Nama : Dea Sintia NIM : 08121004065 Kelompok : II Asisten : Meilisa Dwinda A
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013 ABSTRAK Praktikum mengenai struktur dan perkembangan hewan yang membahas tentang Jaringan Kulit ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan fungsi jaringan kulit pada hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 05 Maret 2013, Pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan adalah baki bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dan preparat awetan. Adapun hasil yang di dapat yaitu gambar dari macam-macam jaringan kulit mencit. Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini adalah jaringan kulit terdiri dari tiga lapisan utama yakni epidermis (lapisan terluar kulit), dermis (lapisan kulit dibawah epidermis) dan hipodermis (subkutan lapisan adiposa).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Selain berfungsi sebagai organ panca indra, jaringan kulit juga berfungsi sebagai pelindung tubuh, memelihara panas tubuh dan memelihara penguapan. Dapat dikatakan bahwa kulit juga berperan sebagai pemelihara ekosistem tubuh. Secara garis besar, lapisan kulit dibagi menjadi 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh manusia mengalami penuaan, beberapa bagian juga mengalami penurunan fungsi berupa : Pertumbuhan sel epidermis lebih lambat, sel fibroblasts pada lapisan dermis yang mati tidak ada ganti, lapisan kulit dalam dan luar termasuk colagen menjadi lebih tipis, sehingga kulit akan lebih mudah terluka, produksi kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous menurun, yang mengakibatkan kulit kering, sehingga tubuh sulit untuk mengatur suhu tubuh saat musim kemarau dan berkurangnya lapisan lemak sering menyebabkan orang tua sensitif terhadap hawa dingin (Dwiyanti 2009: 1). Karena antarmuka dengan lingkungan, kulit memainkan peran penting dalam melindungi tubuh terhadap patogen dan kehilangan air yang berlebihan.
Fungsi lainnya adalah isolasi, pengaturan suhu, sensasi, sintesis vitamin D, dan perlindungan vitamin B folates. Kulit yang rusak parah akan mencoba untuk menyembuhkan dengan membentuk jaringan parut. Ini menyebabkan kulit sering berubah warna dan depigmentasi. Pada manusia, pigmentasi kulit bervariasi antar populasi, dan jenis kulit dapat berkisar dari kering ke berminyak. Variasi kulit seperti menyediakan habitat yang kaya dan beragam untuk beberapa bakteri yang kira-kira 1000 spesies dari 19 filum (Gartner 1994: 87). Kulit memiliki sel mesodermal, pigmentasi, atau melanin yang disediakan oleh melanosit, yang menyerap sebagian radiasi ultraviolet berpotensi berbahaya (UV) sinar matahari. Hal ini juga mengandung enzim perbaikan DNA yang membantu mengurangi efek merusak UV, dan orang-orang yang tidak memiliki gen enzim ini mengalami potensi tinggi kanker kulit. Pigmentasi kulit manusia bervariasi antara populasi secara mencolok. Hal ini telah menyebabkan klasifikasi orang atas dasar warna kulit.
Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Untuk manusia dewasa rata-rata, kulit memiliki luas permukaan antara 1,5-2,0 meter persegi (16,1-21,5 sq ft), sebagian besar tebalnya antara 2-3 mm (0,10 inci). rata-rata 1 inci persegi (6,5 cm ) dari kulit memegang 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit, dan lebih dari 1.000 ujung saraf (Dwiyanti 2009: 2). Pigmentasi pada kulit yakni, melanin : ini berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari epidermis, melanoid : ini menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh epidermis, keratin : pigmen ini berwarna kuning sampai oranye. ini ada dalam stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis, hemoglobin (juga dieja Hb) : hal ini ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu, oksihemoglobin : hal ini juga ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah (Cormack 1994: 195). Epidermis, "epi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lebih" atau "pada", adalah lapisan terluar dari kulit. Ini membentuk pembungkus, tahan air pelindung atas permukaan tubuh dan terdiri dari epitel skuamosa berlapis dengan lamina basal yang mendasarinya. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel di lapisan terdalam dipelihara oleh difusi dari darah kapiler memanjang hingga ke lapisan atas dari dermis. Jenis utama dari sel-sel yang membentuk epidermis adalah sel Merkel, keratinosit, dengan melanosit dan sel Langerhans . Epidermis dapat dibagi lagi menjadi strata berikut (dimulai dengan lapisan terluar) : korneum, lucidum (hanya di telapak tangan dan telapak kaki),granulosum, spinosum, basale (Gartner 1994: 88).
1.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan fungsi jaringan kulit pada hewan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m 2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Geneser 1994: 157). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar raba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan. Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause. Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum (Setiabudi 2008: 2). Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda 2003: 91. Membrane epitel yang rusak dengan mudah memperbaiki diri. Proses pemulihan ini sebagian tergantung regenerasi melalui mitosis, tetapi sebagian akibat adanya migrasi sel sel disekitar ke dalam daaerah kosong. Proliferasi kompensatoris biasanya terjadi sedikit dibelakang garis migrasi. Dalam hal daerah kulit luar terkelupas, cadangan sel induk epidermis yang terletak pada bagian bagian dalam folikel rambut dan kelenjar keringat berfungsi sebagai sumber (suplementer) sel epidermis baru (Cormack 1994: 192). Kulit memiliki lapisan kulit epidermis yang terdiri dari lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan malpighi. Lapisan tanduk atau lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan malpighi juga masih memiliki lapisan lainnya seperti : lapisan spinosum dan germinativum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Lapisan kulit spinosum memiliki fungsi sebagai penahan gesekan dari luar. Sedangkan lapisan germinativum berfungsi sebagai produsen pengganti lapisan sel-sel pada lapisan kulit korneum yang aktif membelah diri dari sel kulit mati. lapisan kulit epidermis mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit, oleh karenanya penting menjaga kulit dari pancaran radiasi sinar UV yang dapat membakar kulit dan merubah warna kulit menjadi lebih gelap (Dwiyanti 2009: 1). Lapisan kulit epidermis merupakan lapisan kulit bagian teratas pada kulit manusia. Setiap manusia memiliki ketebalan kulit yang berbeda-beda antara 400-600 m, untuk kulit tebal terletak pada kulit telapak tangan dan kaki dan kulit tipis memiliki ketebalan antara 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Lapisan kulit epidermis terdiri dari lapisan-lapisan seperti : melanosit merupakan lapisan kulit epidermis yang memiliki sel untuk menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis, sel Langerhans cd merupakan sel yang makrofag yang merupakan turunan dari sumsum tulang yang berfungsi sebagai perangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit, sel merkel, yakni sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris yang fungsinya berhubungan dengan sistem neuroendokrin difusi (Djuanda 2003: 92). Pada lapisan kulit Keratinosit tersusun dari lapisan yang paling luar sampai ke dalam, memiliki susunan stratum yang diantaranya : Stratum Korneum, terdiri atas 15- 20 lapis sel tipis, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat tipis, dan sitoplasma terdri atas keratin padat, antar sel terdapat desmosom. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit (Cormarck 1994: 193). Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan (Geneser 1994: 119). Lapisan kulit dermis terdiri dari pembuluh darah, akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat tentunya menghasilkan keringat. Keringat yang dikeluarkan manusia dapat mencapai 2.000 ml setiap harinya. Namun keringat yang dihasilkan tergantung dari tingkat kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Keringat mengandung air, garam dan urea. Fungsi dari lapisan kulit dermis ini adalah sebagai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh. Lapisan kulit dermis berada pada bagian bawah kulit epidermis yang memiliki ketebalan kulit berbeda-beda namun ketebalan kulit dapat mencapai 4 mm terutama di daerah punggung (Cormarck 1994: 194).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 05 Maret 2013 pukul 08.00-10.00 WIB bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan Adapun alat alat yang digunakan pada praktiukum ini yakni, baki bedah, cutter atau gunting, kaca objek, mikroskop dan pinset. Bahan yang digunakan yakni mencit (Mus Musculus) dan preparat awetan.
3.3. Cara Kerja Langkah pertama yang dapat kita lakukan pada praktikum kali ini ialah dengan menyiapkan bahan yang akan diamati yaitu mencit lalu letakkan diatas baki. Lalu, bedah mencit, ambil sebagian kulit mencit sebanyak dua sayatan dan letakkan diatas kaca objek. Langkah ketiga yakni kita dapat mengamatinya dibawah mikroskop dan dapat menentukan bagian bagiannya. Langkah terakhir yakni setelah kita melihat bagian bagiannya dari jaringan kulit melalui mikroskop, kita bisa menggambar bagian bagian dari jaringan epitel dan agar hasil yang didapat mudah dimengerti sertakan penjelasan dan keterangan pada gambar tersebut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Jaringan Kulit Mus musculus
Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muriidae Genus : Mus Spesies : Mus musculus Nama Umum : Mencit Keterangan Gambar : 1. Epidermis 2. Dermis 3. Hipodermis
Jaringan Kulit Mus musculus
Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Family : Muriidae Genus : Mus Spesies : Mus musculus Nama Umum : Mencit Keterangan Gambar : 1. Epidermis 2. Dermis 3. Hipodermis
4.2. Pembahasan Jaringan kulit memiliki fungsi untuk melindungi organ yang dilapisinya, sebagai organ sekresi dan penyerapan. Pada jaringan kulit Mus musculus (mencit) terdapat bagian bagian seperti epidermis, dermis, dan hipodermis. Menurut Geneser (1994: 127) Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat adanya lapisan-lapisan kulit juga dapat dilihat adanya kelenjar-kelenjar pada kulit, kelenjar-kelenjar tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kelenjar keringat ekrin tersebar di seluruh permukaan tubuh tetapi lebih banyak terdapat telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Keringat yang dihasilkan adalah air yang mengandung berbagai macam garam. Kelenjar ini berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh. Kelenjar keringat apokrin menghasilkan keringat yang mengandung lemak. Kelenjar ini terutama terdapat pada ketiak dan sekitar alat kelamin. Aktivitas kelenjar ini menghasilkan bau karena aktivitas bakteri yang memecah komponen organik dari keringat yang dihasilkannya. Pengamatan diketehui salah satu dari fungsi kulit sebagai ekskresi yang mengeluarkan keringat dari pori-pori pada kulit. Menurut Cormarck (1994: 201) menyatakan bahwa, keringat merupakan air yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat pada kulit. Pada manusia, keringat dikeluarkan untuk mengatur suhu tubuh. Penguapan keringat dari permukaan kulit memiliki efek pendinginan karena panas laten penguapan air yang mengambil panas dari kulit. Oleh karena itu, pada cuaca panas, atau ketika otot memanas karena bekerja keras, keringat dihasilkan. Keringat meningkat dalam keadaan gugup dan mual, serta menurun dalam keadaan demam. Pengamatan yang dilakukan dapat diketahui adanya lapisan, kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, epidermis dermis, dan subkutan. Menurut Susilowarno (2007: 23) menyatakan bahwa, epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Kulit memiliki modifikasi dan turunan seperti kuku, adanya rambut pada epidermis dan dermis dari kulit. Dermis yang memiliki turunan dari epidermis seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea. Menurut Cormarck (2007: 221) bahwa, rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis yang mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut. Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin. Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum. Sel induk epidermis yang terletak pada bagian bagian dalam folikel rambut dan kelenjar keringat berfungsi sebagai sumber (suplementer) sel epidermis baru. Epidermis dari lapisan kulit memiliki lapisan-lapisan yang tipis seperti lapisan lusidium dan germinatifum. Menurut Djuanda
(2003: 93) menyatakan bahwa, Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom. Stratum Basal atau germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Menurut Cormack (1994: 195) bahwa, pigmentasi pada kulit yakni, melanin : ini berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari epidermis, melanoid : ini menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh epidermis, keratin : pigmen ini berwarna kuning sampai oranye. ini ada dalam stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis, hemoglobin (juga dieja Hb) : hal ini ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu, oksihemoglobin : hal ini juga ditemukan dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah.
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari pengamatan praktikum ini, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kulit mamalia tersusun atas tiga lapisan, epidermis, dermis, dan subkutan. 2. Pada epidermis dari lapisan kulit memiliki lapisan-lapisan yang tipis seperti lapisan lusidium dan germinatifum. 3. Kulit memiliki modifikasi dan turunan seperti kuku, adanya rambut pada epidermis dan dermis dari kulit. 4. Pada lapisan-lapisan kulit juga dapat dilihat adanya kelenjar keringat akrin, dan kelenjar keringat apokrin. 5. Kulit sebagai ekskresi yang mengeluarkan keringat dari pori-pori pada kulit, yang dapat mengatur suhu tubuh.
LAMPIRAN Jaringan Kulit Mus musculus
Jaringan
DAFTAR PUSTAKA Cormack, D. 1998. Ham Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta. Djuanda, Adhi. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Erlangga : Jakarta. Dwiyanti, Harry. 2009. Mengenal Lebih Dalam Tentang Jaringan Kulit. Decubitus. 11:1-2. Gartner, L.P. 1998. Atlas Berwarna Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta. Geneser, Finn. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara : Jakarta. Susilowarno. 2007. Biologi. PT.Gramedia : Jakarta. IV + 499 hlm.