Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

ANALISIS VOLUMETRI














Oleh :
Nama : I Putu Adi Surya Mahardika
NIM : 1208105002
Kelompok : 1






JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan larutan baku primer asam oksalat
2. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat
3. Membakukan larutan baku sekunder NaOH
4. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
5. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.

II. DASAR TEORI
Secara garis besar jenis analisis dikelompokan menjadi : analisis secara
fisik, kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa
latin yaitu analusys yang berarti melepaskan. Secara umum analisis dapat
diartikan usaha pemisahan satu-kesatuan materi bahan menjadi komponen-
komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu
unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh, sedangkan analisis
kuantitatif adalah analisa mengenai penentuan berapa zat tertentu ada di dalam
suatu contoh, zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau
analit ( dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa).

A. Analisis Volumetri
Analisis volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif.
Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam
pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses
analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang
ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan
ditentukan jumlah analitnya seperti gambar berikut.




Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya. Analisis titrimetri di dasarkan pada reaksi kimia antara kompnen
analit dengan titran, dinyatakan dengan persamaan umum :
aA + tT hasil reaksi
Keterangan :
a = Jumlah mol analit (A)
t = Jumlah mol titran (T)
A = Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi
T = Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah
dikatahui dengan tepat konsentrasinya.
Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan kedlm larutan analit
menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume
tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dgn jumlah analit,
maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui
penambahan titran dihentikan dpt digunakan zat kimia yg disebut indikator yg
tanggap terhadap adanya titran berlebih yg ditunjukkan dgn adanya perubahan
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik
ekivalen. Titik akhir merupakan Titik titrasi pada saat indikator berubah warna.
Sedangkan Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, yaitu
pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik ekivalensi dan
titik akhir harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri adalah
Memilih indikator untuk membuat kedua titik tersebut .
Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui
dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding utnuk menghitung kadar
larutan lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi
suatu larutan dinamakan standarisasi. Larutan standar dibuat dari sejumlah zat
yang diinginkan yang secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya kedalam
volume larutan yang secara teliti diukur volumnya. Konsentrasi larutan baku
dalam titrasi dapat dinyatakan sebagai larutan molar (M) atau larutan normal (N).
Larutan baku terdiri atas 2 jenis :
1. Larutan baku primer : zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang
dengan tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai.
Contoh zat standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium
bromat, kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.
2. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan
konsentrasinya melalui titrasi dengan mengunakan larutan standar primer.
Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO
4
, Na
2
S
2
O
3
. I
2
,
HCl dan H
2
SO
4
.
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
b. Harus stabil dan mudah ditimbang
c. Berat ekivalennya harus besar
d. Reaksinya harus sempurna
e. Harganya relatif murah.

B. Reaksi-Reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Volumetri

1. Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan
atau titrasi asidimetri- alkalimetri.
H
3
O
+
+ OH
-
2H
2
O
H
3
O
+
+ A
-
HA + H
2
O
B
+
+ OH
-
BOH
Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan
baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah basa
kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan asidimetri.

2. Oksidasi-reduksi.
Titrasi berdasarkan reaksi redoks banyak digunakan misalnya :
Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri.
Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan
standar serium (IV) sulfat.
Fe
2+
+ Ce
2+
Fe
3+
+ Ce
3+
3. Pengendapan.
Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan mis: kation perak dengan
anion hidrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn
2+
dengan
K
4
Fe(CN)
6.

Ag
+
+ Cl
-
AgCl
2 Zn
2+
+ K
4
Fe(CN)
6
Zn
2
Fe(CN)
6
+ 4K
+
4. Pembentukan kompleks.
Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion
perak dan sianida, disamping itu pereaksi organik asam etilen diamin tetra asetat
(EDTA) membentuk ion kompleks stabil dengan dengan sejumlah ion logam.
Ag
+
+ 2CN
-
Ag(CN)
2-

EDTA + Ca
2+
Fe(EDTA) + 2H
+

C. Persyaratan reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Titrasi

1. Reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi-reaksi samping,
yaitu zat-zat lain dalam larutan tidak boleh bereaksi atau mengganggu reaksi
utama.
2. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan benar-benar lengkap pada titik
ekivalen. Sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.
3. Pada saat terjadinya kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus
ada perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari indikator yang digunakan.
4. Harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukkan titik akhir
titrasi yaitu indikator.



III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Buret
Pipet volume
Erlenmeyer
Becker Glass
Gelas ukur
Corong
B. BAHAN
Larutan asam oksalat

Larutan NaOH

Indikator
phenolphthalein
Larutan cuka
perdagangan

IV. LANGKAH KERJA
a. Percobaan I (Membuat larutan baku primer asam oksalat)
1. Asam Oksalat dihidrat (H
2
C
2
O
4
.2H
2
O) dikeringkan dalam oven pada
suhu 105-100
o
C selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam
desikator.
2. 6,4327 gram asam oksalat ditimbang dengan teliti, kemudian
dimasukkan dalam labu 1000mL, selanjutnya air suling ditambahkan
sampai tenda tera.
3. Normalitas larutan asam oksalat tersebut dihitung sampai empat angka
dibelakang koma.

b. Percobaan II (Pembakuan Larutan Baku sekunder NaOH)
1. Pipet 25,0 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2 3 tetes indicator phenolphthalein.

2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah
muda.
3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan ini diulangi
sekali lagi.
4. Normalitas rata rata dari larutan NaOH dihitung.

c. Percobaan III ( Penentuan kadar asam asetat )
1. Pipet 25 ml larutan cuka perdagangan (25%), kemudian masukkan ke
dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 2 3 tetes indicator
phenolphthalein.
2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah
muda.
3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan tersebut
diulangi sekali lagi.
4. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan kadar asam
asetat rata rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut juga
dihitung.




V. HASIL PENGAMATAN
A. Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam
oksalat
Berat asam oksalat : 3,1735 gr/L
Volume asam oksalat : 1000 mL = 1 L

B. Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Indikator yang digunakan : Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi : Pink (merah muda)

Percobaan Volume H
2
C
2
O
4
Volume NaOH
I 10 mL 6,75 mL
II 10 mL 6,4 mL

Hitunglah : a. Normalitas NaOH pada setiap percobaan.
b. Normalitas rata-rata NaOH

C. Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat
Indikator yang digunakan : Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi : Pink (merah muda)

Percobaan Volume Asam Asetat Volume NaOH
I 10 mL 4,4 mL
II 10 mL 4,3 mL

Hitunglah :
1. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dalam gram/100mL
2. Kadar asam asetat rata-rata

VI. PERHITUNGAN
A. Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam
oksalat

Diketahui : Berat asam oksalat = 3,1735 gr
Volume asam oksalat = 1000 mL = 1 L
BM asam oksalat (H
2
C
2
O
4
) = 90 gr/mol
Ditanya : Normalitas asam oksalat?
Jawab :
Mol =
90
1735 , 3

= 0,035 mol

Molaritas (M) =
1
035 , 0

= 0,035 mol/L
= 0,035M

H
2
C
2
O
4(aq)


2H
+
(aq)
+ C
2
O
4
2-
(aq)

1 grek = mol, dan 1 mol H
2
C
2
O
4
= 2 grek
Oleh karena itu diperoleh:
H
2
C
2
O
4
= 0,035 mol/L x 2 grek/mol
= 0,07 grek/L
= 0,07 N
Maka normalitas asam oksalat yang digunakan adalah 0,07 N

B. Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Diketahui : Volume asam oksalat (V
A
) = 10 mL
Normalitas H
2
C
2
O
4
(N
A
) = 0,07 N
Volume NaOH I = 6,75 mL
Volume NaOH II = 6,74 mL

Ditanya : a. Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada tiap
percobaan?
b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH?
Jawab :
a. Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada setiap percobaan
Untuk titrasi I (volume NaOH = 6,75 mL).
V
A
. N
A
= V
B
. N
B

10 mL . 0,07 N = 6,75 mL . N
B

N
B
=
mL
mL N
75 , 6
. 7 , 0

= 0,1 N


Untuk titrasi II (volume NaOH = 6,74 mL).
V
A
. N
A
= V
B
. N
B

10 mL . 0,07 N = 6,74 mL . N
B

N
B
=
mL
mL N
74 , 6
. 7 , 0

= 0,1 N

b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH
Basa N =
2
1 , 0 1 , 0
= 0,1 N

C. Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat
Diketahui : CH
3
COOH CH
3
COO
-
+ H
+

Ditanya : a. Kadar asam asetat pada tiap percobaan?
b. Kadar asam asetat rata-rata?
Jawab :
CH
3
COOH CH
3
COO
-
+ H
+

1 mol CH
3
COOH = 1 grek
a. Kadar asam asetat pada setiap percobaan.
(V.N)CH
3
COOH = (V. N) NaOH
10 mL . N
CH
3
COOH
= 4,4 mL . 0,1 N
N
CH
3
COOH
=
mL
N mL
10
1 , 0 . 4 , 4

= 0,044 N

[CH
3
COOH] =


Kadar CH
3
COOH = M . Mr
= 0,044 mol/L . 60 gr/mol
= 2,64 gr/L
Artinya, dalam 100 ml CH
3
COOH = 0,1 L . 2,64 gr/L
= 0,264 gr
Kadar asam asetat = 0,264 x 100% = 26,4 %
(V.N)
CH
3
COOH
= (V. N) NaOH
10 mL . N
CH
3
COOH
= 4,3 mL . 0,1 N
N
CH
3
COOH
=
mL
N mL
10
1 , 0 . 3 , 4

= 0,043 N

[CH
3
COOH] =


Kadar CH
3
COOH = M . Mr
= 0,043 mol/L . 60 gr/mol
= 2,58 gr/L
Artinya, dalam 100 ml CH
3
COOH = 0,1 L . 1,9 gr/L
= 0,258 gr
Kadar asam asetat = 0,258 x 100% = 25,8 %

b. Kadar asam asetat rata-rata
Kadar rata-rata asam asetat =



VII. PEMBAHASAN
Analisis volumetri merupakan analisa yang didasarkan pada pengukuran
volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri
karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai
titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan
yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah
diketahui dengan tepat konsentrasinya (larutan penitrasi), sedangkan titrat
merupakan larutan yang dititrasi. Percobaan Analisis Volumetri kali ini bertujuan
untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Pada praktikum
Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi asam basa, dimana yang dititrasi adalah
asam lemah dengan basa kuat serta indikator phenolphthalein. Dalam hal ini asam
lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat sebagai titrannya
(larutan penitrasi). Selain hal tersebut, Normalitas atau jumlah gram ekivalen zat
terlarut dalam satu liter larutan juga ditentukan. Praktikum analisis volumetri ini
dibagi menjadi tiga, percobaan 1 yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat,
percobaan 2 adalah Pembakuan larutan baku sekunder NaOH, sedangkan
percobaan 3 adalah Penentuan kadar asam asetat.

A. Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam
oksalat
Percobaan 1 yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat ( H
2
C
2
O
4
).
Dalam percobaan ini asam oksalat dihidrat dikeringkan didalam oven, kemudian
didinginkan dalam desikator. Asam oksalat ditimbang sebesar 6,4327 gram, lalu
dimasukkan ke dalam labu, selanjutnya ditambahkan air suling. Dalam percobaan
membuat larutan baku primer asam oksalat ini, normalitas dari asam oksalat
ditentukan. Dengan mengetahui berat asam oksalat ( H
2
C
2
O
4
) yaitu 6,4327 gram,
dan volume dari asam oksalat yaitu 1 liter, Normalitas asam oksalat dapat
ditentukan dengan cara mengalikan massa asam oksalat tersebut dengan koefisien
ion asamnya yaitu H
+
, yang dapat dilihat dalam reaksi berikut :


2
4 2 4 2 2
2 O C H O C H

. Berdasarkan perhitungan yang ada, Normalitas dari
asam oksalat yang diperoleh sebesar 0,07 N.

B. Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Percobaan selanjutnya adalah Pembakuan larutan sekunder NaOH. Dalam
percobaan ini normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan. Percobaan ini
dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam
oksalat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu
NaOH sebagai titran (larutan penitrasi). Larutan asam oksalat 10,0 mL
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator
phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH.
Reaksi yang terjadi saat asam oksalat direaksikan dengan NaOH adalah : H
2
C
2
O
4

+ 2 NaOH Na
2
C
2
O
4
+ H
2
O. Percobaan ini dilakukan sebanyak dua
kali. Untuk pengamatan pertama, volume NaOH yang diperlukan agar timbul
warna merah muda yaitu 6,75 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume
NaOH yang diperlukan agar timbul warana merah muda yaitu 6,74 mL. Seperti
pada percobaan 1, percobaan ke-2 ini juga menentukan normalitas dari NaOH.
Berdasarkan hasil perhitungan, normalitas NaOH pada pengamatan 1 sama
dengan normalitas NaOH pada pengamatan 2 yaitu sebesar 0,1 N. Sehingga
normalitas rata-rata NaOH diperoleh sebesar 0,1 N.
C. Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat
Percobaan yang terakhir adalah Penentuan kadar asam asetat. Seperti halnya
dengan percobaan ke-2, normalitas dari CH
3
COOH ditentukan, tidak hanya
Normalitas dari CH
3
COOH yang ditentukan namun kadar asam asetat serta kadar
asam asetat rata-rata dalam sebuah sampel cuka perdagangan juga ditentukan.
Percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam
lemah yaitu asam asetat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan
basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi). Larutan asam asetat
(CH
3
COOH) 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi
dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam asetat direaksikan dengan NaOH
adalah : CH
3
COONa + H
2
O CH
3
COONa + H
2
O. Percobaan ini dilakukan
sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, timbulnya warna merah muda
pada volume NaOH yaitu 4,4 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume
NaOH yang diperlukan agar muncul warna merah muda sebesar 4,3 mL.
Berdasarkan hasil perhitungan, pada pengamatan pertama normalitas CH
3
COOH
adalah 0,044 N, sehingga kadar asam asetat pada cuka perdagangan yang
diperoleh pada pengamatan pertama yaitu 26,4 %. Untuk pengamatan 2
Normalitas CH
3
COOH sebelum pengenceran adalah 0,043 N, sehingga kadar
asam asetat diperoleh sebesar 25,8 %. Berdasarkan data hasil pengamatan serta
perhitungan dari pengamatan pertama dan kedua, maka kadar asam asetat rata-rata
dalam cuka perdagangan pada percobaan ini adalah 26,1 %.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Untuk mengukur kadar konsentrasi yang terdapat dalam sampel
(CH
3
COOH) digunakan suatu metode titrasi asam basa.
2. Asam oksalat dan asam asetat mengalami perubahan warna dari tak
berwarna (bening) menjadi merah muda pada titik ekuivalen dengan
penambahan indikator phenolphthalein.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah
phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar
zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam
kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat, dimana jika
suatu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, ph larutan yang ditetesi
tersebut akan menjadi besar dan sebaliknya.
7. Normalitas H
2
C
2
O
4
yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah 0,07 N.
8. Normalitas laruan baku sekunder NaOH pada pengamatan pertama dan
kedua adalah sama yaitu 0,1 N sehingga normalitas rata-ratanya adalah 0,1
N.
9. Normalitas asam asetat pada pengamatan pertama dan kedua masing-masing
adalah 0,044 dan 0,043. Kadar asam asetat (CH
3
COOH) pada larutan cuka
dalam percobaan pada pengamatan pertama dan kedua masing-masing
adalah 26,4 % dan 25,8%, sehingga kadar rata-ratanya adalah 26,1 %.






DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta
: Erlangga.
Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid. Jakarta : Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit
Jimbaran : Jurusan Kimia, F.MIPA, UNUD.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat (diakses tanggal 26 Mei 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida (diakses tanggal 26 Mei 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat (diakses tanggal 26 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai