Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu alat indera yang vital fungsinya bagi tubuh
manusia. Mata bekerja sebagai organ sensor terhadap cahaya, sehingga kita dapat
melihat objek di sekitar kita. Mata bekerja secara konstan dengan menyesuaikan
intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata, kemudian memusatkan bayangan
benda pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran kontinu yang
dengan segera dihantarkan ke otak, sehingga manusia bisa melihat lingkungan
sekitarnya dengan baik (Rizka, 2011). Namun saat ini, semakin banyak orang
yang mengalami gangguan pada mata. Gangguan tersebut dapat berupa berbagai
macam penyakit. Baik penyakit mata yang disebabkan penyakit lain, maupun
penyakit mata bawaan seperti glaukoma, katarak, mata minus atau plus, dan
sebagainya.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf
mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata
berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman
total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait
dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan
penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa
dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung
perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan
mata jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi
hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Menurut Perdami (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia) lebih
kurang 1,5 % dari penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat berbagai

macam gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa berbagai macam
penyakit. Baik penyakit mata yang disebabkan penyakit lain seperti gangguan
pengelihatan karena diabetes mellitus, maupun penyakit mata bawaan seperti
kelainan refraksi, kerusakan kornea, glaukoma, katarak, mata minus atau plus, dan
sebagainya.
Telah banyak metode yang ditempuh untuk mengobati gangguan pada
mata tersebut. Mulai dari menggunakan program pembedahan gratis yang
dilakukan pemerintah bagi penderita katarak, pemberian obat-obatan kimia,
hingga cara tradisional yaitu pengobatan alami dengan menggunakan tanaman
herbal. Program yang dilakukan pemerintah ini dilakukan berkaitan dengan
adanya visi Mata Sehat 2020 milik pemerintah. Namun program Mata Sehat ini
juga dapat tercapai dengan menggunakan jalan tradisonal, tidak harus selalu
melalui jalan pembedahan atau pemberian obat-obatan kimia. Berkenaan dengan
pengobatan herbal, ada salah satu tumbuhan yang berkhasiat dalam
menanggulangi mata bermasalah, yaitu tanaman kitolod yang memiliki nama
ilmiah Isotoma longifora.
Ciri-ciri tanaman ini, yakni tinggi tanaman kitolod (Isotoma longifora) sekitar
50cm, habitus semak, dan merupakan tanaman semusim. Getahnya berwarna
putih dan mengandung racun. Batangnya berbentuk bulat, berkayu, dan berwarna
hijau. Daunnya panjang, berwarna hijau, dengan permukaan kasar, ujung runcing,
pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, dan bergigi sampai melekuk
menyirip. Daun merupakan daun tunggal dengan ukuran 2-3cm dan panjangnya 5-
15cm. Bunganya berbentuk lonceng dengan mahkota berbentuk bintang. Biji
berbentuk bulat telur, berukuran kecil dan berwarna putih. Akar tanaman ini
berupa akar tunggang (Ali, 2003; Smith, 2001). Kitolod cocok untuk tumbuh di
daerah dataran tinggi yang dingin meskipun sebenarnya dapat tumbuh di dataran
rendah. Kitolod yang ditanam pada dataran rendah memberikan hasil yang kurang
sempurna, yaitu daun tidak setebal di dataran tinggi dan daunnya tumpul (Ali,
2003).
Cara membudidayakannya juga mudah. Perbanyakan tanaman cukup
dengan menggunakan biji. Biji dari tanaman kitolod yang telah matang cukup
disemai di tanah yang agak basah. Pemeliharaannya juga mudah, hanya

membutuhkan penyiraman yang cukup, penjagaan kelembaban dan pemupukan
terutama pupuk dasar. Bahkan, tanaman ini biasanya tumbuh liar di pinggir-
pinggir selokan, sela-sela bebatuan, juga di areal tanaman hias sehingga justru
terkadang dianggap gulma atau pengganggu yang tidak dikehendaki dan setiap
ada kitolod tumbuh di sekitar pekarangan rumah, malah dicabut dan dibuang (Ali,
2003).
Konon kitolod berasal dari Benua Amerika yaitu, Amerika Serikat dan
Amerika Selatan. Kitolod masuk dalam family Campanulaceae yang merupakan
golongan tanaman obat yang berupa semak berlukar atau tanaman berukuran
kecil.Terdiri dari 60-70 genus dan sekitar 2000 spesies. Tanaman family
Camanulaceae umumnya menghasilkan getah yang menyerupai air susu.
Secara umum, kitolod memang tampak sebagai tumbuhan liar yang tidak
memiliki manfaat. Namun sebenarnya kitolod memiliki manfaat yang besar untuk
obat bagi mata bermasalah. Kitolod dapat menjadi obat alami yang aman dengan
harga yang relatif terjangkau. Penggunaan kitolod sebagai obat bagi mata
bermasalah adalah salah satu alternatif yang baik selain penggunaan obat-obatan
kimia, karena kitolod merupakan obat-obatan herbal, sehingga lebih aman untuk
dikonsumsi. Sebab obat-obatan kimia dikhawatirkan dapat memicu terjadinya
kanker karena sifatnya yang karsinogenik serta dapat merusak ginjal akibat terlalu
banyak zat kimia yang terkandung didalam darah.
Dari segi ekonomi, penggunaan kitolod sebagai obat herbal juga lebih
terjangkau dibanding penggunaan obat kimia. Karena kitolod sangat mudah
ditemukan di lingkungan sekitar. Pengolahannya pun mudah dan hampir semua
orang dapat melakukan. Yakni cukup dengan menghancurkan daun kitolod,
kemudian melarutkannya dalam air. Semua orang dapat menggunakannya untuk
merawat kesehatan mata tanpa harus melakukan proses yang rumit terlebih dulu.
Secara keseluruhan, kitolod adalah obat herbal yang aman, ekonomis, dan
pengolahannya mudah. Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum
mengenal tanaman herbal ini. Padahal manfaatnya sangat besar bagi kesehatan
mata. Oleh karena itu peneliti memilih tanaman ini sebagai bahan penelitian agar
masyarakat dapat mengenal dan mengetahui manfaat kitolod serta dapat
membudidayakan tanaman ini.

1.1 Rumusan Masalah
1. Mengapa daun kitolod dapat dijadikan obat alami untuk mengatasi
gangguan pada mata?
2. Bagaimana cara menggunakan daun kitolod sebagai obat alami bagi mata
bermasalah?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam kitolod, yang berguna sebagai
obat alami untuk mengatasi gangguan pada mata.
2. Mengetahui proses pengolahan kitolod sehingga dapat digunakan sebagai
obat alami bagi mata bermasalah.


2. PEMBAHASAN
Selama ini, telah diketahui beraneka macam tanaman yang memiliki
manfaat atau kandungan yang mampu mengobati mata bermasalah akibat
penyakit pada organ tubuh lain seperti kebutaan akibat diabetes mellitus, atau
gangguan pengelihatan yang terjadi secara alami seperti mata minus atau plus.
Begitu juga dengan daun kitolod yang selama ini sudah sering digunakan sebagai
obat bagi mata bermasalah. Tanaman Kitolod mengandung senyawa biokimia
yang bermanfaat bagi kesehatan mata, namun tanaman kitolod juga mengeluarkan
getah yang beracun. Sehingga pengolahan daun kitolod terbatas pada beberapa
lembar saja dalam satu kali penggunaan.
Daun kitolod sendiri mengandung beberapa senyawa biokimia berupa
alkaloid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Senyawa-senyawa tersebut memiliki
manfaat tersendiri bagi mata. Menurut Heyne:1988, senyawa alkaloid, saponin,
flavonoid, dan polifenol dapat disebut dengan seyawa bioaktif. Yaitu senyawa
yang mengandung zat bioaktif, yaitu zat yang termasuk metabolit sekunder yang
bersifat aktif secara biologis. Aktifitasnya antara lain sebagai antiseptik, yaitu
suatu zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba seperti
bakteri, khamir, dan kapang yang dapat digunakan untuk industri pangan dan
farmasi.

Zat biokimia yang pertama adalah alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang
paling banyak ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berada dalam tumbuhan
dan terdapat pada semua jenis tanaman. Secara umum, alkaloid mengandung asam
amino seperti ornitin, lisin, fenilalanin, tirosin, serta triptofan. Alkaloid sendiri
kerap digunakan sebagai bahan analgesik (pereda rasa nyeri), bahan anestesi dan
sedasi, bahan antibakteri, serta sebagai pereda batuk atau antitusif (Hadi, Surya &
Bremnner, J. B, 2001:177-129).
Selanjutnya adalah saponin. Menurut Ardian, Denz:2012, saponin adalah
senyawa berbentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi,
namun dengan konsentrasi berbeda-beda pada bagian tertentu, tergantung dari
varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin bersifat racun bagi hewan kecil
seperti ikan dan serangga, namun tidak begitu berpengaruh pada manusia. Bagi
manusia, racun dari saponin bersifat antitiroid, yaitu zat yang bekerja
menghambat kerja kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon. Namun, sifat
toksik saponin pada manusia ini tidak berlangsung permanen dan terjadi secara
selektif. Penelitian menunjukkan bahwa saponin dapat meningkatkan sistem imun,
bersifat antioksidan, dapat mencegah kanker, anti virus, dapat menghambat
pertumbuhan jamur, dan biasanya digunakan sebagai bahan antiseptik.
Kandungan biokimia pada daun kitolod berikutnya adalah flavonoid.
Menurut Waji, R.A & Sugrani, Andis:2009, flavonoid adalah senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada tanaman berwarna hijau, kecuali alga. Senyawa ini
dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid
antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C,
mencegah keropos tulang, sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan
sebagai pencegah kanker (zat antioksidan). Flavonoid sendiri dikatakan dapat
mencegah terjadinya penyakit degeneratif (penyakit yang terjadi seiring
berjalannya proses penuaan atau pertambahan usia) dengan cara mencegah
terjadinya proses peroksidasi lemak dengan cara menangkap radikal bebas dan
menghelat ion logam transisi.
Menurut Suprastiwi, Endang, polifenol adalah salah satu komponen
bioaktif yang disebut katekin. Katekin sendiri adalah senyawa multifungsi yang
bersifat antiinflamasi (mengurangi peradangan), anti-mutagenik, antioksidan, anti

penggumpalan, anti virus, dan antibakteri. Polifenol dapat mengurangi
penumpukan Low Density Lipid (LDL) dalam darah, serta mampu mencegah
oksidasi dalam pembuluh darah yang menyebabkan pembekuan trombosit
abnormal. Bahkan polifenol adalah antioksidan yang golongan bioflavonol yang
memiliki kekuatan jauh lebih efektif dari vitamin C dan vitamin E.
Dari keseluruhan kandungan zat bioaktif yang terdapat pada tanaman
kitolod, kurang lebih semuanya berfungsi sebagai bahan antiseptik, analgesik,
antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Bersifat antiseptik, yaitu dapat
menghilangkan kotoran seperti bakteri, virus, atau jamur yang melekat pada mata
dan terkontaminasi melalui udara. Kotoran tersebut seringkali menghalangi
penglihatan dan membuatnya menjadi tidak begitu jelas. Dengan adanya zat
antiseptik, kotoran tersebut dapat luluh dan terbawa keluar dari mata bersama air
mata, sehingga mata akan menjadi lebih higienis dan bersih. Pandanganpun bisa
terlihat lebih jelas dan jernih.
Zat analgesik adalah zat yang berguna sebagai pereda rasa nyeri yang
bersifat sedasi. Senyawa analgesik bekerja dengan cara memanipulasi atau
mematirasakan syaraf yang terkait dengan penglihatan. Dengan demikian, bila
diaplikasikan pada penderita glukoma, zat analgesik dapat memanipulasi syaraf
optis yang berkaitan dengan pengelihatan dan langsung berkaitan menuju otak.
Sifat senyawa ini bersifat sadatif atau menimbulkan ketergantungan bagi
penggunanya. Hal ini terjadi karena adanya efek pereda nyeri yang tersedia, dan
adanya efek sensasi nyaman yang diberikan senyawa ini.
Selanjutnya adalah senyawa antiinflamasi atau dikenal dengan senyawa
anti peradangan atau anti iritasi. Senyawa ini bekerja dengan cara menghambat
respon tubuh memberi sinyal perbaikan pada tubuh. Usaha perbaikan tubuh biasa
diwujudkan dengan usaha menhilangkan penyebab iritasi atau membunuh
organisme penyebabnya. Usaha inilah yang menimbulkan terjadinya peradangan
atau pembengkakan. Senyawa antiinflamasi sendiri berguna untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya radang atau pembengkakan itu.
Senyawa antibakteri dalam kitolod sebenarnya bekerja hanya terhadap
bakteri penyebab gangguan penglihatan. Senyawa antibakteri bekerja dengan cara
mengisolasi bakteri penyebab gangguan penglihatan tertentu (secara spesifik).

Seperti isolasi bakteri Stapylococcus hominis, yaitu bakteri peyebab penyakit
konjungtivitis (peradangan pada selaput konjungtiva, selaput bening yang
melapisi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak
mata sehingga menyebabkan mata berwarna kemerahan). Selain itu senyawa
antibakteria juga bekerja terhadap bakteri Staphylococci yellow, yaitu bakteri
penyebab penyakit katarak. Hasil ekstrak seduhan daun kitolod memiliki aktivitas
antibakteri yang lebih besar dibandingkan ekstrak refluks (hasil kondensasi tanpa
mengurangi komponennya) daun kitolod itu sendiri.
Senyawa antioksidan bekerja sebagai penangkal radikal bebas di dalam
tubuh. Yaitu dengan cara menghambat proses oksidasi yang terjadi dalam tubuh,
baik yang disebabkan faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor internal
disini dimaksudkan sebagai penyakit yang ada dalam tubuh, atau hasil
metabolisme tubuh yang tidak sempurna dan tersebar bebas di seluruh tubuh.
Sebenarnya proses untuk mengolah kitolod agar dapat digunakan sebagai
obat untuk mata bermasalah sangatlah mudah. Bahkan semua orang bisa
melakukannya. Yang terpenting adalah menjaga kehigienisan bahan dan peralatan
untuk membuat obat tetes dari kitolod ini. Cara pengolahan daun kitolod ini dapat
dikerjakan dalam beberapa cara. Semuanya merupakan cara dan langkah yang
sederhana dan semua orang bisa melakukan, tanpa mengurangi kehigienisan
bahan dan peralatan yang digunakan selama proses pengolahan.
Cara yang pertama adalah sebagai berikut :
a. Ambil 3 lembar daun kitolod yang masih segar dan cuci hingga bersih.
b. Siapkan air bersih sebanyak 5 sendok makan dan tuangkan ke dalam mangkok.
c. Masukkan daun kitolod ke dalam mangkok. Tulang daun kitolod ditekan-
tekan dengan sendok hingga keluar cairan dari tulang daun.
d. Sisa daun kitolod dibuang.
e. Saring dengan kain halus cairan yang berada di dalam mangkok.
f. Larutan kitolod siap di teteskan ke mata.
Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol kaca kecil. Dan
dianjurkan untuk tidak memakai botol plastik untuk menghindari reaksi negatif
antar botol dan cairan Kitolod. Lalu disiapkan pipet untuk meneteskan ramuan
kitolod.

Cara kedua:
a. Ambil 3 lembar daun kitolod yang masih segar dan cuci hingga bersih.
b. Setelah daun dicuci, jemur di bawah terik matahari langsung hingga kering.
c. Hancurkan daun kitolod kering, kemudian seduh dengan air bersih
secukupnya.
d. Saring air seduhan dari ampas daun kitolod.
e. Masukkan air seduhan kitolod ke dalam botol kaca.
f. Siapkan pipet untuk meneteskan cairan kitolod.
Cara ini dilakukan jika di sekitar tempat tinggal kita tidak ditemukan
tanaman kitolod atau daun kitolod diperoleh dari tempat lain yang jaraknya cukup
jauh.
Cara ketiga:
a. Ambil 3 lembar daun kitolod dan cuci sampai bersih.
b. Siapkan air bersih sebanyak 5 sendok makan dan tuangkan ke dalam wadah
atau mangkok.
c. Masukkan 3 lembar daun kitolod yang sudah bersih ke dalam mangkok yang
sudah berisi air. Kemudian tekan-tekan daun kitolod menggunakan sendok
hingga lumat seluruhnya.
d. Saring air yang tercampur dengan daun kitolod ini dan saring dengan kain
bersih. Kemudian hasil saringan masukkan ke dalam botol.
e. Siapkan pipet untuk meneteskan cairan kitolod.
Cara ini membuat proses penyembuhan lebih bagus atau lebih cepat.
Namun, rasa pedih yang ditimbulkan lebih kuat. Selain itu, waktu penyimpanan
obat lebih singkat dibandingkan dengan cara yang pertama.
Pemakaian obat tetes Kitolod dilakukan 2-3 kali sehari. Awalnya, 3-4 hari
pemakaian obat tetes ini akan terasa perih tetapi selanjutnya akan hilang dengan
sendirinya. Dianjurkan, setelah pemakaian obat tetes Kitolod agar dilakukan
pemberian minyak jarak pada mata yang sakit dengan tujuan untuk mengurangi
ketegangan bola mata.
Di awal penggunaan obat tetes kitolod, mata akan terasa perih dan panas.
Hal ini dikarenakan senyawa bioaktif dalam kitolod yang bekerja secara aktif
membersihkan mata, sehingga terasa panas dan perih. Lalu mata akan

mengeluarkan reaksi pertahanan alaminya dengan mengeluarkan air mata.
Kemudian, bakteri dan kotoran yang telah terangkat akan keluar dari mata
bersama air mata itu.


3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Mata yang bermasalah pastilah sangat mengganggu aktifitas kita sehari-
hari. Daun kitolod telah terbukti mengandung senyawa kimia yang bermanfaat
bagi kesehatan mata, berupa alkanoid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Secara
keseluruhan, semua zat yang terkandung dalam kitolod bersifat antiseptik,
analgesik, antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan, sehingga dapat mengurangi
gangguan penglihatan yang terjadi pada mata. Selain itu membuat ramuan dari
daun kitolod ini cukup mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal sehingga
hampir semua orang bisa membuatnya.
Maka pemanfaatan daun kitolod yang mudah, murah dan aman tentu
sangat berguna. Apalagi semua orang dapat menggunakannya untuk merawat
kesehatan mata tanpa harus melakukan proses yang rumit. Selain itu habitat
hidupnya yang bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah
membuatnya mudah untuk ditemukan di lingkungan sekitar dan dibudayakan. Jadi
daripada menggunakan obat kimia yang mahal dan mempunyai efek samping,
lebih baik menggunakan sari daun kitolod yang lebih ekonomis, alami dan aman
untuk merawat mata.

3.2 Saran
Meskipun Kitolod dapat mengobati mata bermasalah dengan aman dan
tanpa efek samping namun tetap harus dijaga kebersihan dan kehigienisannya
dengan mencuci bersih daun kitolod yang akan dipakai. Apalagi jika kita
mendapatkannya dari tempat yang agak kotor dan berdebu. Selain itu sebaiknya
sebelum membuat ramuan dari daun kitolod, akan lebih baik jika peralatan untuk
membuat ramuan disterilkan terlebih dahulu.

Sebelum dilakukan pengolahan, perlu diperhatikan bahwa daun kitolod
memiliki getah yang beracun, sehingga penggunaan daun untuk ramuan tidak
boleh lebih dari 3 lembar dalam 1 kali penggunaan. Sebelum digunakan, usahakan
selalu dicuci bersih bagian tanaman yang akan digunakan, dan pastikan tidak ada
getah yang tertinggal di daun yang akan digunakan.




DAFTAR RUJUKAN

Ali, Iskandar. 2003. Khasiat dan Manfaat Kitolod: Penakluk gangguan pada
Mata. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Ardian, Denz. 2012. Article Sharing. Saponin. (Online),
(http://farmacyku.blogspot.com), diakses tanggal 12 Mei 2013.
Hadi, Surya & Bremnner, J. B. 2001. Initial Studies on Alkaloids From Lombok
Medicinal Plants 6 : 117-129
Heyne, K. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia Volume 4. Jakarta: Badan
Litbang Kehutanan.
Nurdiansyah, Rizky. 2009. Data Base Jamu. Kitolod (Isotoma longiflora).
(Online), (http://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=574), diakses tanggal 1
Mei 2013.
Parwito. 2010. Katarak, Mata Berair, Kebutaan Karena DB, Kitolod Solusinya.
(Online), (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-
medicine/2073826-katarak-mata-berair-kebutaan-karena/#ixzz2TA5Z
JXGt), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Rahma, Kurnia.2010. Aneka Info dan Tips Bermanfaat. Kitolod!!! Tanaman Obat
Gangguan Mata. (Online), (http://tahukahanda45.blogspot.com/2010/11/
cara-buat-obat-tetes-mata-kitolod.html), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Rizka. 2011. Pengertian Mata Struktur dan Definisi Mata.(Online),
(http://artikel- rizka.blogspot.com/2011/01/pengertian-mata-struktur-dan-
definisi.html), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Smith, T. 2001. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat.
Suprastiwi, Endang. Tanpa Tahun. Efek Antimikroba Polifenol dari Teh Hijau
Jepang Terhadap Streptococcus mutans. (Online), (http://staff.ui.ac.id),
diakses tanggal 12 Mei 2013.
Waji, R.A & Sugrani, Andis. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam
Flavonoid (Quercetin). (Online), (http://pasche08.files.wordpress.com),
diakses tanggal 11 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai