Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

A. latar belakang
Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan virus tertentu. Kadang
juga disebut radang tenggerokan.
Faringitis akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut
(mendadak dan cepat memberat). Umum disebut radang tenggorok. Radang ini
menyeran lapisan mukosa (selaput lendit) dan sub mukosa faring .
Disebut faringitis kronis bila radangnya sudah berlangsung dalam waktu lama dan
biasanya tidak disertai gejala yang berat.
Anatomi dari faringitis sendiri adalah Faring suatu kantong fibromuskulur yang
bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini
dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung keesofagus setinggi servikal keenam. Keatas
faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, kedepan berhubungan dengan rongga
mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melaui aditus
laring dan kebawah berhubungan esofagus. Panjang diding posterior fharing pada orang dewasa
kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian diding faring yang terpanjang, diding faring
dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringo basiler, pembungkus otot dan
sebagian fasia buko faringeal.
Faring terbagi atas nasofharing,orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur
faring meliputi mukosa, palut lendir (mucousblanked) dan otot. Bentik mukosa faring berfariasi,
tergantung letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya
bersilia, sedangkan epitelnya torak berlapis yang menganbung sel goblet dibagian bawahnya,
yaitu oroparing dan laringo faring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng
berlapis dan tidak bersilia. Disepanjang faring datap ditemukan banyak sel jaring limpoid yang
terletak dala rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena
itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap oleh hidung. Dibagian atas,
nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai dengan arah
gerak silia kebelakang. Palut lendir ini berfungsi untuk mmenagkap partikel kotoran yang
terbawah oleh udara yang diisap, palut ini mengandung enzim eliezozyme yang penting untuk
proteksi.
Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memanjang (logitudinal).
Otot-otot yang sirkuler terdiri dari muskulus konstriptor faring superior, media dan inferior.
Otot-otot ini terletak disebelah luar, berbentuk kipas dengan tiap baguian bawahnya menututp
sebagian otot bagia atasnya dari belakang, kerja otot kostriktor untuk mengecilakan lumen
faring. Otot-otot ini dipersarafi nervus fagus. Otot-otot yang logitudinal adalah muskulus
stilofharing dan moskulus palato faring. Moskulus stilofaring gunanya untuk melebarkan faring
dan menarik rahang, sedangkan moskulus paloto faring mempertemukan ismus oroparing dan
menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elepator. Kerja
kedua otot ini penting pada waktu menelan. Moskulus stiofaring dipersaraf.mv i oleh nervus IX
sedangkan moskulus palato faring dipersarafi oleh nervus V (rusmajono, et. Al, 2001).


B. Tujuan
Mengklasifikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien faringitis.























Konsep Dasar Faringitis
1. Pengertian
a. Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan virus tertentu. Kadang juga disebut
radang tenggerokan.(Wikipedia.com)
b. Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh
adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan
malaise. (Vincent, 2004)
c. Faringitis adalah imflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak terkomplikasi
biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan.


2. Etilogi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,
termasuk virus penyebabnya common cold, flu, adenovirus. Bakteri yang menyebabkan faringitis
adalah streptokokus grup A, pneumukokus, dan basilus influenza.
Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi debu kering, meroko, alergi, trauma tenggorok
(misalnya akibat tindakan intubsi), penyakit refluks asam lambung, jamur, menelan racun, tumor.

3. Manifestasi Klinik
Yang sering muncul pada faring adalah:
1. Nyeri tenggorok dan nyeri menelan
2. Tonsil menjadi berwarna merah danmembengkak
3. Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput
yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah).
4. Demam.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala gelaja sistemik akan muncul :
1. Lesu dan lemah, nyeri pada sendi sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga
2. Peningkatan jumlah sel darah putih

4. Patofisiologi
A. Patofisiologi
penularan terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limpoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan
sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi pembuluh diding darah menjadi
lebar. Bentuk sumbatan yang berwarana kuning, putih,atau abu-abu terdapat pada folikel atau
jaringanlimpoid. Tampak bahwa folikel limpoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior
atau terletak lebih kelateralmenjadi meradang dan membengkaksehingga timbul radang pada
tenggorokan atau faringitis.
8. Penatalaksanaan.
a. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen
cairan dan istiraha baring. Kmpikasi seperti sinutitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh
bakteri Karena danya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatasi
komplikasi ini dicadangkan untuk menggunakan antibiotka.
b. Untuk feringitis bakteri paling bail diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak 200.000-
250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari, pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan
respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam.. erritrimisisn atau
klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap
penisilin. Jika penderita menderita neyri tenggerokan yang sangat hebat, selain terpi obat
pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri.
Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala nyeri tenggorokan
dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.

Asuhan keperawatan pada klien faringitis
A. Pengkajian.
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat kesehatan masa lau
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : kemerahan pada faring, adanya pembengkakan didaerah leher.
b. Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan.
c. TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi menungkat dan nafasnya cepat.
7. Pemerikasaan diagnostic
e. Pemerikasaan seroligis
f. Pemerikasaaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
g. Foto torak untuk melihat adanya tuberkolosis paru.
h. Biopsy jaringan untuk mengetahui proses keganasasn serta mencari basil taha asam keganasan
dijaringan

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam
bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan.







C. Perencanan Keprawatan Dan Rasionalnya.
Dx 1 : Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharaphan nyeri klien berkurang
Intervensi :
1. Kaji nyeri, Catat lokasi, karakterhistik, skala dan selidiki serta laporan perubahan nyeri yang
tepat
Rasional : bergnuna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan.
2. Pantau TTV
Rasional : perubahan frekuensi jantung atayu TD menunjukkan bahwa klien mengalami nyeri
3. Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional : menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

Dx 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan kesulitan
dalam bernafas
Tujuan : diharapkan pasien dapat bernafas dengan lancer/efektif.
Intervensi :
1. Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien.
Rasional : untuk mengetahui keadaan nafas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air hangat.
Rasional : untuk mencairkan secret agar mudaj keluar.
3. Ajari pasien untuk batuk efektif.
Rasional : untuk melegakan saluran nafas.
4. Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran.
Rasional : untuk mengencerkan dahak.


Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji intake makanan pasien.
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan.
2. Ajarkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori danm serat.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : untuk mendaptkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Evaluasi
1. Nyeri berkuran/hilang.
2. Pasien dapat bernafas secara efektif/lancar.
3. Kebutuhan nutrisi pesien terpenuhi





Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol. 2. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Carpanito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : ECG
Mansjoer, Arif. Et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilib 1. Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Situs Internet ( Www. Google.Co.Id )





















Tugas Keperawatan Anak

FARINGITIS


Oleh
Kelompok 11

Yuyun Faradhillah 14220120170
Nurlifa 14220120171
Nurfadillah 14220120172
Mentari 14220120176


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai