`Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
KONSELING GIZI PADA BAYI DENGAN GIZI KURANG DI KELURAHAN SANGKRAH
Disusun Oleh: dr. Christine Notoningtiyas S.
PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH 2014 A. LATAR BELAKANG Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui, khususnya para orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Pada masa ini pula, anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik. Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak. Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting tetang keadaan gizi suatu masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status gizinya kurang. Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk. Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tinhgkat rumah tangga. Kedua, pola asuhan gizi atau makanan keluarga. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan. Komponen biologis lain yang melatarbelakangi antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi dan diet rendah energi & protein. Seorang ibu yang mengalami malnutrisi saat hamil pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak sedang tumbuh merupakan masalah serius yang harus segera diatasi untuk mencegah keparahan gizi kurang. Gizi kurang pada balita dapat bermanifestasi sebagai penyusutan berat badan, terlambat tumbuh hingga terjadinya sindrom klinis yang nyata.
B. PERMASALAHAN I. Identitas Pasien Nama : An. S Jenis kelamin : Perempuan Umur : 2 tahun 3 bulan Nama ayah : Tn. K Nama Ibu : Ny. M Pekerjaan Ayah : Buruh Pekerjaan Ibu : Buruh Agama : Islam Alamat : Sangkrah RT 03/04, Pasar Kliwon, Surakarta
II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 11 Juli 2014 1. Keluhan utama : berat badan sulit naik 2. Riwayat Kelahiran Pasien lahir normal umur kandungan 9 bulan 14 hari, di rumah sakit dengan berat badan lahir 2300 gram dan panjang 45 cm, langsung menangis, menangis kuat, usia kehamilan 8 bulan, ditolong oleh dokter. 3. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal Pemeriksaan di : Bidan Frekuensi : TM I : 3x (1 bulan sekali) TM II : 3x (1 bulan sekali) TM III : 4x Keluhan selama kehamilan : Tidak menderita sakit selama hamil Ibu tidak pernah keguguran Obat yang diminum selama kehamilan : vitamin dan obat tambah darah.\ 4. Riwayat Post Natal Kontrol dan penimbangan BB dan pengukuran TB dilakuakn secara rutin tiap bulan di posyandu. Keadaan anak sehat, tetapi berat badan sulit naik.
7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Mulai senyum : 3 bulan Mulai miring : 5 bulan Mulai tengkurap : 5 bulan Mulai duduk : - Gigi keluar : - Berdiri : - Berjalan : - Kesan : pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai usia
Jenis I II III IV BCG 0 bulan - - - DPT 2 bulan 4 bulan - - Pertusis 2 bulan 4 bulan - - Tetanus 2 bulan 4 bulan - - POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan - HEPATTIS B 0 bulan 1 bulan 3 bulan - CAMPAK - - - - 8. Riwayat Makan Minum Anak a. Usia 0-6 bulan : ASI diberikan sejak usia 0 bulan hingga umur 2,5 bulan, frekuensi pemberian tiap kali anak menangis, lamanya menyusui 10 15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri. saat menyusui tidak terengah-engah, tidak sering tersedak. Sesudah menyusui anak tertidur. Susu buatan: diberikan merk SGM diberikan sejak umur 3 bulan, frekuensi pemberian 8x/ hari, takaran 2-3 sendok takar per gelas. b. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu potong (siang hari). c. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong. d. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan lauk ikan, ayam /tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah menyesuaikan. Kesan : Kualitas dan kuantitas nutrisi cukup
9. Riwayat Keluarga Berencana Pasien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Anak pertama berusia 6 tahun. Anak ketiga berusia 8 bulan. Ibu pasien mengikuti program Keluarga Berencana sistem suntik 3 bulan sekali. Sikap dan kepercayaan baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum Keadaan umum : baik Derajat kesadaran : compos mentis b. Tanda Vital Nadi : 98x/menit, reguler, kuat, isi dan tegangan cukup Respirasi : 24x/menit, reguler, tipe thorakoabdominal Suhu : 36,4C (per axiler) Berat badan : 8800 gr Tinggi badan : 134 cm Lingkar lengan atas : 12 cm Kesan : Gizi Kurang c. Status Internus - Kulit : kulit sawo matang, kelembaban kurang, turgor kembali lambat, kulit keriput (+), sianosis (-) - Kepala : bentuk mesocephal, rambut kemerahan tidak mudah dicabut - Wajah : wajah seperti orang tua (-) - Mata : conjungtiva bleeeding (-/-), conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cowong (+/+), reflek cahaya (+/+), pupil (isokor 2mm/2mm), air mata (+/+) - Hidung : napas cuping hidung (-/-), bau (-), sekret (-/-), darah (-/-) - Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-) - Telinga : sekret tidak ada, tragus pain tidak ada - Tenggorok : uvula ditengah, tonsil T 1 -T 1 , faring hiperemis (-), pseudomembran (-), detritus (-) - Leher : normocolli, limfonodi tidak membesar - Thoraks : bentuk normochest, iga gambang (+), retraksi subcostal, suprasternal (-) ekspirasi memanjang (-) Cor Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi : batas jantung tidak melebar Auskultasi : Bunyi jantung I II intensitas normal, reguler, bising (-). Pulmo Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : fremitus dada kanan = kiri Perkusi : sonor // sonor Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) - Abdomen Inspeksi : dinding perut > dinding dada Auskultasi : peristaltik (+) normal Perkusi : timpani, shifting dullness (-) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba, turgor kembali cepat - Ekstremitas Akral dingin - - edema - - sianosis - - - - - - - - Capillary refill time < 2 Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat Clubbing fingers (-) Baggy pants (+)
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI 1. METODE PENYULUHAN Metode penyuluhan dilakukan secara langsung dengan pendekatan individu yaitu penyampaian pesan dilakukan langsung kepada pasien yang dalam hal ini disampaikan kepada ibu pasien. 2. INTERVENSI Intervensi dilakukan melalui pemeriksaan langsung di posyandu yang dilakukan setiap bulan. Apabila didapatkan bayi dan balita dengan berat badan kurang dilakukan konseling gizi yang diperlukan oleh bayi dan balita, dan pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.
D. PELAKSANAAN Kegiatan dilakukan di posyandu balita di Kelurahan Sangkrah yang dilakukan secara rutin di setiap bulan. Dalam pelaksanaan posyandu, pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan dan pemeriksaan tinggi badan yang hasilnya dicatat oleh ibu-ibu kader dan apabila terdapat pertumbuhan bayi atau balita yang bermasalah, harus dilaporkan di puskesmas. Pemeriksaan berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan dacin yang diberi kain sebab pasien belum bias duduk sendiri sehingga harus ditidurkan. Dari hasil penimbangan, diperoleh hasil berat badan pasien ialah 8,8 kg. Setelah dicatat di buku posyandu, hasil penimbangan juga dicatat di KMS yang dimiliki pasien. Pada saat pencatatan, berat badan pasien masih berada dibawah garis merah. Setelah dilakukan pemeriksaan berat badan, pemeriksaan selanjutnya ialah pemeriksaan tinggi badan. Pasien pasien diukur tingginya dari mulai vertex sampai telapak kaki dan didapatkan hasil 134 cm. Dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan, dapat diketahui status gizi pasien dan dalam hal ini penentuan status gizi menggunakan grafik gizi WHO berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan pasien. Dari hasil penggunaan grafik gizi dapat disimpulkan status gizi pasien kurang karena berada diantara -2 s/d -3 SD. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kemenkes Tahun 2011, bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda BB/TB <-2 s/d-3 SD, LILA 11,5-12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, tidak ada komplikasi medis, maka dikategorikan gizi kurang dan perlu diberikan PMT Pemulihan. Penatalaksanaan pasien dapat dilakukan di rumah atau rawat jalan sebab nafsu makan pasien masih baik dan tidak didapatkan komplikasi lain seperti anoreksia, pneumonia, anemia, dehidrasi atau demam. Oleh karena itu, pasien diberikan konseling tentang gizi balita. Konseling yang diberikan: Pengasuhan dalam memberikan makanan meliputi cara membujuk anak makan, menciptakan situasi yang nyaman saat makan, berperilaku yang ramah terhadap anak, menghindari pertengkaran sewaktu makan, membiasakan waktu makan yang teratur, memberikan perlindungan kepada anak, memberi makan setiap kali anak merasa lapar, memantau banyaknya makanan yang dihabiskan oleh anak. Menjaga makanan tetap bersih dan aman, meliputi mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, menutup makanan yang sudah dimasak dan memakannya dalam waktu 2 jam jika tidak ada di lemari es. Jika dibiarkan lebih lama panaskan kembali sampai mendidih, menggunakan makanan segar yang penampilan dan baunya bagus, mencuci tangan anak sebelum makan, memberikan makanan pada anak dengan memakai sendok atau cangkir bersih. Cara pemberian makanan yang baik meliputi : menempatkan makanan anak dalam mangkuk yang tepisah untuk memastikan bahwa anak mendapatkan bagian yang adil dan makanan dalam jumlah yang tepat., duduk bersama anak pada waktu makan, memperhatikan apa yang dimakan anak dan secara memberikan bantuan dan dorongan jika diperlukan, tidak membuat terburu-buru ketika anak sedang makan, bila anak berhenti makan tunggu sebentar dan kemudian tawarkan makan lagi, memberikan beberapa makanan yang dapat dipegang atau diambil oleh anak, memberikan makan dengan segera ketika anak mulai merasa lapar, tidak memberi makan ketika anak mengantuk. Menjelaskan macam makan-makanan yang mengandung gizi seimbang, baik kandungan karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Menjaga kebersihan diri seperti mandi teratur minimal 2 kali sehari, memotong kuku, dan mencuci tangan sebelum makan. Selalu rutin mengkonsumsi PMT yang diberikan oleh puskesmas, agar pertumbuhan semakin baik. Rutin membawa balita ke posyandu terdekat untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang. Segera membawa bayi ke sarana kesehatan terdekat apabila terdapat tanda-tanda balita sakit.
E. MONITORING DAN EVALUASI Pemantauan tumbuh kembang bayi dilakukan selama 2 minggu sekali, untuk mengetahui kenaikan berat badan balita setelah pemberian PMT. Diharapkan setelah pemberian PMT, terjadi perbaikan berat badan bayi. Apabila setelah pemberian PMT berat badan balita tidak naik atau turun, dan terdapat komplikasi kesehatan lainnya, maka balita harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Surakarta, 24 September 2014 Dokter Internsip Dokter Pendamping
dr. Christine Notoningtiyas S. dr. Heri Wijanarko, M.Si