komplikasi berat, sebaiknya diberi terapi
pencegahan menggunakan PPI atau Misoprostol.
Pasien yang tidak mungkin menghentikan OAINS dengan berbagai pertimbangan,
sebaiknya diberikan Misoprostol. Misoprostol adalah analog prostaglandin. Pemberiannya dapat
mengimbangi penurunan produksi prostaglandin akibat OAINS. Indikasi penggunaannya ialah
tukak lambung, tukak duodenum, dan tukak karena OAINS. Dosisnya adalah 800 mcg sehari
dalam 2-4 dosis terbagi.




















15 | P a g e

Daftar Pustaka

1. Hirlan. 2006. Gastritis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta :
Pusat Penerbitan, Depatremen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Najirman. 2006. Obat Anti Inflamasi Non Steroid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan, Depatremen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. John Del Valle. 2005. Disorders of the Gastrointestinal System. In: Harrisons Principle of
Internal Medicine 16
th
Edition. McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai