0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
139 tayangan14 halaman
1. Metode ini menggunakan spektrofotodensitometri untuk menentukan kadar kinin di urin setelah konsumsi tablet kinin dengan metode fluoresensi.
2. Kinin memiliki sifat berfluoresensi yang memungkinkan penetapan kadarnya secara instrumental menggunakan spektrofotodensitometri.
3. Prosedur membuat larutan standar dan uji, melakukan KLT untuk memisahkan kinin, kemudian mengukur flu
1. Metode ini menggunakan spektrofotodensitometri untuk menentukan kadar kinin di urin setelah konsumsi tablet kinin dengan metode fluoresensi.
2. Kinin memiliki sifat berfluoresensi yang memungkinkan penetapan kadarnya secara instrumental menggunakan spektrofotodensitometri.
3. Prosedur membuat larutan standar dan uji, melakukan KLT untuk memisahkan kinin, kemudian mengukur flu
1. Metode ini menggunakan spektrofotodensitometri untuk menentukan kadar kinin di urin setelah konsumsi tablet kinin dengan metode fluoresensi.
2. Kinin memiliki sifat berfluoresensi yang memungkinkan penetapan kadarnya secara instrumental menggunakan spektrofotodensitometri.
3. Prosedur membuat larutan standar dan uji, melakukan KLT untuk memisahkan kinin, kemudian mengukur flu
PENETAPAN KADAR KININ DI URIN SETELAH MENGKONSUMSI
TABLET KININ DENGAN METODE FLUORESENSI, ALAT DENGAN SPEKTROFOTODENSITOMETRI-MODE FLUORESENSI
I. TUJUAN 1.1 Menetapkan kadar kinin di urin setelah mengonsumsi tablet kinin dengan metode fluoresensi (alat dengan spektrofotodensitometri-mode fluoresensi). 1.2 Mengetahui tingkat validitas dari metode penetapan kadar kinin yang dilakukan.
II. DASAR TEORI 2.1 Kinin Kinin merupakan senyawa golongan alkaloid yang diperoleh dari kulit kayu kina (Cinchona succirubra) yang berkhasiat sebagai antimalaria. Nama IUPAC kinin ialah (8a,9R)-60-Methoxycinchonan-9-ol trihydrate dan nama lainnya ialah Chinina, chininum dan quinine. Senyawa ini memiliki rumus molekul C 20 H 24 N 2 O 2 dengan berat molekul 324,4 gram/mol. Pemerian kinin berupa serbuk mikrokristal atau granul-granul berwarna putih dan sedikit berfluoresensi. Kelarutan kinin dalam air sebesar 1:1900, dalam air panas 1:760, dalam alkohol 1:0,8, dalam benzen 1:80, dalam kloroform 1: 1,2, dalam eter kering 1:250, dalam gliserol 1:2. Kinin tidak larut dalam petroleum eter. Kinin memiliki pKa 4,1;8,5 dalam suhu 20 o C (Moffat et al, 2011). Kinin merupakan salah satu senyawa obat yang berfluoresensi kuat yang didasarkan dari strukturnya yang kaku dan kromofornya yang diperpanjang (Gandjar dan Rohman, 2012). Berikut adalah struktur kimia dari kinin.
Gambar 2.1 Struktur Kimia Kinin (Moffat et al., 2011) 2
Pada 0,05 M H 2 SO 4 , kinin memiliki dua panjang gelombang eksitasi yaitu ex = 250 dan 350 nm dan panjang gelombang intensitas emisi fluoresensi maksimum, em atau fl, adalah 450 nm (Cheon et al., 2012). Identifikasi kinin dengan kromatografi lapis tipis dapat menggunakan berbagai sistem fase gerak dengan harga Rf yang dihasilkan, yakni sebagai berikut: Tabel 2.1 Harga Rf Kinin dalam berbagai fase gerak (Moffat et al, 2005). Sistem Fase gerak Perbandingan Rf TA Methanol : larutan amonia kuat 100 : 1,5 51 TB Sikloheksana : toluen : dietilamin 75:15:10 2 TC Kloroform : methanol 90:10 11 TD Kloroform : aseton 80:20 - TE Etil asetat : methanol : larutan amonia kuat 85:10:05 45
2.2 KLT-Spektrofotodensitometri Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis, dengan metode pemisahan campuran analit dilakukan dengan mengelusi analit melalui suatu lempeng kromatografi lalu melihat komponen/analit yang terpisah dengan penyemperotan atau pengecatan. Fase gerak sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler. Sementara mekanisme sorpsi-desorpsi (perpindahan analit dari fase diam ke fase gerak dan sebaliknya) yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi. Penjerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika dan serbuk selulosa. Sifat-sifat penjerap yang penting adalah ukuran partikel berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 m. Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif dan daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak 3
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai berikut. Rf = aak ang ditempuh analit aak ang ditempuh fase geak
(Gandjar dan Rohman, 2012) Densitometri (Thin Layer Chromato Scanner) merupakan metode analisis instrumental yang berdasarkan pada interaksi REM dengan analit yang merupakan bercak pada KLT. Radiasi elektromagnetik yang datang pada plat diabsorpsi oleh analit, ditransmisi atau diteruskan jika plat yang digunakan transparan. Radiasi elektromagnetik yang diabsorpsi oleh analit atau indikator plat dapat diemisikan berupa flouresensi dan fosforesensi. Pemadaman flouresensi indikator F-254 dapat terjadi akibat adanya noda pada plat sehingga teramati di bawah lampu UV sebagai noda hitam (Sherma dan Fried, 1994). Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan kadar kecil, yang memerlukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometer dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi. Densitometer mempunyai sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda foton, dan rekorder (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.3 Fluoresensi Peristiwa fluoresensi adalah pemancaran kembali sinar oleh molekul obat yang telah menyerap energi sinar dan terjadi dalam waktu yang singkat setelah penyerapan (10 -8 detik). Intensitas fluoresensi (F) sebanding dengan banyaknya sinar yang diserap oleh molekul analit sehingga absorptivitas suatu senyawa berkaitan dengan intensitas fluoresensinya. Molekul-molekul seperti hidrokarbon jenuh yang tidak menyerap sinar UV-Vis tidak akan berfluoresensi. Senyawa- senyawa yang berfluoresensi pasti menyerap sinar UV karena peristiwa fluoresensi didahului oleh penyerapan/absorpsi. Teknik analisis berdasarkan deteksi fluoresensi memiliki keunggulan dibandingkan teknik lainnya yaitu sensitifitas dan selektifitas yang tinggi (Gandjar dan Rohman, 2012; Valeur, 2001). 4
III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat a. Gelas beker b. Neraca analitik c. Pipet ukur 1 mL, 5 mL, 10 mL d. Bulb filler e. Tabung reaksi f. Plat Silika Gel G 60 10 x 10 cm g. Chamber h. Pipet kapiler i. Oven j. Spektrofotodensitometri k. Sentrifugator l. Sendok tanduk m. Kertas perkamen n. Kertas saring o. Batang pengaduk p. Labu ukur 5 mL, 10 mL q. Pipet tetes r. Botol vial s. Mortir dan stamper t. Sudip 3.2 Bahan a. Tablet Kina b. Metanol (CH 3 OH) c. Urin d. Amonia pekat (NH 3 ) e. Kloroform (CHCl 3 ) f. Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) 0,1 N g. Isopropanol h. Aluminium foil 5
IV. PROSEDUR KERJA 4.1 Pembuatan Larutan 4.1.1 Larutan Stok Baku Kinin Sulfat (1 mg/mL) Ditimbang secara seksama 10 mg serbuk kinin sulfat. Serbuk dimasukkan dalam beker gelas lalu ditambahkan 5 mL metanol dan diaduk hingga larut dengan batang pengaduk. Larutan dimasukkan pada labu ukur 10 mL dan ditambahkan metanol hingga tanda batas. Labu ukur digojog hingga larutan homogen. 4.1.2 Larutan Standar Kinin Sulfat (100 ng/L) a. Perhitungan Diketahui : Konsentrasi Larutan Stok Baku Kinin Sulfat = 1mg/mL = 1000 g/ mL (C 1 ) Konsentrasi Larutan Standar Kinin Sulfat = 100 ng/L = 100 g/mL (C 2 ) Volume Larutan Standar Kinin Sulfat = 5 mL (V 2 ) Ditanya : Volume Larutan Stok Baku Kinin sulfat (V 1 ) = ......? Jawab : C 1 V 1 = C 2 V 2
1000 g/mL V 1 = 100g/mL 5 mL V 1 = g/mL 1000 mL 5 g/mL 100
V 1 = 0,5 mL b. Cara Pembuatan Dipipet larutan stok baku kinin sulfat (1 mg/mL) sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan metanol hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen. 4.1.3 Larutan Uji Dibuat tiga seri larutan uji dengan konsentrasi 250 ng/mL, 500 ng/mL, dan 1000 ng/mL. Larutan uji dibuat dari tablet kina dengan 6
kandungan kinin sulfat 200 mg/tablet yang telah dilarutkan dengan 10 mL metanol sehingga memiliki konsentrasi 20 mg/mL a. Perhitungan 1. Pengencaran Awal Larutan Tablet Kinin Sulfat Diketahui: Konsentrasi larutan tablet kinin sulfat = 20 mg/mL = 20000g/mL (C 1 ) Volume larutan tablet kinin sulfat = 0,1 mL (V 1 ) Volume larutan pengenceran awal = 10 mL (V 2 ) Ditanya : Konsentrasi Larutan pengenceran awal (C 2 ) = ......? Jawab : C 1 V 1 = C 2 V 2
20000g/mL 0,1 mL = C 2 10 mL C 2 = mL 0 1 mL 0,1 g/mL 20000
C 2 = 200 g/mL C 2 = 200000 ng/mL 2. Pengenceran Akhir Larutan Tablet Kinin Sulfat Diketahui: Konsentrasi larutan pengenceran awal = 200 g/mL = 200000 ng/mL (C 1 ) Konsentrasi larutan pengenceran akhir = 5000 ng/mL (C 2 ) Volume larutan pengenceran akhir = 10 mL (V 2 ) Ditanya : Volume larutan pengenceran awal (V 1 ) = ......? Jawab : C 1 V 1 = 5000 ng/mL V 2
200000 ng/mL V 1 = 5000 ng/mL 10 mL 7
V 1 = ng/mL 20000 mL 10 ng/mL 5000
V 1 = 0,25 mL 3. Larutan Uji Diketahui: Konsentrasi akhir larutan tablet kinin sulfat = 5000 ng/mL (C 1 ) Konsentrasi larutan uji yang dibuat = 250ng/mL (C 2 ), 500ng/mL (C 3 ), dan 1000 ng/mL (C 4 ) Volume larutan uji = 2 mL (V 2 , V 3 , V 4 ) Ditanya: Volume baku sekunder yang diambil = .....? (V 1 ) Jawab: Konsentrasi larutan uji 250 ng/mL C 1 V 1 = C 2 V 2
5000 ng/mL V 1 = 250ng/mL 2 mL V 1 = ng/mL 5000 mL 2 ng/mL 250
V 1 = 0,1 mL Jadi untuk larutan uji dengan konsentrasi 250 ng/mL diambil volume larutan tablet kinin sulfat sebanyak 0,1 mL Konsentrasi larutan uji 500 ng/mL C 1 V 1 = C 3 V 3
5000 ng/mL V 1 = 500ng/mL 2 mL V 1 = ng/mL 5000 mL 2 ng/mL 500
V 1 = 0,2 mL Jadi untuk larutan uji dengan konsentrasi 500 ng/mL diambil volume larutan tablet kinin sulfat sebanyak 0,2 mL Konsentrasi larutan uji 1000 ng/mL C 1 V 1 = C 4 V 4
8
5000 ng/mL V 1 = 1000ng/mL 2 mL V 1 = ng/mL 5000 mL 2 ng/mL 1000
V 1 = 0,4 mL Jadi untuk larutan uji dengan konsentrasi 1000 ng/mL diambil volume larutan tablet kinin sulfat sebanyak 0,4 mL b. Cara Pembuatan Tablet kina digerus hingga halus kemudian dilarutkan dengan 5 mL metanol dalam beker gelas. Diaduk dengan batang pengaduk lalu disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen (Larutan 1). Diambil 0,1 mL larutan 1 dimasukkan dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen (Larutan 2). Diambil 0,25 mL Larutan 2 dimasukkan dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen. Disiapkan 3 tabung reaksi lalu diberi label Tabung 2, Tabung 3 dan Tabung 4. Masing- masing tabung memiliki komposisi sebagai berikut. Tabel 4.1. Komposisi masing-masing tabung larutan Uji Tabung Konsentrasi (ng/mL) Kandungan Kinin Sulfat (ng) Volume Larutan Tablet Kinin Sulfat (mL) Volume Urin yang Ditambahkan (mL) 2 250 500 0,1 1,9 3 500 1000 0,2 1,8 4 1000 2000 0,4 1,6
4.1.4 Larutan Blanko Dipipet urin sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi dan diberi label Tabung 1. 9
4.1.5 Larutan Sampel Larutan sampel dibuat dari campuran larutan tablet kinin sulfat yang konsentrasiya belum diketahui dengan urin dan diberi label Tabung 5. 4.2 Ekstraksi Cair-cair Tabung 1 - 5 ditambakan amonia secukupnya kurang lebih 0,1 mL hingga mencapai pH 9-10, pH ditentukan dengan indikator pH. Ditambahkan campuran pelarut kloroform dan isopropanol (3:1) sebanyak 4 mL. Tabung 1 - 5 dikocok dengan tangan selama 1 menit. Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Fase kloroform diambil dari masing masing tabung, dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 80C. Residu dilarutkan dalam metanol secukupnya (Cheon et al., 2012). 4.3 KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan Spektrofotodensitometri Plat siliki gel G 60 10 cm 10 cm dicuci dengan metanol, kemudian diaktivasi pada oven dengan suhu 120 C selama 30 menit. Chamber dijenuhkan dengan fase gerak yaitu sistem TA (metanol : Larutan amonia pekat; 100:1,5). Disiapkan 1 cm tepi atas dan tepi bawah pada plat silika gel. Larutan blanko, larutan standar, larutan uji, dan larutan sampel ditotolkan pada plat silika G 60 . Sehinggga diperoleh sembilan totolan sebagai berikut: Tabel 4.2 Totolan pada plat KLT Totolan Larutan Jumlah totolan (L) Jumlah Kinin Sulfat (ng) 1 Larutan Blanko (Tabung 1) 25 - 2 Larutan Uji 1 (Tabung 2) 25 250 3 Larutan Uji 2 (Tabung 3) 25 500 4 Larutan Uji 3 (tabung 4) 25 1000 5 Larutan Sampel 25 tidak diketahui 10
6 Larutan Standar 1 5 500 7 Larutan Standar 2 10 1000 8 Larutan Standar 3 15 1500 9 Larutan Standar 4 20 2000
Plat dielusi dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak. Plat diangkat dan diangin-anginkan hingga kering, lalu diamati menggunakan spektrofotodensitometer. Bercak diamati dengan spektrofotodensitometer. Masing-masing noda diukur luasnya dengan spektrofotodensitometer pada panjang gelombang absorpsi maksimum terjadi eksitasi (250 nm). Plat KLT selanjutnya disemprot dengan larutan asam sulfat 0,1 N. Dilakukan pengukuran spektrum emisi pada panjang gelombang 450 nm. Kemudian dilakukan analisa terhadap data dari hasil scan yang didapat.
V. SKEMA KERJA 5.1 Pembuatan Larutan 5.1.1 Larutan Stok Baku Kinin Sulfat (1 mg/mL)
Ditimbang seksama 10 mg serbuk kinin sulfat dan dimasukkan ke beker gelas
Ditambahkan 5 mL metanol dan diaduk hingga larut dengan batang pengaduk
Dimasukkan larutan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan metanol hingga tanda batas Larutan digojog hingga homogen dan dipindahkan ke botol vial 11
5.1.2 Larutan Standar Kinin Sulfat (100 ng/L)
5.1.3 Larutan Uji
Dipipet larutan stok baku kinin sulfat (1 mg/mL) sebanyak 0,5 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan metanol hingga tanda batas Larutan digojog hingga homogen dan dipindahkan ke botol vial Tablet kina digerus hingga halus dan dilarutkan dengan 5 mL metanol
Larutan diaduk dengan batang pengaduk dan disaring dengan kertas saring Dimasukan ke labu ukur 10 mL dan ditambahkan metanol hingga tanda batas (Larutan 1) Diambil 0,1 mL larutan 1 dimasukkan dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen (Larutan 2) Diambil 0,25 mL larutan 2 dimasukkan dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan metanol hingga tanda batas dan digojog hingga homogen 12
5.1.4 Larutan Blanko
5.1.5 Larutan Sampel
5.2 Ekstraksi Cair-cair
Tabung 3 0,2 mL Larutan Tablet Kinin Sulfat + 1,8 mL urin Tabung 2 0,1 mL Larutan Tablet Kinin Sulfat + 1,9 mL urin Tabung 4 0,4 mL Larutan Tablet Kinin Sulfat + 1,6 mL urin Dipipet urin sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi Diberi label Tabung 1 Dibuat campuran larutan tablet kinin sulfat yang konsentrasinya belum diketahui Diberi label Tabung 5 Tabung 1 5 ditambahkan ammonia 0,1 mL + 4 mL kloroform : isopropanol (3 : 1) dikocok dengan tangan selama 1 menit Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit 13
5.3 KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan Spektrofotodensitometri
Fase kloroform dari masing-masing tabung diambil Diuapkan pada suhu yang diatur agar tidak lebih dari 80 o C
Residu dilarutkan dengan metanol secukupnya
Disiapkan plat silika gel G 60 dengan ukuran 10 cm 10 cm Tepi atas dan bawahnya ditandai dengan jarak 1 cm
Plat diaktivasi dalam oven 120 C selama 30 menit Semua larutan ditotolkan pada plat sesuai dengan Tabel 4.2 Plat dielusi dalam chamber yang sudah jenuh dengan fase gerak metanol : amonia kuat (100 : 1,5) Plat diangkat dan diangin-anginkan hingga kering Bercak diamati dengan spektrofotodensitometer. Masing-masing noda diuku luas aeana pada max eksitasi 250 nm 14
Plat disemprot dengan H 2 SO 4 0,1 N Dilakukan pengukuran spektrum emisi pada panjang gelombang 450 nm Dilakukan analisa terhadap data dari hasil scan yang didapat