Solut yang tak menguap akan merendahkan tekanan uap
larutan. Fenomena ini juga mempengaruhi sifat fisika lain dari larutan, terutama titik beku dan titik didihnya. Titik didih normal aalah suhu di mana tekanan uap dari cairan sama dengan 1 atm. Sedanngkan titik beku normal adalah suhu di mana garis kesetimbangan padat-cair akan berpotongan garis tekanan 1 atm (Hiskia, 2005 : 40) 2) Dalam menggambarkan pengaruh zat terlarut pada penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, satu-satunya pembahasan yang kita berikan ialah bahwa zat terlarut harus takarsiri, susunan kimia zat terlarut tidak menjadi masalah, tetapi konsentrasi partikel zat terlarutnya yang penting. Karena itu, kita dapat menggunakan gejala-gejala ini untuk menghitung massa molekul zat. Untuk mendapatkan massa molekul suatu zat dengan cara percobaan harus ditentukan ddua macam nilai yaitu, massa dari zat dan jumlah molnya. Sesudah diketahui maka perbandingan antara jumlah gram dan molnya merupakan harga dari massa molekul zat (BM). Drai harga penurunan titik beku Tb, serta konstanta penurunan titik beku maka dapat dihitung molalitasnya zat dalam larutan dengan menggunakan persamaan : m= Tb/Kb. Dari molalitas akan didapat jumlah mol solut per kg solven. Dengan mengalikan harga perbandingan ini dengan jumlah kilogram solvenyang sebenarnya ada dalam larutan akan didapat jumlah mol solut dalam larutan yang kita cari tersebut. Akhirnya massa molekul atau berat molekul (Mr) adalah perbandingan gram solut dan mol solut (Brady, 1999 : 681 3) Bila suatu zat terlarut yang tidak menguap dilarutkan dalam suatu pelarut, titik beku pelarut berkurang. Berkurangnya Tf ditentukan sebagai : Tf =(RTf2 lnX2)/(H peleburan) Jika Tf tidak besar sekali dan larutan tersebut ideal. H peleburan adalah panas peleburan molar dari pelarut, X2 adalah fraksi mol zat terlarut dan Tf adalah titik beku sebenarnya. Untuk larutan sangat encer dan yang bersifat ideal. Persamaan di atas menjadi lebih sederhana, yaitu : Tf =Kf .m Di mana Kf adalah konstanta penurunan titik beku dan dinyatakan sebagai : Kf = (MRT^2)/(H lebur 1000) Di mana M adalah bobot molekul pelarut, dan m adalah molalitas zat terlarut. Dengan bantuan penurunan titik beku, kuantitas seperti bobot molekulzat terlarut, aktivitas dan koefisien Aaktivitas, konstanta disosiasi dari elektrolit lemah dan faktor vant hoff dapat ditentukan (Dogra, 2008 : 552-553). 4) Perhitungan massa molekul relatif, yaitu : Tb = Kb.m m = mol/(kg pelarut) W1 = berat pelarut dalam gram W2 = berat zat terlarut dalam gram M1 = massa molekul relatif pelarut M2 = massa molekul relatif zat terlarut Mol = W2/M2 m = 1000/w1 X W2/M2 Tb = Kb X 1000/w1 X W2/M2 Dengan cara yang mirip dapat ditentukan Tf = Kf.m Tf = penurunan titik beku Kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik m = kemolalan dapat disimpulkan bahwa : Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa. Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku yang sama, pada tekanan yang sama. Kf dan Kb diperoleh dari Penurunan data termodinamika Eksperimen Dari data termodinamika K = (RT^2)/1000L (Hiskia,2005 : 40) 5) Selisih antara titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku. Tf = titik beku pelarut titik beku larutan. Penurunan titik beku , Tf bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu di mana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku Tf = (titik beku pelarut titik beku larutan) = Kf.m. Di mana m adalah molallitas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, perubahan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalamnya pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (Anonim, 2010) 6) Tekanan uap suatu zat cair menentukan titik beku (dan juga titik didih) dari zat cair itu sendiri. Adanya zat terlarut di dalam suatu pelarut dapat menyebabkan perubahan tekanan uap, dan berarti menyebabkan perubahan titik beku (tim Dosen Kimia Fisik, 2010 : 29) 7) 2.1.1 Air Nama IUPAC adalah Dihidrogen monoksida, Oksida. Nama Lain dari air adalah Hidroksilik acid, Hidrogen Hidroxida. Rumus Molekulnya H2O. Massa molar 18,01528 g/mol. Berupa cairan tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau pada keadaan standar, memiliki massa jenis 0,998 g/cm3 (cairan pada 200C), 0,92 g/cm3 (padatan). Titik lelehnya 0 C, 32 F (273.15 K) dan memiliki titik didih 100 C, 212 F (373.15 K). Kalor jenis air adalah 4184 J/(kgK) (cairan pada 20 C). Viskositas : 0.001 cP pada 20 C. Bentuk molekulnya hexagonal (Anonim,2011). 8) 2.1.2 Asam Asetat Asam asetat, CH 3 COOH adalah asam organik yang memberikan cuka rasa asam dan aroma yang tajam dan merupakan asam lemah , dalam hal ini hanya sebagian dipisahkan asam dalam larutan. Nama lainnya : Asetil hidroksida, Ethylic acid, Hidrogen asetat, Methanecarboxylic acid. Sifat fisik : Rumus molekul C2H4O2, massa molar 60,05 g mol -1, penampilannya cair , density kepadatan 1,049 g / cm 3 ( l ) 1,266 g / cm 3 ( s ), titik lebur : 16,5 C, 290 K, 62 F, titik didih :118,1 C, 391 K, 245 F, larut dalam air, memiliki keasaman : 4.76 dan viscosity : 1,22 mpas. Asam asetat pekat adalah korosif, karena itu harus ditangani dengan perawatan yang tepat, dapat menyebabkan luka bakar kulit, kerusakan mata permanen, dan iritasi pada selaput lendir. Asam ini tidak kompatibel, disarankan untuk menjaga asam asetat dari asam kromat , glikol etilen , asam nitrat , perklorat asam , permanganates , peroksida dan hidroksil (Anonim, 2011). 2.1.3 Garam Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam, garam dapur yang merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. Garam yang biasa dimakan itu biasanya digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Adapun sifat fisika dan kimia dari Natrium Klorida adalah sebagai berikut: berbentuk kristal, tidak berwarna, higroskopis, sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam air dan gliserol, memiliki berat molekul 58,44 g/mol, berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan kristal, titik lelehnya 801oC, titik didihnya 1,413oC (Anonim, 2011). 2.1.4 Naftalen Naftalen juga dikenal sebagai nafthalin, tar kapur, tar putih, albokarbon, atau nafthene. Sifat fisik naftalen : rumus kimia C10H8, massa molar 128.17 g/mol, density 1.14 gcm-3, tidak dapat larut dalam air, alkohol, larut dalam eter dan benzen, titik cair 80.5 C, titik didih 128,17 gmol-1, Berwarna putih kristal dan memiliki bau yang kuat. Naftalen mudah menguap dan mudah terbakar. Naftalen merupakan hidrokarbon padat berwarna putih, yang diperoleh dari penyulingan fraksional batu bara. Sebagian besar naftalen yang diproduksi digunakan sebagai bahan baku pembuatan resin alkil untuk pembuatan plastik. Sebagian kecil untuk zat warna dan bahan kimia lain. Penggunaan langsung adalah sebagai pengusir ngengat (Anonim,2011). 1) 2.2 Penentuan titik beku larutan Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarur padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni (Soekardjo,1989). Tf = Kf . m dimana, Tf = penurunan titik beku Kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik m = kemolalan Dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada tekanan tetap, penurunan titik beku suatu larutan encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa. 2. Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik beku yang sama, pada tekanan yang sama (Achmad,1996). Penurunan rumus, diperoleh bahwa penurunan titik beku juga sebanding dengan konsentrasi zat terlarut (molalitas). Diperoleh persamaan sebagai berikut: Tf = m Pada kenyataannya, persamaan ini tidak hanya berlaku untuk larutan yang mengandung zat terlarut non volatil, tetapi juga berlaku untuk larutan yang mengandung zat terlarut volatile (Bird,1993).
VIII. PEMBAHASAN Pada percobaan ini untuk menentukan berat molekul (Mr) naftalena dilakukan dengan cara berdasarkan penurunan titik beku laruutan. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan titik beku pelarut dan titik beku larutan larutan untuk mengetahui penurunan titik bekunya. Pelarut yang digunakan yaitu benzena dan zat terlarut yang digunakan yaitu naftalena. Mula-mula pelarut benzena ditentukan titik bekunya dengan cara mendinginkan pada air es dan dilakukan pengukuran suhu sampai konstan. Dari hasil percobaan diperoleh titik beku benzena yang konstan yaitu 6,0 oC. untuk titik beku larutan digunakan dua macamkonsentrasi zat terlarut yaitu 0,25 molal dan 0,5 molal. Dari hasil analisis data, pada konsentrasi 0,25 molal digunakan massa zat terlarut (naftalena) sebesar 0,8428 gram, sedangkan pada konsentrasi 0,5 molal digunakan massa zat terlarut (naftalena) sebesar 1,6875 gram. Penentuan titik beku larutan sama perlakuannya dengan menentukan titik beku pelarut. Tetapi pada titik beku larutan digunakan camppuran benzena dengan naftalena. Dari hasil percobaan diperoleh titik beku larutan pada larutan pada 0,25 molal yang konstan yaitu 3,0 K. sedangkan titik beku larutan pada 0,5 molal yang konstan yaitu 2,0 K. Dari hasil analisis data, diperoleh Tf untuk konsentrasi 0,25 molal yaitu 3,0 K dan Tf utnuk konsentrasi 0,5 molal yaitu 4,0 K. dari harga Tf tersebut dapat ditentukan harga tetapan krioskopik menggunakan persamaan Tf = Kf X m. dari persamaan diperoleh harga Kf untuk konsentrasi 0,25 molal yaitu 12 K/molal dan Kf untuk konsentrasi 0,5 molal yaitu 8 K/molal. Pada penurunan titik beku larutan terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi dari naftalena maka penurunan titik bekunya semakin rendah. Hal ini telah sesui dengan teori yang menyatakan bahwa semakin bannyak atau semakin tinggi konsentrasi naftalena yang dilarutkan maka penurunan titik bekunya semakin rendah. Berdasarkan hasil percobaan ini, dipeoleh berat molekul untuk zat terlarut naftalena pada konsentrasi 0,25 molal yaitu 127,9878 g/mol. Sedangkan berat molekul zat terlarut neftalena pada konsentrasi 0,5 molal yaitu 127,9954 g/mol. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini telah sesuai dengan teori. Menurut teori berat molekul (Mr) naftalena yaitu 127,9 g/mol. IX. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : Titik beku pelarut benzena yaitu 6,0 oC Titik beku larutan pada konsentrasi 0,25 molal yaitu 3,0 oC Titik bekku larutan pada konsentrasi 0,5 molal yaitu 2,0 oC Perubahan titik beku larutan (Tf) pada konsentrasi 0,25 molal yaitu 3,0 oC atau 3,0 K Perubahan titik beku larutan (Tf) pada konsentrasi 0,5 molal yaitu 4,0 oC atau 4,0 K Berat molekul (Mr) naftalena pada konsentrasi 0,25 molal yaitu 127,9889 g/mol Berat molekul (Mr) naftalena pada konsentrasi 0,5 molal yaitu 127,9954 g/mol Saran Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk memperhatikandengan baik pembacaan skalatermometer, dehingga tidak mempengaruhi keakuratan data. Pada proses pencampuran antara zat terlarut dengan zat pelarut dilakukan pengocokan secara kontinyu dan merata sehingga larutan dapat bercampur dengan sempurna
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Sifat Koligatif Larutan. http://annisanphusie.wordpress.com/ diakses pada tanggal 13 April 2010. Brady, James. 1999. Asas dan struktur. Jakarta : Bumi Aksara. Dogra, S.K. 2008. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : UI Press Hiskia, Ahmad. 2005. Kimia Larutan. Jakarta : Bumi Aksara. Tim Dosen kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar : Jurusan kimia FMIPA UNM. 4.2 Pembahasan Percobaan penentuan titik beku larutan dilakukan untuk menentukan harga tetapan penurunan titik beku ( Kf ) suatu pelarut murni dam menentukan berat molekul zat X. Asam cuka glasial yang digunakan sebagai pelarut murni akan membeku dan zat terlarut seperti naftalen dan zat X tidak akan membeku ketika larutan tersebut mengalami pembekuan. 4.2.1 Fungsi garam dan air dalam tabung D Garam berfungsi sebagai penurun titik beku air, air yang awalnya berupa es akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan titik beku air murni. Fungsi garam bukan agar air tetap menjadi es, tetapi es akan mencair namun suhu yang dimiliki lebih rendah. Beaker glass yang berisikan air ini berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu cepat. 4.2.2 Data yang dihasilkan Naftalen adalah zat non volatil yang berfungsi menurunkan energi bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan menurun pula, oleh karena itu tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Penurunan tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku. Jadi jika tekanan uapnya turun maka perubahan titik beku juga akan turun, begitu pun sebaliknya. Titik beku mengalami penurunan setelah ditambahkan naftalen dapat dibuktikan melalui data yang diperoleh dari hasil percobaan, pada menit ketiga titik beku menurun drastis yaitu awalnya dari 18oC menjadi 16oC, penurunan suhu setelah ditambah naftalen pada menit yang ketiga adalah dari 11oC menjadi 10 oC dan ketika ditambahkan zat X terjadi penurunan suhu dari 11oC menjadi 9oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zat X juga berfungsi sebagai penurun titik beku larutan. Perbedaan suhu yang didapat dari menit pertama kurang sesuai menurut literatur suhu larutan asam cuka glasial ditambah naftalen dan larutan campuran dari asam cuka glasial, naftalen dan zat X lebih rendah dibanding suhu asam cuka glasial murni. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan disebabkan dari pengaruh pengadukan yang tidak konstan, karena kekuatan pengadukan yang diberikan pada larutan berbeda maka peningkatan suhu yang terjadi pada larutan pun berbeda. Hasil pengamatan tentang penurunan titik beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 3K, dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 4,2 KKg/mol. Harga Kf asam asetat glasial yang diperoleh pada praktikum kali ini sedikit berbeda dengan Kf asam asetat secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 KKg/mol. Berat molekul dari zat X ini adalam 133.6 g/mol, hasil ini jauh berbeda dengan literatur, sebab zat yang digunakan adalah NaCl yang memiliki berat molekul 58,5g/mol. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh human error ataupun dari bahan yang digunakan mungkin telah terkontaminasi, sehingga sulit didapat hasil yang sesuai dengan literatur. 4.2.3 Grafik hasil percobaan a. Grafik asam cuka glasial Nilai regresi dari grafik adalah 0,9337. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan hampir mendekati linier. Penurunan suhu terjadi setiap menitnya, namun penurunan yang cukup drastis pada menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari asam cuka glasial. b. Grafik asam cuka + naftalen Nilai regresi dari grafik adalah 0,748. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan kurva yang kurang linier. Terjadi penurunan yang tajam pada menit kedua, hal ini karena pengaruh naftalen sebagai penurun titik beku. menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari larutan asam cuka glacial dan naftalen. c. Grafik asam cuka + naftalen + zat X Nilai regresi dari grafik adalah 0,760. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan kurva yang kurang linier. Terjadi penurunan yang tajam pada menit kedua, hal ini karena pengaruh naftalen dan zat X dalam larutan asam asetat glasial yang berperan sebagai penurun titik beku. menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari larutan asam cuka glasial, naftalen dan zat X. Bab 5 Penutup 5.1 Kesimpulan 1. Garam berfungsi sebagai penurun titik beku air. 2. Air yang berada di beaker glass D berfungsi untuk memperlambat proses pendinginan. 3. Naftalen merupakan zat non volatil yang berfungsi sebagai penurun titik beku. 4. Kf asam asetat sebesar 4,20 g mol-1K. 5. Berat molekul zat X sebesar 133,6 g/mol. 6. Titik beku suatu larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni. 5.2 Saran 1. Seharusnya praktikan menguasai materi praktikum sebelum melakukan percobaan. 2. Ketelitian dan kecermatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan. 3. Kebersihan alat menjadi faktor penting dalam mendapatkan data yang lebih akurat. Daftar Pustaka Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung : PT Citra Aditya Bhakti. Anonim. 2011. Air .http://id.wikipedia.org.wiki/Air, diakses April 2011. Anonim. 2011.Asam asetat .http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_Asetat, diakses April 2011. Anonim. 2011.Naftalen .http://id.wikipedia.org.wiki/Naftalen, diakses April 2011. Anonim. 2011. Natrium Klorida. http://id.wikipedia.org.wiki/Natrium_Chloride, diaksesApril 2011. Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Soekardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Tim Penyusun. 2009. Penuntun Praktikum Kesetimbangan dan Dinamika Kimia. Jember : Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UNEJ. LAMPIRAN 1. Penentuan penurunan titik beku asam asetat ( ) , dimana : titik beku pelarut murni dan : titik beku asam asetat dan naftalen.