Anda di halaman 1dari 16

1 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri. Salah
satuminyak atsiri yang dihasilkan dan dapat dijadikan sumber devisa bagi negaraadalah
minyak sereh wangi. Sampai saat ini, Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis
minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar
wangi,minyak pala, minyak kayu putih dan minyak serehwangi.Minyak atsiri dihasilkan
dari hasil ekstraksi bahan baku. Ekstraksimerupakan proses pemisahan komponen-
komponen terlarut dari suatu campurankomponen tidak terlarut dengan menggunakan
pelarut yang sesuai (Sudjadi,1985).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan pelarut yang melibatkan
perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut (Aguilera, 1999). Pelarut yangdigunakan
merupakan pelarut organik yang mempunyai titik didih rendah, tidak beracun, dan
tidak mudah terbakar (Mamun dan Laksamanahardja, 1998). Kelarutan zat dalam
pelarut tergantung dari ikatan polar dan non polar. Zat polar hanya larut dalam pelarut
polar, sedangkan zat nonpolar hanya larut dalam pelarutnonpolar (Winarno, 1973).
Metode ekstraksi terdiri dari beberapa jenis, salah satu metode tersebut adalah
maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi tradisional. Pada metode maserasi
biasanya bahan direndam dalam tangki maserasi selama satu tahun. Metode maserasi
dapat menghasilkan ekstrak dengan baik namun kualitasnyatidak memenuhi standar.
Hal ini dimungkinkan karena adanya kebocoran danadanya penguapan selama proses
maserasi. Maserator modern terbuat dari stainless steel atau gelas dilengkapi dengan
agitator. Konsentrasi alakohol yangdigunakan sebagai pelarut 60%. Maserator ini
mampu menghasilkan ekstrak dengan kualitas yang baik dalam waktu 1-3 bulan
(Pursegloveet al ,1981).
2 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

Maserasi dibedakan menjadi 3, yaitu maserasi satu tahap, maserasi duatahap
dengan satu kali penyaringan dan maserasi dua tahap dengan dua kali penyaringan.
Maserasi dilakukuan pada suhu ruang untuk mencegah penguapan pelarut secara
berlebihan karena pengaruh suhu. Suhu terbaik untuk melakukan maserasi adalah 20-30
C (Kenichi dan Masanori, 1990).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun hal-hal yang akan kami bahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian ekstraksi dengan metode maserasi.
2. bagaimana prinsip kerja metode maserasi
3. bagaimana cara proses pelaksanaan metode maserasi.
4. Apa saja keuntungan serta kerugian dari ekstraksi metode maserasi.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. mengetahui defenisi ekstraksi dengan metode maserasi.
2. Mengetahui prinsip kerja metode maserasi
3. Mengetahui serta memahami proses pelaksanaan metode maserasi.
4. Mengetahui keuntungan serta kerugian dari ekstraksi metode maserasi.

1.4 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
proses ekstraksi dengan metode maserasi,menambah wawasan serta dapat mengetahui
cara-cara atau proses maserasi


3 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia.
2.2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan
dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini,
metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan
biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air
4 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika
ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya
jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.
Terdapat 2 Jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin : Metode Maserasi, Metode Soxhletasi,
Metode Perkolasi.
2. Ekstraksi secara panas : Metode Refluks, Metode destilasi uap






5 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

2.3. Pengertian Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam)
: adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam
buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995).
Ada beberapa pengertian yang muncul mengenai maserasi ini, yakni
diantaranya sebagai berikut :
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Sidik dan Mudahar, 2000).
2. Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan.
3. Maserasi adalah metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam
bahan sampel yang akan diekstrak (simplisia) selama beberapa waktu,
umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau
campuran pelarut dengan melakukan pengadukan beberapa kali pada suhu
kamar.
4. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong
atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi.
5. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) :
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati.
6. Maserasi adalah pelunakan melalui perendaman dalam cairan. Dalam
dermatologi, maserasi mengacu pada pelunakan kulit karena kelembaban
berlebihan dan terus-menerus sehingga memudahkan infeksi kulit (Kamus
Kesehatan.com) .
6 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

Jadi Maserasi merupakan salah satu proses pengekstrakan simplisia dengan
cara merendam simplisa dengan menggunakan pelarut yang sesuai pada suhu
kamar.

2.4. Tujuan Maserasi

Tujuan dari metode ini adalah untuk menyaring simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Maserasi juga digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
sitrak, dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-
etanol atau pelarut lain. Bila cairan yang digunakan adalah air maka untuk
mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan
diawal penyarian.

- Maserasi digunakan untuk menyari simplisia seperti berikut :

1. Simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.
2. Simplisia yang tidak mengandung zat aktif yang mudah mengembang dalam
cairan penyari
3. Simplisia yang tidak mengandung benzoin, stirak dan lilin.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari
suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut
pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya
aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode
Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.
7 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut
tersebut. Biasanya menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau
setengah air, misalnya etanol encer, sehingga Secara umum dapat dikatakan
bahwa pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses
isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan
metabolit sekunder.
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut
non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang
berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan
yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini
akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).






8 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

2.5. Prinsip Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dimana prinsip utama
dari proses maserasi ini adalah Perendaman. Dimana proses perendaman ini
dilakukan dengan merendam simplisia dengan suatu cairan penyari yang sesuai
pada temperatur kamar dalam keadaan terlindung dari cahaya matahari langsung.

Pada proses perendaman ini terjadilah proses difusi, dimana Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah. Dalam teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi
direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan
karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat
aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang
berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan
yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel.

Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan
konsentrasi (istilahnya jenuh). Cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. ( proses difusi ). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel .




9 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

2.6. Prosedur Kerja Maserasi
Untuk mendapatkan ekstrak dari suatu simplisia dengan menggunakan
metode maserasi ini, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Penyiapan alat dan bahan

yaitu : bejana (toples 2 liter) aluminium foil, benang kasur, gunting, kapas,
corong, batang pengaduk, botol 600 ml dan botol-botol vial, sampel dan cairan
penyari metanol.

b. Cara Kerja

Wadah maserasi berupa toples dicuci sampai bersih , dikeringkan dan
dibilas dengan metanol, kemudian sampel yang telah digunting-gunting kecil
ditimbang sebanyak 500 gram dan dimasukkan kedalam toples dan ditekan
dengan batang pengaduk hingga rata permukaannya, lalu ditambahkan pelarut
metanol kira-kira 2 bagian dari sampel kemudian ditutup dengan aluminium foil
dengan rapat dan diikat dan benang kasur dan disimpan pada tempat yang tidak
terkena cahaya langsung pada temperatur kamar. Setelah 24 jam sampel diaduk-
aduk hingga sampel bagian bawah berada pada bagian atas setelah 5 hari sampel
disaring dengan menggunakan kertas saring atau kapas bebas lemak kedalam
botol-botol penampung. Ampasnya dimasukkan kembali kedalam toples dan
dilakukan seperti semula. Maserasi dilakukan 3x 5 hari, ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dienaptuangkan selama semalam, filtrat dan endapan
dipisahkan. Filtrat diambil dan diuapakan hingga kering atau kental dan
selanjutnya diidentifikasi komponen kimianya.


10 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari
75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil
diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali
dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi,
lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak
bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.

2.7. Kelebihan dan Kekurangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa Metode ekstraksi dengan Maserasi ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan
metode ini adalah sebagai berikut :
Kelebihan dari metode ini :
1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
3. Prosesnya relatif hemat penyari
4. Tanpa pemanasan
5. cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
dan mudah diusahakan.
Kekurangan dari metode ini :
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
sebesar 50% saja
11 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
3. Cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Cairan penyari yang digunakan pada metode maserasi ini dapat berupa air,
etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk
mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan
pada awal penyarian.
2.8. Modifikasi Maserasi

1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40 50
o
C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan
antara lain:
A. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
B. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
C. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.
D. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.

2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
12 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi
masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang
akan didapatkan :
1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai
dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah
tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.
2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan
penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar
memberikan hasil penyarian yang maksimal.

Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih
baek daripada yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama.


13 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

2.9. Maserasi Pada TINGTUR (TINCTURA)
Tinctura adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam
pelarut yang tertera pada masing masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,
tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat keras.
Cara Pembuatan :
Cara Maserasi , kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :
Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam
sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5
hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras, cuci ampas
dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.









14 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas yang dapat kami simpulkan adalah :
1. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia.
2. Ekstraksi ada dua jenis :
Ekstraksi secara dingin : Metode Maserasi, Metode Soxhletasi,
Metode Perkolasi.
Ekstraksi secara panas : Metode Refluks, Metode destilasi uap
3. Kelompok 1 membahas ektraksi dengan menggunakan metode maserasi,
dimana maserasi itu adalah suatu metode sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan
pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol
encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku
resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995).
4. Tujuan dari maserasi tersebut adalah untuk menyaring simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin
5. Maserasi digunakan untuk menyari simplisia seperti berikut :
a) Simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan
penyari.
b) Simplisia yang tidak mengandung zat aktif yang mudah
mengembang dalam cairan penyari
c) Simplisia yang tidak mengandung benzoin, stirak dan lilin.
6. Prinsip utama dari metode maserasi ini adalah perendaman.
15 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I


1.2. Saran

Demikianlah uraian pembahasan dari makalah kelompok kami, apabila ada
kesalahan baik dari penulis dan penggunaan kata kata yang tidak sesuai ataupun
penguraian yang kurang jelas kami mohon maaf. Tentunya sebagai manusia biasa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu bimbingan atau
kritikan yang diberikan kepada kelompok kami pastinya akan membangun kami untuk
menjadi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami mudah
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.













16 | E K S T R A K S I - MA S E R A S I


DAFTAR PUSTAKA
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum
Fitokimia. UIN
Ditjen POM, (1986), "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan
RepublikIndonesia, Jakarta.
Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.
ITB:Bandung. 3-5.
Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia, Cet 1 ,Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai