Anda di halaman 1dari 18

PENILAIAN FORMASI

I.1 Latar Belakang


Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian geologi dan
geofisika (seismic, magnetic, dan gravitasi). Data yang diperlukan untuk membuktikan ada
atau tidaknya potensi hidrokarbon pada suatu area yaitu data permukaan (peta geologi dan
measured stratigrafi / stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging,
coring dan cutting). Dari data permukaan seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan
data di bawah permukaan berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan adanya
suatu reservoir, maka untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran
lubang sumur serta serangkaian pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil
rekaman untuk memastikan ada tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging
yaitu suatu kegiatan / proses perekaman sifat sifat fisik batuan reservoir dengan
menggunakan wireline log.
Salah satu faktor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan penilaian
formasi batuan (evaluasi formasi). Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat
batuan di bawah tanah dengan menggunakan hasi pengukuran lubang sumur (logging).
Penilaian formasi dapat dilakukan dengan interpretasi pintas / quick look atau dengan
menggunakan software. Interpretasi pintas / quick look adalah membuat suatu evaluasi log
pada zona bersih (clean formation) dengan cepat di lapangan tanpa menggunakan koreksi
dampak lingkungan lubang bor.
Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai 3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable :
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi :
IDL / LLD ( Log Deep Resistivity )
ILM / LLM ( Log Medium Resistivity )
MSFL ( Micro Resistivity Log )
3. Log yang mengukur porositas :
Log Density ( RHOB )
Log Neutron ( NPHI )
Log Sonic ( DT )



BAB II
DASAR TEORI

II.1 Teori Dasar
Untuk memastikan ada tidaknya suatu reservoir yang prospek di bawah permukaan
diperlukan adanya pengukuran terhadap lubang bor (logging). Logging yaitu suatu proses
pengukuran (perekaman) sifat sifat fisik batuan dengan menggunakan wireline log. Dari
hasil logging akan didapatkan data log yaitu berupa kurva kurva yang mengindikasikan
sifat sifat fisik di suatu lapisan batuan dari defleksi kurva kurva tersebut. Untuk
mengetahui seberapa prospek zona yang diukur maka perlu dilakukan adanya suatu evaluasi
formasi atau penilaina formasi yang dapat dilakukan dengan interpretasi pintas (quick look)
atau denga menggunakan software.
Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan
menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (logging) yang digunakan untuk menentukan
kualitas sumur.
Tujuan utama evaluasi formasi yaitu :
Identifikasi reservoir
Perkiraan cadangan hidrokarbon di tempat
Perkiraan perolehan hidrokarbon
Penilaian formasi salah satunya dapat dilakukan dengan interpretasi secara pintas (quick
look). Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai 3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi
IDL / LLD (Log Deep Resistivity )
ILM / LLM (Log Medium Resistivity)
MSFL (Micro Resistivity Log)
3. Log yang mengukur porositas
Log Density (RHOB)
Log Neutron (NPHI)
Log Sonic (DT)
Logging dilakukan dengan memasukkan suatu alat ke dalam lubang bor, dimana lubang bor
tersebut memiliki kondisi yang tertentu. Sehingga defleksi kurva kurva log yang dihasilkan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lubang bor tersebut dan Lumpur yang digunakan.

II.2 Log - log Yang menunjukan Zona Permeabilitas
II.2.1 Log SP (Spontaneous Potential Log )
Log SP merupakan rekaman nilai beda potensial (millivolt) yang timbul dari suatu elektroda
yang bergerak di dalam lubang bor dan elektroda yang tetap / berada di permukaan. Elektroda
ini bergerak melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat dan kandungan fluidanya.
Perbedaan salinitas antara Lumpur dan fluida di dalam batuan menyebabkan terjadinya
defleksi negative dan positif kurva SP yang melewati suatu batuan permeable. Defleksi
terbentuk akibat adanya hubungan antara arus listrik dengan gaya gaya elektromotif (
elektrokimia dan elektrokinetik ) dalam formasi.
Pada Lapisan lempung / shale, Kurva SP menunjukan garis lurus yang disebut Shale Base
Line ( SBL ) atau garis dasar serpih. Pada formasi yang permeable kurva SP menjauh dari
shale base line dan mencapai garis konstan pada lapisan permeable yang cukup tebal.
Penyimpangan SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung pada kadar garam dari air formasi
dan filtrate Lumpur.
Pada aplikasinya log SP digunakan sebagai berikut :
1. Untuk identifikasi lapisan lapisan yang permeable
2. Mencari batas batas lapisan permeable dan korelsi antar sumur berdasarkan batas lapisan
itu
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih / sebagai clay indicator
5. sebagai reference kedalaman untuk semua log

II.2.1.1 Prinsip Kerja Log SP
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool ke dalam
lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang sumur lalu
alat tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference potensial
elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging
speed yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
II.2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Log SP
Log SP memiliki kelebihan kelebihan sebagai berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable
Adapun kekurangan kekurangan dari log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat

II.2.2 Log GR (Gamma Ray)
Log Gamma Ray (GR) merupakan hasil suatu pengukuran yang menunjukan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi. Log GR biasanya ditampilkan pada kolom
pertama, bersama sama dengan kurva log SP dan Calliper. Biasanya diskala dari kiri ke
kanan dalam 0 100 atau 0 150 GAPI.
Pengukuran GR dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor.
Formasi ytang mengandung unsur unsur radioaktif akan memancarkan radiasi radioaktif
dimana intensitasnya akan diterima oleh detektor dan dicatat dipermukaan.
Oleh karena unsur unsur radioaktif ( pothasium ) banyak terkandung dalam lapisan shale /
clay, maka Log GR sangat berguna berguna untuk mengetahui besar / kecilnya kandungan
shale dalam lapisan permeable. Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga maksimum
dan minimum pada suatu penampang log maka kurva log GR yang jatuh diantara kedua garis
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shaly.
Adapun kegunaan log GR secara keseluruhan diantaranya yaitu :
Evaluasi kandungan serpih Vsh ( volume lempung )
Menentukan lapisan permeable
Evaluasi bijih mineral yang radioaktif
Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
Korelasi log pada sumur berselubung
Korelasi antar sumur

II.2.2.1 Prinsip Kerja log GR
Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah mengandung radioaktifitas, yaitu
Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K). Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur
radioaktif tersebut yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa pulsa energi
radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar
gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan
menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa
yang tercatat per satuan waktu (cacah GR).
Alat untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT kira kira 10
inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain mengukur semua GR, juga
mengukur energi GR dan menentukan konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa ada
di alam yaitu ; Uranium (Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana
depth of investigationnya kira kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi. Adapun alat
lain yang digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang sebuah sumber
radioaktif yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi. Contohnya adalah alat density
log, seperti ; FDC Formation Density Compensated, dan LDT Litho Density Tool.

II.3 Log log Yang Mengukur Zona Resistivitas
Log resistivitas mengukur nilai resistivitas batuan ( solid dan fluida di dalamnya ) yang
diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air.
Log pada zona resistivitas ada tiga macam, yaitu :
1. Log Deep Resistivity
Log Deep Resistivity yaitu Log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona
uninvated / zona yang tidak terinfasirentangnya sekitar > 3 feet, dimana log ini terbagi
menjadi dua maca berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran, yaitu :
- Induction Deep Log ( ILD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan fresh water
base mud ( air tawar )
- Lateral Deep Log ( LLD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan salt water
mud ( air asin )


2. Log Medium Resistivity
Log Medium Resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona
transisi rentangnya sekitar 1.5 3 feet. Log ini terdiri dari dua macam, yaitu :
- Induction Medium Log ( ILM ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan water
base mud
- Lateral Medium Log ( LLM ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan salt water
mud

3. Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFLU)
Log Shallow Resistivity biasa menggunakan log MSFL, yang digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona yang terinfasi mud filtrate rentangnya sekitar 1 6 feet.
Pada aplikasinya semua kurva log deep, medium, dan shallow direkam memakai electrodes
atau coils yang dipasang pada mandrel silindris, dan ditempatkan kurang lebih secara
centralized dalam lubang sumur. Alat micro resistivitas memakai sensor yang dipasang pada
tapak / pad yang dipaksa menempel pada dinding lubang selama survey.

II.3.1 Log Induction
Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas formasi < 200
0hm m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur
konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi
tinggi dengan amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam batuan.
Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah.
Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.

Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika :
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di
anjurkan untuk dipakai.

II.3.2 Lateral Log
Alat lateral log yang direkayasa untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor dengan salty
mud atau Lumpur yang sangat konduktif serta dipakai untuk mendeteksi zona zona yang
mengandung hidrokarbon. Selain dengan salty mud, log lateral akan bekerja denga baik pada
resistivitas formasi yang > 200 ohm m dengan Rmf / Rw < 2.0, dimana besarnya lubang bor
> 12 inchi, dengan ketebalan lapisan kurang dari 10 feet serta deep invasion ( > 40 inchi ).
Sonde pada alat resistivity ini memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) untuk
memfokuskan arus survey dan memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap
sonde. Arus yang terfokuskan ini memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan
arah yang lebih pasti.
Ini merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang tidak terfokus, yaitu
alat ES (Electrical Survey) yang terdahlu, dimana arus survey lebih suka mengalir dalam
Lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas batuan.
Alat Lateral log dipakai untuk survey dalam sumur berisi mud ber resistivitas rendah serta
dalam batuan yang resistivitasnya tinggi. Alat Lateralog dapat secara akurat mengukur
resistivitas batuan dalam kisaran 0.2 40000 ohm-m.

II.4 Log - log Yang Mengukur Zona Porositas
Untuk mengukur besarnya porositas pada suatu zona tertentu, digunakan tiga macam log,
yaitu :
II.4.1 Log Densitas
Log density merupakan kurva yang menunjukan nilai densitas (bulk density) batuan yang
ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr / cc. Besaran densitas ini selanjutnya digunakan
untuk menentukan nilai porositas batuan tersebut. Log density bersama - sama dengan log
neutron digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon.
Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang berguna untuk
menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy minerals dan untuk
mengevaluasi clay
Alat ini bekerja dari suatu sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma
denga intensitas energi tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan. Batuan
terbentuk dari butiran mineral mineral yang tersusun dari atom atom yang terdiri dari
proton dan electron. Partikel sinar gamma akan membentur electron electron dsalam
batuan, sehingga mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali (setelah
mengalami benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam sebuah protector
berbentuk silinder sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada dinding sumur. Intensitas energi
yang diterima pada dasarnya berbanding terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah
energi yang lembali maka makin banyak electron electron dalam batuan, yang berarti makin
banyak / padat butiran / mineral penyusun batuan per satuan volume.
Besarkecilnya energi yang diterima oleh detector tergantung dari :
Densitas matriks batuan
Porositas batuan
Densitas kandungan yang ada dalam batuan

II.4.2 Log Neutron
Log porositas yang bersama sama dengan dengan log densitas digunakan untuk
menentukan porositas dan kandungan fluida yang ada di dalamnya. Alat neutron dipakai
untuk menentuka primary porosity batuan, yaitu ruang pori pori batuan yang terisi air,
minyak bumi, atau gas.
Cara kerja alat ini yaitu sumber radioaktif Am241Be memancarkan partikel neutron kedalam
batuan dengan energi kira kira 5 Mev. Setelah partikel neutron berbenturan dengan batuan,
energi neutron ini berkurang sampai ke level 0.1 10 eV (level ephitermal). Karena massa
hidrogen yang sama dengan massa neutron, atom hidrogen punya kemampuan paling besar
dalam memperlambat partikel neutron dibanding atom- atom lain dalam batuan. Kemudian
partikelpartikel neutron yang kembali ditangkap dan dihitung oleh detektor dalam alat
pengukur. Kecepatan detektor dalam menghitung partikelpartikel neutron dipengaruhi oleh
adanya konsentrasi hidrogen.
Dua buah detektor thermal dipasang 1 2 ft di atas sumber radioaktif. Ratio antara jumlah
jumlah jumlah pulsa ( Nn / Nf ) merupakan fungsi porositas. Ratio ini mempunyai pengaruh
lubang sumur yang berkurang dan kedalaman penetrasi yang lebih jauh dibanding dengan
sistem satu detektor.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap Kurva N, yaitu :
Shale / clay
Kekompakan batuan
Kandungan air asin / tawar
Kandungan minyak Kandungan gas
Hal ini tentang defleksi kurva log neutron, semakin ke kanan defleksi kurva maka semakin
banyak hidrokarbon yang terkandung, defleksi yang terjauh maka mengindikasikan adanya
gas.

II.4.3 Log Sonic
Log sonic merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log density dan log neutron. Log sonic menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh
receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan serta
distribusi porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol dinalakan tma ),
untuk beberapa batuan :kecepatan matriks (
tma pasir lepas sec / ft= 55.5
tma batu pasir sec / ft= 51.0
sec / fttma batu gamping = 47.5
tma dolomite sec / ft= 43.5
t pada log sonic makin besar harga porositas batuan.Makin tinggi harga

tII.4.3.1 Faktor faktor yang Berpengaruh pada Kurva
a. Shale
Shale mempunyai porositas besar meski permeabilitas mendekati nol. Sehingga kandungan
shale akan memperbesar nilai t.
b. Kekompakan batuan
t.Kekompakan memperkecil porositas sehingga akan menurunkan nilai
c. Kandungan air
t membesar.Kandungan air dalam batuan cenderung menyebabkan nilai kurva
d. Kandungan minyak
Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik disbanding minyak.
Sehingga adanya minyak akan memperkecil nilai t.
e. Kandungan gas
t.Gas merupakan penghantar suara yang tidak baik, sehingga akan memperkecil nilai

II.4.3.2 Aplikasi log Sonic
s ) Untuk menentukan sonic porosity (
Untuk menentukan volume of clay ( Vs )
Bersama log lain untuk menentukan litologi
Time depth relationship
Menentukan reflection coeficients
Mechanical properties
Menentukan kualitas semen CBL VDL

II.4.3.3 Prinsip Kerja Log Sonic
Alat sonic mengukur kecepatan suara / sonic dalam formasi
Transmitter memancarkan suatu pressure pulse berfrekuensi 25 Hz
Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang compressional dan gelombang refraksi shear yang merambat dalam formasi
Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud
Dua gelombang permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Raleigh dan
Stoneley)
Laju / kecepatan gelombang gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft / sec tergantung
pada litologi
Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke formasi, lalu
merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk mencapai receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa
Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu dimana the first
negative excursion dideteksi oleh near receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana the first negative excursion
dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver receiver ( span )
sebesar dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ).dalam microseconds / ft (

Compressional transit times bervariasi :
sec / ft dalam hard formation 40
sec / ft dalam soft formation. 150

INSTRUMENTASI PEREKAMAN LUBANG BOR


Definisi
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur
dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi
pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai
frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel
fluida formasi, pengukuran tekanan formasi, pengambilan material formasi (coring) dari
dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan
sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke
kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik
ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal (gelombang suara, arus listrik,
tegangan listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur.
Sinyal tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga
material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam
logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke
unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi
berbagai macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan
log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika.
Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun
untuk tahap produksi nanti.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan Logging
While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan menggunakan kabel
setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. Sedangkan Logging-
While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat
membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat
lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer,
hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi
informasi formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.

Gambar wireline log dan logging while drilling

Alat Pemboran

Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah serangkaian peralatan
yang disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang bor, seluruh peralatan ini
mempunyai lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida
atau mud.
Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang
gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung
terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu,
makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan.
Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan
dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pemboran.
Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai
tempat perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari system sirkulasi , fluida pemboran
melalui pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly ada bail untuk dikaitkan ke HOOk
supaya memungkinkan turun seluruh rangkaian pemboran.
Peralatan peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar, berfungsi untuk
menutup semburan /tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara otomatis.
Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang berfungsi untuk
menstabilkan arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian pemboran
yang diakibatkan oleh diferensial pressure.
Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi untuk
melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.
Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub, befungsi untuk
alat penutup semburan /tekanan dari dalam pipa pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel, berfunsi untuk
menutup semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly down.
Operasional Logging
1. Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor setidaknya setengah jam menjelang
pemboran selesai.
2. Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang sudah dikalibrasi di instansi
yang terkait, atau ada dosimeter yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup
dosimeter saku)
3. Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia
4. Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu kalibrasi.
5. Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela sumber radiasi senantiasa
menghadap ke tempat yang tidak ada manusia
6. Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan meremehkan efek dari
radiasi. Hal yang harus diingat bahwa bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan
terkena radiasi hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena radiasi harus
diusahakan sebisa mungkin.
7. Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai permintaan geologist, maka
segera probe masuk ke lobang bor.
8. Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah probe berhasil mencapai dasar
sumur atau sudah mencapai kedalaman yang diinginkan oleh geologist..
9. Log yang diperlukan adalah Double Gamma Density, Natural Gamma Dan Kaliper.
10. Untuk LSD (Quality Log) Dibuat Scala 1 : 100 sementara untuk SSD (Thickness Log) dibuat
Scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan scala harus didasarkan pada perbedaan kecepatan
perekaman. Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit sementara untuk detail scale sekitar
2 meter permenit. Atau hal ini bisa dibicarakan dengan logging engineer.
11. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke permukaan, segera sumber radiasi
dimasukkan kembali ke container dan diamankan dengan jarak aman.
12. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia berada. Sebaiknya disimpan dalam
lobang tanah yang digali husus sehingga mudah mengeluarkan dan menyimpan. Posisi lobang
ini tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.

Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur besarnya tegangan dan
arus dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik digunakan untuk
mengetahui sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang ada dalam pori-porinya. Dari
pengukuran arus listrik dan tegangan yang di lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat
diketahui tahanan (resistivitas)nya. Jadi alat yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi
sebagai elektroda arus dan elektroda tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut sebagai log induksi
(induction log). Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan
resistivitas formasi < 200 0hm m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan
resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter
dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan amplitude konstan yang akan
menimbulkan medan magnet dalam batuan. Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau
arus Foucault pada gambar di bawah. Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika:
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog
di anjurkan untuk dipakai.
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversi dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyak menggunakan
parameter dan korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang valid
sehingga mempermudah analisa.

Gambar prinsip kerja log induksi

Log SP
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di
permukaan dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap kedalaman lubang
bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging dengan
berbagai jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktif serta berbagai
jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log adalah mengenal lapisan permeable dan
serpih yang non permeable. Log yang digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log.
Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang
tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada
sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable. Secara alamiah
karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling
perbatasan formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik,
potensialnya adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.
Kegunaan dari log SP adalah untuk :
Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan
itu.
Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool
ke dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang
sumur lalu alat tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference
potensial elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif.
Logging speed yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
Kelebihan dan Kekurangan Log SP. Log SP memiliki kelebihan kelebihan sebagai
berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable

Adapun kekurangan kekurangan dari Log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat.

Log Sinar Gamma
a. Sinar Gamma Alamiah

Gambar. log gamma alamiah
Gamma Ray Log adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.
Kegunaan log Gamma Ray :
Evaluasi kandungan serpih
Menentukan lapisan permeabel
Evaluasi biji mineral yang radioaktif
Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
Korelasi log pada sumur berselubung
Korelasi antar sumur
Bergantung pada jenis sumber dan sensor sinar gamma yang dipakai pada berbagai
macam alat logging, maka perhitungan ini bisa berupa perhitungan kandungan alami sinar
gamma di formasi, ataupun perhitungan jumlah sinar gamma yang kembali ke sensor setelah
ditembakkan sensor ke formasi. Apapun jenis sensor yang dipakai, sinar gamma digunakan
untuk melihat kandungan radiokatif yang ada di formasi. Selain itu, pada aplikasi sensor
densitas, sinar gamma juga dipakai untuk menghitung tingkat densitas formasi.
Sinar gamma umumnya dipakai untuk membedakan lapisan batuan pasir (sand) dan
batuan lempung (shale). Sebagai aturan dasar, bahwa sand umumnya memiliki kandungan
radioaktif yang lebih sedikit daripada shale. Namun hal ini tidak mesti terjadi pada semua
tipe formasi, di berbagai belahan dunia, kandungan radioaktif juga banyak didapatkan di
sand, yang kemudian dikenal dengan nama dirty sand. Untuk mempermudah pemahaman
tentang sinar gamma kita bisa mengambil aturan dasar yaitu semakin tinggi nilai sinar
gamma maka semakin banyak kandungn shale di formasi, begitu pula sebaliknya. Hal ini
akan sangat baik jika dikombinasikan dengan data resistivitas untuk melihat apakah bisa
disimpulkan bahwa nilai sinar gamma yang tinggi menunjukkan adanya shale dan sebaliknya.
Prinsip kerja Log GR. Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah
mengandung radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K).
Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang secara kontinyu
memancarkan GR dalam bentuk pulsa pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu
menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor
sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter
yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (cacah GR). Alat
untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT kira
kira 10 inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain mengukur semua GR,
juga mengukur energi GR dan menentukan konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa
ada di alam yaitu ; Uranium (Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232)
dimana depth of investigationnya kira kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi.
Adapun alat lain yang digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang
sebuah sumber radioaktif yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi. Contohnya
adalah alat density log, seperti ; FDC Formation Density Compensated, dan LDT Litho
Density Tool.






b. Sinar Gamma Untuk Pengukuran Densitas

Gambar. log gamma untuk pengukuran densitas
Densitas adalah jumlah massa per satuan volum. Sedangkan Densitas Bulk adalah
hitungan kotor berat jenis secara total atau rata-rata per satu satuan. Dalam hal ini kita
berbicara entang jumlah massa per satuan volum formasi.
Untuk menentukan densitas bulk ini kita bisa menggunakan aplikasi sinar gamma.
Namun sinar gamma yang dimaksud di sini adalah sinar gamma yang ditembakkan ke
formasi dan bukan sinar gamma yang secara alami terkandung di formasi. Efek sinar gamma
yang bisa kita analisa untuk menghitung densitas adalah Efek Hamburan Compton dan Efek
Serapan Fotolistrik.
Sebagai aturan dasar adalah semakin banyak kandungan elekron suatu materi maka
semakin tinggi nilai densitas materi tersebut.
Ketika sinar gamma energi-sedang menjalar dan berinteraksi dengan atom, sebagian
energinya dipakai untuk melempar elektron keluar dari jalur orbitnya dan sinar gamma-pun
mengalami penurunan tingkat energi menjadi tingkat energi-lemah yang kemudian ia
menjalar lagi, efek ini dikenal dengan nama Hamburan Compton. Ketika sinar gamma energi-
lemah ini menjalar kembali dan berinteraksi dengan atom lainnya, karena tingkat energinya
yang rendah maka ia terserap oleh atom tersebut, efek ini dikenal dengan nama Serapan
Fotolistrik. Kedua efek ini berkaitan langsung dengan jumlah elektron yang terkandung di
salam suatu atom. Semakin banyak elektron, semakin sedikit sinar gamma yang bisa menjalar
karena efek hamburan dan serapan tadi.
Dengan begitu, semakin sedikit pula sinar gamma yang bisa kembali ke sensor yang
ada di alat LWD. Sensor ini menghitung spektrum energi untuk menentukan seberapa banyak
sinar gamma tingkat energi-sedang yang kembali ke sensor dan seperti apa tingkat energi
sinar gamma tersebut. Semakin sedikit sinar gamma yang kembali ke sensor, berarti semakin
banyak sinar gamma yang hilang berinteraksi dengan atom di formasi, yang menunjukkan
banyaknya kandungan elektron di formasi tersebut atau dengan kata lain semakin tinggi
tingkat densitas formasi tersebut.
Lalu bagaimana hubungan densitas ini dengan keberadaan hidrokarbon di formasi?
Alat LWD beroperasi berdasarkan asumsi bahwa densitas bulk alat sama dengan densitas
bulk formasi. Namun pada kenyatannya teknik perhitungan ini tidak sama, karena alat LWD
menghitung densitas bulk bedasarkan jumlah elektron pada suatu volum materi, sedangkan
densitas bulk formasi bergantung terhadap berat atom atau jumlah proton dan neutron dalam
suatu volum materi. Untuk itu perlu dicari perumusan yang menghubungkan antara densitas
bulk alat LWD dan densitas bulk sebenarnya di formasi.
Berikut solusinya, silahkan dicermati secara pelan-pelan, ini tidak rumit tapi butuh
daya tangkap yang bagus untuk mengerti algoritma perhitungannya:
1. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram atom,
2. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram,
3. Kita definisikan jumlah elektron setiap sentimeter kubik, dimana
densitas bulk formasi, dengan begitu Ne bisa kita sebut sebagai densitas
elektron.
4. Berdasarkan densitas elektron bisa kita definisikan indeks elektron sebagai,
, dengan begitu RHOE bisa kita sebut sebagai jumlah elektron pada
suatu volum tertentu.
5. Dari perumusan di atas bisa kita sederhanakan menjadi,
6. Pada sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, berat atom
setara dengan dua kali nomor atom, atau dengan kata lain, jumlah proton dan neutron
pada suatu atom setara dengan dua kali jumlah elektron pada atom tersebut,
. Jadi perumusan bisa disederhanakan menjadi, ini kita
rumuskan untuk sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran.
7. Sedangkan densitas bulk LWD seperti yang dijelaskan di atas adalah berdasarkan
jumlah elektron atau indeks densitas elektron, , dimana adalah densitas
bulk LWD.
8. Sehingga bisa disimpulkan bahwa atau densitas bulk LWD adalah
setara dengan densitas bulk formasi.
Coba dilihat kembali bahwa , hal ini adalah benar pada hampir semua
elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, tapi tidak benar pada hidrogen. Karena
hidrogen memiliki 1 proton, 1 elektron, dan tidak memiliki neutron. Jadi pada hidrogen
perbandingan algoritma tersebut tidak sama dengan 1. Ini sangat penting bagi kita karena
hidrogen terkandung di hidrokarbon dan air. Jadi ketika hidrogen terkandung di suatu
formasi, maka tidak akan sama dengan .Untuk mengatasi masalah perhitungan ini saat
ditemukan kandungan hidrogen, maka dilakukan eksperimen untuk menentukan hubungan
dan saat hidrogen terdapat di formasi. Yaitu dengan meletakkan alat pada suatu
lempengan batuan kapur yang sudah diketahui porositasnya sekitar 0% sampai 40%,
kemudian pori-porinya diisi dengan air. Melalui eksperimen ini ditemukan hubungan
, yang dipakai Schlumberger untuk menghitung saat alat
LWD berada di lingkungan yang mengandung hidrogen. Eksperimen juga dilakukan
menggunakan lempengan batuan pasir dan dolomite, karena ketiga jenis batuan ini yang
paling sering ditemukan di lingkungan pengeboran. Dengan hasil eksperimen tersebut maka
semua alat LWD Schlumberger yang menghitung densitas harus dikalibrasi berdasarkan
standard ini. Air dan minyak memiliki kandungan hidrogen yang hampir sama, sehingga
tidak perlu adanya koreksi terhadap hasil perhitungan. Namun ketika alat LWD melintasi
bebetuan yang berbeda semisal batuan garam dan gipsum, maka butuh sedikit koreksi
terhadap hasil perhitungan densitas formasi yang diperoleh alat LWD, karena algoritma yang
dipakai hanya diperuntukkan untuk jenis batuan kapur, pasir dan dolomite.
Semua hasil perhitungan ini adalah tidak mesti tepat karena adanya faktor-faktor di
lingkungan pengeboran yang berubah dari waktu ke waktu juga akan mempengaruhi
perhitungan. Koreksi-koreksi ini sangat penting adanya untuk ketepatan hasil akhir
perhitungan parameter fisis yang akan diberikan kepada klien. Koreksi ini berbeda-beda
antara satu perhitungan dengan perhitungan lain, misalnya pada sinar gamma kita harus
koreksi dengan besarnya diameter sumur, berat jenis lumpur bor, kandungan potasium dan
besarnya diameter alat. Porositas memiliki koreksi yang paling rumit karena sangat
bergantung pada banyak faktor lingkungan pengeboran yang berubah setiap saat, seperti suhu
di dalam sumur, tingkat ke-asinan formasi dan lumpur, jenis matrik formasi, besarnya
diamter lubang sumur, indeks hidrogen formasi, dsb.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor
sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya densitas juga dipengaruhi
oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak
batuan maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak,
harga porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.

Log Netron

Gambar. log netron (kanan: netron tunggal ; kiri: netron ganda)
Pada Netron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka semua
partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber
radioaktifnya. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa netron hidrogen tidak mewakili porositas
batuan karena penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Netron tidak dapat
membedakan antara atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat
dengan mineral batuan, akibatnya pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-
atom hidrogen didalam susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Netron Log adalah shale atau clay dimana
semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesar harga porositas
batuan. Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi defleksi kurva Netron Log dimana
semakin kompak batuan tersebut maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan
fluida yang ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan mempunyai
harga porositas yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air tawar akan memberikan harga
porositas neutron yang mendekati harga porositas sebenarnya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi tinggi
kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber radioaktif.
Netron log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan porositas
rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.

Log Sonik

Gambar. log sonic
Log sonik merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log densitas dan log netron. Log sonik menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh
receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan serta
distribusi porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol dinalakan
kecepatan matriks
Sonik log digunakan untuk mengukur porositas batuan formasi dengan cara mengukur
interval transite time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat
didalam batuan formasi sejauh satu feet.

Prinsip Kerja Log Sonik
Alat sonik mengukur kecepatan suara / sonik dalam formasi
Transmitter memancarkan suatu pressure pulse berfrekuensi 25 Hz
Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang kompresional dan gelombang refraksi shear yang merambat dalam
formasi. Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud. Dua gelombang
permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Rayleigh dan Stoneley)
Laju / kecepatan gelombang gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft / sec
tergantung pada litologi
Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke formasi,
lalu merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk mencapai receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa
Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu dimana
the first negative excursion dideteksi oleh near receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana the first negative excursion
dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver receiver ( span )
sebesar dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ). dalam microseconds / ft.

Anda mungkin juga menyukai