Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN PROTEIN PLASMA

(DENGAN METODA BIURET)




TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan adanya protein dalam darah

PRINSIP
Pembentukan warna violet dari protein dengan CuSO4, Albumin diperiksa setelah
mengendapkan globulin dengan Na2SO4 23%

TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur
lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein
ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme
kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat,
pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat
antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh
dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein,
misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung
protein nabati.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida
yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein
terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di
samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain
dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan
warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai
dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari
protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan
Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut
asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.
Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana
terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal
yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino
pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul
yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang
tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-
asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh
hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh
dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk
biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk
kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana
terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun
yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk
digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi
melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel
(Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan
gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus ratus jumlahnya,
namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino
antara lain memiliki titik leleh di atas 200 C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam
senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Ciri protein sebagai berikut :
1. Berat moleklnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul.
2. Umumnya terdiri atas 20 asam amino
3. Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan
rantai polipeptida menjadi stuktur tiga dimensi protein
4. Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi , temperatur, medium
pelarut organik, dan detergen.
5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif
dan susunan khas stuktural makromolekul.



Organisasi Struktur Protein
Struktur tiga dimensi dapat dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur,
yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Berbagai interaksi yang diperlukan untuk
mempertahankan masing-masing struktur tersebut merupakan pemisah tingkat organisasi satu
dengan lainnya.
Rentetan asam amino dalam suatu molekul protein disebut struktur primer protein.
Namun terdapat banyak hal pada struktur protein daripada hanya struktur primer. Banyak sifat
suatu protein ditentukan oleh orientasi molekul sebagai suatu keseluruhan. Bentuk (misalnya
suatu spiral) yang padanya suatu molekul protein menata kerangkanya, disebut struktur
sekunder.
Interaksi lebih lanjut seperti halnya kerangka untuk membentuk suatu bulatan, disebut
struktur tersier atau terjadinya folding (pelipatan) rantai alpha heliks, dll. Antaraksi antara sub-
unit protein tertentu, seperti antara globin-globin dalam hemoglobin, disebut struktur
kuartener.
Sifat Larutan Protein
1. Sifat Asam Basa
Sifat larutan asam basa suatu protein dalam larutan, sebagian besar ditentukan oleh gugus
R asam aminonya yang dapat berionisasi. Gugus NH2 dan COOH yang terdapat pada kedua
ujung rantai polipeptida sedikit sekali menunjang sifat asam-basa protein tersebut. Karena
perbedaan macam protein ditentukan oleh urutan asam amino dan konformasi polipeptidanya,
maka kemungkinan ionisasi gugus R itu dipengaruhi oleh gugus tetangganya.
Seperti pada asam amoni bebas, protein juga mempunyai titik isoelektrik, yaitu pada pH
yang menunjukkan jumlah muatan positif dan negatif sama dalam protein itu, sehingga pada
keadaan ini daya larut protein minimum. Pada pH ini protein tidak akan bergerak bila diletakkan
dalam medan listrik, pH isoelektriknya ditentukan oleh jumlah dan pK gugus R yang berionisasi.
Dalam larutan yang pH nya diatas pH isoelektrik. Protein bermuatan negatif dan kanan bergerak
ke anoda, pada pH sebaliknya protein bergerak ke katoda.
2. Pemisahan Protein
Pemisahan protein dari campuran yang terdiri dari atas berbagai macam sifat asam-basa,
umuran dan bentuk protein, dapat dilakukan dengan cara eletroforesis, kromatografi,
pengendapan dan perbedaan kelarutannya.
o Elektroforesis
Cara ini didasarkan pada kecepatan bergerak yang berbeda-beda dari protein dalam medan
listrik, pada pH tertentu. Cara in pertama kali dilakukan oleh Arne Tiselius pada tahun 1973.
o Kromatografi
Penentuan dan pemisahan campuran protein dengan cara kromatografi dilakukan berdasarkan
prinsip yang sama seperti untuk pemisahan dan analisa asam amino.
o Pengendapan protein sebagai garam
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu,
seperti misalnya, asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini menyebabkan
terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungstat,
fototungstat, dan metafosat. Protein juga dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti
Zn2+ dan Pb2+.
o Pengendapan dengan cara perbedaan kelrutan
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variabel yang
mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielketrik pelarut dan temperatur.
Pemisahan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik
yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai
daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada Ph isoelektriknya bebrapa protein akan
mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein
dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut
pengendapan isoelektrik.
Denaturasi protein
Denaturasi suatu protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya
ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu. Akibat suatu
denaturasi adalah hilangnya banyak sifat biologis protein itu. Salah satu faktor yang
menyebabkan denaturasi suatu protein ialah perubahan temperatur. Memasak putih telur
merupakan contoh denaturasi yang tak reversibel. Suatu putih telur adalah cairan tak berwarna
yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur akan
mengakibatkan albumin itu membuka lipatan dan mengendap; dihasilkan suatu zat padat putih.
Perubahan pH juga dapat menyebabkan denaturasi. Bila susu menjadi asam, perubahan pH yang
disebabkan oleh pembentukan asam laktat akan menyebabkan penggumpalan susu (curdling),
atau pengendapan protein yang semula larut. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
denaturasi adalah detergen, radiasi, zat pengoksidasi atau pereduksi (yang dapat mengubah
hubungan S S), dan perubahan tipe pelarut.
Beberapa protein (kulit dan dinding-dalam saluran pencernaan, misalnya) sangat tahan terhadap
denaturasi, sedangkan protein-protein lain sangat peka. Denaturasi dapat bersifat reversibel jika
suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut, seperti sedikit perubahan pH. Jika
protein ini dikembalikan ke lingkungan alamnya, protein ini dapat memperoleh kembali struktur
lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut renaturasi. Sayang renaturasi
umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali. Salah satu permasalahan dalam
penelitian protein ialah bagaimana mempelajari protein tanpa merusakkan struktur lebih
tingginya (struktur protein tersebut).
Fungsi Biologi Protein
o Enzim
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang
mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hamper semua reaksi kimia biomolekul organic di
dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa
reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
o Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari
satu organ ke organ lain Disini oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrient yang
menghasilkan energi. Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke
organ yang lain. Protein transport lain terdapat di dalam membrane sel dan menyesuaikan
strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrient lain membrane
menuju ke dalam sel.
o Protein Nutrien dan Penyimpan
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung,
dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein protein utama susu merupakan
contoh lain dari protein nutrient. Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.
o Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk berkontraksi,
mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan miosin adalah protein filamen yang berfungsi di
dalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga di dalam banyak sel bukan otot. Contoh lain
adalah tubulin, protein pembentuk mikrotubul. Mikrotubul merupakan komponen penting dari
flagella dan silia yang dapat menggerakkan sel.
o Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah untuk
memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Komponen utama dari urat dan tulang
rawan adalah protein serabut kolagen, yang mempunyai daya tenggang yang amat tinggi.
o Protein Pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain atau
melindungi organisme tersebut dari luka. Immunoglobulin atau anti-body pada vertebrata
adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat m,engenali dan mengendapakan
atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan
trombin, merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem
pembuluh terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga
berfungsi di dalam pertahanan tubuh.
o Protein Pengatur
Beberapa protein membantu aktivitas seluler. Diantara jenis ini terdapat sejumlah hormone
seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan kekurangannya menyebabkan penyakit
diabetes. Hormone pertumbuhan dari pituary dan hormone paratiroid, yang mengatur transport
Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang disebut repressor mengatur biosintesa enzim oleh
sel bakteri.
o Protein lain
Terdapat banyak protein yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah diklasifikasikan. Monelin,
suatu protein tanaman dari afrika yang mempunyai rasa yang amat manis.
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik
tertentu; protein globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai
polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat. Protein globular
biasanya larut di dalam system larutan (air) dan segera berdifusi ; hampir semua mempunyai
fungsi gerak atau dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein globular, seperti protein
transport pada darah, anti-bodi, dan protein penyimpan nutrient.
Protein serabut bersifat tidak larut di dalam air, merupakan molekul serabut panjang, dengan
rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat menjadi bentuk
globular. Hamper semua protein serabut memberikan peranan structural atau pelindung.
Protein serabut yang khas adalah -keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutera dan kolagen
dari urat.
Struktur protein ada 4 tingkatan yaitu :
a. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein
(rentetan asam amino dalam suatu molekul protein).
b. Struktur sekunder menunjukkan banyak sifat suatu protein, ditentukan oleh orientasi molekul
sebagai suatu keseluruhan, bentuk suatu molekul protein (misalnya spiral) dan penataan ruang
kerangkanya (ikatan hidrogen antara gugus N-H, salah satu residu asam amino dengan gugus
karbonil C=O residu asam yang lain).
c. Struktur tersier menunjukkan keadaan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan tali
gabungan (interaksi lebih lanjut seperti terlipatnya kerangka untuk membentuk suatu bulatan).
d. Struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Protein sederhana yang merupakan protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam
amino
b. Protein gabungan yang merupakan protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein.
Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
2. Reaksi-Reaksi Warna Protein
a. Reaksi Biuret
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptide dan protein. Reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara
Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan
peptide mempengaruhi warna reaksi ini.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah. Beberapa protein yang mempunyai
gugus CS-NH-, CH-NH- dalam molekulnya juga member tes warna positif dari reaksi biuret ini
membentuk suatu senyawa kompleks.
b. Pereaksi Xantoprotein
Reaksi warna Xantoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin benzena dari asam
amino penyusun protein. Tes dikatakan positif ditunjukkan dengan warna kuning yang
disebabkan terbentuknya suatu senyawa polinotrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan inti benzena, seperti tirosin, fenil
alanin, triptofan.
Pada penambahan senyawa alkai warna kuning akan hilang dan berubah menjadi kuning muda
sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi dengan alkali. Warna jingga ini apabila
diasamkan akan berubah warna kembali menjadi kuning.
c. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna biru atau ungu.
Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino ninhidrin.
Warna biru-ungu dapat dipakai untuk menentukan asam amino secara kuantitatif dengan
mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm. Dasar reaksi ini dipakai dalam alat
untuk penentuan asam amino.
d. Pereaksi Hopkins-Cole
Reaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai dengan terbentuknya cincin ungu
pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaki. Pebentukan cincin ini dikarenakan
terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari triptofan dengan aldehid. Aldehid disini diperoleh dari
asam glioksalat yang diapaki untuk test Adamkiewicz-Hopkins. Digunakan untuk menguji adanya
asam amino triptofan. Khususnya yang mengandung gugus indol.
e. Pereaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein sehingga pada
penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa merkuri. Untuk protein
yang mengandung tirosin atau triptofan penambahan pereaksi Millon menghasilkan warna
merah. Namun pereaksi ini tidak spesifik karena juga memberikan tes positif warna merah
dengan adany senyawa fenol. Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein
misalnya tirosin.
3. Uji Biuret
Uji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide dalam suatu
senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah
pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung protein ditetesi
dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan
berubah menjadi arna unggu maka larutan tersebut mengandung protein.
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan Cupri Sulfat (
CuSO4) encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus
amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam yang lain atau gugus yang lain
seperti : -CSNH2, -C(NH)NH2, -CH2NH2, -CRHNH2, -CHOHCH2NH2, -CHOHCH2NH2, -
CHNH2CH2OH, -CHNH2CHOH. Dengan demikian uji Biuret tidak hanya untuk protein tetapi zat
lain seperti Biuret atau malonamida juga memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah-violet atau biru-violet.
Intensitas warna tergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Penentuan protein cara
biuret adalah dengan mengukur optical density (OD) pada panjang gelombang 560 580 nm.
Agar dapat menghitung banyaknya protein maka perlu lebih dahuu dibuat kurva baku/standar
yang melukiskan hubungan antara konsentrasi protein dengan OD pada panjang gelombang
terpilih. Dibandingkan dengan cara Kjeldahl maka biuret lebih baik karena hanya protein atau
senyawa peptida yabf bereaksi dengan biurety, kecuali Press













ALAT DAN BAHAN
ALAT
Spektrofotometer
Sentrifuge listrik
Centrifuge tube
Pipet 0,05 ml, 10 ml, 1 ml
Waterbath
BAHAN
NaSO4 23%
Reagen biuret
Eter
Serum kontrol / standar
CARA KERJA














HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL

























PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan kadar protein secara biuret ini, penentuan kadar protein
didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang bewarna ungu.
Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam suasana basa alkali.
Reaksi ini dilakukan pada suasana basa alkali, dalam hal ini digunakan NaOH, basa kuat
memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan sehingga mampu mengikat ion H+ pada
larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut
dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan gugus amino, sehingga ion Cu+2 dapat
bereaksi dengan 4 gugus amino dari ikatan paptida protein.
Pada percobaan ini, terjadi pembentukan warna biru ungu, ini menunjukkan adanya
pembentukan senyawa kompleks dengan Cu+2. Pengukuran nilai absorbansi larutan
menggunakan suatu alat ukur yaitu spectrometer UV pada panjang gelombang 540 nm,
dengan alat ukur ini kita dapat secara sfesifik mengukur absorbansi atau % T dari
senyawa yang mengandung unsur logam, oleh sebab itulah larutan standar ditambahkan
dengan reagen biuret yaitu reagen yang mengandung ion logam dalam hal ini adalah
Cu2+. Dimana Cu2+ akan berikatan dengan 4 gugus asam amino membentuk kompleks,
semakin tinggi kosentrasi larutan protein semakin banyak ikatan peptide dalam larutan
maka pembentukan kompleks semakin banyak, ini dapat dilihat dari warna biru ungu
yang semakin pekat.
Warna dari larutan protein berbeda-beda dari berbagai konsentrasi. Semakin besar
konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat warna yang terbentuk, dan sebliknya.
Karena kita menggunakan panjang gelombang pada daerah 540 nm, maka raddiasi sinar
yang kita pakai adalah sinar UV-Visual.
Di dalam spektrofotometer, larutan protein mengadsorbsi cahaya yang diberikan
kepadanya. Hal ini merupakan wujud dari interaksi suatu atom dengan cahaya. Dimana
energi elektromagnetiknya ditransfer ke atom atau molekul sehingga partikel dalam
protein dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi, yaitu tingkat tereksitasi.
Dari hasil pengidentifikasian pada spektrofotometer, didapatlah harga transmitan
pada masing-masing konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka harga transmittan
yang didapat semakin besar juga. Dengan menggunakan rumus dari Hukum Beer, dari
harga transmittan yang diperoleh, dapat juga dihitung harga adsorban pada masing-
masing konsentrasi. Dimana, hubungan antara harga transmittan berbanding lurus
dengan harga adsorbannya.
Dari hasil data yang diperoleh, akan didapatkan suatu kurva antara adsorbansi
larutan protein dengan konsentrasinya. Kurva tersebut membentuk suatu garis lurus
yang linear. Ini dikarenakan larutan protein yang digunakan merupakan larutan encer
dengan konsentrasi yang kecil. Penyimpangan Hukum Beer akan berlaku jika larutan
protein yang digunakan mempunyai konsentrasi yang besar.
Namun, pada saat perbandingan antara larutan sampel dengan larutan standar
protein, menunjukkan perbedaan, hal ini mungkin dapat disebabkan akibat dari
kesalahan pengenceran pada larutan sampelnya.
Menurut literatur yang ada, transmittan yang baik terjadi pada daerah 0,2 sampai
0,8. tetapi dalam percobaan kami tidak didapatkan harga transmittan dalam daerah
angka tersebut.




















KESIMPULAN
Pada percobaan penentuan kadar protein secara biuret, terjadi pembentukan warna
biru ungu, ini menunjukkan adanya pembentukan senyawa kompleks dengan Cu+2.
Penentuan kadar protein secara biuret didasarkan pada pengukuran serapan cahaya
oleh ikatan kompleks yang bewarna ungu.
Semakin tinggi kosentrasi larutan protein semakin banyak ikatan peptide dalam larutan
maka pembentukan kompleks semakin banyak, ini dapat dilihat dari warna biru ungu
yang semakin pekat.
Pengukuran nilai absorbansi larutan menggunakan suatu alat ukur yaitu spectrometer
UV pada panjang gelombang 540 nm
Pengukuran dengan menggunakan spektofotometer yang baik adalah jika memiliki daya
serap antara 0,2 sampai 0,8


















DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ERLANGGA
Poedjadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Khopkar, S.M, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaums Easy Outlines, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit
Eralangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai