Anda di halaman 1dari 7

a.

Patofisiologi Tifoid
Kuman S. thypii masuk kedalam tubuh manusia lewat mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam lambung
sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri
diileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman kemudian menenmbus kelamina propia,
masuk kelairan limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami
hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini kuman kemudian masuk
kealiran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman S. thypii yang lain mencapai
hati melalui sirkulasi portal dari usus, S. thypii bersarang diplaque peyeri , limpa, hati
dan bagian-bagian lain system retikuloendotelial . Semula disangka demam dan
gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endoktesimia, tapi
kemudian didasarkan pada penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endoktesimia
bukan penyebab utama dari demam dan gejala-gejala dari toksemia pada demam
tifoid. Demam disebabkan karena S. thypii dan endotoksinnya merangsang sintesis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
1. Demam Tifoid

a. Epidemiologi
Demam tifoid masih merupakan golongan penyakit endemic, penyakit ini secara
endemic masih bersifat sporadic.demam tifoid dapat ditemukan didaerah endemic
dan sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh kuman salmonella
typhi (s. typhi), terdapat dua sumber penularan s.thypi yaitu pasien dengan demam
tifoid dan yang lebih sering karier. Didaerah endemic, trasmisi terjadi melalui air
yang tercemar s.thypi, sedangkan makanan yang tercemar oleh carier eruakan
sumber penulaan tersering didaerah non endemic.
b. Patogenesis
Masuknya kuman salmonella thypi dan salmonella parathypi kedalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan didalam lambung, sebagian lolos masuk kedalam usus dan
selanjutnya berkembang viak. Bila respon imunitas huoral mukosa (IgA) usus
kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan
selanjutnya ke lamina propina. Di laina propina kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak didalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague peyeri
ileum distal dan selanjutnya dibawa kekelenjr getah bening mesentrika. Selnjutnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat didalam makrofag ini masuk
kedalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik)
dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limfa. Di
organ organ ini kuman eninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang
biak diluar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah
lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut instabilasi vascular, gangguan mental dan koagulasi.
c. Diagnosis
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negative tidak
menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis
demam tifoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2-3
minggumemastikan diagnosis diagnosis demam tifoid. Reksi tunggal dengan titer
antibody O 1:320 atau titer antibody H 1-640 menyokong diagnosis demam tifoid
pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien, uji widal
tetap negative pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.
Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid yaitu:
1. Istirahat dan perawatan bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan.
2. Diet dan terpi penunjang (simtomatik dan suportif) bertujuan untuk
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasiensecara optimal
3. Pemberian anti mikroba bertujuan untuk menghentikan dan mencegah
penyebaran kuman.
Antimikroba yang diberikan seperti :
Kloramfenikol
Merupakan pilihan obat pertama untuk demam tifoid di Indonesia. Dosis yang
diberikan adalah 4x500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau
intravena. Diberikan sampai dengan 7 hai ebas panas.

Tiamfenikol
Dosis yang diberikan hmpir sama dengan kloramfenikol, akan tetapi komplikasi
hematologi, seperti kemungkinan terjadi anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4x500 mg,
demam rata-rata menurun pada hari ke 5-6.
d. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Angka kematian pada anak-anak 2,6%, pada orang dewasa 7,4 %, rata-rata 5,7
a. Pencegahan penyakit
Preventif dan control penularan
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar
biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman
salmonella thypi sebagai agen penyakit dan factor penjamu (host) serta factor
lingkungan.
Secara gars besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid yaitu :
1. Identifikasi dan eradikasi salmonella thypi baik pada kasus demam tifoid
maupun kasus karier tifoid
2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi salmonella thypi akut
meupun karier
3. Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi
Faktor-faktor yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh.
b. Factor non spesifik
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme. Factor ini meliputi :
1. Pertahanan fisik
Meliputi, kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin dapat
mencegah berbagai kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak oleh
luka bakar dan selaput lendir yang rusak misalnya oleh karena asap rokok akan
meningkatkan risiko infeksi.
2. Pertahanan larut
Meliputi, pertahanan Biokimia dimana bahan yang disekresi mukosa saluran
napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen
merupakan bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik
dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu dapat
melindungi tubuh terhadap kuman positif-Gram dengan jalan menghancurkan
dinding kuman tersebut.
Air susu ibu mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
anti bacterial terhadap bakteri dan E. coli dan stafilococus.
Lisozim yang dilepas makrofag dapat menghancurkan kuman negative-Gram
dengan bantuan komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat
mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman pseudomonas.
Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna, mengandung banyak mikroba,
biasnya berupa bakteri dan virus, kadang jamur atau parasit. Sekresi kulit yang
bakterisidal, asam lambung, mucus dan silia disaluran napas membantu
menurunkan jumlah mikroba yang masuk tubuh, sedang epitel yang sehat
biasanya dapat mencegah mikroba masuk kedalam tubuh. Dalam darh dan sekresi
tubuh, enzim lisosom banyak membunuh bakteri dengan mengubah dinding
selnya. IgA juga merupakan pertahanan permukaan mukosa.
3. Pertahanan humoral
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit
dengan jalan, opsonisasi.
a. Komplemen dapat menghancurkan sel membrane banyak bakteri (C8-9)
b. Komplemen dapat berfungsi sebagai faktor kemotaksis yang mengerahkan
makrofag ketempat bakteri (C5-6-7)
c. Komplemen dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag
untuk mengenal (opsonisasi) dan memakannya (C3b, C4b).
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus. Dan dilepas sebagai respobs terhadap infeksi virus.
Interveron mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel
yang telah terserang virus tersebut. Disamping itu, interferon dapat pula
mengaktifkan natural killer cell sel NK untuk membunuh virus dan sel neoplasma.
Sel NK membunuh sel terinfeksi virus intraselular, sehingga dapat menyingkirkan
reservoir infeksi. Sel NK memberikan respon terhadap IL-12 yang diproduksi
makrofag dan melepas IFN- yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh
mikroba yang sudah dimakannya.
C-Reactive Protein CRP dibentuk tubuh pada infeksi dan berperan sebagai
opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
4. Pertahanan selular
Sispem imun selular meliputi :
Fagosit. Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel
utama yang berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Fagositis
dini yang efektif pada invasi kuman, akan dapat mencegah timbulnya penyakit.
Proses fagositis terjadi dalam beberapa tingkat yaitu : kemotaksis, menangkap,
membunuh, dan mencerna.
Sel Mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahanan penjamu yang
jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan pada
imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri. Berbagai
factor non-imun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas, dan dingin
dapat pula mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mast.
c. Factor spesifik
Pada factor imun spesifik ini memerlukan waktu sebelum dapat memberikan
responnya dan memiliki kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang
pertama timbul dalam badan yang segera dikenal system imun spesifik, akan
mensensitasi sel-sel system imun tersebut. Bila sel system tersebut terpajan ulang
dengan benda asing yang sama, yang akhir akan dikenal lebih cepat dan
dihancurkannya.
System imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara
antibody, komplemen, fagosit, dan antara sel T-Makrofag.
1. System imun spesifik humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B yang
berasl dari multipoten dalam sumsum tulang. Bila sel b dirangsang benda asing, sl
tersebut akan berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat
membentuk antibody, dimana antibody yang dilepas dapat ditemukan dalam
serum dan fungsi utama antibody adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi
bakteri, virus dan menetralisasi toxin.
2. System imun spesifik selular yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang
dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi diferensiasi dan poliferasinya terjadi dalam
kelenjar timus atas pengaruh berbagai factor asal timus dan umumnnya berfungsi
untuk :
Membantu sel B dalam memproduksi anti bodi
Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
Mengontrol ambang dan kualitas system imun.
Fungsi utama system imun seluler ialah pertahanan terhadap mikroorganisme yang
hidup intraselular seperti virus, jamur, parasit, dan keganasan.
Sel T terdiri dari beberapa sel subset yaitu :
a. Th (T helper), menolong sel B dalam memproduksi antibody
b. Ts (T supresor), menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B
c. Tc (T cytotoxic), mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel alogenik
dan sel sasaran.
d. Sel Tdh(T delayed hypersensitivity), sel yang berperan pada pengerahan
makrofag dan sel inflamasi lainnya ketempat terjadinya reaksi lambat.


PATOFISIOLOGI DEMAM

Demam, yang berarti temperature tubuh diatas batas normal atau biasa (36,6-
37,5), dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak,
atau dehidrasi.

PENGATURAN SUHU TUBUH
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme umpan balik saraf, dan
hamper semua mekanisme ini bekerja melalui pusat pengaturan suhu yang terletak
pada hipotalamus. Akan tetapi, agar mekanisme umpan balik ini bekerja, juga harus
terdapat detektor suhu untuk menentukan bila suhu tubuh menjadi terlalu panas atau
terlalu dingin. Beberapa dari reseptor tersebut adalah sebagai berikut:
Reseptor suhu. Mungkin reseptor suhu yang paling penting untuk mengatur
suhu tubuh adalah banyak neuron peka-panas khusus yang terletak pada area
preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran impuls bila suhu
meningkat dan mengurangi impuls yang keluar bila suhu turun. Kecepatan cetusan
kadang-kadang meningkat sebanyak 10 kali pada peningkatan suhu tubuh sebesar
10C.
Selain neuron peka panas area proptika ini, reseptor lain yang peka terhadap
suhu adalah: (1) reseptor suhu kulit termasuk reseptor panas dan dingin ( tetapi
reseptor dingin empat sampai sepuluh kali reseptor panas) yang menghantarkan
impuls saraf ke medula spinalis dan kemudian ke daerah hipotalamus otak untuk
membantu mengatur suhu tubuh dan (2) reseptor suhu dalam medula spinalis,
abdomen dan mungkin struktur dalam lainnya pada tubuh yang juga menghantarkan
isyarat, juga terutama isyarat dingin, ke susunan saraf pusat untuk membantu
mengontrol suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai

  • Manajemen Puskesmas 1
    Manajemen Puskesmas 1
    Dokumen46 halaman
    Manajemen Puskesmas 1
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-5
    Bab 1-5
    Dokumen33 halaman
    Bab 1-5
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen35 halaman
    Hernia
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Poli
    Poli
    Dokumen14 halaman
    Poli
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Dekwi
    Dekwi
    Dokumen3 halaman
    Dekwi
    Shinta Wulandhari
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Tulang Wajah
    Fraktur Tulang Wajah
    Dokumen21 halaman
    Fraktur Tulang Wajah
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Season IV
    Season IV
    Dokumen10 halaman
    Season IV
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • MK Iv
    MK Iv
    Dokumen37 halaman
    MK Iv
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Odontogenik
    Infeksi Odontogenik
    Dokumen6 halaman
    Infeksi Odontogenik
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Trombositopenia
    Trombositopenia
    Dokumen10 halaman
    Trombositopenia
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • ODONTOGENIK
    ODONTOGENIK
    Dokumen18 halaman
    ODONTOGENIK
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen4 halaman
    Malaria
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Dokumen8 halaman
    Demam Tifoid
    dzihnun
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen35 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen14 halaman
    Makala H
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen24 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Intrumen Riset
    Makalah Intrumen Riset
    Dokumen16 halaman
    Makalah Intrumen Riset
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Dokumen18 halaman
    Kelompok 4
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen47 halaman
    Bab I
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Genetika
    Genetika
    Dokumen3 halaman
    Genetika
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hipokondriasis 2013
    Makalah Hipokondriasis 2013
    Dokumen5 halaman
    Makalah Hipokondriasis 2013
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Agoraphobia
    Agoraphobia
    Dokumen9 halaman
    Agoraphobia
    Wen Pau Min 温宝明
    100% (1)
  • PENYALAHGUNAAN OBAT
    PENYALAHGUNAAN OBAT
    Dokumen31 halaman
    PENYALAHGUNAAN OBAT
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Farmakodinamik
    Pengertian Farmakodinamik
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Farmakodinamik
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Hak Asasi Manusia
    Hak Asasi Manusia
    Dokumen4 halaman
    Hak Asasi Manusia
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat
  • Imunoglobulin G Terdiri Dari 4 Subkelas
    Imunoglobulin G Terdiri Dari 4 Subkelas
    Dokumen4 halaman
    Imunoglobulin G Terdiri Dari 4 Subkelas
    NiMadeSuarthaputridewi
    Belum ada peringkat