Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kelainan kaki muncul sebagai deformitas yang mungkin akibat
cacat congenital, ketidakseimbangan otot, kelemahan ligamen, atau
ketidakstabilan sendi. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) yang uga
dikenal sebagai !club"foot# adalah suatu gangguan perkembangan pada
ekstremitas inferior yang sering ditemui pada anak"anak, tetapi masih arang
dipelaari. $stilah club"foot umum digunakan untuk menggambarkan deformitas
umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal
%&
. 'eformitas CTEV
meliputi fleksi dari pergelangan kaki, in(ersi dari tungkai, adduksi dari kaki
depan, dan rotasi media dari tibia. )angguan ini teradi pada perkembangan
ekstremitas inferior, terutama pada tulang calcaneus, talus, dan na(iculare.
CTEV dimasukkan dalam terminologi *sindromik+ bila kasus ini
ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari
sindrom genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik
lain, dan sering disebut sebagai CTEV *idiopatik+. CTEV sindromik sering
menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifida
maupun spinal muskular atrofi. Tetapi bentuk yang paling sering ditemui
adalah CTEV *idiopatik+, dimana pada bentuk yang kedua ini ekstremitas
superior dalam keadaan normal.
$nsidensi teradinya club"foot pada bayi baru lahir adalah %,%---
kelahiran hidup. .enyebab utama adalah spora dimana perbandingan laki"laki
lebih besar daripada /anita. 0ima puluh persen kasus teradi secara bilateral,
apabila unilateral lebih banyak teradi pada kaki kanan.
Club"foot ditemukan pada hieroglif 1esir dan dielaskan oleh 2ipokrates
pada &-- 31. 2ipokrates menyarankan pera/atan dengan cara memanipulasi
kaki dengan lembut untuk kemudian dipasang perban. 3ampai saat ini,
pera/atan modern uga masih mengandalkan manipulasi dan immobilisasi.
1anipulasi dan immobilisasi secara serial yang dilakukan secara hati"hati
diikuti pemasangan gips adalah metode pera/atan modern non operatif.
4emungkinan mekanisme mobilisasi yang saat ini paling efektif adalah metode
.onseti, dimana penggunaan metode ini dapat mengurangi perlunya dilakukan
operasi. 5alaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi
operatif
%&
.
B. Tujuan Penulisan
%. 6ntuk mengetahui pengertian, epidemiologi, dan etiologi dari CTEV.
7. 6ntuk mengetahui klasifikasi, patofisiologi, dan manifestasi klinis dari
CTEV.
8. 6ntuk mengetahui gambaran radiologis, tatalaksana, diagnosis banding,
komplikasi, dan prognosis dari CTEV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Congenital talipes equino(arus (CTEV) atau sering disebut
congenital club foot (kaki gada) adalah suatu kelainan kongenital bentuk
kaki dan pergelangan kaki yang berupa equinus (plantar fleksi), (arus
(in(ersi) dan adduksi. 4ata !talipes# sendiri berasal dari bahasa 0atin yang
terdiri dari kata !talus# yang berarti !kaki# dan !pes# yang berarti
!pergelangan kaki#. 4ata !equinus# atau horse foot menggambarkan posisi
ari"ari kaki lebih rendah daripada tumit karena tumit terangkat keatas,
sedangkan !(arus# berarti kaki memutar ke dalam dimana bagian distal
ekstremitas terputar menuu garis tengah tubuh
%, 7
.
B. Anatomi Kaki
.ada kehidupan sehari"hari, fungsi kaki digambarkan dengan
bermacam"macam pandangan, antara lain (%) sebagai basis tumpuan, (7)
sebagai peredam guncangan, (8) sebagai penyesuai gerak dan (&) sebagai
pengungkit yang rigid untuk stabilisasi. 4esemua itu berhubungan dengan
gait.
.engenalan anatomi yang benar sangat penting dalam pengelolaan
penderita CTEV. 'asar pengetahuan yang kurang ustru akan menambah
kerusakan organ dan memperberat deformitas yang ada. 9leh karena itu
para fisiatris perlu menguasai struktur dan fungsi kaki.

%. 3truktur Tulang
4aki adalah suatu kesatuan unit yang kompleks dan terdiri dari 7:
buah tulang yang dapat menyangga berat badan secara penuh saat berdiri
dan mampu memindahkan tubuh pada semua keadaan tempat berpiak. 4e"
7: tulang itu terdiri dari, %& falang, ; metatarsal dan < tarsal. 4aki dapat
dibagi menadi 8 segmen fungsional.
a. 2indfoot (segmen posterior)
Bagian ini terletak langsung diba/ah os tibia dan berfungsi sebagai
penyangganya. Terdiri dari,
= Talus yang terletak di apeks kaki dan merupakan bagian dari sendi
pergelangan kaki
= Calcaneus yang terletak dibagian belakang dan kontak dengan
tanah
b. 1idfoot (segmen tengah)
Terdiri dari ; tulang tarsal yaitu,
= 8 cuneiforme, medial, intermedium dan lateral
= Cuboid
= >a(ikulare
4e"; tulang tersebut membentuk persegi empat ireguler dengan
dasar medial dan apeks lateral. 8 cuneiforme dan bagian anterior cuboid
serta na(iculare dan bagian belakang tulang cuboid membentuk suatu
garis.
c. ?orefoot (segmen anterior)
Bagian ini terdiri dari,
= ; metatarsal, $, $$, $$$, $V, V
= %& falang. 'imana ibu ari kaki mempunyai 7 falang sedangkan
setiap ari lainnya 8 falang
)ambar %. @natomi kaki
%7
7. 3truktur .ersendian dan 0igamen
. E!i"emiologi
$nsidens talipes ekuino(arus kongenital adalah dua dari setiap %---
kelainan hidup. 0ebih sering ditemukan pada bayi laki"laki dari pada
peremupuan (7,%). Tiga puluh persen bersifat bilateral
:
.
.ada tahun %A<%, Sharrard menyatakan bah/a congenital talipes
equino(arus (CTEV) merupakan abnormalitas kongenital pada kaki yang
paling sering diumpai. 1enurut Wynne-Davies, %A:&, insiden di negara
@merika 3erikat dan $nggris adalah % kasus dalam %--- kelahiran hidup,
dengan perbandingan laki"laki,perempuan 7,%. $nsiden akan meningkat 7,A
B bila saudara kandung menderita CTEV. $nsiden pada kaukasia adalah
%,%7C 9riental, -,;<C sedangkan yang tertinggi adalah pada suku 1aori,
yaitu :,;"< per %--- kelahiran. 2al ini menunukkan bah/a ras uga
mempunyai efek terhadap resiko CTEV
;
.
D. Etiologi
Etiologi sesungguhnya dari CTEV masih belum diketahui.
3ebagian besar anak yang menderita CTEV tidak memiliki kesamaan
dalam hal genetik, sindrom, atau kausa ekstrinsik.
.ada beberapa kelainan adanya kelainan perkembangan defek fetal
dimana teradi ketidak seimbangan otot in(ertor dan e(ertor
:
.
Berbagai macam teori tentang etiologi, antara lain,
%. 1ekanik
Teori ini merupakan teori tertua yang dikemukakan oleh Hippocrates
yang menyatakan bah/a posisi equino(arus kaki fetus disebabkan oleh
tekanan mekanik eksternal. Teori ini diperkuat oleh obser(asi bah/a
insiden CTEV tidak meningkat pada kondisi lingkungan prenatal yang
cenderung membuat uterus terlalu penuh, seperti kembar, anin besar,
primipara, hydramnion dan oligohidramnion. Teori ini bertentangan
dengan teori kedua tentang faktor lingkungan intrauterin berikut ini.
7. En(ironmental
Browne (%A8:) menyatakan teori peningkatan tekanan intrauterin
yang menyebabkan imobilisasi ekstremitas sehingga menyebabkan
deformitas. Teori lain adalah perubahan ukuran uterus atau karena
bentuk, seperti misalnya terdapat lekukan pada kon(eksitas uterus
dan oligohydramnion.
4arena obat"obatan, seperti yang sering ditemukan pada
!thalidomide baby#
8. 2erediter
Wynne-Davies (%A:&) meneliti lebih dari %-- penderita dan
generasi pertamanya. 'idapatkan hasil bah/a deformitas
tersebut teradi pada 7,AB saudara kandung. 3edangkan pada
populasi umum terdapat % , %--- kelahiran.
Idelberger meneliti pada anak kembar dan mendapatkan angka
87,;B penderita CTEV pada kembar monoDygotik dan 7,AB
pada diDygotik. @ngka terakhir sama seperti insiden pada
saudara kandung bukan kembar.
&. $diopatik
Bhm menyatakan teori terhambatnya perkembangan embrio. 4aki
embrio normal saat usia ; minggu kehamilan dalam posisi
equino(arus, ika teradi terhambatnya perkembangan kaki pada salah
satu fase fisiologis dalam kehidupan embrio, maka deformitas ini akan
persisten hingga kelahiran.
Terdapat & fase dalam e(olusi kaki manusia saat pertengahan
kehidupan prenatal, yaitu,
E ?ase $ (Bulan ke"7), bentuk kaki dalam posisi equinus berat
(plantarfleksi
F A-G). 'an adduksi hind dan forefoot yang berat.
E ?ase $$ (@/al bulan ke"8), kaki berotasi ke posisi
supinasi, tetapi tetap
plantarfleksi A-G, adduksi metatarsal.
E ?ase $$$ (.ertengahan bulan ke"8), $nklinasi equinus
berkurang menadi
deraat ringan, posisi supinasi dan (arus metatarsal tetap.
E ?ase $V (@/al bulan ke"&), 4aki dalam posisi
midsupinasi dan (arus
metatarsal yang ringan. .ada fase ini, secara bertahap,
bidang kaki dan
tungkai ba/ah mulai tampak dalam posisi seperti kaki
de/asa.
;. 'efek neuromuskular dan tulang prenatal
)angguan anatomik intrisik pada sendi talocalcaneus dan pada
iner(asi m. peroneus karena perubahan segmental medula spinalis.
'isplasia tulang primer dan defek kartilago pada embrio ;":
minggu.
'efek benih plasma primer
$nsersi tendon yang abnormal dan displasia m. peroneus
;
.
E. Patofisiologi
Teori patofisiologis CTEV diantaranya sebagai berikut,
Terhambatnya perkembangan anin pada fase fibula
'efek anlage kartilago talus
?actor neurogenic, abnormalitas histokimia telah ditemukan pada
kelompok otot posteromedial dan peroneus pada pasien CTEV. $ni
disimpulkan berdasarkan perubahan iner(asi pada kehidupan
intrauterus secara sekunder terhadap penyakit neurologis, seperti
stroke yang menyebabkan hemiparesis ringan atau paraparesis. 2al
ini lebih lanut didukung oleh terdapatnya deformitas (arus dan
equino(arus pada spina bifida.
?ibrosis retraksi (atau miofibrosis) secara sekunder terhadap
peningkatan aringan fibrotic pada otot dan ligament. .ada
penelitian terhadap anin dan cada(er, .onseti uga menemukan
kolagen pada seluruh struktur ligament dan tendon. (kecuali tendon
@chilles) dan kolagen ini tersusun longgar dan dapat diregangkan.
'i sisi lain, tendon @chilles, terdiri dari kolagen yang tersusun
rapat dan tidak dapat dilonggarkan. Himny et al menemukan
mioblas di fasia medial pada mikroskop electron dan
menyimpulkan bah/a hal ini menyebabkan kontraktur medial.
@nomali insersi tendon, $nclan menyatakan bah/a anomali insersi
tendon mengakibatkan CTEV. 1eskipun demikian, penelitian
lainnya tidak mendukung pernyataan ini. 0ebih mungkin bah/a
anatomi CTEV yang terdistorsi menyebabkan seolah"olah terdapat
anomaly insersi tendon.
Variasi musiman, Iobertson mencatat bah/a terdapat (ariasi
musiman sebagai factor penyebab pada penelitian
epidemiologisnya di >egara berkembang. $ni berkaitan dengan
(ariasi seenis pada keadian poliomyelitis pada anak"anak di
>egara berkembang. CTEV uga diperkirakan sebagai sekuel dari
kondisi mirip"polio prenatal. Teori ini lebih lanut didukung oleh
terdapatnya perubahan neuron motoric pada cabang anterior di
medulla spinalis anak yang menderita penyakit tersebut
8
.
#. Patologi
'itemukan adanya kaki dalam keadaan posisi adduksi dan in(ersi
pada sendi subtalar, midtarsal dan sendi"sendi tarsal depan. Terdapat
ekuinus atau fleksi plantar pada tumit. Juga pada kebanyakan kasus terlihat
adanya pengecilan dari otot"otot betis dan peroneal.
'eformitas bentuk kaki dikarakterisasi dengan komponen"
komponen anatomis sebagai berikut,
<, K, A
@dduksi midtarsal
$n(ersi pada sendi subtalar ((arus)
.lantarfleksi sendi talocruralis (equinus)
4ontraksi aringan di sisi medial kaki
Tendo @chilles memendek
)astrocnemius kontraktur dan kurang berkembang
9tot"otot e(ertor sisi lateral tungkai ba/ah kurang berkembang
)ambar &. .erubahan patologis CTEV
%7
4ombinasi deformitas equinus pergelangan kaki dan sendi subtalar,
in(ersi hindfoot dan adduksi mid"forefoot disebabkan oleh displacement
dari sisi medial dan plantar serta rotasi medial sendi talocalcaneona(icular
Schlicht (%A:8) melaporkan suatu penelitian CTEV yang
dilakukannya pada bayi"bayi yang lahir mati atau mati segera sesudah
lahir. 'ilakukan diseksi kaki, yang semuanya menunukkan deformitas
dengan deraat yang berat. 'ia menyatakan bah/a tulang"tulang
mengalami distorsi, khususnya talus, calcaneus, na(icularis, cuboid dan
metatarsal, tetapi yang paling parah adalah talus. Tidak hanya teradi
malformasi tulang, tetapi aringan"aringan lain yang berhubungan
dengannya uga mengalami distorsi. .ada semua kaki yang didiseksinya,
talus memperlihatkan distorsi facet pada permukaan superior, oleh karena
itu tidak pas masuk dalam lekukan tibia"fibula. $nilah penyebab terpenting
persistensi deformitas equinus.
Talus dan calcaneus pada kaki deformitas berat sering lebih kecil
daripada normal, sehingga kakipun terlihat lebih kecil. Bentuk kon(eks
pada sisi lateral kaki disebabkan bukan saa oleh tarikan otot sisi medial
kaki dan tungkai ba/ah yang kontraktur, tetapi uga karena subluksasi
sendi calcaneocuboid, ligamen dan kapsul yang teregang.
Jaringan lunak uga ambil bagian dalam deformitas ini dan
menyebabkan posisi equinus dan (arus dipertahankan karena ketegangan
pada aringan ini. .osisi equinus disebabkan oleh kontraktur dari otot"otot
sebagai berikut,
)astrocnemius
3oleus
Tibialis posterior
?leksor hallucis longus
?leksor digitorum
longus
3edangkan posisi (arus disebabkan oleh kontraktur pada otot"otot
sebagai berikut,
Tibialis anterior dan
posterior
?leksor hallucis longus
?leksor digitorum
longus
0igamentum deltoid
9tot"otot kecil sisi
medial kaki
$. Klasifikasi
Beberapa enis klasifikasi yang dapat ditemukan antara lain ,
%&
%. Typical Clubfoot
$ni merupakan enis clubfoot yang klasik, pada penderita hanya kaki
pengkor saa yang sering ditemukan. 6mumnya dapat dikoreksi dengan
lima casting dan manaemen dari ponseti, dan hasil angka panangnya
baik dan sempurna. Lang dimasukkan enis clubfoot ini diantaranya,
a. .ositional clubfoot sangat arang ditemukan, sangat fleksibel dan
diduga akibat epitan intrauterine. .ada umumnya koreksi dapat
dicapai dengan satu atau dua kali pengegipan.
b. 'eleyed treated clubfoot ditemukan pada anak berusia : bulan atau
lebih.
c. Iecurrent typicalclubfoot dapat teradi baik pada kasus yang
a/alnya ditangani dengan metode ponseti maupun dengan metode
lain. Ielaps lebih arang teradi dengan metode ponseti dan
umumnya diakibatkan pelepasan brace yang terlalu dini. Iekurensi
supinasi dan equines paling sering teradi. @/alnya bersifat
dinamik namun dengan beralannya /aktu menadi fiMed.
d. @lternati(ely treated typical clubfoot termasuk kaki pengkor yang
ditangani secara operatif atau pengegipan dengan metode non"
ponseti.
7. @typical Clubfoot
Clubfoot enis ini biasanya diartikan sebagai penyakit lain. 'engan
manaemen ponseti, masalah yang timbul biasanya sulit dikoreksi. Lang
dimasukkan dalam katagori ini antara lain ,
a. Iigit atau resistant atypical clubfoot, dapat kurus atau gemuk.
4asus dengan kaki yang gemuk lebih sulit ditangani. 4aki tersebut
umumnya kaku, pendek, gemuk dengan lekukan kulit yang dalam
pada telapak kaki dan dibagian belakang pergelangan kaki, terdapat
pemendekan metatarsal pertama dengan hiperekstensi sendi
metatarsophalangeal. 'eformitas ini teradi pada bayi yang
menderita kaki pengkor saa tanpa disertai kelainan yang lain.
b. 3yndromic clubfoot selain kaki pengkor ditemukan uga kelainan
kongenita lain. Jadi kaki pengkor merupakan bagian dari suatu
sindroma. 1etode ponseti tetap merupakan standar penaganan,
tetapi mungkin lebih sulit dengan hasil kurang dapat diramalkan.
2asil akhir penanganan lebih ditentukan oleh kondisi yang
mendasarinya dari pada kaki pengkor nya sendiri.
c. Tetralogic clubfoot, seperti pada congenital tarsal synchondrosis
d. >eurogenic clubfoot, berhubungan dengan kelainan neurologi
seperti meningomyelocale.
e. @cquired clubfoot,seperti pada streeter dysplasia.
H. %anifestasi Klinis
4elainan ini bisa bersifat bilateral atau unilateral. 4elainan yang
ditemukan berupa,
$n(ersi pada kaki depan
@dduksi atau de(iasi interna dari kaki depan terhadap kaki belakang
Ekuinus atau plantar fleksi
.engecilan dari otot"otot betis dan peroneal
4aki tidak dapat digerakkan secara pasif pada batas e(ersi dan
dorsofleksi normal
:
.
'eformitas biasanya terlihat nyata pada /aktu lahir, kaki terputar
dan terbelit sehingga tapak kaki menghadap posteromedial. 0ebih tepatnya
pergelangan kaki dalam equinus, tumit terin(ersi dan kaki depan
mengalami adduksi dan supinasiC kadang"kadang uga terdapat ka(us.
Talus dapat menonol keluar pada permukaan dorsolateral kaki. Tumit
biasanya kecil dan tinggi, dan betis mungkin kurus.
.ergelangan kaki dalam posisi equinus, kaki supinasi ((arus) dan
adduksi. Bayi normal umumnya dapat di dorsifleksi"kan dan e(ersi,
sehingga kaki dapat menyentuh tibia anterior. 'orsifleksi lebih A-G tidak
dapat dilakukan pada kaki normal
8
.
>a(ikular tergeser secara medial, begitu uga dengan kuboid.
Terdapat kontraktur aringan lunak plantar medial. Tidak hanya calcaneus
yang berada pada posisi equinus, tapi uga aspek anterior terotasi secara
medial dan posterior aspek terotasi secara lateral.
Tumit kecil dan kosong. Tumit terasa lunak ketika disentuh (seperti
perabaan pipi). 3eiring dengan beralannya pengobatan, tumit akan terasa
makin berisi dan makin terasa keras (seperti perabaan hidung dan dagu).
0eher talus dapat teraba dengan mudah pada sinus tarsal karena ia
terbuka secara lateral. >ormalnya, ini tertutup oleh na(icular, dan badan
talus berada dalam lubang. 1alleolus medial sulit untuk diraba dan sering
berkontak dengan na(icular. $nter(al malleolus"na(icular normal tidak
dapat diukur.
4aki belakang supinasi, tetapi kaki sering berada pada posisi
pronasi relatif terhadap kaki belakang. 3inar pertama sering atuh untuk
menmberi kesan posisi ka(us. 1etode ponseti berupa tatalaksana CTEV
tertutup dengan manipulasi dan gips menggambarkan ele(asi metatarsal
pertama sebagai langkah a/al, meskipun itu berarti sering teradi
eksaserbasi supinasi kaki
8
.
H. Pemeriksaan Penunjang
%. ?oto .olos
1etode e(aluasi radiologis yang standar digunakan adalah foto
polos. .emeriksaan harus mencakup gambaran tumpuan berat karena
stress yang terlibat dapat teradi berulang"ulang. .ada infant, tumpuan
berat dapat disimulasikan dengan pemberian stress dorsal fleMi.
&
)ambaran radiologi normal kaki dan pergelangan kaki, pada
gambar di ba/ah,
)ambar ;. )ambaran @. pergelangan kaki
%%
)ambar :. )ambaran
lateraral pergelangan kaki
%%
)ambaran standar yang digunakan adalah gambaran dorsoplantar
('.) dan lateral. 6ntuk gambaran dorsoplantar, sinar diarahkan dengan
sudut %;
-
terhadap tumit untuk mencegah overlap dengan struktur tungkai
ba/ah. )ambaran lateral harus mencakup pergelangan kaki, dan bukan
kaki, untuk penggambaran yang lebih tepat dari talus
&
.
?oto polos mempunyai kerugian yaitu tereksposnya pasien
terhadap radiasi. 'itambah lagi, pengaturan posisi yang tepat uga akan
sulit dilakukan. .emosisian yang tidak tepat dapat menghasilkan gambaran
seperti deformitas. 0ebih auh lagi, karena CTEV adalah kondisi
kongenital, kurangnya osifikasi pada beberapa tulang yang terlibat
merupakan salah satu keterbatasan lainnya. .ada neonates, hanya talus dan
calcaneus yang terosifikasi. >a(ikular tidak terosifikasi sampai anak
berusia 7"8 tahun.
1etode imaging lainnya tidak dilakukan secara rutin pada
pemeriksaan CTEV.
Tiga komponen utama dari deformitas ini ditemukan pada
radiograf dan dapat diukur secara berulang. 'engan pemosisian dan
eksposur yang tepat, pengukuran abnormalitas keseaaran pada foto polos
dapat dipercaya. Tidak ada imaging konfirmasi yang rutin dilakukan.
.osisi oblique tumit pada gambaran dorsoplantar ('.) dapat
mensimulasikan (arus kaki belakang. Bila gambaran lateral hanya meliputi
salah satu kaki dan tidak termasuk pergelangan kaki, maka akan terlihat
gambaran palsu dari lengkungan talus yang mendatar.
Equinus kaki belakang adalah plantar fleksi dari calcaneus anterior
(mirip kuku kuda) di mana sudut antara aMis panang tibia dan aMis panang
calcaneus (sudut tibiocalcaneal) lebih besar dari A-
-
.
)ambar <. )ambaran lateral talipes equino(arus menunukkan ele(asi
sudut tibiocalcaneal yang abnormal. 3udut yang normal adalah :-"A-
-
.
.ada (arus kaki belakang, talus diperkirakan terfiksasi secara
relatif terhadap tibia. Calcaneus berputar mengitari talus menuu posisi
(arus (kearah garis tengah). .ada gambaran lateral, sudut antara aMis
paang talus dan aMis panang calcaneus (sudut talocalcaneal) kurang dari
7;
-
, dan kedua tulang tersebut lebih paralel dibandingkan kondisi normal.
)ambar K. )ambaran lateral normal menunukkan pengukuran
sudut talocalcaneal. @Mis panang calcaneal ditarik sepanang permukaan
plantar. Ientang normalnya adalah 7;"&;
-
. .erhatikan o(erlap normal
metatarsal pada gambaran lateral.
)ambar A. )ambaran lateral CTEV menunukkan talus dan calcaneus yang
hampir parallel, dengan sudut talocalcaneal kurang dari 7;
-
.
.ada gambaran '., sudut talocalcaneus kurang dari %;G, dan dua tulang
terlihat lebih tumpang tindih daripada pada kaki normal. 3elain itu, aksis
longitudinal yang melalui pertengahan talus (garis midtalar) melintas secara
lateral ke arah dasar metatarsal pertama, karena garis depan terde(iasi secara
medial (lihat gambar diba/ah)
)ambar %-. .royeksi dorsoplantar dari kaki normal menunukkan bah/a garis
yang melalui aksis panang talus melintasi secara medial ke arah dasar metatarsal
pertama. 6kuran sudut talokalkaneus dapat terlihat. 6kuran normalnya yaitu %;G"
&-G.
)ambar %%. )ambaran 'orsoplantar dari pasien dengan CTEV unilateral
menunukkan bah/a talus dan kalkaneus lebih tumpang tindih (overlapping)
daripada kaki normal. 3udut talocalcanues %;G atau kurang. .erhatikan bah/a
garis yang melalui aksis panang dari talus melintas secara lateral ke metatarsal
pertama karena posisi (arus dari kaki depan.
Varus kaki depan dan supinasi meningkatkan kon(ergensi dari basis
metatarsal pada gambaran '., ika dibandingkan dengan sedikit kon(ergensi pada
kaki normal (lihat gambar di ba/ah)
)ambar %7. )ambaran 'orsoplantar dari talipes equino(arus menunukkan
bah/a kon(ergensi dari basis metatarsal secara abnormal meningkat ika
dibandingkan dengan kon(ergensi normal.
.ada gambaran lateral, CTEV tidak memiliki gambaran tumpang tindih
yang normal. (lihat gambar di ba/ah).
)ambar %8. )ambaran lateral menunukkan konfigurasi seperti tangga
(ladderlike) dari metatarsal pada (arus kaki depan pada CTEV.
Tabel %.
Tabel berikut memuat rangkuman dari ukuran dari kaki normal dan CTEV
Ukuran Kaki normal TE&
3udut
Tibiocalcaneal
:-"A-N pada gambaran
lateral
OA-N ( equinus kaki belakang ) pada
gambaran lateral
3udut
Talocalcaneal
7;"&;N pada gambaran
lateral, %;"&-N pada
gambaran '.
P 7;N ((arus kaki belakang) pada
gambaran lateral, P %;N ((arus kaki
belakang) pada gambaran '.
4on(ergensi
1etatarsal
3edikit pada gambaran
lateral, sedikit pada
gambaran '.
Tidak ada (supinasi kaki depan) pada
gambaran lateral, peningkatan (supinasi
kaki depan) pada gambaran '.
.ada CTEV yang tidak dikoreksi hingga tuntas atau pada CTEV rekuren,
terdapat abnormalitas yang khas. 3udut kalkaneus normal pada gambaran '.
(lihat gambar di ba/ah) tapi keseaaran (paralelisasi) menetap pada gambaran
lateral.
)ambar %&. )ambaran CTEV yang didapat setelah perbaikan menunukkan
perubahan sudut talokalkaneus normal pada gambaran dorsoplantar. )aris di
sepanang aksis panang talus sekarang melintas secara medial ke metatarsal
pertamaC temuan ini mengindikasikan o(erkoreksi dari (arus kaki depan.
.endataran lengkungan talus uga menetap pada gambaran ini
)ambar %;. )ambaran lateral CTEV menunukkan paralelisme dari talus dan
kalkaneus. .erhatikan pendataran lengkungan talus pada gambaran lateral dari
pergelangan kaki.
4a(um lengkungan plantar mungkin terlihat, terutama ika tidak dilakukan
pemotongan plantar. 3elain itu, reaksi periosteum, sclerosis atau fraktur lateral
metatarsal dapat teradi sebagai hasil dari tumpuan berat yang abnormal pada sisi
kaki yang terkena dalam kasus koreksi yang tidak adekuat dari (arus kaki depan
(lihat gambar di ba/ah ini).
)ambar %:. )ambaran foto polos lateral dari /anita usia %7 tahun setelah
tindakan operatif CTEV menunukkan (arus kaki depan yang menetap dan
menghasilkan resultan penekanan (penebalan kortikal) pada sebagian besar
metatarsal lateral.
)ambar %<. )ambaran radiografi '. dari pasien /anita yang sama dengan
gambar diatas setelah tindakan operatif CTEV menunukkan (arus kaki depan
yang menetap dan perubahan resultan stress terhadap metatarsal lateral.
Tarraf dan Carrol menemukan bah/a adduksi kaki depan residual dan
supinasi, seauh ini, merupakan deformitas yang paling sering teradi dan
menyebabkan dibutuhkannya tindakan operatif berulang. 3ebagai tambahan atas
alignment kaki belakang, deformitas ini harus die(aluasi secara aktif pada foto
polos intraoperatif.
7. CT"3can
Beberapa artikel mengenai kegunaan CT scan pada ele(asi di CTEV telah
dipublikasikan. 4erugian dari CT scan termasuk risiko radiasi ionisasi, kurangnya
osifikasi pada tulang tarsal, suseptibilitas dari artifak gambar dan gerakan, dan
dibutuhkannya peralatan yang mahal dan aplikasi soft/are untuk rekonstruksi
multiplanar. 'i sisi lain, deformitas 8 dimensi yang kompleks ini dapat dinilai
dengan lebih baik dengan rekonstruksi 8 dimensi ika dibandingkan dengan
radiografi 7 dimensi. .enggunaan CT dalam e(aluasi artikulasi talus pada trauma
dan koalisi tarsal telah digunakan secara luas.
8. 1I$
3aat ini 1I$ tidak dilakukan untuk pemeriksaan radiologi CTEV, dan
terbatasnya pengalaman penggunaan 1I$ telah dipublikasikan dalam literature.
.enggunaan 1I$ terbatas karena berbagai kerugian, diantaranya,dibutuhkan alat
khusus dan sedasi pasien, besarnya pengeluaran untuk soft/are yang digunakan,
hilangnya sinyal yang disebabkan oleh efek feromagnetik dari alat fiksasi, dan
/aktu tambahan yang dibutuhkan untuk transfer data dan postprocessing. 'i sisi
lain, keuntungan dari 1I$ ika dibandingkan dengan foto polos dan CT adalah
kapabilitas imaging multiplanar dan penggambaran yang sangat baik untuk
nucleus osifikasi, kartilago anlage (primordium) serta struktur aringan lunak
disekitarnya.
'eformitas talus, yang oleh banyak ilmu/an dipercaya sebagai kelainan
primer pada CTEV, tidak dapat ditentukan dengan tepat ika dilakukan dengan
modalitas lain. Bagaimanapun uga, dengan metode yang dideskripsikan diatas,
1I$ dengan rekonstruksi multiplanar dapat menggambarkan deformitas
intraoseus dari talus yang didefinisikan dengan ele(asi sudut body-neck talus.
2ubungan talona(icular dapat didefinisikan dengan baik, yang tidak
terlihat pada radiograf pada anak kecil karena kurangnya osifikasi pada na(icular.
.ada sebagian besar pasien, teradi dislokasi na(icular secara medial
&
.
&. 6ltrasonografi (63))
Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai temuan 63) pada kaki
normal ataupun CTEV, meskipun kegunaan klinis dari modalitas ini tidak umum
digunakan. 4ekurangan terbesar dari 63) adalah ketidakmampuan gelombang
suara untuk menembus seluruh tulang, terutama ika terdapat bekas luka post
operasi. 4euntungan ultrasonografi termasuk tidak ada Q kurangnya radiasi
pengion, tidak membutuhkan obat sedati(e, kemampuannya untuk
menggambarkan bagian tulang yang tidak terosifikasi, dan kapasitasnya dalam hal
imaging dynamics.
.ada gambaran anterior"medial, malleolus medial, talus, na(icular dan
cuneiformis medial dapat dilihat pada gambar berikut,
)ambar %K. CTEV. 2asil 63) dari aspek medial kaki normal, menggambarkan
hubungan antara kartilago malleolus medial (1), talus terosifikasi (T), dan
na(icular yang tidak terosifikasi (>). metatarsal pertama uga telah terosifikasi.
2ubungan talona(icular yang penting dan sukar ditangkap dapat dihitung
dengan mengukur arak atau sudut. Jarak antara epifisis malleolus medial dan
kartilago na(icular dapat diukur. 'engan adanya displacement medial dari
na(icular pada CTEV, ukurannya akan menadi lebih pendek dari pada kaki
normal. 2al ini terlihat pada gambar diba/ah ini,
)ambar %A. Jarak antara malleolus medial (1) dan na(icular (>) dapat diukur
pada dengan menggerakkan transduser secara dinamis. 'isini ditunukkan posisi
normal dari kaki normal.
)ambar 7-. 'engan abduksi dari kaki normal, arak antara malleolus medial dan
na(icular akan bertambah.
)ambar 7%. 63) medial menunukkan CTEV pada posisi normal
)ambar 77. )ambaran CTEV pada posisi abduksi menunukkan sedikit
penambahan arak antara malleolus medial dan na(icular, ika dibandingkan
dengan arak pada kaki normal. 4eadaan pasien ini dapat membaik dengan
dilakukan pemotongan aringan lunak medial.
4esimpulannya, pemeriksaan 63) dapat digunakan untuk menentukan
kepentingan, bidang, dan umlah aringan lunak yang harus dipotong atau
dilepaskan dan untuk menge(aluasi keberhasilan terapi konser(atif
&
.
;. @ngiografi
@ngiogram dapat menunukkan abnormalitas ukuran dan distribusi
pembuluh darah kecil pada CTEV, tapi temuan ini masih terbatas dalam
kegunaannya secara klinis
&
.
I. Diagnosis
%enegakkan Diagnosis
6ntuk menegakkan diagnosis dini perlu dilakukan skrining moti(asi
semua tenaga kesehatan,
R%S untuk melakukan skrining terhadap semua bayi baru lahir dan balita terhadap
adanya kelainan pada kaki
R7S dan kelainan lainnya
R8S. Bayi"bayi dengan kelainan dapat diruuk untuk dira/at di klinik kaki
pengkor. 1emastikan kasus yang ditemukan pada tahap skrining tersebut,
kemudian dipastikan diagnosanya oleh tenaga kesehatan yang
berpengalaman mengenai kelainan muskuloskeletal. Ciri"ciri penting kaki
pengkor adalah ca(us, (arus, adductus dan equinus R&S.'alam e(aluasi ini
dapat disingkirkan kelainan lain seperti metatarsus adductus dan sindroma
lain yang mendasarinya. 4aki pengkor diklasifikasikan menadi beberapa
kategori untuk menentukan prognosis dan merencanakan terapi
%8
.
#oto Polos
3inar T terutama digunakan untuk menilai kemauan setelah terapi. ?ilm
anteroposterior diambil dengan kaki plantarfleksi 8-
-
dan tabung sinar T bersudut
8- deraat terhadap garis tegak lurus. 'itarik garis melalui poros panang talus
yang seaar perbatasan medial dan poros panang kalkaneus yang seaar
perbatasan lateralnyaC garis"garis itu biasanya menyilang dengan sudut sebesar 7-"
&-
-
. Tetapi pada kaki gada, kedua garis itu mungkin hampir seaar.
?ilm lateral diambil dengan kaki dalam keadaan dipaksa dorsifleksi. )aris
yang ditarik melalui poros longitudinal tengah talus dan perbatasan ba/ah dari
kalkaneus harus bertemu dengan sudut sekitar &-
-
. 3udut yang kurang dari 7-
-
menunukkan bah/a kalkaneus tidak dapat ditekuk ke atas ke dalam dorsifleksi
sempurnaC kaki mungkin tampak dorsifleksi tetapi sebenarnya mungkin !patah#
pada tingkat tarsal pertengahan, sehingga menghasilkan apa yang disebut
deformitas kaki kursi goyang
%-
.
J. Diagnosis Ban"ing
'iagnosa CTEV sangat mudah karena bentuknya yang khas. @kan tetapi
ada beberapa kelainan yang secara anatomis menyerupainya. 3edangkan untuk
memberi penanganan yang sesuai dengan kelainan ini, perlu mengetahui kelainan"
kelainan lain yang serupa untuk membedakannya. Beberapa diantaranya adalah,
%. @bsensi atau hipoplasia tibia kongenital
7. 'islokasi pergelangan kaki kongenital
.ada keduanya, kaki tampak seperti clubfoot. .emeriksaan yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah,
.alpasi secara teliti hubungan anatomik hindfoot dengan maleolus
lateral dan medial
.emeriksaan radiografi.
8. @cquired type of clubfoot
.ada bayi baru lahir biasanya tipe ini mudah dibedakan dengan tipe
kongenital, tetapi pada anak yang lebih besar lebih sulit.
Biasanya sering teradi karena penyakit paralitik karena itu disebut uga
paralytic clubfoot, antara lain, myelomeningocele, tumor intraspinal,
diasmatomyelia, poliomyelitis, atrofi muskular progresif tipe distal,
cerebral palsy dan penyakit )uillain"BarrU. .emeriksaan,
.eriksa (ertebra secara teliti untuk mencari abnormalitas
1uscle testing
Iadiogram seluruh kolum (ertebra
>ilai sistem neuromuskular dengan teliti untuk menyingkirkan
penyalit paralitik
.ada poliomyelitis kaki teraba dingin dan biru, bukti paralisa (V)
.ada spina bifida terdapat gangguan sensasi dan perubahan trofi
@da pula beberapa anomali lain yang ditemukan bersamaan dengan CTEV,
antara lain,
%. @rthroghyposis multipleks kongenital
@nomali ini sering disertai CTEV, oleh karena itu untuk mendiagnosanya
perlu pemeriksaan,
sendi panggul, lutut, siku dan bahu perlu diperiksa dengan teliti
untuk mencari adanya subluksasi atau dislokasi.
.eriksa 0)3 sendi"sendi perifer
kontraktur yang menyebabkan fleksi atau ekstensi abnormal
Lang khas pada arthroghyposis multipleks kongenital adalah penurunan
massa otot dan fibrosis.
7. 4onstriksi pita annular kongenital (Streeters dysplasia)
!owell dan Hensinger meneliti 7; kasus konstriksi pita annular kongenital
pada ektremitas dan menemukan clubfeet pada ;:B diantaranya.
8. 'iasthrophic d/arfism
Bentuk tubuh kecil, masa kistik lunak pada daun telinga, palatum terbelah,
pemendekan metacarpal V dengan ibu ari yang hipermobil, kontraktur
fleksi dan berbagai deraat webbing pada sendi lutut, panggul, siku, bahu
dan interfalangeal. 'eformitas equino(arus kaki deraat berat dan bilateral.
&. 'isplasia craniocarpotarsal ("reeman-Sheldon syndrome)
5aah anak sangat khas. 'ahi penuh, mata cekung kedalam, /aah bagian
tengah datar, mulut kecil dengan bibir mau seperti !bersiul#. 0ipatan kulit
berbentuk huruf 2 pada dagu. .alatum tinggi dan suara sengau karena
pergerakan palatum terbatas. Jari"ari tanfan berde(iasi keatas. 'eformitas
equinus disebabkan karena kontraktur fleksi ari"ari kaki.
;. 0arsen#s syndrome
'itandai dengan dislokasi sendi multipel (terutama lutut, sendi panggul
dan siku), /aah datar, tulang hidung terdorong kedalam, dahi menonol,
arak antar mata lebar, metacarpal pendek dengan ibu ari tangan berbentuk
sendok.
:. 1Wbius syndrome
Lang khas adalah /aah seperti topeng dengan abduksi kedua mata dan
paralisis nercus fasialis parsial atau komplit. @nomali lain adalah
syndactyly dengan ankilosis tulang sendi interfalangeal proksimal, absensi
pektoralis mayor, microdactylia dan kegagalan pembentukan semua
falang.
Jika CTEV dihubungkan dengan anomali"anomali lain, atau bayi terlihat
tidak normal, perlu disarankan untuk mendapatkan konsultasi genetik.
.engelolaan a/al talipes equino(arus pada sindrome"sindroma ini prinsipnya
sama dengan CTEV tanpa anomali lain. 6mumnya, mempunyai prognosis yang
lebih buruk dan deteksi dini akan membantu mengurangi keanehan di masa depan.
K. Penatalaksanaan
Tuuan penatalaksanaan CTEV adalah,

%. 1encapai reduksi konsentrik dislukasi atau subluksasi sendi
talocalcaneona(ikular
7. 1empertahankan reduksi
8. 1engembalikan alignment persendian tarsal dan pergelangan kaki
yang normal
&. 1e/uudkan keseimbangan otot antara e(ertor dan in(ertorC dan
otot dorsofleksor dan plantarfleksor
;. 1endapatkan kaki yang mobile dengan fungsi dan weight bearing
yang normal
.enatalaksanaan harus dimulai sedini mungkin, lebih baik segera sesudah
lahir. Tiga minggu pertama setelah lahir merupakan periode emasQgolden period,
sebab aringan ligamentosa bayi baru lahir masih kendor karena pengaruh hormon
maternal. ?ase ini adalah fase kritis dimana aringan lunak yang kontraktur dapat
dielongasi dengan manipulasi berulang setiap hari. Jika mengharapkan metoda
reduksi tertutup akan mencapai keberhasilan, inilah /aktu yang tepat
;
.
a. Terapi non"operatif
%.
4oreksi )ips .onseti
%8
.ersiapan
Termasuk didalamnya adalah upaya menenangkan anak dengan
memberikan botol susu R%S atau dengan menyusuinya. Jika memungkinkan
didampingi oleh asisten terlatih. 4adang"kadang dibutuhkan bantuan dari
orang tua penderita. .ersiapan sangatlah penting R7S. @sisten (titik biru)
memegang kaki, sementara manipulator (titik merah) melakukan koreksi.
1anipulasi dan .engegipan
1ulailah sedapat mungkin segera setelah lahir. Buat penderita dan
keluarga nyaman. Biarkan anak minum selama manipulasi dan proses
pengegipan.
1enentukan letak kaput talus dengan tepat
Tahap ini sangat penting R8S. .ertama, palpasi kedua malleoli (garis biru)
dengan ibu ari dan ari telunuk dari tangan @ sementara ari"ari dan
metatarsal dipegang dengan tangan B. 4emudian R&S, geser ibu ari dan
ari telunuk tangan @ ke depan untuk dapat meraba caput talus (garis
merah) di depan pergelangan kaki. 4arena na(icular bergeser ke medial
dan tuberositasnya hampir menyentuh malleolus medialis, kita dapat
meraba penonolan bagian lateral dari caput talus (merah) yang hanya
tertutup kulit di depan malleolus lateralis. Bagian anterior calcaneus dapat
diraba diba/ah caput talus. 'engan menggerakkan forefoot dalam posisi
supinasi kearah lateral, kita dapat meraba na(icular bergeser "" meskipun
sedikit "" didepan caput talus sedangkan tulang calcaneus akan bergerak ke
lateral di ba/ah caput talus.
)ambar 78. .ersiapan .emasangan )ips .onseti dan 1anipulasi
1anipulasi
Tindakan manipulasi adalah melakukan abduksi dari kaki diba/ah caput talus
yang telah distabilkan. Tentukan letak talus. 3eluruh deformitas kaki pengkor,
kecuali equinus ankle, terkoreksi secara bersamaan. @gar dapat mengoreksi
kelainan ini, kita harus dapat menentukan letak caput talus, yang menadi titik
tumpu koreksi.
1engoreksi (memperbaiki) ca(us
Bagian pertama metode .onseti adalah mengoreksi ca(us dengan memposisikan
kaki depan ( forefoot ) dalam alignment yang tepat dengan kaki belakang
( hindfoot). Ca(us, yang merupakan lengkungan tinggi di bagian tengah kaki R %
garis lengkung kuningS, disebabkan oleh pronasi forefoot terhadap hindfoot.
Ca(us ini hampir selalu supel pada bayi baru lahir dan dengan mengele(asikan
ari pertama dan metatarsal pertama maka arcus longitudinal kaki kembali normal
R7 dan 8S. ?orefoot disupinasikan sampai secara (isual kita dapat melihat arcus
plantar pedis yang normal "" tidak terlalu tinggi ataupun terlalu datar. @lignment
(kesegarisan) forefoot dan hindfoot untuk mencapai arcus plantaris yang normal
sangat penting agar abduksi "" yang dilakukan untuk mengoreksi adduksi dan
(arus "" dapat efektif.
0angkah"langkah .emasangan )ips
'r. .onseti merekomendasikan penggunaan bahan gips karena lebih murah dan
molding lebih presisi dibanding dengan fiberglass.
1anipulasi @/al. 3ebelum gips dipasang, kaki dimanipulasi lebih dahulu. Tumit
tidak disentuh sedikitpun agar calcaneus bisa abduksi bersama"sama dengan kaki
R&S.
1emasang padding. .asang padding yang tipis saa R;S untuk memudahkan
molding. .ertahankan kaki dalam posisi koreksi yang maksimal dengan cara
memegang ari"ari dan counter pressure pada caput talus selama pemasangan
gips.
.emasangan )ips. .asang gips di ba/ah lutut lebih dulu kemudian lanutkan gips
sampai paha atas. 1ulai dengan tiga atau empat putaran disekeliling ari"ari kaki
R:S kemudian ke proksimal sampai lutut R<S. .asang gips dengan cermat. 3aat
memasang gips diatas tumit, gips dikencangkan sedikit. 4aki harus dipegang pada
ari"ari, gips +dilingkarkan+ di atas ari"ari pemegang agar tersedia ruang yang
cukup untuk pergerakan ari"ari.


)ambar 7&. .emasangan )ips
1olding gips. 4oreksi tidak boleh dilakukan secara paksa dengan menggunakan
gips. )unakanlah penekanan yang ringan saa. Jangan menekan caput talus
dengan ibu ari terus menerus, tapi +tekan"lepas"tekan+ berulangkali untuk
mencegah pressure sore. 1olding gips di atas caput talus sambil mempertahankan
kaki pada posisi koreksi R%S. .erhatikan ibu ari tangan kiri melakukan molding
gips di atas caput talus sedangkan tangan kanan molding forefoot (dalam posisi
supinasi). @rcus plantaris dimolding dengan baik untuk mencegah teradinya
flatfoot atau rocker"bottom deformity. Tumit dimolding dengan baik dengan
+membentuk+ gips di atas tuberositas posterior calcaneus. 1alleolus dimolding
dengan baik. .roses molding ini hendaknya merupakan proses yang dinamik,
sehingga ari"ari harus sering digerakkan untuk menghindari tekanan yang
berlebihan pada satu tempat. 1olding dilanutkan sambil menunggu gips keras.
0anutankan gips sampai paha. )unakan padding yang tebal pada proksimal paha
untuk mencegah iritasi kulit R7S. )ips dapat dipasang berulang bolak"balik pada
sisi anterior lutut untuk memperkuat gips disisi anterior R8S dan untuk mencegah
terlalu tebalnya gips di fossa poplitea, yang akan mempersulit pelepasan gips.
.otong gips. Biarkan gips pada sisi plantar pedis untuk menahan ari"ari R&S dan
potong gips dibagian dorsal sampai mencapai sendi metatarsophalangeal. .otong
gips dibagian tengah dulu kemudian dilan utkan kemedial dan lateral dengan
menggunakan pisau gips. Biarkan bagian dorsal semua ari"ari bebas sehingga
dapat ekstensi penuh. .erhatikan bentuk gips yang pertama R;S. 4aki equinus, dan
forefoot dalam keadaan supinasi.

)ambar 7;. 1olding )ips
2asil akhir
3etelah pemasangan gips selesai, kaki akan tampak o(er"koreksi dalam posisi
abduksi dibandingkan kaki normal saat beralan. 2al ini bukan suatu o(er"koreksi.
>amun merupakan koreksi penuh kaki dalam posisi abduksi maksimal. 4oreksi
kaki hingga mencapai abduksi yang penuh, lengkap dan dalam batas normal ini,
membantu mencegah rekurensi dan tidak menciptakan o(er"koreksi atau kaki
pronasi.
7.
Bracing
%8
.ada akhir pengegipan, kaki dalam posisi sangat abduksi "" sekitar :-"<- deraat
(tight"foot aMis). 3etelah tenotomi, gips terakhir dipakai selama 8 minggu.
.rotokol .onseti selanutnya adalah memakai brace (bracing) untuk
mempertahankan kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi. Brace berupa bar
(batang) logam direkatkan pada sepatu yang bertelapak kaki lurus dengan uung
terbuka (straight"last open"toe shoes). @bduksi kaki dengan sudut :-"<- deraat
ini diperlukan untuk mempertahankan abduksi calcaneus dan forefoot serta
mencegah kekambuhan (relaps). Jaringan lunak pada sisi medial akan tetap
teregang hanya ika dilakukan bracing setelah pengegipan. 'engan brace, lutut
tetap bebas, sehingga anak dapat +menendangkan+ kaki kedepan sehingga
meregangkan otot gastrosoleus. @bduksi kaki dalam brace, ditambah dengan bar
yang sedikit melengkung, akan membuat kaki dorsofleksi. 2al ini membantu
mempertahankan regangan pada otot gastrocnemius dan tendo @chilles. @nkle"
foot orthose (@?9) tidak berguna sebab hanya menahan kaki lurus dengan
dorsofleksi netral.
@turan pemakaian brace
Tiga minggu setelah tenotomi, gips dilepas, dan brace segera dipakai. @lat ini
terdiri dari sepatu open"toe high"top straight"last shoes yang terpasang pada
sebuah batang logam R%S. .ada kasus unilateral, brace dipasang pada :-"<- deraat
eksternal rotasi pada sisi sakit dan 8-"&- deraat eksternal rotasi pada sisi yang
sehat R7S . .ada kasus bilateral, brace diatur <- deraat eksternal rotasi pada kedua
sisi. Bar harus cukup panang sehingga arak antar tumit sepatu selebar bahu R7S.
4esalahan yang sering teradi adalah bar yang terlalu pendek yang membuat anak
merasa tidak nyaman. Bar harus dilengkungkan ;"%- deraat kearah ba/ah
(menauhi badan) agar kaki tetap dorsofleksi. Brace harus dipakai sepanang hari
selama 8 bulan pertama semenak gips terakhir dilepas. 3etelah itu anak harus
memakai brace ini selama %7 am pada malam hari dan 7"& am pada siang.
3ehingga total pemakaian %&"%: am dalam sehari sampai anak berusia 8"& tahun.
)ambar 7:. Brace
b. Terapi operatif
$ndikasi pemilihan pelaksanaan terapi operatif adalah adanya komplikasi yang
teradi setelah terapi konser(atif. .ada kasus resisten, terapi operatif paling baik
dilakukan pada usia 8": minggu, ketika tidak tampak adanya perbaikan yang
signifikan setelah menalani terapi konser(atif yang teratur.
%. 4oreksi aringan lunak
4oreksi aringan lunak dilakukan pada bayi dan anak diba/ah ; tahun. .ada usia
ini, biasanya belum ada deformitas pada tulang"tulang kaki, bila dilakukan operasi
pada tulang dikha/atirkan malah merusak tulang dan sendi kartilago anak yang
masih rentan.
4oreksi dilakukan pada,
otot dan tendon

@chilles , tehnik pemanangan tendo (H"lengthening)

Tibia posterior, tehnik pemanangan tendo atau transfer

@bduktor hallucis longus, tehnik reseksi atai eksisi

?leksor hallucis longus dan fleksor digitorum longus, tehnik


pemanangan atau reseksi muskulotendineus

?leksor digitorum bre(is

Tenotomi
%8
$ndikasi tenotomi
Tenotomi dilakukan untuk mengoreksi equinus setelah ca(us,
adduksi, dan (arus sudah terkoreksi baik akan tetapi dorsofleksi
ankle masih kurang dari %- deraat. .astikan abduksi sudah adekuat
sebelum melakukan tenotomi.
Tahap .ersiapan
1empersiapkan keluarga. Jelaskan kepada keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan, elaskan bah/a tenotomi merupakan
operasi minor, dengan anestesi lokal, dan dilakukan di klinik ra/at
alan.
.eralatan. 3iapkan semua alat yang dibutuhkan, pilih pisau
tenotomy no %% atau %;, atau pisau kecil lainnya seperti pisau untuk
operasi mata.
3kin preparation. 'esinfeksi kulit mulai dari pertengahan betis
sampai pertengahan kaki dengan asisten memegang uung ari
dengan satu tangan dan paha dengan tangan lainnya R%S.
@nestesi. 3eumlah kecil obat anestesi disuntikkan disekitar tendo
@chilles R7S. 2ati"hati terlalu banyak obat anestesi membuat tendo
sulit diraba dan tindakan menadi lebih sulit.
.ersiapan untuk tenotomi
'engan asisten mempertahankan ankle dalam posisi dorsoflesi
maksimal, tentukan letak tenotomi, kurang lebih %,; cm diatas
calcaneus. 3untikkan sedikit anestesi lokal disebelah medial tendo,
pada tempat akan dilakukan tenotomi. $ngatlah anatomi,
neuro(askular bundle berada di anteromedial tendo @chilles. Tendo
ini berada didalam tendon sheath.
Tenotomi
Tusukkan uung pisau dari sisi medial, sedikit disebelah anterior
tendo R8S. 3isi datar pisau diaga tetap seaar dengan tendo. Tempat
tusukan ini menimbulkan sayatan kecil. Tendon sheath tidak diiris
dan dibiarkan utuh. .isau kemudian diputar, sehingga bagian taam
pisau mengarah ke tendo. .isau kemudian digerakkan sedikit ke
posterior. 'irasakan sebagai +pop+ saat pisau memotong tendo.
Tendo belum dianggap terpotong seluruhnya, sampai sensasi +pop+
sudah dirasakan. 3etelah tenotomi, dorsofleksi ankle akan
bertambah %;"7- deraat R&S.
)ips paskatenotomi
3etelah equinus terkoreksi dengan tenotomi, pasang gips ke ; R;S
dengan kaki abduksi :-"<- deraat dan dorsofleksi %; deraat. 4aki
tampak o(erkoreksi. )ips dipertahankan selama 8 minggu setelah
koreksi komplet. )ips dapat diganti ika rusak atau kotor sebelum 8
minggu. .asien dapat pulang, analgesik arang diperlukan.
)ambar 7K. Tenotomi
4apsul dan ligamen
Talona(icular
3ubtalar
3endi calcaneocuboid
4apsul pergelangan kaki, antara lain bagian dari lig. deltoid
0igamen yang kontraktur pada sisi posterolateral pergelangan kaki
dan sendi subtalar,
0ig. calcaneofibular
0ig. Talofibular posterior
Ietinakulum peroneal superior
0igamen interoseus talocalcaneal
7. 4oreksi aringan keras
9perasi pada tulang atau osteotomi dilakukan setelah usia anak ;"%- tahun.
4arena pada usia ini biasanya telah teradi deformitas struktur tulang dan koreksi
yang diharapkan tidak mungkin berhasil tanpa pembenahan tulang. Tindakan
berupa,
%. 9steotomi calcaneus untuk koreksi in(ersi
7. 5edge reseksi sendi calcaneocuboid
8. 9steotomi cuboid
&. 9steotomi cuneiformis untuk koreksi adduksi yang berlebihan
;. 9steotomi tibia dan fibula, ika torsi tibia berlebihan (arang teradi)
Tindakan pada anak dengan usia lebih tua, lebih dari %- tahun, biasanya,
%. Iekonstuksi tarsal, termasuk triple arthrodesis. 'ilakukan pada kaki yang
rigid dan seringkali diserta nyeri serta tidak berespon pada gips serial atau
prosedur operasi yang lain.
7. 9steotomi femur
L. Prognosis
Iata"rata ;-B CTEV pada neonatus dapat diperbaiki secara non"operatif.
.onseti melaporkan KAB tingkat kesuksesan dengan menggunakan tekhniknya
(termasuk tenotomi #chilles). 3ebuah penelitian menganalisis proses perbaikan
pada pasien dengan CTEV idiopatik setelah dilakukan tekhnik .onseti. 'ata
melaporkan bah/a gips yang baik akan menghasilkan pengurangan ca(us dan
lipatan medial dengan perbaikan bertahap dari rotasi kaki tengah, adduksi, dan
(arus tumit. 1enarikanya, teradi perbaikan pada equinus tumit bersamaan dengan
(ariable kaki tengah dan dengan gips yang paling akhir
8
.
4ebanyakan penelitian melaporkan <;"A-B kepuasan dari tatalaksana
operatif (tampilan dan fungsi kaki). 4emampuan pergerakan sendi"sendi kaki dan
pergelangan kaki berhubungan dengan deraat kepuasan pasien
8
.
4epuasan pasien didaptkan pada K%B kasus, dan rentang pergerakan dari
pergelangan kaki merupakan factor utama dalam menentukan hasil fungsional,
yang dipengaruhi oleh tingkat pendataran lengkung talus. .ada empat puluh
empat persen pasien tidak teradi dorsofleksi yang melebihi keadaan normal, dan
8KB pasien membutuhkan operasi lanutan (hampir dua pertiga diantaranya
adalah operasi tulang)
8
.
Tingkat rekurensi dari deformitas ini dilaporkan sekitar 7;B, dengan
rentang %-";-B. 1enelaus melaporkan tingkat rekurensi 8KB
8
.
@salkan terapi dimulai seak lahir, deformitas sebagian besar selalu dapat
diperbaikiC /alau demikian, keadaan ini tidak dapat sembuh sempurna dan sering
kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai
penyakit neuromuskuler
%-
.
BAB III
PENUTUP
Kesim!ulan
Congenital talipes equino(arus (CTEV) atau sering disebut congenital club
foot (kaki gada) adalah suatu kelainan kongenital bentuk kaki dan pergelangan
kaki yang berupa equinus (plantar fleksi), (arus (in(ersi) dan adduksi.
CTEV diklasifikasikan atas , %. .ostural atau posisional dan 7. Terfiksir
atau rigid. .ostural atau posisional bukan merupakan CTEV yang sesungguhnya.
CTEV rigid bisa fleksible (misalnya, dapat dikoreksi tanpa tindakan bedah) atau
resisten (membutuhkan tindakan bedah, meskipun ini tidak sepenuhnya benar
berdasarkan penelitian .onseti).
$nsidens talipes ekuino(arus kongenital adalah dua dari setiap %---
kelainan hidup. 0ebih sering ditemukan pada bayi laki"laki daripada peremupuan
(7,%). Tiga puluh persen bersifat bilateral
'iagnosa CTEV dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunang. 6ntuk pemeriksaan radiologis, metode e(aluasi
radiologis yang standar digunakan adalah foto polos. 1odalitas pemeriksaan
tambahan lainnya yaitu CT"3can, 63) dan 1I$.
.enatalaksanaan harus dimulai sedini mungkin, lebih baik segera sesudah
lahir. @salkan terapi dimulai seak lahir, deformitas sebagian besar selalu dapat
diperbaikiC /alau demikian, keadaan ini tidak dapat sembuh sempurna dan sering
kambuh.
DA#TA' PUSTAKA
%. Cailliet Iene. "oot and #nkle $ain. %7th ed. .hiladelphia, ?.@. 'a(is
Company, %AK-.
7. Crensha/ @2. !ampbell%s &perative &rthopaedics. <th ed. 1issouri,
1osby Co, %AK<.
8. !l'bfoot. Taken from http,QQemedicine.medscape.comQarticleQ%78<-<<"
o(er(ie/ on January %, 7-%7.
&. Clubfoot $maging. Taken from
http,QQemedicine.medscape.comQarticleQ&-<7A&"o(er(ie/Xsho/all on
January %, 7-%7.
;. 9rto"CTEV. Taken from
///.staff.undip.ac.idQ?4QtantiaoeQfilesQ7-%-Q-<Qorto"cte(.doc
:. Iasad Chairuddin. $engantar Ilm' Bedah &rtopedi. Ed 7. 1akassar,
Bintang 0amumpatue, 7--8.
<. Campbell 3uDanna 4. $hysical (herapy in !hildren. .hiladelphia, 5.B.
3aunders Company, %AA;.
K. 0o(ell 5ood 5, 5inter Iobert B. $ediatric &rthopaedics. 7nd ed.
.hiladelphia, J.B. 0ippincott companyC %AK:.
A. ?erner 2, J. 3taubesand. (he Sobotta #tlas of H'man #natomy, Vol $$, Ed.
Bahasa $ndonesia. Jakarta, E)C .enerbit Buku 4edokteran, %AK;.
%-. @pley )raham @. B'k' #)ar &rtopedi dan "rakt'r Sistem #pley. Ed <.
Jakarta, .enerbit 5idya 1edika, %AA;.
%%. Chen, 1ichael L 1. Basic *adiology. >e/ Lork, 1c)ra/"2ill, 7--&.
%7. Thompson, Jon C. +etters !oncise #tlas of &rthopaedic #natomy.
.hiladelphia, Else(ier, 7--7.
%8. 3tahell, 0ynn. ,aki $engkor- $enanganan Dengan .etode $onseti. Ed 8.
)lobal 2elp 9rganiDation, 7--K.
%&. Cahyono, Bayu C. Congenital Talipes Equino Varus (CTEV). !ermin
D'nia ,edokteran /0/. 8A, 8. 7-%7.
'E#E'AT
ongenital Tali!es E(uino &arus )TE&*
+le, -
.agnini Bifa"lika A. S. J/00010020
#itriana a,3ani J/00010041
Suman 5us %ei H. J/00010220
PE%BI%BIN$ -
"r. #ar,at6 %. Kes6 S!. +T
Ke!aniteraan Klinik Ilmu Pen3akit Be"a,
'uma, Sakit Umum Daera, Dr. Harjono Ponorogo
#akultas Ke"okteran Uni7ersitas %u,amma"i3a, Surakarta
8029
'eferat
ongenital Tali!es E(uino &arus )TE&*
9leh,
5agnini Bifadlika @. 3 J;---A--%-
?itriana Cahyani J;---A--KA
3uman Lus 1ei 2. J;---A-%%-
Telah disetuui dan disahkan oleh bagian .rogram .endidikan .rofesi ?akultas
4edokteran 6ni(ersitas 1uhammadiyah 3urakarta
.ada hari Jum#at tanggal %& Juni 7-%8

.embimbing ,
dr. ?arhat, 1.4es, 3p.9T
'ipresentasikan dihadapan,
dr. ?arhat, 1.4es, 3p.9T
(.........................................)
(.........................................)
'isahkan 4a. .rogram .rofesi,
dr. 'ona 'e/i >irla/ati (.........................................)
#AKULTAS KED+KTE'AN
UNI&E'SITAS %UHA%%ADI5AH SU'AKA'TA
8029

Anda mungkin juga menyukai