PREFORMULASI
1.1 Tinjauan Farmakologi Zat Aktif
1.1.1. Indikasi
Parasetamol merupakan derivat dari asetanilida yang
merupakan metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak digunakan
sebagai analgetikum, tapi pada tahun 1978 ditarik dari peredaran karena
efek sampingnya berupa nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiat dari
parasetamol ini adalah sebagai analgesik dan antipiretik, tetapi tidak
untuk antiradang. Dewasa ini parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri
yang paling aman juga untuk swamedikasi (pengobatan sendiri) (Tjay
dan Rahardja, 2008).
Parasetamol tidak mempengaruhi kadar asam urat dan sifat
penghambatan plateletnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan
sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pascapersalinan, dan
keadaan lain di mana aspirin tidak efektif sebagai analgesik (Katzung,
2002). Parasetamol dapat diberikan per oral dan per rektal untuk
mengatasi keluhan nyeri ringan hingga sedang, serta demam (Reynolds,
2007).
1.1.2. Farmakokinetika
Parasetamol diberikan secara oral. Penyerapannya
berhubungan dengan tingkat pengosongan perut, dan konsentrasi darah
puncak yang biasanya tercapai dalam 30-60 menit. Parasetamol sedikit
terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim
mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan glukoronida
acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5%
diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor, tetapi
sangat aktif (N-acetyl-p-benzoquinone) penting dalam dosis besar karena
efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh parasetamol adalah
2-3 jam dan relatif tidak berpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan
kuantitas toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua
kali lipat atau lebih (Katzung, 2002).
Parasetamol yang diberikan per rektal memiliki kecepatan
absorpsi yang lebih lambat dibandingkan bila diberikan secara per oral.
Parasetamol didistribusikan ke hampir sebagian besar jaringan tubuh.
Parasetamol dapat menembus plasenta dan terekskresi dalam air susu.
Parasetamol dimetabolisme terutama di liver dan diekskresikan melalui
urin terutama sebagai konjugat glukoronid dan sulfatnya. Kurang dari 5%
diekskresikan dalam bentuk tidak berubah (Reynolds, 2007).
Adapun bioavailabilitas dari parasetamol: 70 90% dengan
ikatan protein plasma antara 8 sampai 40%. T