Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN RESIKO VALUTA ASING

Resiko adalah kemungkinan sesuatu kejadian yang tidak disenangi; dalam konteks ini adalah
kalangan bisnis.
1

Di dalamnya ada 2 aspek: down-side risk (aspek negatif) dan up-side risk (aspek positif).
Menghindari down-side risk dengan tidak melakukan sesuatu dapat berarti kehilagan peluang.
Tidak melakukan sesuatu sama artinya melewatkan kesempatan yang baik berlalu.
Sebaliknya orang yang menangkap peluang (opportunity) dengan mengambil up-side risk,
seperti dapat membuat produk baru yang dapat menyaingi pesaing.
2

Risiko nilai tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk risiko yang muncul karena
perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Suatu perusahaan atau
pemodal yang memiliki aktiva atau operasi bisnis lintas negara akan memperoleh risiko ini
jika tidak menerapkan lindung nilai (hedging).
Risiko nilai tukar yang terkait dengan instrumen mata uang asing penting diperhatikan dalam
investasi asing. Risiko ini muncul karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan
produktivitas nyata, yang akan mengakibatkan perbedaan laju inflasi.
DAMPAK NILAI TUKAR

Dampak nilai tukar mirip dengan dampak suku bunga. Nilai tukar dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan dari sisi arus kas, asset, maupun kewajiban. Perusahaan mengalami
kerugian pada sisi asset dan arus kas masuk bila mata uang asing melemah terhadap Rupiah.
Dan juga sebaliknya.
Kondisi sebaliknya terjadi pada sisi kewajiban dan arus kas keluar. Perusahaan mendapat
keuntungan bila valuta asing melemah terhadap Rupiah. Dan sebaliknya.
Risiko Nilai Tukar terdiri dari tiga jenis risiko:
I. Risiko Transaksi
Merupakan potensi naik turunnya arus kas perusahaan (berkaitan dengan valuta asing) akibat
nilai tukar.
Risiko transaksi nilai tukar berlaku untuk:
a. Transaksi Masukan adalah transaksi yang menyebabkan masuknya uang perusahaan.
Contoh; penjualan & investasi sekuritas.
b. Transaksi Keluaran adalah transaksi yang menyebabkan perusahaan berkewajiban
membayar. Contoh; pembayaran impor bahan baku & pembayaran kewajiban.

II. Risiko Akuntansi ( Risiko transaksi atau risiko konsolidasi)
Merupakan potensi fluktuasi laba perusahaan.
Perusahaan yang bisa terkena risiko akuntansi ada dua macam:
a. Perusahaan jenis pertama adalah mereka yang memiliki pinjaman/ asets dalam mata uang
asing.
b. Perusahaan jenis kedua yang terkena risiko akuntansi adalah mereka yang memiliki
cabang/ anak perusahaan di luar negeri.

III. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi merupakan potensi fluktuasi nilai perusahaan atau kekayaan pemegang
saham akibat perubahan nilai tukar. Dengan kata lain, risiko ekonomi berkaitan dengan
potensi fluktuasi pada eksposur korporat. Eksposur korporat berupa nilai perusahaan atau
kekayaan pemegang saham. Bagi perusahaan yang telah go public, eksposur korporat
tercermin pada harga saham. Karena harga saham merupakan objek yang perlu dikukur,
dimonitor, dan dikendalikan terhadap resiko dan objek tersebut mencerminkan kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
Nilai perusahaan atau harga saham tergantung pada dua variabel: ekspektasi arus kas dan
factor diskon. Perubahan nilai tukar bias menyebabkan perubahan arus kas.
Dampak perubahan nilai tukar terhadap ekspektasi arus kas sangat beragam, tergantung dari
aktivitas perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan
pembayaran dalam US$, sedangkan penjualan produk hanya di dalam negeri dalam
pembayaran Rupiah, melemahnya Rupiah terhadap US$ berdampak sangat buruk. Ini sudah
terbukti selama krisis sejak pertengahan tahun 1997. Karena beban pembayaran bahan baku
impor meningkat, sedangkan nilai jual tidak meningkat seperti naiknya biaya bahan baku
tersebut.
Sebaliknya, menguatnya Rupiah terhadap US$ menguntungkan pengguna bahan baku impor.
Perusahaan dapat menghemat Rupiah untuk membayar bahan baku sementara penjualan
konstan, atau bahkan meningkat. Akibatnya, ekspektasi keuntungan membaik dan ekspektasi
arus kas juga membaik.
Berbeda bagi eksportir. Melemahnya Rupiah terhadap US$ justru menguntungkan
perusahaan. Dengan penjualan yang sama dalam US$, pendapatan dalam Rupiah meningkat.
Akibatnya, ekspektasi keuntunan meningkat dan ekspektasi arus kas juga meningkat. Dan
juga sebaliknya.
Faktor diskon mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Semakin tinggi persepsi mengenai
tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi juga faktor diskon. Dampaknya, nilai perusahaan
atau harga saham semakin kecil.
Melemahnya Rupiah cenderung menyebabkan faktor diskon meningkat. Depresiasi Rupiah
terjadi karena memburuknya kondisi ekonomi, bahkan juga memburuknya kondisi politik dan
pemerintahan, keamanan, dan potensi ekonomi. Hal-hal tersebut menyebabkan hilangnya
daya tarik investasi karena investor takut. Ketakutan tersebut kemudian tercermin dalam
faktor diskon.

TINDAKAN PERUSAHAAN

Terhadap ketiga jenis risiko yang termasuk dalam risiko nilai tukar ini, perusahaan dapat
menerapkan berbagai alternative tindakan: penghindaran resiko, pengurangan risiko,
pengalihan risiko, atau penahanan risiko.
Perusahaan bisa menerapkan teknik penghindaran risiko nilai tukar dengan tidak mau
berurusan dengan valuta asing. Namun, tindakan ini tidak menarik bagi kebanyakan
pengusaha, apalagi urusan valuta asing tersebut berkaitan dengan ekspor.
Cara yang banyak diterapkan antara lain dengan menggunakan alternatif kedua, pengurangan
risiko. Perusahaan dapat mengurangi risiko secara ekstrim dengan melakukan tindakan
pengimbangan (square). Untuk menghindari risiko transaksi, perusahaan harus membuat
supaya volume dan masa jatuh tempo arus kas keluar sama persis dengan volume dan masa
jatuh tempo arus kas masuk. Tentu saja tindakan ini sangat sulit karena volume dan jatuh
tempo arus kas buka semata-mata hasil keputusan manajemen perusahaan, tetapi juga
mendapat pengaruh dari pihak luar.
Bagi yang memiliki cabang atau anak perusahaan di luar negeri, perusahaan dapat melakukan
pengurangan risiko dengan menyeimbangkan sisi asset dan kewajiban yang sensitive
terhadap nilai tukar.

Anda mungkin juga menyukai