21
=
21 1
20
= 1,05
21
Aquades 1 ml/20 g BB
1
20
=
22
=
22 1
20
= 1,1
22
Data pengamatan kelompok 1
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(21 g)
Mencit 2
(22 g)
Mencit 1
(21 g)
Mencit 2
(22 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
28 x 8 x 4 x 4 x
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal (%)
Normal Tidak
Normal
Normal Tidak
Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
Normal Turun Normal Turun
Straub (%) - 2x 2x -
Piloereksi (%) - - - -
Ptosis (%) - - - -
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming - - - -
Defekasi (%) - - 2 x 2 x
Urinasi (%) + - - ++
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) - + - +
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) + + + +
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Cepat Normal Normal Normal
Menggelantung (%) + - - -
Retablishmen (%) + + + +
Fleksi (%) + + + +
Hafner (%) - + + +
Refleks pineal (%) ++ + + +
Refleks kornea (%) - + + +
Perhitungan Dosis kafein terhadap Aktivitas Stimulan SSP
BB mencit I = 21 g BB mencit II = 22 g
Kafein 1 ml/20 g BB
1
20
=
21
=
21 1
20
= 1,05
21
Kafein 1 ml/20 g BB
1
20
=
22
=
22 1
20
= 1,1
22
Data pengamatan kelompok 2
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(21 g)
Mencit 2
(22 g)
Mencit 1
(21 g)
Mencit 2
(22 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
31 x 4 x 45 x 24 x
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal
(%)
Normal Normal Normal Tidak
Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
Normal Normal Naik Normal
Straub (%) - - - ++
Piloereksi (%) - - - -
Ptosis (%) - - - -
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming + + +++ ++
Defekasi (%) 1 x - 3 x -
Urinasi (%) + - ++ -
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) + + + +
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - +
Righting Refleks (%) + + + +
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Cepat Cepat Cepat
Menggelantung (%) + + ++ ++
Retablishmen (%) + + ++ +
Fleksi (%) + + + +
Hafner (%) + + + +
Refleks pineal (%) + + + +
Refleks kornea (%) + - + +
Perhitungan Dosis Deazepam terhdap Aktivitas Depresan SSP dgn sediaan oral
Dosis diazepam = 5 mg/ml (diencerkan 10x) 5 mg/10 ml = 0,5 mg/ml
Konversi dosis untuk mencit 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Volume untuk mencit
0,013 mg
v
x
0,26 mg
10 mL
= 0,5 ml/20 g bb mencit
Volume untuk mencit BB 24 g
0,5 ml
20 g bb
=
x
24 g bb
= 0,6
ml
24 g BB
Data pengamatan kelompok 3
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(24 g)
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(24 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
23 x 15 x 2 x 6 x
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal (%)
Normal Normal Normal Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
15 x 4 x 3 x -
Straub (%) - - - -
Piloereksi (%) - - + +
Ptosis (%) - - + +
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming + + - -
Defekasi (%) 1 x - 1 x -
Urinasi (%) - - - -
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) + + + +
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) ++ ++ ++ ++
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Normal Lebih
cepat
25%
Cepat 25%
Menggelantung (%) - - + -
Retablishmen (%) ++ ++ + +
Fleksi (%) ++ ++ + +
Hafner (%) ++ ++ + +
Refleks pineal (%) ++ ++ + -
Refleks kornea (%) ++ ++ + -
Perhitungan Dosis Deazepam terhdap Aktivitas Depresan SSP dgn sediaan oral
Diazepam dosis II = 10 mg/manusia
Dosis pada mencit : 10 mg x 0,0026 = 0,026 mg/20 g bb
Volume yang digunakan :
0,026
0,026
= 1 ml/20 g bb
Volume pada mencit 1 yaitu :
20
20
1 = 1 ml/20 g bb mencit
Volume pada mencit 2 yaitu :
25
20
1 = 1,25 ml/25 g bb mencit
Data pengamatan kelompok 4
Efek yang diamati Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(20 g)
Mencit 2
(25 g)
Mencit 1
(20 g)
Mencit 2
(25 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
20 x 23 x - -
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal
(%)
Normal Normal Tidak
Normal
Tidak
Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
Normal Normal Turun Turun
Straub (%) - - - -
Piloereksi (%) + + - -
Ptosis (%) - - - -
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming + + - -
Defekasi (%) 3 x 4 x - -
Urinasi (%) - - - -
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) - - - -
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) - - + -
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Normal Sesak Sesak
Menggelantung (%) - - + +
Retablishmen (%) ++ ++ + +
Fleksi (%) + + - -
Hafner (%) + + - -
Refleks pineal (%) + + - -
Refleks kornea (%) + + - -
Perhitungan Dosis Deazepam terhadap Aktivitas Depresan SSP dgn sediaan
intra peritorial
Dosis diazepam = 5 mg/ml (diencerkan 10x) 5 mg/10 ml = 0,5 mg/ml
Konversi dosis untuk mencit 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Volume untuk mencit
0,013 mg
v
x
0,5 mg
1 mL
= 0,03 ml/20 g bb mencit
Volume untuk mencit BB 26 g
0,03 ml
20 g bb
=
x
26 g bb
= 0,039
ml
26 g BB
Volume untuk mencit BB 25 g
0,03 ml
20 g bb
=
x
25 g bb
= 0,0375
ml
25 g BB
Data pengamatan kelompok 5
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(26 g)
Mencit 2
(25 g)
Mencit 1
(26 g)
Mencit 2
(25 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
38 x 41 x 4 x 11 x
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal
(%)
Normal Normal Tidak
Normal
Tidak
Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
Normal Normal Tidak
Normal
Tidak
Normal
Straub (%) - - - -
Piloereksi (%) - - - -
Ptosis (%) - - + +
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming - - - -
Defekasi (%) + + - -
Urinasi (%) + + + -
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) - - - -
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) + + + +
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Normal Sesak Sesak
Menggelantung (%) + + - -
Retablishmen (%) + + - -
Fleksi (%) + + + +
Hafner (%) + + - -
Refleks pineal (%) + + + +
Refleks kornea (%) + + + +
Perhitungan Dosis NaCl terhdp Aktivitas Anestetika umum dgn sediaan intavena
Pada manusia 100 mg/mL kemudian diencerkan 5 kali sehingga dosisnya
menajdi 20 mg/mL
Dosis absolute = 70 kg/bb x 0,0026 = 0,182 mg/20 g bb mencit
Dosis absolute mencit =
0,182
20
= 0,0091 mg/20 g bb mencit
dibuletin menjadi 0,01 mg/20 g bb mencit
Data pengamatan kelompok 6
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(23 g)
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(23 g)
Platform (Menjengukkan kepala
kebawah)
+ + + +
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal (%)
Normal Normal Normal Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
Normal Normal Normal Normal
Straub (%) - - - -
Piloereksi (%) + + - -
Ptosis (%) - - - -
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming - - - -
Defekasi (%) + - + +
Urinasi (%) - - - -
Salivasi (%) - - - +
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) + + + +
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) + + + +
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Normal Normal Normal
Menggelantung (%) + + +
+
+
Retablishmen (%) + + +
+
+
Fleksi (%) + + - +
Hafner (%) + + - +
Refleks pineal (%) + + + +
Refleks kornea (%) + + + +
Perhitungan Dosis ketamin terhdp Aktivitas Anestetika umum dgn sediaan
intavena
Diketahui : Dosis obat ketamin pada manusia = 100 mg/ml
Ketamine diencerkan 5 kali dosis 1 ml = 20 mg/ml
Ditanyakan : Dosis obat ketamin pada mencit?
Volume pengenceran obat ketamin?
Jawab : Dosis obat ketamin pada mencit = bb manusia faktor konversi
= 70 kg 0,0026
= 0,182 mg/20 g bb mencit
Volume pengenceran obat =
0,182 mg/20g
20 mg/ml
= 0,091 ml/ 20 g bb mencit
0,01 ml/20 g bb mencit
Perhitungan volume obat ketamin yang diberikan pada mencit
Diketahui : Volume obat ketamin pada mencit (secara i.v) =
0,01 ml/20 g bb mencit
Ditanyakan : Volume obat ketamin untuk 24 g bb mencit (secara i.v)?
Jawab : Volume obat untuk bb mencit ke-1 (24 gram) =
24
20
0,01 ml/g = 0,012 ml/g bb mencit
Volume obat untuk bb mencit ke-2 (23 gram) =
23
20
0,01 ml/g = 0,011 ml/g bb mencit
Data pengamatan kelompok 7
Efek yang diamati
Kelompok Perlakuan
Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(26 g)
Mencit 1
(24 g)
Mencit 2
(26 g)
Platform (Menjengukkan
kepala kebawah)
9 x 37 x 9 x 15 x
Sikap Tubuh Normal (%)
Tidak Normal (%)
Normal Normal Tidak
Normal
Normal
Aktivitas Motorik Naik (%)
Normal (%)
Turun (%)
Diam (%)
1 x 5 x 3 x 2x
Straub (%) - - - -
Piloereksi (%) - - - -
Ptosis (%) + + - -
Lakrimasi (%) - - - -
Grooming - - - -
Defekasi (%) + + - -
Urinasi (%) - - - -
Salivasi (%) - - - -
Vokalisasi (%) - - - -
Tremor (%) ++ ++ + +
Kejang (%) - - - -
Writhing (%) - - - -
Righting Refleks (%) + + + +
Pernafasan Cepat (%)
Normal (%)
Sesak (%)
Normal Normal Cepat Normal
Menggelantung (%) + + - +
Retablishmen (%) + + - +
Fleksi (%) + + - +
Hafner (%) + + - +
Refleks pineal (%) + + + +
Refleks kornea (%) + + - +
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilihat bagaimana suatu obat bekerja pada sistem saraf
pusat serta diamati durasi zat-zat yang diberikan kepada hewan uji yaitu mencit.
Pengamatan yang dilakukan melimuti pengamatan aktivitas stimulasi SSP dari
kafein, depresan sistem saraf pusat menggunakan obat diazepam dengan dosis
yang berbeda dan anestetika umum menggunakan obat ketamin. Setelah masing-
masing hewan coba telah diberikan obat, didiamkaan selama 30 menit dengan
tujuan supaya obatnya dapat terabsorpsi dengan baik dan memberikan hasil yang
diharapkan. Lalu, diamati waktu onset dan durasi setelah pemberian pada
mencit tiap 15 menit hingga 30 menit.
Pada pengamatan aktivitas stimulan SSP menggunakan kafein dari golongan
metilxantin dan control dengan menggunakan NaCl fisiologis. Pengamatan
aktivitas stimulan SSP bertujuan untuk mengetahui efek dan gejala konvulasi
yang ditimbulkan setelah pemberian suatu stimulansia SSP terhadap hewan coba
mencit. Sebelum dilakukan pemberian obat, dilakukan terlebih dahulu
pengamatan hewan coba meliputi bobot badan, refleks, gejala lainnya seperti
salivasi dan defekasi, dll. Sesuai dengan tebel yang telah dicantumkan. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas hewan coba memberikan respon yang
normal. Selanjutnya yaitu pemberian obat stimulan kafein secara oral pada
hewan coba dan pemberian NaCl fisiologis sebagai control. Tujuan digunakan
kafein karena kafein bisa merangsang SSP, menimbulkan diuresis, merangsang
otot jantung dan merelaksasi otot polos (terutama bronkus). Serta digunakan
NaCl fisiologis bertujuan agar cairannya mirip dengan cairan tubuh mencit. Dari
hasil praktikum yang didapatkan dilihat dari manifestasi yang terjadi yang dapat
diamati pada hewan uji antara lain meliputi peningkatan aktivitas motorik dan
rasa ingin tahu, serta tingkat agresivitas. Hasilnya menunjukkan Setelah
pemberian kaffein pada mencit diperoleh aktivitas mencit meningkat.
Neourotranmitter yang bekerja pada stimulasi SSP yaitu NT perangsangan yang
bekerja menurunkan potensial membran neuron pasca sinaptik sehingga suatu
impuls baru dapat dibangkitkan melintasi sinpas. Karena obat-obat sistem saraf
pusat dapat memprofokasi kuat terjadinya peningkatan neurotransmitter
perangsangan. Dan menstimulasi keluarnya norefinefrin dan dapat menghambat
katabolisme NT tersebut. Dua fenomena tersebut akan meningkatkan kadar
neurotransmitter norefinefrin, akibatnya terjadi peningkatan penghantaran
impuls elektrik pada neuron-neuron di SSP.
Pada pengamatan aktivitas depresan SSP dari diazepam. Obat depresan sistem
saraf pusat adalah obat yang dapat mendepres atau menurunkan aktifitas SSP.
Obat ini bekerja menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan
pernapasan. Pada pengamatan aktivitas depresan sistem saraf pusat yang
bertujuan untuk mengetahui efek dan gejala konvulasi yang ditimbulkan setelah
pemberian suatu depresan SSP terhadap hewan coba mencit. Obat yang
digunakan adalah diazepam dengan dosis yang berbeda dan rute pemberian yang
berbeda, yang dilakukan adalah rute pemberian secara oral dan secara
intraperitonial. Diazepam menghambat pelepasan asetilkolin dalam
synaptosomes hippocampus tikus. Diazepam berikatan dengan afinitas tinggi
untuk sel-sel glial dalam kultur sel hewan. Dan diazepam juga menuruk
prolaktin rilis di tikus. Diazepam merupakan golongan dari benzodiazepin yang
mengikat ke subunit tertentu pada GABA. Reseptor adalah saluran inhibisi yang,
ketika diaktidkan, menurun aktivitas neuronal. Sebelum dilakukan pemberian
obat, dilakukan terlebih dahulu pengamatan hewan coba meliputi bobot badan,
refleks, gejala lainnya seperti salivasi dan defekasi, dll. Sesuai dengan tebel yang
telah dicantumkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas hewan coba
memberikan respon yang normal. Selanjutnya yaitu pemberian obat depresan
pada hewan coba dengan dosis yang berbeda. Dan rute pemberian obat depresan
secara oral dan secara intraperitonial pada hewan coba. Dari hasil praktikum
yang didapatkan dilihat dari manifestasi yang terjadi yang dapat diamati pada
hewan uji antara lain meliputi penurunan aktivitas motorik dan rasa ingin tahu,
serta timbul efek sedasi bahkan hipnotik seiring dengan peningkatan dosis.
Hasilnya menunjukkan Setelah pemberian diazepam, neourotranmitter yang
bekerja pada depresan SSP yaitu NT penghambatan yang bekerja menghambat
penghantaran impuls pada sinaps. Karena obat-obat depresan sistem saraf pusat
terlibat dalam pelepasan NT penghambatan dan berperan dalam meningkatkan
pelepasan GABA. GABA menghambat penghantaran impuls pada sinaps di SSP.
Pada mencit dilakukan pemberian dosis deazepam secara oral diperoleh aktivitas
mencit menurun dan secara intraperitonial diperoleh aktivitas mencit menurun.
Dengan rute pemberian obat secara oral mengalami efek dari obat yang
diberikan lebih lama dibandingkan dengan rute intraperitonial karena absorbsi
obat dengan pemberian secara peritoneal lebih cepat ini disebabkan penyuntikan
dilakukan pada rongga perut sebelah kanan bawah, yaitu di antara kandung
kemih dan hati akan memberikan efek yang cepat karena pada daerah tersebut
banyak terdapat pembuluh darah.
Pada percobaan pengamatan aktivitas anestetika umum dari ketamin. Obat
anestetika umum sistem saraf pusat adalah obat yang dapat mendepres atau
menurunkan aktifitas SSP serta dapat menghilangkan kesadaran umum.
dibedakan menjadi anastetik inhalasi yaitu anastetik gas (anastetik Inhalasi) dan
anestetik parental (anastetik Intravena). Mekanisme kerja Anestetika umum pada
target menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf pada neuron sensori perifer,
spinal cordata, brainstem, dan korteks cerebral dan menghambat aktivitas
elektrik di SSP. Mekanisme selular anestetika umum menyebabkan
hiperpolarisasi neuron, mengganggu transmisi sinaptik, menghambat eksitasi
sinaps dan menimbulkan inhibisi sinaps, dan menghambat pelepasan
neurotransmitter eksitatori. Mekanisme molekular anestetika umum
menyebabkan Ligand-gated Ion channel merupakan target kerja anestesi,
reseptor GABA yang berada pada gerbang saluran klorida sensitif terhadap
anestetika Sehingga menyebabkan neurotransmisi inhibitori dan menekan
aktivitas saraf.
Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan adalah anastetik
parental yang dilakukan dengan pemberian obat pada intra vena ekor mencit.
Efek anastetik pada mencit dapat dideteksi dengan touch respon, yaitu dengan
menyentuh leher mencit dengan suatu benda misalnya pensil. Jika mencit tidak
bereaksi maka mencit terpengaruh oleh anastetik Obat ini bekerja menekan pusat
kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernapasan. Anestesi umum adalah
cara anastesi, dimana rasa sakit hilang disertai dengan hilangnya kesadaran.
Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan
pingsan , merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks
terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).
Anastesi ini terdiri atas injeksi, dimana obat yang disuntikan (diinjeksikan)
kedalam tubuh dan masuk kedalam peredaran darah yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pembuluh darah, sehingga obat tersebut menghambat
masuknya ion Na
+
dan menghambat keluarnya ion K
+
. Mekanisme kerja anastesi
umum ada 3 yaitu : Mempengaruhi kerja GABA. Terdapat enzim NMDH (n-
metil-d-asparthat) yang merupakan reseptor dari glutamat yang dapat membuka
kanal Na+. Kemudian Menghambat masuknya ion Na
+
. Apabila ion Na
+
yang
bermuatan positif (+) masuk kedalam intrasel yang sebagian besar bermuatan
positif (+), maka akan menyebabkan ion K
+
yang berada pada intrasel keluar dan
terjadi depolarisasi. Dengan adanya penghambatan terhadap ion Na
+
, maka tidak
terjadi adanya penghantaraan implus kesaraf pusat. Dan Menghambat keluarnya
ion K
+
. Di dalam intrasel sebagian besar bermuatan positif (+). Apabila ion Na
+
masuk kedalam intrasel menyebabkan ion K
+
keluar dan akan mengganti muatan
positif yang berada di intrasel menjadi muatan negatif. Hal ini mengakibatkan
terjadinya penghantaran implus ke saraf pusat. Oleh karena itu ion K
+
dihambat
agar tidak keluar dari intrasel.
Pada praktikum yang didapatkan dari anestetik umum saraf pusat yang bertujuan
untuk mengetahui efek dan gejala konvulasi yang ditimbulkan setelah pemberian
suatu anestesi umum SSP terhadap hewan coba mencit. Obat yang digunakan
adalah ketamin. Sebelum dilakukan pemberian obat, dilakukan terlebih dahulu
pengamatan hewan coba meliputi bobot badan, refleks, gejala lainnya seperti
salivasi dan defekasi, dll. Sesuai dengan tebel yang telah dicantumkan. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas hewan coba memberikan respon yang
sedikit kurang normal. Ketamine membertikan efek seperti mempunyai aktivitas
simpatomimetik tidak langsung, menginduksi dilatasi (pupil, salivasi, lakrimasi,
pergerakan tungkai, dan peningkatan tonus otot), meningkatkan aliran darah
cerebral, meningkatkan tekanan intraocular, meningkatkan tekanan darah, heart
rate, dan cardiac output (karena menghambat reuptake katekolamin), paling
ringan dalam efek depresi pernafasan, merupakan bronkodilator yang potent
karena efek simpatomimetik, cocok bagi pasien yang beresiko bronkospasmus.
Pemberian obat anestesi umum ketamin secara injeksi intravena pada hewan
coba. Dari hasil praktikum yang didapatkan dilihat dari manifestasi yang terjadi
yang dapat diamati pada hewan uji antara lain meliputi penurunan aktivitas
motorik dan rasa ingin tahu, serta serta timbul efek sedasi bahkan hipnotik
seiring dengan peningkatan dosis. Hasilnya menunjukkan Setelah pemberian
ketamin secara intravena. Setelah pemberian ketamin pada mencit diperoleh
aktivitas mencit menurun. Neourotranmitter yang bekerja pada anestesi umum
SSP yaitu NT penghambatan yang bekerja menghambat penghantaran impuls
pada sinaps.
VII. Kesimpulan
1. Pengujian aktivitas stimulan ssp pada mencit dengan kafein secara oral
menghasilkan efek stimulan yang meningkat dilihat dari aktivitas motoric dan
keinginan tau mencit yang meningkat
2. Pengujian aktivitas depresan ssp pada mencit yang dapat menimbulkan efek
Sedatif berdasarkan perubahan dosis dan rute pemberian dengan
menggunakan obat golongan dari Benzodiazepin yaitu Deazepam.
Menghasilkan menurunnya aktivitas motoric dan keinginan tau yang
menurun. Serta pemberian secara peritoneal lebih cepat dari pada oral ini
dikarenakan obat secara peritonial lansung diabsorbsi oleh pembuluh darah
pada bagian rongga perut
3. Pengujian aktivitas anestetika umum pada mencit dengan menggunakan obat
Ketamine yang menyebabkan depresi umum yang bersifat reversibel
Daftar Pustaka
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi, pendekatan proses
keperawatan : EGC, Jakarta.
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI (Data Obat Di Indonesia). Jakarta
: PT. Grafindian Jaya.
Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta :Salemba
Medika.
Handoko, Tony.et.al. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Gaya
Baru
Stringer, Janet L, 2008. Konsep-konsep dasar farmakologi edisi 3. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I
PERCOBAAN III
OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT
(STIMULAN SSP, DEPRESAN SSP, DAN ANESTETIKA UMUM)
Tanggal Praktikum : 29 September 2014
Tanggal Laporan : 06 Oktober 2014
Kelompok/Shift : 5/A
Anggota Kelompok :
Sarah Siva Mariam 10060312017
Wendy Wijaya 10060312018
Gina Trihandayani 10060312020
Yuli Ernawati 10060312021
Marsha Budi Clarasati 10060312022
Nama Asisten :
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014