Perilaku Kawin Macaca fascicularis di Taman Wisata Alam (TWA)
Telaga Warna, Bogor - Jawa Barat
OLEH : KELOMPOK PRIMATA 1
LISA ASRIANI S. 3415111374 LUTFI AKHSANI 3425110172 RANI FITRI A. 3425111413 RISNA FAUZIAH 3415115810 YUDI SAPUTRA 3425110109 YUNITA DWI 3415111365
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) Telaga warna, Bogor, Jawa Barat memiliki permukaan yang relatif datar dengan ketinggian sekitar 1400 mdpl. TWA Telaga Warna merupakan salah satu habitat bagi primata yang mudah dijangkau. Terdapat beberapa jenis primata di TWA Telaga Warna ini diantaranya Tracypithecus auratus, Presbytis comata, Hylobates moloch, dan Macaca fascicularis. M. fascicularis ini jumlahnya sudah sangat berlimpah di TWA Telaga Warna dan bahkan terkadang bisa menjadi hama ataupun mengganggu wisatawan yang datang. Jumlah M. fascicularis yang sangat banyak tersebut memudahkan dalam melakukan penelitian terhadap perilakunya. Seperti halnya manusia, M. fascicularis pun melakukan perilaku sosial. Macaca fascicularis adalah primata yang hidup dalam kelompok besar, berkisar antara 20-50 ekor, sehingga intensitas untuk terjadinya interaksi sosial pun tinggi. Perilaku sosial primata yang penting adalah perilaku seksual. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, perilaku sosial yang cukup sering dilakukan dan menarik perhatian adalah perilaku kawin. Perilaku ini penting karena menyangkut kemampuan primata ini dalam bereproduksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku kawin sehingga dapat dijadikan acuan dalam mengendalikan jumlah M. fascicularis di TWA Telaga Warna.
B. Rumusan Masalah Bagaimanakah perilaku kawin Macaca fascicularis di Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Bogor Jawa Barat?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui perilaku kawin Macaca fascicularis di Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Bogor Jawa Barat.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan dalam mengendalikan jumlah Macaca fascicularis serta menjadi bahan rujukan untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan perilaku kawin pada Macaca fascicularis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna Taman Wisata Alam Telaga (TWA) Warna Cibulao, Bogor, Jawa Barat ditetapkan sebagai Cagar Alam (CA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 481/Kpts/Um/6/1981 tanggal 9 juni 1956 seluas 268,25 Ha. Kemudian sebagian areal yang meliputi sebuah telaga, berubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam seluas 5 Ha. Telaga warna terletak di sekitar puncak pass dan tidak jauh dari jalan raya Bogor-Cianjur sehingga termasuk dalam Desa Tugu, Cisarua Bogor. TWA Telaga Warna memiliki ketinggian 1400 mdpl, dan memiliki iklim dengan curah hujan rata-rata 3380 mm per tahun. Suhu berkisar antara 18- 28C dengan tingkat kelembaban 80% dengan curah hujan seperti itu dapat dikatakan bahwa TWA Telaga Warna mempunyai karekteristik hujan tropis. Di sekitar telaga kita bisa menjumpai beberapa jenis flora asli hutan tropika pegunungan diantaranya Puspa (Schima walichii) dan Kihiur (Castanopsis javanica) serta beberapa tumbuhan tingkat rendah seperti Paku Tiang (Alsophyta glauca), Rame (Lycopodium cemum), Rotan (Calamus sp), dan masih banyak lagi. Sedangkan jenis fauna atau satwa liar yang dapat ditemui meliputi mamalia, primata, aves, reptilia. Adapun jenis mamalia meliputi macan tutul (Panthera tigris), babi hutan (Sus serova), dan jenis burung seperti Elang Jawa (Spizaetus Bartelsii) dan Elang Brontok (Spizaetus Cirrhatus). Jenis primata antara lain monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), surili (Presbytis comata), dan lutung (Trachypithecus auratus), Owa Jawa (Hylobathes moloch) (Dinas Kehutanan, 2007).
B. Macaca fascicularis Macaca fascicularis atau monyet ekor panjang merupakan salah satu primata yang terdapat di Indonesia. M. fascicularis bersifat sosial dan hidup dalam kelompok yang terdiri atas banyak jantan dan banyak betina (multi male-multi female). Dalam satu kelompok, Macaca fascicularis terdiri atas 20-50 individu (Bercovitch dan Huffman dalam Farida, 2008). Jumlah individu setiap kelompok ditentukan oleh predator, pertahanan terhadap sumber makanan, dan efisiensi dalam aktivitas mencari makan (McFarland dalam Farida, 2008).
Gambar 1. Macaca fascicularis Berdasarkan IUCN (2010), klasifikasi dari Macaca fascicularis tersebut adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Classis : Mamalia Ordo : Primata Familia : Cercopithecidae Genus : Macaca Spesies : Macaca fascicularis Raffles, 1821 Macaca fascicularis merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuh berkisar antara 385-648 mm. Panjang ekor pada jantan dan betina antara 400-655 mm. Berat tubuh jantan dewasa berkisar antara 3,5-8 kg. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan bagian ventral berwarna putih. Anak yang baru lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153-179 hari dan umumnya melahirkan hanya 1 individu. M. fascicularis paling sering digunakan dalam percobaan biomedik. Didalam tubuhnya sering ditemukan antibodi untuk virus jenis-jenis tertentu (Supriyatna, 2000). Perilaku harian Macaca fascicularis di alam terdiri atas 35% untuk makan, 20% penjelajahan, 34% istirahat, 12% untuk grooming, dan kurang dari 0,5% untuk aktivitas lainnya. (Santosa, 1996). Aktivitas makan atau foraging merupakan aktivitas mencari makan dan memegang makanan. Urutan pada aktivitas makan, dimulai dengan mencium pakan terlebih dahulu, kemudian digigit dengan mulut atau mengambil pakan yang telah digigit dengan satu atau kedua tangannya. Secara umum Macaca fascicularis memiliki kecenderungan untuk menguasai makanan sebanyak-banyaknya walaupun tidak mampu menghabiskan semuanya. Di lingkungan alaminya, monyet ekor panjang bersifat frugivor dengan makanan utamanya berupa buah. Berdasakan pola aktivitasnya, Macaca fascicularis digolongkan menjadi primata yang diurnal (aktif pada siang hari). Dan pada umunya akan beristirahat pada tengah hari ataupun tengah malam (Rowe,1996). Macaca fascicularis merupakan hama bagi penduduk di lahan pertanian dan dapat merusak padi, jagung, peebenihan karet dan pohon buah-buahan (Supriyatna, 2000).
C. Perilaku Kawin Macaca fascisularis Untuk perilaku kawin, Macaca fascicularis betina umumnya menunjukkan perubahan-perubahan perilaku yang berkaitan dengan perubahan fisologis selama estrus. Betina sering menunjukkan ketanggapan atau kesediaan seks terhadap hewan jantan. Ketanggapan seks (reseptivitas) adalah kesediaan betina untuk mengadakan kawin. Kesediaan seks (proseptivitas) adalah semua perilaku yang dilakukan betina untuk memulai interaksi seks (Beach dalam Galdikas, 1986). Betina biasanya memberikan tanda undangan seksual kepada jantan dengan memperlihatkan pantat pada hewan lain dan mengangkat ekornya. Mungkin menambahi sikap ini dengan berjongkok sedikit, melihat ke belakang dan vocalizing. Tetapi hal ini juga dapat diberikan antara binatang dengan jenis kelamin yang sama (Chalmers, 1979). Betina pada beberapa monyet dunia lama dan kera melakukan pendekatan yang ditujukan untuk pejantan dewasa. Kawin biasanya terjadi dengan posisi ventro- dorsal, yaitu primata jantan menaiki primata betina dari bagian punggung. Betina tetap berdiri, berbaring atau meringkuk, tergantung pada spesiesnya dan keduanya mempertahankan posisi tersebut posisi tersebut sampai terjadi intromisi (Chalmers, 1979). BAB III METODELOGI PENELITIAN
a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-November 2012. Adapun tempat penelitian ini dilaksakan di Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Bogor - Jawa Barat.
b. Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik scan sampling dan teknik pengambilan data Instantaneous Sampling (Altmann, 1973). Teknik ini adalah teknik yang mengamati perilaku kelompok primata namun hanya pada satu macam perilaku saja yaitu perilaku kawin. Subjek yang ditentukan peneliti adalah jantan dimana interval waktu pencatatan adalah perdetik.
c. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini, alat dan bahan yang digunakan antara lain binokuler, jam tangan, stopwatch, inklinometer, alat tulis, dan kamera.
d. Cara Kerja Penelitian ini akan dilakukan selama sekitar 6 bulan, diamana pada bulan pertama dilakukan habituasi terhadap objek agar selama penelitian objek terbiasa dengan adanya peneliti sehingga objek bertingkah laku normal walaupun terdapat peneliti di sekitarnya. Peneliti akan dibagi untuk mengamati setiap komposisi pada satu kelompok Macaca fascicularis, diantaranya child, juvenile, adult, dan alfa dimana semua subjek yang diambil adalah jantan. Mekanisme pencatatan dengan cara mengikuti individu target dari mulai individu target tersebut bangun tidur di pagi hari hingga kembali tidur di sore hari, dengan pengamatan aktivitas individu secara terus menerus tetapi pencatatan hanya dilakukan pada perilaku kawin saja. Adapun hal-hal yang perlu dicatat adalah frekuensi kawin, waktu kawin, durasi kawin, subjek dan yang melakukan kawin serta tempat terjadinya kawin. Pengamatan ini berlangsung pagi hari sekitar pukul 06:00 WIB hingga pukul 18:00 WIB.
e. Teknik Analisis data Data yang didapat pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau grafik hasil penelitian ke dalam suatu kalimat pernyataan yang dapat menjelaskan sekaligus menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Altmann, Jeanne. 1973. Observational study of behavior: sampling methods. Chicago: University of Chicago, Illinois, U.S.A. Chalmers, N. 1979. Social Behaviour in Primatas. Contemporary Biology. Edward Arnold. London. Dinas Kehutanan. 2007. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Telaga Warna Diunduh dari http://dishut.jabarprov.go.id pada 11 Mei 2012 pukul 13.00 WIB. Farida, Hilda. 2008. Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur. Jakarta. Skripsi. Bogor: Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam, Institut Pertanian Bogor. Galdikas, B.M.F. 1986. Adaptasi Orang Utan di Suku Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. Jakarta: UIP. Ong, P. & Richardson, M. 2008. Macaca fascicularis. In: IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. Diunduh dari www.iucnredlist.org pada Senin,14 Mei 2012 pukul 11:36. Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primatas. New York: Pogonias Press. Santosa, Y. 1996. Beberapa Parameter Bioekologi Penting dalam Pengusahaan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Media Konservasi, 5 (1). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Supriyatna, Jatna. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.