Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). edangkan menurut
!arpenito (1"""), menyebutkan bah#a Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang
yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang.
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
$aringan tulang dan atau tulang ra#an yang penyebabnya dapat dikarenakan
penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut
osteoporosis, biasanya dialami pada usia de#asa, dan dapat juga disebabkan
karena ke%elakaan yang tidak terduga (Mansjoer, 2000).
2. Etiologi
1. Fraktur Fisiologis
uatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari ke%elakaan, tenaga
fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh&
a. 'rauma langsung
(aitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah se%ara
spontan. yang paling la)im adalah karena ke%elakaan sepeda motor.
Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba*tiba,
dapat berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun penarikan
antara tendon dan ligament sehingga bisa berakibat tulang terpisah.
'rauma langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring. +enturan pada lengan ba#ah, e,&
fraktur tulang ulna dan radius.
b. 'rauma tidak langsung
(aitu pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya
jatuh. 'rauma tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. (ang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran -ektor
kekerasan. $atuh tertumpu pada tangan, e,& fraktur kla-ikula.
%. 'rauma akibat tarikan otot
.atah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. /ekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan (0s#ari 1, 1""2).
2. Fraktur .atologis
3alam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur ataupun akibat
kelemahan tulang akibat kelainan tulang. 3apat terjadi pada berbagai
keadaan berikut&
a. 'umor tulang
'erbagi menjadi jinak dan ganas
b. 4nfeksi seperti 0steomielitis
%. %ur-y (penyakit gusi berdarah)
d. 0steomalasia
e. 5akhitis
f. 0steoporosis
2. Tanda dan Gejala
+erikut ini tanda dan gejala yang dapat dijumpai pada pasien dengan
fraktur&
6. 3eformitas (perubahan struktur atau bentuk)
7. +engkak atau penumpukan %airan8darah karena kerusakan pembuluh
darah
9. 1kimosis (perdarahan subkutan)
:. pasme otot karena kontraksi in-olunter disekitar fraktur
;. <yeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi*sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur
". /urangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf,
dimana syaraf ini terjepit atau terputus oleh fragmen tulang
10. =ilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang,
nyeri atau spasme otot
11. .ergerakan abnormal
12. /repitasi, yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakan
12. =asil foto rontgen yang abnormal.
16. Patofisiologi
'ulang bersifat rapuh namun %ukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. >raham, 1""2). 'api apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(!arpnito, ?ynda $uall, 1""7). etelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marro#, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. .erdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. $aringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. $aringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan -asodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. /ejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (+la%k, $.M, et al, 1""2).
17. Pemeriksaan diagnostik
19. .emeriksaan 5adiologi
a. @*5A(
b. 'omografi& menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit di-isualisasi. .ada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur
saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
%. Myelografi& menggambarkan %abang*%abang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang -ertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
d. Arthrografi& menggambarkan jaringan*jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
e. !omputed 'omografi*%anning& menggambarkan potongan se%ara
trans-ersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
1:. .emeriksaan ?aboratorium
a. /alsium erum dan Fosfor erum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
%. 1n)im otot seperti /reatinin /inase, ?aktat 3ehidrogenase (?3=*7),
Aspartat Amino 'ransferase (A'), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
1;. .emeriksaan lain*lain
a. .emeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensiti-itas& didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. +iopsi tulang dan otot& pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
%. 1lektromyografi& terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
d. Arthros%opy& didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. 4ndium 4maging& pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. M54& menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(4gnata-i%ius, 3onna 3, 1""7)
1". Komplikasi fraktr
1. /omplikasi A#al
a. /erusakan Arteri
.e%ahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
!5' menurun, %yanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. 4ni disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. elain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
%. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (F1) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. F1 terjadi karena sel*sel
lemak yang dihasilkan bone marro# kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, ta%hikardi, hypertensi, ta%hipnea, dan
demam.
d. 4nfeksi
ystem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. .ada
trauma orthopaedi%, infeksi dimulai pada kulit (superfi%ial) dan masuk
ke dalam. 4ni biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AA<) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan dia#ali
dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. ho%k
ho%k terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
4ni biasanya terjadi pada fraktur.
2. /omplikasi 3alam Baktu ?ama
a. Delayed nion
Delayed nion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan #aktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. 4ni
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 9*"
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.
4ni juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
%. !alunion
!alunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
!alunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
20. Penatalaksanaan Fraktr
.enatalaksanaan medis menurut !haeruddin 5osjad (1"";), sebelum
menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitife. .rinsip
penatalaksanaan fraktur ada 6 5 yaitu &
1. "ecognition& diagnose dan penilaian fraktur
.rinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiologi. .ada a#al pengobatan perlu
diperhatikan& lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai
untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
2. "eduction
'ujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. 3apat
di%apai yang manipulasi tertutup8reduksi terbuka progresi. 5eduksi
tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur
kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesegarisan
normal8dengan traksi mekanis.
5eduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal 8 tidak
memuaskan. 5eduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang
digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang solid seperti pen, ka#at, skrup dan plat.
"eduction interna #i$ation (054F) yaitu dengan pembedahan terbuka dan
mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan
skrup8pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian*bagian
tulang yang fraktur se%ara bersamaan.
2. "etention
4mobilisasi fraktur tujuannnya men%egah fragmen dan men%egah
pergerakan yang dapat mengan%am union. Cntuk mempertahankan reduksi
(ektremitas yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi.
'raksi merupakan salah satu pengobatan dengan %ara menarik8tarikan pada
bagian tulang*tulang sebagai kekuatan dengan %ontrol dan tahanan beban
keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan men%egah reposisi
deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligament
tubuh8mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan
anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2
pemasangan traksi adalah& skin traksi dan skeletal traksi.
6. "ehabilitation & mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal
mungkin.
21. Foks Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan fraktur adalah sebagai berikut &
1. Aktifitas 8 istirahat
'anda & /eterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi se%ara sekunder dari
pembengkakan jaringan dan nyeri).
2. irkulasi
'anda & =ipertensi (kadang*kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri atau ansietas) da hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respon
stress, hipo-olemia) penurunan nadi atau tidak ada nadi pada bagian yang
%idera, pembengkakan jaringan atau massa, hematoma pada sisi %idera.
2. <eurosensori
>ejala & =ilang gerakan atau sensasi, spasme otot, babas kesemutan.
'anda & 3edormitas lokal angulasi, abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, (bunyi berderik), spasme otot, kelemahan atau kehilangan fungsi,
agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas dan trauma lain).
6. <yeri 8 kenyamanan
>ejala & <yeri berat tiba*tiba saat %idera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan atau kerusakan tulang dapat berkurang pada immobilisasi),
tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme atau kram otot (setelah
immobilisasi).
7. .enyuluhan 8 pembelajaran
>ejala & ?ingkungan %idera.
9. /eamanan
'anda & ?aserasi kulit, o-olsi jaringan, perdarahan, perubahan #arna,
pembengkakan lokal (dapat meningkat se%ara bertahap atau tiba*tiba).
22. Diagnosa Kepera!atan
22. .re 0perasi
a. <yeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema,
kerusakan jaringan lunak
b. >angguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri8ketidaknyamanan, imobilisasi
%. 5esiko kerusakan integritas kulit8jaringan berhubungan dengan
imobilisasi, penurunan sirkulasi, fraktur terbuka
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan dan
hasil akhir pembedahan
e. 5esiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakan kulit, trauma jaringan
26. .ost 0perasi
a. <yeri berhubungan dengan diskontinuitas tulang
b. 5isiko %edera berhubungan dengan gangguan integritas tulang.
%. /erusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler nyeri, terapi neftriktif (imobilisasi).
d. /erusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi (pen, ka#at, skrup).
e. 5isiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer (kerusakan kulit trauma, jaringan lunak, prosedur ib-asif8traksi
tulang).
f. .erubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
g. >angguan pertukaran gas b8d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran al-eolar8kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti).
h. /urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b8d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat8lengkapnya informasi
yang ada.
27. "nter#ensi dan Rasional
1. 5isiko %edera b8d gangguan integritas tulang
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. .ertahankan tirah baring dan
imobilisasi sesuai indikasi.
2. +ila terpasang gips8bebat, sokong
fraktur dengan bantal atau
gulungan selimut untuk
mempertahankan posisi yang
netral.
Meningkatkan stabilitas,
meminimalkan gangguan akibat
perubahan posisi.
Men%egah gerakan yang tak perlu
akibat perubahan posisi.
2. 1-aluasi pembebat terhadap
resolusi edema.
6. +ila terpasang traksi,
pertahankan posisi traksi (+u%k,
3unlop, .earson, 5ussel)
7. (akinkan semua klem, katrol dan
tali berfungsi baik.
9. .ertahankan integritas fiksasi
eksternal.
:. /olaborasi pelaksanaan kontrol
foto.
.enilaian kembali pembebat perlu
dilakukan seiring dengan
berkurangnya edema
'raksi memungkinkan tarikan pada
aksis panjang fraktur tulang dan
mengatasi tegangan otot untuk
memper%epat reunifikasi fragmen
tulang
Menghindari iterupsi penyambungan
fraktur.
/eketatan kurang atau berlebihan
dari traksi eksternal (=offman)
mengubah tegangan traksi dan
mengakibatkan kesalahan posisi.
Menilai proses penyembuhan tulang.
2. <yeri akut b8d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, %edera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress8ansietas.
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. .ertahankan imobilasasi bagian
yang sakit dengan tirah baring,
gips, bebat dan atau traksi
2. 'inggikan posisi ekstremitas
yang terkena.
2. ?akukan dan a#asi latihan gerak
pasif8aktif.
6. ?akukan tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan
(masase, perubahan posisi)
7. Ajarkan penggunaan teknik
manajemen nyeri (latihan napas
dalam, imajinasi -isual, akti-itas
dipersional)
9. ?akukan kompres dingin selama
fase akut (26*6; jam pertama)
sesuai keperluan.
:. /olaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
Mengurangi nyeri dan men%egah
malformasi.
Meningkatkan aliran balik -ena,
mengurangi edema8nyeri.
Mempertahankan kekuatan otot dan
meningkatkan sirkulasi -askuler.
Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunakan area tekanan lokal dan
kelelahan otot.
Mengalihkan perhatian terhadap
nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
nyeri yang mungkin berlangsung
lama.
Menurunkan edema dan mengurangi
rasa nyeri.
Menurunkan nyeri melalui
mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik se%ara sentral maupun
;. 1-aluasi keluhan nyeri (skala,
petunjuk -erbal dan non -er-al,
perubahan tanda*tanda -ital)
perifer.
Menilai erkembangan masalah klien.
2. 5isiko disfungsi neuro-askuler perifer b8d penurunan aliran darah (%edera
-askuler, edema, pembentukan trombus)
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. 3orong klien untuk se%ara rutin
melakukan latihan menggerakkan
jari8sendi distal %edera.
2. =indarkan restriksi sirkulasi
akibat tekanan bebat8spalk yang
terlalu ketat.
2. .ertahankan letak tinggi
ekstremitas yang %edera ke%uali
ada kontraindikasi adanya
sindroma kompartemen.
6. +erikan obat antikoagulan
(#arfarin) bila diperlukan.
7. .antau kualitas nadi perifer,
aliran kapiler, #arna kulit dan
kehangatan kulit distal %edera,
bandingkan dengan sisi yang
normal.
Meningkatkan sirkulasi darah dan
men%egah kekakuan sendi.
Men%egah stasis -ena dan sebagai
petunjuk perlunya penyesuaian
keketatan bebat8spalk.
Meningkatkan drainase -ena dan
menurunkan edema ke%uali pada
adanya keadaan hambatan aliran
arteri yang menyebabkan penurunan
perfusi.
Mungkin diberikan sebagai upaya
profilaktik untuk menurunkan
trombus -ena.
Menge-aluasi perkembangan
masalah klien dan perlunya
inter-ensi sesuai keadaan klien.
6. >angguan pertukaran gas b8d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran al-eolar8kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. 4nstruksikan8bantu latihan napas
dalam dan latihan batuk efektif.
Meningkatkan -entilasi al-eolar dan
perfusi.
2. ?akukan dan ajarkan perubahan
posisi yang aman sesuai keadaan
klien.
2. /olaborasi pemberian obat
antikoagulan (#ar-arin, heparin)
dan kortikosteroid sesuai
indikasi.
6. Analisa pemeriksaan gas darah,
=b, kalsium, ?13, lemak dan
trombosit
7. 1-aluasi frekuensi pernapasan
dan upaya bernapas, perhatikan
adanya stridor, penggunaan otot
aksesori pernapasan, retraksi sela
iga dan sianosis sentral.
5eposisi meningkatkan drainase
sekret dan menurunkan kongesti
paru.
Men%egah terjadinya pembekuan
darah pada keadaan tromboemboli.
/ortikosteroid telah menunjukkan
keberhasilan untuk
men%egah8mengatasi emboli lemak.
.enurunan .a02 dan peningkatan
.!02 menunjukkan gangguan
pertukaran gasD anemia,
hipokalsemia, peningkatan ?13 dan
kadar lipase, lemak darah dan
penurunan trombosit sering
berhubungan dengan emboli lemak.
Adanya takipnea, dispnea dan
perubahan mental merupakan tanda
dini insufisiensi pernapasan, mungkin
menunjukkan terjadinya emboli paru
tahap a#al.
7. >angguan mobilitas fisik b8d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. .ertahankan pelaksanaan akti-itas
rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman8keluarga) sesuai
keadaan klien.
2. +antu latihan rentang gerak pasif
aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai
keadaan klien.
Memfokuskan perhatian,
meningkatakan rasa kontrol
diri8harga diri, membantu
menurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan sirkulasi darah
muskuloskeletal, mempertahankan
tonus otot, mempertahakan gerak
sendi, men%egah kontraktur8atrofi
dan men%egah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
2. +erikan papan penyangga kaki,
gulungan trokanter8tangan sesuai
indikasi.
6. +antu dan dorong pera#atan diri
(kebersihan8eliminasi) sesuai
keadaan klien.
7. Cbah posisi se%ara periodik
sesuai keadaan klien.
9. 3orong8pertahankan asupan
%airan 2000*2000 ml8hari.
:. +erikan diet '/'..
;. /olaborasi pelaksanaan
fisioterapi sesuai indikasi.
". 1-aluasi kemampuan mobilisasi
klien dan program imobilisasi.
Mempertahankan posis fungsional
ekstremitas.
Meningkatkan kemandirian klien
dalam pera#atan diri sesuai kondisi
keterbatasan klien.
Menurunkan insiden komplikasi
kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
Mempertahankan hidrasi adekuat,
men*%egah komplikasi urinarius dan
konstipasi.
/alori dan protein yang %ukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem*pertahankan
fungsi fisiologis tubuh.
/erjasama dengan fisioterapis perlu
untuk menyusun program akti-itas
fisik se%ara indi-idual.
Menilai perkembangan masalah
klien.
9. >angguan integritas kulit b8d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
ka#at, sekrup)
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. .ertahankan tempat tidur yang
nyaman dan aman (kering,
bersih, alat tenun ken%ang,
bantalan ba#ah siku, tumit).
2. Masase kulit terutama daerah
penonjolan tulang dan area distal
bebat8gips.
2. ?indungi kulit dan gips pada
daerah perianal
Menurunkan risiko kerusakan8abrasi
kulit yang lebih luas.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan
meningkatkan kelemasan kulit dan
otot terhadap tekanan yang relatif
konstan pada imobilisasi.
Men%egah gangguan integritas kulit
dan jaringan akibat kontaminasi
6. 0bser-asi keadaan kulit,
penekanan gips8bebat terhadap
kulit, insersi pen8traksi.
fekal.
Menilai perkembangan masalah
klien.
:. 5isiko infeksi b8d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur in-asif8traksi tulang)
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
1. ?akukan pera#atan pen steril dan
pera#atan luka sesuai protokol
2. Ajarkan klien untuk
mempertahankan sterilitas insersi
pen.
2. /olaborasi pemberian antibiotika
dan toksoid tetanus sesuai
indikasi.
6. Analisa hasil pemeriksaan
laboratorium (=itung darah
lengkap, ?13, /ultur dan
sensiti-itas luka8serum8tulang)
0bser-asi tanda*tanda -ital dan
tanda*tanda peradangan lokal pada
luka.
Men%egah infeksi sekunderdan
memper%epat penyembuhan luka.
Meminimalkan kontaminasi.
Antibiotika spektrum luas atau
spesifik dapat digunakan se%ara
profilaksis, men%egah atau mengatasi
infeksi. 'oksoid tetanus untuk
men%egah infeksi tetanus.
?eukositosis biasanya terjadi pada
proses infeksi, anemia dan
peningkatan ?13 dapat terjadi pada
osteomielitis. /ultur untuk
mengidentifikasi organisme
penyebab infeksi.
Menge-aluasi perkembangan
masalah klien.
;. /urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b8d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat8lengkapnya informasi yang ada.
4<'15A1<4 /1.15ABA'A< 5A40<A?
/aji kesiapan klien mengikuti
program pembelajaran.
iskusikan metode mobilitas dan
1fekti-itas proses pemeblajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental klien untuk mengikuti
program pembelajaran.
Meningkatkan partisipasi dan
ambulasi sesuai program terapi fisik.
Ajarkan tanda8gejala klinis yang
memerluka e-aluasi medik (nyeri
berat, demam, perubahan sensasi
kulit distal %edera)
.ersiapkan klien untuk mengikuti
terapi pembedahan bila diperlukan.
kemandirian klien dalam
peren%anaan dan pelaksanaan
program terapi fisik.
Meningkatkan ke#aspadaan klien
untuk mengenali tanda8gejala dini
yang memerulukan inter-ensi lebih
lanjut.
Cpaya pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengatasi maslaha
sesuai kondisi klien.
DAFTAR PU$TAKA
!arpenito (2000), Diagnosa Kepera%atan&Aplikasi pada 'raktik Klinis, 1d. 9,
1>!, $akarta.
3oenges, M.1., Marry, F..M and Ali%e, !.>., 2000. "encana Asuhan
Kepera%atan( 'edoman ntuk 'erencanaan Dan 'endokumentasian
'era%atan 'asien. $akarta, .enerbit +uku /edokteran 1>!.
=ardjo#idjoto, . 1""2. Anatomi Fisiologi )raktus rogenital* Surabaya+
'rogram Studi rologi Fakultas Kedokteran niversitas Airlangga 8
5C3. dr. oetomo.
?ong, +.!., 1""9. 'era%atan !edikal ,edah ( Suatu 'endekatan 'roses
Kepera%atan. $akarta, .enerbit +uku /edokteran 1>!.
.ri%e, yl-ia A,. 2007. Konsep Klinis 'roses&proses penyakit* Edisi -+ Volume .*
$akarta& 1>!.
melt)e. 2002. ,uku A/ar Kepera%atan !edikal 0 ,edah* 1>!& $akarta.

Anda mungkin juga menyukai