Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktek Lapang

Pengolahan Tanah dan Air

POTENSI PERTANIAN KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG


TINJAUAN DARI ASPEK
PENGOLAHAN TANAH DAN AIR

REZKI ARHAM AR
G 211 06 008

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
PENDAHULUAN

Pertumbuhan populasi manusia dan peningkatan kebutuhan lahan untuk memenuhi

berbagai aktivitas pembangunan telah dan akan banyak mengurangi luas hutan di masa yang akan

datang. Pengurangan luas hutan sampai saat ini masih berarti sebagai suatu kerusakan hutan

akibat eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut yang kurang memperhatikan azas

kelestarian, disamping akibat kebakaran hutan dan juga sebab-sebab lain di dalam pengelolaan

hutan. Pembinaan dalam hal pengolahan tanah harus dilakukan, pembinaan-pembinaan ini

dimaksudkan agar para petani atau mereka yang menggunakan tanah dapat melakukan

pengolahan-pengolahan tanahnya dengan baik agar kesuburan tanah, produktivitas tanah,

pengawetan tanah dan air dapat terjamin, sehingga memungkinkan terlaksananya usaha-

usaha di bidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi dengan

hasil-hasilnya yang dapat memenuhi harapan.

Dalam hal pembinaan-pembinaan tanah ini demikian besar jasa para ahli konservasi

tanah dan pertanian yang dengan melalui pertugas lapangan dinas pertanian telah dapat

memberikan pembinannya, sehingga apa yang biasa mereka lakukan dalam pengolahan-

pengolahan tanahnya sebagai warisan dari nenek moyangnya, dapat dijalankan secara lebih

baik lagi, katakanlah lebih mutakhir. Sesungguhnya kunci penting dari usaha pengelolaan

tanah di tempat mana saja adalah bagaimana menjaga atau memelihara sebaik-baiknya

lapisan tanah atas yang kita miliki ( top soil layer) yang tebalnya tidak lebih dari satu jengkal

tangan (+ 35 sentimeter) agar tetap dalam keadaan baik serta tidak terangkut ke lain tempat.

Jadi pengertian “pengelolaan” sudah mencakup semua tindakan yang bertujuan melindungi

atau mengawetkan tanah agar kesuburannya bertahan dalam jangka panjang.

Perencanaan pengelolaan air tanah merupakan suatu acuan yang memberikan warna

dan arahan pengelolaan. Suatu perencanaan akan selalu berdasarkan kepada tingkat prioritas
kebutuhan, kelayakan dan aspek teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan, keterpaduan antar

sektor, kesiapan pembiayaan dan kesiapan kelembagaan.

Pemantauan atas penyelenggaraan konservasi pada suatu cekungan air tanah

dilakukan secara rutin sehingga akan diketahui kesesuaian antara perencanaan dengan

pelaksanaan pengelolaan air tanah. Kegiatan pemantauan dilakukan dengan cara memantau

perubahan kedudukan muka air tanah, memantau perubahan kualitas air tanah, memantau

pengambilan dan penggunaan air tanah, memantau sumber potensi pencemaran air tanah

serta memantau perubahan lingkungan air tanah dan lingkungan sekitarnya.

Menyadari bahwa peran air tanah sebagai pemasok kebutuhan air di berbagai bidang

kegiatan menjadi sangat penting, serta teramati dampak-dampak negatif yang timbul akibat

pengambilan air tanah maka untuk mengantisipasi hal tersebut, upaya konservasi air tanah

merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan.

Pendayagunaan air tanah ditujukan untuk memanfaatkan air tanah secara optimal,

efisien dan berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kegiatan ini dilakukan

dengan mempertimbangkan konservasi air tanah yang menjamin rasa keadilan antar generasi,

perencanaan pengelolaan air tanah di suatu cekungan air tanah, keterpaduan penggunaan

antar sumber air baku, menerapkan prinsip hemat air dan melibatkan peran masyarakat.

PEMBAHASAN

Kabupaten Enrekang merupakan daerah yang lebih didominasi oleh wilayah topografi

yang sangat berlereng dengan kondisi iklim yang dingin. Dengan ketinggian mencapai 1000 m

di atas permukaan air, wilayah Enrekang khususnya untuk Kecamatan Baraka sangat

potensial untuk dijadikan sebagai kawasan budidaya tanaman hortikultura.


1. Tanaman Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman atau komoditi yang sangat berkembang di

daerah Kecamatan Baraka. Dengan kondisi iklim yang dingin, maka tanaman tomat akan

cepat tumbuh.

Gambar Tanaman Tomat Kec. Baraka Kab. Enrekang

Namun, dengan kondisi yang ada saat ini, sangat disayangkan dengan hasil produksi

yang didapatkan oleh para petani pada daerah tersebut. Dalam 1 pohon hanya didapatkan

hasil sekitar 2,5 – 3 kg, sementara untuk hasil yang lebih maksimal seharususnya didapatkan

sebanyak 5 – 6 kg per pohonnya. Mengapa hal ini terjadi? Ini dikarenakan oleh kondisi lahan

yang digunakan terus menerus tanpa adanya pengolahan tanah yang baik sehingga semakin

hari tingkat unsure hara yang dikandung tanah tersebut semakin berkurang. Ini dapat dilihat

dengan kondisi tanah yang sangat kering dan keras menandakan unsure hara yang dapat

mengikat air sangat rendah.


Gambar Tanah Kering karena Kekurangan Unsur Hara

Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi pengolahan tanah yang dilakukan oleh

para petani yang pengolahan lahannya belum maksi mal. Hal ini terlihat dengan pengetahuan

para petani akan model penggunaan pupuk. Dijelaskan bahwsanya digunakan pupuk kimia

dengan dosis yang sangat tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk organic dengan

dosis yang lebih rendah, sementara pupuk dengan kandungan bahan kimia kurang produktif

dalam membantu pengolahan tanah dibandingkan dengan pupuk organic.

Melihat realita yang terjadi di daerah tersebut, maka hal tersebut tidak sesuai dengan

prinsip pengolahan tanah dan air yaitu sustainable atau berkelanjutan dan ekonomis,

sehinggga diperlukan pengolahan tanah dan air yang sesuai sehingga keberlanjutan akan

lahan yang digunakan tetap terjaga serta menjaga nilai pasar dari komoditi yang ditanam. Hal

ini bisa dilakukan dengan cara penggunaan jenis komoditi yang lebih variatif atau penanaman

secara tumpang sari dengan komoditi utama tomat dan tanaman lainnya sebagai tanaman

penyeimbang yang dapat mengurangi persaingan penggunaan unsure hara tanah, dan juga

mengurangi penggunaan pupuk organic yang dapat mempengaruhi tingkat unsure hara yang

ada pada tanah tersebut.


2. Tanaman Bawang

Di daerah Baraka yang menjadi prioritas komoditi yang banyak ditanam oleh

masyarakat adalah tanaman bawang. Namun, kondisi tanaman bawang ini tidak jauh berbeda

dengan kondisi yang ada pada tanaman tomat dimana hasil yang didapatkan untuk 1 kali

musim panen tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk 1 kali panen, didapatkan hasil 2 ton

tanaman bawang sementara penggunaan bibit bawang yang ditanam mencapai 1 ton per

hektar, sehingga hasil yang didapatkan untuk 1 kali panen hanya 1 ton tanaman bawang yang

seharusnya bisa mencapai 5 ton per hektar per 1 kali panen.

Hal ini terjadi karena mayoritas para petani masih banyak yang menggunakan pupuk

kimia dibandingkan dengan pupuk organic. Dalam 1 hektar tanaman bawang, penggunaan

pupuk organic mencapai lebih dari 10 ton sehingga pupuk organic ini akan mempengaruhi

kondisi tanah dan tanaman yang berdampak pada tingkat produksi tanaman bawang yang

sangat rendah.

Gambar Tanaman Bawang Kec. Baraka Kab. Enrekang

Rendahnya nilai produksi yang didapatkan pada tanaman bawang ini, maka perlu

dilakukan upaya konservasi dan pengolahan tanah yang lebih signifikan sehingga nilai

produksi bawang dapat meningat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi laju erosi
yang terjadi pada lahan bawang tersebut dengan menanam tanaman bawang pada wilayah

dengan kelerengan tidak lebih dari 15 % dan juga memagari pinggir lahan tanaman bawang

dengan rumput gajah, serta pembuatan pori-pori air di antara tanaman. Ini dilakukan agar air

yang jatuh pada lahan tersebut tidak langsung mengalir keluar lahan tanaman, melainkan

masuk pada lapisan-lapisan tanah sehingga kandungan air dalam tanah tersebut akan tetap

terjaga. Dengan pemagaran menggunakan tanaman rumput gajah, maka air yang melalui

lahan tersebut tidak langsung membawa partikel-partikel unsure hara keluar dari lapisan tanah

atau dengan kata lain tanah tidak tererosi sehingga kandungan unsur hara tanah tersebut

masih terjaga. Apabila hal tersebut dilakukan, maka bisa dipastikan nilai produksi tanaman

bawang akan meningkat, serta penggunaan lahan dengan kondisi apapun akan tetap terjaga

sehingga pola pertanaman yang sama masih dapat diusahakan untuk beberapa tahun ke

depan tanpa menggunakan biaya yang lebih banyak untuk nilai produksi yang lebih

tinggi/optimum.

3. Degradasi Lahan

Dalam praktek budidaya pertanian sendiri sering akan menimbulkan dampak pada

degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan

dampak pada sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang

menjalankan pertanian. Diantara kedua faktor, faktor manusialah yang berpotensi berdampak

positif atau negatif pada lahan, tergantung cara menjalankan pertaniannya. Apabila dalam

menjalankan pertaniannya benar maka akan berdampak positif, namun apabila cara

menjalankan pertaniannya salah maka akan berdampak negatif. Kegiatan menjalankan

pertanian atau cara budidaya pertanian yang menimbulkan dampak antara lain meliputi

kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk

dan insektisida) serta sistem budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan.
Gambar Degradasi Lahan

Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan

pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah.

Akibat degradasi oleh erosi ini dapat dirasakan dengan semakin meluasnya lahan kritis.

Berbagai praktek explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahannya

hendaklah dihindari. Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai dengan

upaya konservasi yang benar-benar. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlajutan

pengusahaan lahan, dapat dilakukan upaya strategis dalam menghindari degradasi lahan

melaui Penerapan pola usaha tani konservasi seperti agroforestry, tumpang sari, dan

pertanian terpadu; Penerapan pola pertanian organik ramah lingkungan dalam menjaga

kesuburan tanah; dan Penerapan konsep pengendalian hama terpadu merupakan usaha-

usaha yang harus kita lakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian kita.

PENUTUP

Dari beberapa kondisi yang ada di lapangan, maka perlu dilakukan hal-hal dalam

peningkatan kemampuan para petani akan pengetahuan kondisi lahan yang baik serta

berkelanjutan. Oleh karena itu, pengolahan tanah yang baik harus implementasikan lebih
kepada para petani agar keberlanjutan lahan dapat dipertahankan sehingga hasil yang

didapatkan dari usaha bertani dapat meningkat dari hasil yang didapatkan sekarang ini.

Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi

dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah

karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya

kandungan bahan organik tanah. Pengetahuan akan penggunaan pupuk organic oleh para

petani masih rendah. Selama ini, para petani masih cenderung menggunakan pupuk kimia

yang mempunyai kandungan/bahan kimia yang dapat mengurangi nilai unsure hara pada

tanah. Dengan kondisi tersebut, maka tidak bisa dipungkiri peran kita sebagai calon sarjana

pertanian sangatlah penting untuk implementasi penggunaan pupuk organic bagi kalangan

petani sehingga biaya produksi yang digunakan sedikit, namun jumlah produksi akan lebih

meningkat.

Anda mungkin juga menyukai