Anda di halaman 1dari 8

PRINSIP PRINSIP DALAM ILMU BEDAH MULUT

Sebagaimana telah diketahui seorang ahli bedah mulut mempunyai pengetahuan


dasar, terutama mengenai Anatomi, Fisiologi, Farmakologi dan sebagainya.
Prinsip untuk dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik baiknya yang penting
adalah membuat :
I. Diagnosa Yang Tepat
Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang baik.
Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit dalam keseluruhannya,
walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang menjadi keluhan. Kita harus
membedakan struktur yang normal dengan yang sakit ( abnormal ) dan melatih diri untuk
dapat meraba dan mengenal bagian bagian yang abnormal, kemudian
menginterprestasikannya keperubahan perubahan patologis. Untuk dapat
membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan suatu riwayat kasus.
Riwayat Kasus
Untuk melengkapi riwayat kasus dibutuhkan pemeriksaan yang seksama yaitu
terhadap :
A. Keluhan utama ( Chief complain )
B. Penyakit sekarang ( Present illness )
C. Penyakit sebelumnya ( Past history )
D. Riwayat penyakit keluarga ( Family history )
E. Kebiasaan kebiasaan
F. Dan lain lain

Ad. A Yaitu keluhan menurut orang sakit sendiri
Ad. B Yaitu penyakit penyakit atau rasa sakit yang diderita orang sakit sekarang, penyebaran rasa
sakit, lamanya rasa sakit berlangsung, juga penyakit lain yang dirasakannya.
Ad. C Yaitu penyakit penyakit yang diderita sebelum ini, perawatan perawatan yang pernah
didapatkan, tempat- tempat perawatan dan lain lain.
Penyakit penyakit spesifik yang pernah diderita misalnya :
- Rematik
- TBC
- Penyakit penyakit kelamin
- Bleeding tendencies
Ad. D Yaitu perbedaan sosial dan pekerjaan orang sakit.
Ini penting untuk mengetahui lingkungan orang sakit sehubungan dengan penyakitnya,
seperti emosi, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Juga pekerjaan penting yaitu
exposure terhadap bahan bahan toxis, radiasi dan lain lain. Yaitu untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit keturunan.
Ad. E Kebiasaan, harus dicatat kebiasaan penderita seperti tidur, diet, dan cara makan dan
sebagainya.
Ad. F Misalnya alergi terhadap obat obatan dan lain lain.
Disamping riwayat kasus ini, tentu dibutuhkan pula pemeriksaan penanggulangannya seperti
pemeriksaan laboratorium dan rontgen untuk membantu menentukan diagnosa.

II. Rencana Perawatan
Setiap rencana perawatan disusun sedemikian rupa sehingga meliputi keadaan lokal,
kesehatan umum dan sosial ekonomi daripada pasien.
Seorang dokter gigi dan ahli bedah mulut tidak boleh melupakan bahwa dia merawat seorang
manusia dan bukan hanya sesuatu gigi atau gusi atau mulut saja. Untuk dapat melakkukan ini
tentunya dibutuhkan pengetahuan yang luas, tidak saja mengenai keadaaan dalam mulut
pasien yang dihadapi, tetapi juga mengenai keadaan umum daripada penderita tersebut.
Rencana perawatan tidak lepas daripada perawatan sebelum pembedahan dan tidak
kurang penting dari perawatan pasca bedah.
Dari rencana perawatan ini akan keluar 4 ( empat ) macam hasil yang akan dapat dilakukan
yaitu :
a. Observasi ( diamati selanjutnya )
b. Perawatan konservatif ( dirawat secara konservatif dengan pengobatan saja )
c. Pembedahaan ( diambil tindakan operasi )
d. Konsultasi ( dikirim kesejawat yang lebih ahli untuk dimintakan advis )

III. Perawatan Secara Pembedahan ( Tidakan Operasi )
Pada tindakan operasi harus diikuti syarat syarat sebagai berukut :
- Asepsis
Prinsip asepsis telah diakui dalam ilmu bedah mulut. Dengan bantuan antibiotika,
Anestetikum yang tepat, dan keseimbangan cairan yang baik, maka prosedur prosedur
bedah mulut telah banyak mengalami kemajuan, kasus yang fatal sekarang telah dapat
dikerjakan dengan baik. Tetapi ini saja belum cukup, harus disertai dengan tindakan asepsis
dalam hal ini dibutuhkan kebersihan. Walaupun rongga mulut tidak dapat disebut suci hama
menurut pekerjaan pembedahan tetpi sebelum tindakan - tindakan operasi daerah rongga
mulut sebaiknya dibersihkan dahulu dengan sesuatu larutan desinfektan, misalnya tingtura
yodii 3 % begitu juga dengan alat alat yang dipergunakan dan operator. Untuk menciptakan
keadaan asepsis ini, diperlukan sterilisasi yaitu suci hama.
- Atraumatic Surgery
Syarat sayrat yang tidak kurang pentingnya yaitu membuat trauma sekecil mungkin.
Bekerja hati hati tidak boleh kasar dan ceroboh dan dengan gerakan yang pasti. Tindakan
yang kasar menyebabkan terjadinya laserasi mukosa atau jaringan atau memudahkan
terjadinya infeksi dan memperlambat penyembuhan. Alat- alat seperti skalpel, jarum suntik,
jarum jahit haruslah tajam, karena jarum tumpul skalpel yang tidak tajam akan memperbesar
trauma.
Setiap gigi yang akan diambil melalui eksodosia tidak terlalu sama keadaannya.
Kenyataannya ada gigi yang mudah diambil, ada yang perlu membutuhkan pembukaan
lapisan jaringan lunak ( flap ) dan atau jaringan keras baik secara odontektomi dan atau
seksioning. Pada bedah yng membutuhkan pembukaan lapisan jaringan lunak ada beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan yaitu :
(1) Lapisan jaringan lunak harus direncana sedemikian sehingga persediaan darah akan tetap
dipertahankan.
(2) Pola lapisan jaringan lunak harus memberikan kemudahan dalam refleksinya agar jauh dari
tempat daerah operasi pembukaan tulang, lapisan jaringan lunak itu harus dapat menutup
daerah operasi secara sempurna saat dikembalikan pada posisi semula dan dapat ditahan
jahitan tanpa adanya ketegangan jaringan.
- Memenuhi Tatakerja Yang Teratur
Bekerja menurut tatacara kerja yang berurutan dan teratur yaitu cara kerja yang sistematis,
agar dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin dengan mengeluarkan tenaga sekecil
mungkin. Cara kerja ini berbeda untuk setiap operasi atau tindakan bedah mulut dan akan
dibicarakan nanti lebih lanjut.
Penulis lain ada yang menyatakan bahwa prinsip yang berlaku dalam eksodonsia sama
seperti yang berlaku dalam ilmu bedah yaitu bahwa eksodonsia harus dilakukan secara :
Asepsis, Atraumatik dan dibawah anastesi yang baik serta mempertimbangkan kesimbangan
cairan tubuh.

INFEKSI
Pada umumnya suatu infeksi ditentukan oleh (a) viruslensi organisme yang ada, (b)
jumlah organisme, (c) resistensi vital dari penderita.
Suatu operasi didaerah infeksi bernanah dianjurkan untuk menggunakan drin ( drain ) saat
luka ditutup.
Macam drin yang digunakan :
(a) Penrose drain yang dibuat dari kain kasa pipih terbungkus pipa karet tipis dalam berbagai
ukuran.
(b) Rubber tissue / rubber dam yang lebar dan panjangnya tertentu.
(c) Rubber tube, pipa karet yang ujungnya yang akan dimasukkan kedalam jaringan dan pada sisi
sisi pipa dilubangi pada beberapa tempat.
(d) kain kasa yodoform 5 % dengan lebar berbagai ukuran.
Kerja drin. Drin dimasukan kedalam luka insisi / rongga suatu abses dan dimasukan untuk
memberi kemudahan jalan bahan produksi infeksi keluar kepermukaan luar luka. Saat
memasang drin, sisakan beberapa centimeter panjang drin dipermukaaan luar dengan maksud
agar drin tidak menghilang kedalam luka serta akan mempermudah sat pengambilannya.
Drin yang terbuat dari pipa karet difiksasi pada permukaan luar untuk mencegahnya
masuk kedalan luka. Setiap hari drin harus diganti dan akan dihentikan bila cairan produk
infeksi sudah mengering, drin dihentikan dengan melepasnya dari luka dan membiarkan luka
menutup sendiri dalam proses penyembuhannya. Drin intra oral sebaiknya dihentikan
paling lama 3 ( tiga ) hari.
Kadang kadang dihadapi luka yang besar yang disamping membutuhkan drin juga
membutuhkan pembalut ( dressing ) kain kasa. Pembalut kasa ini bekerja lebih banyak
sebagai suatu pek ( pack ) dari pada suatu drin ( misalnya pada kasus osteomielitis, kavitas
kista tulang rahang, sinus maksilaris yang terbuka lebar ).
Dalam hal ini suatu pek diartikan sebagai suatu kain kasa pembalut yang ditempatkan
dalam suatu rongga luka dengan suatu tekanan dan berguna sebagai penghenti pendarahan,
penahan kavitas agar tetap tebuka smpai jaringan baru yang sehat memperkecil kavitas itu.
Bahan pek biasanya dari kain kasa yodoform 5 %. Suatu drin memberi kemudahan jalan
keluar bagi cairan hasil infeksi dari suatu kedalaman luka kepermukaan.

BENANG JAHIT
Insisi jaringan pada suatu operasi mukosa, mukoperiosteum, kulit didaerah rongga mulut
harus dijahit kembali pada posisi semula. Berbagai ragam benang bedah dapat digunakan
untuk maksud itu.
Untuk menjahit luka insisi intra oral biasa digunakan dengan anyaman sutera hitam (
braided black silk ) dari bebagai ukuran. Bahan bengan sutera ini tidak mengiritasi lidah,
kuat, warnanya mudah terlihat, murah.
Ada beberapa macam cara jahitan :
Untuk penutupan intra oral dilakukan dengan cara jahitan terputus ( interupted ), tetapi
dapat pula secara kontinyu ( continous ), untuk menjahit luka intra oral lebih disarankan
dengan cara terputus dari pada cara kontinyu karena bila ada salah satu jahitan yang harus
dilepas tidak perlu mengagngu seluruh deretan jahitan yang ada dan bila disalah satu jahitan
ada yang infeksi maka infeksi tidak dijalarkan kejahitan pada deretan lainnya. Untuk
menjahit luka insisi ekstra oral pada daerah fasial biasanya digunakan bengan nilon
monofilamen no. 5-0 yang terkait pada jarum tak bermata ( eyeless needles).
Cara jahitan pada kulit daerah fasial adalah trhough and trhough interupted sutures. Jahitan
subkuntan diperlukan agar pada pentutupan lukas insisi kulit tidak menimbulkan parut luka
dan cara ini akan memberi keuntungan kosmetis. Sebaliknya bila yang dihadapi adalah luka
insisi untuk mengeluarkan eksudat maka jahitan sibkuntan tidak diperlukan.
Macam macam jahitan :
a. Continous suture ( Jahitan bersambung )
b. Interupted matress ( Jahitan tilam terputus putus )
- datar
- vertikal
Dipergunakan untuk menjahit dimana ada tarikan atau tensi otot, karena jahitan ini tidak
menyobek jaringan.
c. Halsted suture
d. Continous : lock suturwe
Baik untuk menutup tepi gusi sesudah alveolektomi atau untuk menutup insisi yang panjang.

STERILISASI
Untuk menghindarkan atau memperkecil bahaya infeksi, seharusnya bekerja
secara asepsis, artinya melakukan pekerjaan dengan menjauhkan segala kemungkinan
kontaminasi dari pada kuman. Tindakan mensucihamakan atau desinfeksi, tidak hanya
dilakukan terhadap alat- alat yang dipergunakan saja, tetapi terhadap semua yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan luka.
1. Operator dan tim
2. Alat alat yang dipergunakan
3. Pasien terutama pada daerah pembedahan
4. Kamar operasi

1. Operator atau Tim
Syarat syarat operator atau tim dikamar operasi adalah bekerja asepsis.
a. Hidung, tenggorokan, tangan dan rambut dari tim operator adalah sumber pertama untuk
terjadinya infeksi.
b. Berpakaian di kamar operasi memakai tutup kepala dan hidung ( masker ) dan sepatu khusus
untuk tim dikamar oprasi
c. Membersihkan tangan dan semua alat- alat seperti cincin, gelang, jam tangan harus dibuka.
d. Untuk mencapai sucihama dari operator dan orang orang yang turut dalam operasi, maka
sebaiknya berkuku pendek.
Cara Desinfeksi Menurut Furbringer
a. Kuku kuku jari tangan dipotong pendek.
b. Tangan, kuku dan lengan bawah sampai siku harus dicuci dan digosok
dengan sikat yang lembut, diberi sabun desinfektan dan disiram dengan iar mengalir.
Penyikatan ini sebaiknya dilakukan dibawah keran air yang memancur / mengalir dan
dilakukan dengan cara yang teratur yaitu :
- Mula mula tangan satu persatu diberikan sabun desinfektan dan disikat, dari mulai kuku
jari, telapak tangan dan punggung tangan, melanjutkan kelengan bawah sampai kesiku. Lama
penyikatan 5 s/d 10 menit.
- Kemudian kedua tangan dan lengan bawah diberi sabun desinfektan sampai berbuih
dibiarkan beberapa saat baru disiram dibawah keran sehingga busa sabunnya hilang semua.
- Prosedur ini diuang ulang 2 atau 3 kali, masing masing 5 menit.
- Terakhir kali, kalau anda dapat dipergunakan sabun spiritus.
c. Tangan dan lengan bawah gosok dengan spiritus melitus atau alkohol 70 % dilakukan kira
kira 3 menit.
Dengan ini kedua tangan dan lengan dapat dipandang suci hama urutan selanjutnya :
a. Keringkan tangan dengan lap steril
b. Memakai baju operasi, caranya sebagai berikut :
- Ambil baju pada bagian dalamnya
- Masukan tangan kanan ke dalam lengan baju tanpa menyentuh bagian luar baju tersebut.
- Masukan pula tangan kiri kedalam lengan baju dan baju diikat oleh asisten
yang tidak ikut bekerja.
c. Membuka bungkus sarung tangan steril apabila dari pabrik
d. Memakai sarung tangan caranya :
-

2. Alat alat yang dipergunakan
Dinegara negara telah maju pada saat ini jarang kita lihat penggunaan sterilisasi dengan
air mendidih atau dry heat oven didalam ruang klinik. Pemakaian alat atau bahan yang
steril dari pabrik dengan pemakaian sekali pakai lebih banyak dipergunakan pada klinik
klinik tersebut.
Walaupun demikian teknik teknik sterilisasi teebut diatas ( air mendidih atau dry heat
oven ) masih dapat dipergunakan sepanjang masa dan dapat diandalkan sampai batas tertentu.
Prinsip sterilisasi untuk bedah adalah untuk membunuh atau menghentikan kerja
mikroorganisme yang dapat terkontaminasi dengan luka tersebut.

Macam atau cara sterilisasi
1. Autoclave
Cara Sterilisasi dengan uap bertekanan tinggi.
Ini merupakan cara atau metode yang dianggap paling efektif dan dapat
merusak spora spora yang resisten serta fungus. Penggunaan panas yang lembab dengan
tekanan tinggi ini menghasilkan kekuatan penghacur bakteri yang paling efektif terhadap
semua bentuk mikroorganisme.

Alat alat dan bahan bahan yang akan disterilisasi dalam AutoclaveI biasanya
dibungkus dahulu dalam kasa biasanya disteriliser dalam satu paket bedah, untuk sesuatu
jenis operasi.
Pembungkusan dengan kain kasa ini gunanya untuk mempertahankan sterilitas alat atau
bahan beberapa hari atau minggu diluar autoclave ( dalam lemari ). Ada
beberapa pabrik yang membuat kertas pembungkus sebagai ganti kain kasa. Kertas ini
mempunyai sifat sifat kain dan juga mempunyai kelebihan kelebihan dari pada
kain kasa. Sifatnya kurang poreus dari pada kain kasa, dan oleh sebab itu lebih sukar
ditembus oleh debu dan mikroorganisme, tetapi tidak dapat dipergunakan berkali kali. Alat
alat atau bahan bahan yang telah disterilkan di autoclave dengan pembungkus kertas yang
cukup dapat disimpan dilemari selama 2 4 minggu.
Lama atau waktu sterilisasi dengan autoclave tergantung dari besar kecilnya paket bedah.
Paket yang kecil dapat disterilkan dalam waktu 30 menit pada 250
0
F dengan tekanan 20 pon
( 10 kg ).
Sarung tangan dari karet merupakan bahan yang lebih peka terhadap tekanan uap dari
pada peralatan lainnya seperti pembalut, seprai dan instrumen dari metal. Oleh sebab itu
bahan dari karet cukup disteriliser dengan tekanan uap 15 pon atau 15 menit pada 250
0
F.

3. Pasien yang dioperasi
Pasien sendiri juga merupakan sumber infeksi. Sebelum operasi pasien harus
membersihkan giginya ( gosok gigi ), dengan sikat gigi atau obat kumur kumur. Untuk
pasien yang pulang hari ( out Pasien), sebaiknya pakaian luar dibuka dan diganti dengan
penutup dari klinik. Bagi pasien opname harus memakai pakaian rumah sakit.
Sebelum operasi pasien diberi penutup steril, hanya bagian yang kain diopersi saja yang
kelihatan. Penutupan ini dilakukan oleh asisten atau operator yang telah suci hama. Bagian
yang akan dioperasi diolesi dengan desinfektan.

4. Kamar Operasi
Keadaan kamar operasi harus sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan. Misalnya :
dinding tegel, porselen atau marmer, lantai tegel, warna sejuk ( putih atau biru muda
).
Alat alat yang dipergunakan seperti boor, lampu, meja bedah juga merupakan sumber
infeksi. Untuk mempergunakan sebaiknya dilakukan oleh seorang asisten yang tidak turut
dalam operasi tersebut. Apabila dalam keadaan terpaksa operator harus memegang alat alat
bantu, maka harus dilapisi dengan kasa / lap steril.
PEMPROSESAN ALAT ALAT / SARUNG TANGAN DAN PERLENGKAPAN
LAINNYA
Proses dasar pencegahan penyakit yang biasa digunakan untuk mencegah penyebaran
penyakit dari alat alat terkontaminasi, sarung tangan dan perlengkapan lainnya adalah :
Dekontaminasi
Pembersihan dan pencucian
Sterilissasi, atau desinfeksi tingkat tinggi
Pembuangan sampah

Anda mungkin juga menyukai