Anda di halaman 1dari 26

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun
tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. Hal tersebut
tergantung kepada anatomi, fisiologi dan kondisi lingkungannya. Komponen penyusun
sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran
pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di
sepanjang tubuh. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya
terdapat satu jalur sirkulasi darah (Fujaya, 2004).

Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang
sangat penting. Untuk melakukan aktivitas, sel jaringan, maupun organ membutuhkan
nutrisi dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai hanya bila peredaran darah berjalan
normal. Karananya, semua semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang-kadang
dapat dilihat pada darah.

Berdasarkan praktikum, penentuan hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung
hematokrit dengan darah yang sebelumnya telah diberi zat EDTA (natrium ethylen
diamin tetra acetic acid) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah. Berhubungan
dengan fungsinya serbagai alat transpor nutrisi dan oksigen, darah merupakan
parameter penting dalam pendugaan kesehatan ikan. Sistem peredaran darah ikan
akan terganggu bila kondisi internal atau eksternal tubuhnya terganggu. Pengetahuan
mengenai hematologi ikan perlu diketahui guna mengetahui pertumbuhan dan tingkat
kesehatan ikan. Karenanya perlu diadakan praktikum mengenai perhitungan nilai
hematorit pada ikan.

B. Tujuan
Tujuan praktikum yaitu untuk bisa menghitung nilai hematokrit ikan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologis Ikan
Ikan nila (Oreochromis niloticus).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang berasal dari sungai nila dan
danau-danau yang menghubungkan sungai tersebut. Ikan nila didatangkan ke
Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969,
bibit ikan nila yang ada di Indonesia berasal dari Taiwan adapun dengan ciri berwarna
gelap dengan garis-garis vertikal seanyak 6-8 buah dan Filipina yang berwarna merah
(Suyanto 1998).

Menurut Saanin (1982), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtes
Sub Kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphii
Sub Ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan nila pada umumnya mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping, perbandingan
antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1. Sisik-sisik ikan nila berukuran besar
dan kasar. Ikan nila berjari sirip keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan
berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat adalah dari ikan nila
adalah warna tubuhnya yang hitam dan agak keputihan. Bagian bawah tutup insang
berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan ada yang
kuning. Sisik ikan nila besar, kasar, dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang
menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus
antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari
tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran
kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata
yang besar (Merantica 2007).

Ikan nila memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat anaknya
dengan menggunakan mulut (mouth breeder) (Effendie 1997 dalam Prasetiyo 2009).
Ikan ini dicirikan dengan garis vertikal yang berwarna gelap pada sirip ekornya
sebanyak 6 buah. Selain pada sirip ekor, garis tersebut juga terdapat pada sirip
punggung dan sirip anal (Suyanto 1994 dalam Saputra 2007 dalam Prasetiyo 2009).

Seperti halnya ikan nila yang lain, jenis kelamin ikan nila yang masih kecil, belum
tampak dengan jelas. Perbedaannya dapat diamati dengan jelas setelah bobot
badannya mencapai 50 gram. Ikan nila yang berumur 4-5 bulan (100-150 g) sudah
mulai kawin dan bertelur Tanda-tanda ikan nila jantan adalah warna badan lebih gelap
dari ikan betina, alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, dan
tulang rahang melebar ke belakang. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah
alat kelamin berupa tonjolan di belakang anus, dimana terdapat 2 lubang. Lubang yang
di depan untuk mengeluarkan telur, sedang yang di belakang untuk mengeluarkan air
seni dan bila telah mengandung telur yang masak,dan perutnya tampak membesar
(Suyanto, 2003).

Ikan nila merupakan ikan omnivora yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air,
avertebrata kecil, fauna bentik, detritus, dan bakteri yang berasosiasi dengan detritus.
Ikan nila dapat menyaring makanannya dengan menangkap partikel tersuspensi,
termasuk fitoplankton dan bakteri, pada mukus yang terletak pada rongga buccal.
Tetapi sumber nutrisi utama ikan nila diperoleh dengan cara memakan makanan pada
lapisan perifiton (FAO, 2006).

Ikan nila merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal. Ikan nila dikenal
sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya. Nila hidup di
lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0-35
ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi bertahap.
Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak
ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan
kematian ikan (Suyanto, 2004).

Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang
tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan yang bergerak (mengalir),akan
tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti pengadaptasian terhadap
lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada perairan yang
mengalir. (Djarijah, 2002).

Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki
suhu antara 14oC 38 oC, atau suhu optimal 25oC 30oC. Keadaan suhu yang
rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 300C akan
menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan
lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang mematikan ikan nila berturut-
turut adalah 11-12oC dan 42oC. Keadaan pH air antara 5 11 dapat ditoleransi oleh
ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini
adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35
ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan
perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997).

Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan
lunak, yang termsuk dalam golongan teleostei. Tubuhnya terbungkus oleh kulit yang bersisik,
berenang dengan menggunakan sirip dan bernafas dengan menggunakan insang. Ikan mas
sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai
dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya
merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

Klasifikasi Ikan Mas menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chodata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus caprio L

Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada
antara 150 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu
optimum 20-25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak
deras, baik di sungai danau maupun di genangan air lainnya ( Asmawi, 1986).

Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang
halus, dua pasang kumis (babels), ukuran dan warna badan sangat beragam (Sumantadinata,
1983).

Ikan Mas dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora) yang antaralain memakan serangga
kecil, siput cacing, sampah dapur, potongan ikan, dan lain-lain (Asmawi,1986).

Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka
terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang
termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat,
serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur
lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8 12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa
(Stagnan water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulannya (Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi,
1993).

Ikan mas berbadan panjang dengan perbandingan antara panjang total dengan tinggi badan 3 :
1 (tergantung varitas). Bila dipotong di bagian tengah badan memilki perbandingan antara tinggi
badan dan lebar badan 3 : 2 (tergantung varitas). Warna tubuh ikan mas juga tergantung dari
varitas, ada merah, kuning, abu-abu, kehijauan, dan ada juga yang belang. Tubuh ikan mas
terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Mulut, sepasang mata, hidung, dan tutup
insang terletak di kepala. Seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan
berjenis ctenoid. Pada bagian itu terlihat ada garis linea lateralis, memanjang mulai dari
belakang tutup insang sampai pangkal ekor.
Mulut kecil, membelah bagian depan kepala. Sepasang mata bisa dibilang cukup besar terletak
di bagian tengah kepala di kiri, dan kanan. Sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala.
Sepasang tutup insang terletak di bagian belakang kepala. Selain itu, pada bagian bawah
kepala memiliki dua pasang kumis sungut yang pendek. Ikan mas memiliki lima buah sirip, yaitu
sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip punggung panjang
terletak di bagian punggung. Sirip dada sepasang terletak di belakang tutup insang, dengan
satu jari-jari keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip perut hanya satu terletak pada
perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur. Sirip ekor juga hanya satu, terletak di
belakang, dengan bentuk cagak


B. Hematokrit pada Ikan

Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya
didalam 100 mm
3
darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan Pettit, 1987).
Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya prosentase
berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar
hematokrit darah hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler
berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti
pembekuan darah. Nilai hematokrit standar adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat
berbeda-beda tergantung species. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama
manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (Frandson, 1992).

Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-sel darah
merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Volume
darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari bobot
tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat
tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).


C. Nilai Hematokrit Normal Ikan

Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk
mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa kadar
hematokrit ini dapat bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan
mnunjukan terjadinya anemia, dibandingkan dengan data yang diperoleh dari praktikum
maka untuk kelompok 6 dan 7 dengan presentase 16.10% positif menunjukan
terjadinya anemia pada ikan. Sedangkan nilai hematokrit ikan ikan teleost yang
normal berkisar antara 20 30 % dan untuk beberapa spesies laut berkisar 42 %
(Bond, 1979).


III. METODELOGI

A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 04 Mei 2013 pukul 10.00 WIB
bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet bulir merah,
haemocytometer, mikroskop, gelas objek, cover glass, jarum suntik, tabung mikro
hematokrit, tabung eppendorf. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan
hayem, larutan turk, giemsa, larutan antikoagulan, metanol, cristoseal, dan ikan lele.

C. Metode Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan diletakkan dengan kepala menghadap ke kiri, alat suntik dibilas dengan Na-sitrat
dan disisakan isinya 1/20 bagian.
2. Darah diambil dari vena kaudal dengan cara jarum ditusukkan di atas antara anus dan
sirip anal, tusukan horizontal kearah kranial sampai mengenai tulang vertebrate.
3. Kemudian, jarum ditarik sedikit setelah itu penghisap jarum suntik ditarik sampai darah
terhisap sebatas yang diinginkan.
4. Setelah darah diambil, jarum dan alat suntik dicabut serta luka bekas suntikan ditutup
dengan kapas beralkohol. Kemudian jarum dilepas dari spuit dan darah dimasukkan ke
dalam tabung ependorf yang telah dibilas dengan Na sitrat 3.8%.
5. Salah satu ujung tabung mikrohematokrit dicelupkan kedalam tabung yang berisi darah
sehingga darah akan merambat secara kapiler sampai volume bagian (sambil
ditutup/dibuka).
6. Kemudian ujung tabung tersebut ditutup dengan crytoseal dengan cara ujung tabung
ditancapkan kira-kira sedalam 1 mm.
7. kemudian tabung mikrohematokrit tersebut disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit dengan posisi tabung yang bervolume sama berhadapan dan yang
bersumbat disebelah luar dan posisi tabung diatur hingga seimbang.
8. Setelah itu, diukur panjang bagian endapan serta panjang total endapan cairan dan
dipersentasekan panjang endapan dibanding panjang total endapan dan cairan dalam
persen (%).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Kelompok a b Ha
1 - - -
2 - - -
3 0.25 0.45 35.7%
4 - - -
5 0.9 3 23%
6 - - -
B. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai perhitungan nilai hematokrit pada ikan.
Hematokrit adalah perbandingan antara volume sel darah dengan plasma
darah (Sasradipraja et al, 1989 dalam Abdullah, 2008).

Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
a. Timbangan, untuk menimbang bobot tubuh ikan uji,
b. Dissecting kit, untuk membedah ikan uji,
c. Talenan kayu, sebagai alas bedah ikan
d. Pipa kapiler heparinized, untuk menampung sampel darah segar,
e. Sentrifuge hematorit, untuk mensentrifuge sampel darah,
f. Wax/malam lilin, untuk menyumbat salah satu ujung pipa kapiler yang telah
berisi darah segar,
g. Hematocrit reading chart, untuk membaca nila hematokrit (Tim, 2013).

Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada
kondisi normal sebesar 30,8 - 45,5. Dari hasil praktikum didapatkan hanya
dua Kelompok yang berhasil dalam praktikum tersebut dengan hasil nila Ha
sebesar 35,7% dan 23%. Nilai 35,7% merupakan normal sedangkan 23%
menunjukkan ikan tidak normal, hal tersebut bisa terjadi karena ikan stress
atau terserang penyakit.

Pengukuran hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk
mengetahui kesahatan ikan. Kuswardani (2006) mengungkapkan bahwa
kadar hematokrit ini dapatbervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang
kurang dari 22% akan mnunjukan terjadinya anemia. Sedangkan nilai
hematokrit ikan ikan teleost yang normal berkisar antara 20 30 % dan
untuk beberapa spesies laut berkisar 42 % (Bond, 1979).

Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia
(Gallaugher et al, 1995 dalam Abdullah, 2008), sedangkan menurut Nabib
dan Pasaribu (1989) dalam Prasetyo (2008) bahwa nilai hematokrit darah
ikan berkisar 5 60%, hematokrit di bawah 30% menunjukan defisiensi
eritrosit. Apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makan menurun maka nilai
hematokrit darah menjadi lebih rendah (Delman and Brown, 1989 dalam
Prasetyo 2008). maka dapat dinyatakan bahwa ikan lele kelompok 6
terserang anemia dan defisiensi eritrosit sesuai pernyataan diatas.

Robert (1978) dalam Mulyani (2006) mengungkapkan bahwa darah
merupakan cairan yang membawa nutrien, transportasi oksigen dan
karbondioksida, menjaga keseimbangan suhu tubuh dan berperan penting
dalam sistem pertahanan tubuh dan berperan penting dalam sistem
pertahanan tubuh. Darah ada yang beruba padatan maupun cairan, yang
termasuk kedalam padatan adalah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah
putih (leukosit) sedangkan yang berbentuk cairan ialah plasma darah. Jumlah
sel darah merah sangat menentukan fungsi peredaran oksigen. Jumlah sel
darah ikan pada ikan teleost berkisar antara 1.0510
6
sel/mm
3
dan 3.0x 10
6
sel/mm
3
. Jika dibandingkan dengan hasil dari praktikum maka Sel darah
merah secara keseluruhan termasuk dalam kisaran normal. Sel darah merah
sering disebut juga eritrosit. Eritrosit yang terlalu rendah akan menimbulkan
terjadinya anemia, sedangkan jika terlalu tinggi menandakan ikan tersebut
dalam keaadaan yang stres (Wademeyer dan Yasutake, 1977 dalam
Purwanto, 2006).

Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan . Pada hematokrit, kadar eritrosit
yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi
menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress. Peningkatan hemotokrit
dapat disebabkan sel membengkak pada keadaan ikan yang mengalami
hipoksia.

Adapun faktor yang mempengaruhi lainnya ialah jumlah eritrosit; apabila
jumlah eritrosit dalam keadaan banyak, maka nilai hematokrit akan
meningkat. Ukuran eritrosit pun berpengaruh pada viskositas darah. Semakin
tinggi viskositas darah maka akan semakin tinggi nilai hematokrit. Kelainan
bentuk pada eritrosit juga berpengaruh; apabila terjadi kelainan bentuk
(poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma (plasma terperangkap)
sehingga nilai hematokrit akan meningkat.

Factor yang mempengaruhi kegagalan dalam perhitungan nilai hematokrit
diantaranya tidak sempurnanya penutupan ujung pipa kapiler dengan
malam/wax sehingga terjadi hilangnya dari pipa kapiler setelah dilakukan
sentrifugasi.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran
darah ikan yang diperoleh dapat menunjukan kesehatan ikan. Nilai
hematokrit yang berhasil di dapat yaitu nilai Ha sebesar 35,7% dan 23%.
Jika komponen darah pada ikan tidak berada pada jumlah yang normal,
maka dapat diduga bahwa ikan tersebut sedang terserang penyakit, sperti
anemia atau pun stres. Nilai hematokrit ini berhubungan dengan laju
metabolisme, cara hidup ikan, jenis kelamin ikan dan spesies ikan tersebut.
Semakin tinggi nilai hematokrit semakin tinggi pula jumlah sel darah
merahnya. Ada korelasi yang kuat antara hematokrit dan jumlah hemoglobin
darah, semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah
pula kandungan hemolobin darah.

B. Saran
Ada baiknya jika praktikum selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
beberapa spesies ikan, dengan berbagai ukuran bobot sehinga dapat di
jadikan perbandingan antara spesies yang satu dengan spesies yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R dan Tang U.M. 2002.Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.
Alamanda et al, 2007. Penggunaan metode hematologi dan pengamatan endoparasit
darah untuk penetapan kesehatan ikan lele dumbo ( Clarias gariepinus) di
kolam budidaya desa mangkubumen boyolali. Jurnal Boidiversitas. 8 : 34
38.
Anonim. 2011. http://www.duniakam pus.co.cc/11/. Diakses pada April 2013.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia.
514 p. http//:www.fishpathology.com.
Djarijah, AS. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.
Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta.
163 hal.
Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab
Darah Maskoki Carassius auratus Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus gouramy Yang Terinfeksi
Cendawan Achlya sp. pada Kepadatan 320 dan 720 Sppora per mL. Skripsi.
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Purwanto, A. 2006. Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio Yang Terinfeksi
Koi Herpes Virus. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rukmana R.1997.Ikan Nila. Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius.
Yogyakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.
Suyanto, SR. 1994. Nila. penebar swadaya. jakarta.
Tim Penyusun. 2013. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DARAH
Seperti pada hewan Vertebrata berdarah dingin lainnya, slah satu ciri pembeda
dari darah ikan adalah adanya inti pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah
matang. Jenis sel-sel matang lainnya yang biasanya ditemukan dalam periferal darah
ikan yang sehat secara normal morfologinya mirip seperti sel-sel darah pada manusia
(Yasutake dan Wales, 1983).
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan
terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang tersuspensi.
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan
darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri
dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran
darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan
peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung.
Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat jantung
mengendur, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding
tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar
menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler
lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh,
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ
yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi
pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang.
Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana
organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana
kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari
presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.


2.2 KOMPISISI DARAH
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya.

Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media
yang memfasilitasi sejumlah factor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah.
Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta corpuscle berwarna
merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang disebut
trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organic terlarut.
Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua
sisinya dan diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen
terpenting dalam sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan unuk mengikat
oksigen dan mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh jaringan tubuh
dan melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler. Hemoglobin yang
mengikat oksigen atau oksihemoglobin inilah yang menyebabkan eritrosit berwarna
merah cerah.
Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti berkeping
banyak dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit granular terdiri atas
netrofil merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan bakteri eosnofil
yang merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap timbulnya
infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin dan substansi
histamine.Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak jumlahnya
dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi.
Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan
sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit jumlahnya
terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya kurang lebih sebesar sel darah merah.
Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan
menghasilkan antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam system pertahanan
tubuh yaitu membentuk anibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam tubuh.
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan akan
menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya factor lingkungan yang
tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan sebagainya.
Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira
berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya
bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian
menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn
pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jarring-jaring
sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan.
Satu dari sekian kemampuan darah adalah kemampuan untuk menggumpal
(terkoagulasi) ketika dikeluarkan dari tubuh. Dalam tubuh, gumpalan terjadi
merespon jaringan yang terluka seperti otot teriris, atau terluka. Dalam pembuluh
darah, darah tetap dalam kondisi cair, sesaat setelah keluar, darah menjadi kental dan
berglatin serta berubah menjadi rekatan seperti agar-agar.
Plasma darah merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari :
Air mencakup 91-92%.
Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin, dan fribinogen.
Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti :
Anion : Cl
-
, CO
3
2-
, HCO
3
-
, SO
4
2-
, PO
4
-
, I
-
.
Kation : Na
+
, K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
, Fe
3+
.
Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen, misalnya lipid,
karbohidrat, glukosa, garam ammonium, urea, asam urat, dan lain-lain.
Gas terlarut dalam plasma.
Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim, dan anti toksin. Sel darah ikan
memiliki inti yang menonjol dengan jumlah 2 juta mm
3
dan memiliki ukuran yang
cukup konsisten yaitu umumnya sekitar 12 x 3 mikron dan memiliki sitoplasma yang
kecil.

2.3 STRUKTUR DARAH
Menurut strukturnya, sel darah terdiri dari :
Membran sel yang merupakan dinding sel.
Bahan yang menyerupai spong yang disebut stroma.
Hemoglobin yang menempati ruang kosong pada stroma.
2.4 HEMATOKRIT
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Bila
dikatak
an hematokrit 40 (40%) berarti darah terdiri dari 40% sel darah merah dan 60%
plasma dan sel darah putih. Nilai normal hematokrit tergantung pada jenis kelamin.
Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
a. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala,
kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah
jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi antikoagulan terlebih
dahulu.
b. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat
pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah.
Kecepatan pemutaran adalah 11000 rpm selama 4 menit.
c. Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini menggunakan
alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah
bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur dengan
antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat baca.
Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada
galvanometer.

IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar.
Menurut sejarahnya ikan mas berasal dari daratan Cina dan Rusia. Adapun klasifikasi
ikan mas menurut Lagler (1997) dalam Ichtyologi adalah :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
Ikan mempunyai bentuk badan yang compressed atau bentuk badan agak
memanjang pipih ke samping, mulut (bibir) berada di ujung tengah (terminal), dapat
disembulkan, dan lunak (elastis). Mempunyai dua pasang kumis (barbel). Penyebaran
ikan mas terutama di daerah tropis dengan ketinggian 150 600 m di atas permukaan
laut.







HEMATOKRIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola umum yang
sama, namun tiap tiap kelompok mempeunyai peredaran darah tertentu yang
mempunyai anotomi organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua
komponen utama yaitu sel sel darah dan plasma darah. Darah dalam tubuh memiliki
fungsi sebagai pengangkut bagi berbagai macam senyawa dan zat zat yang
diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat pertahanan tubuh terhadam ancaman
dari luar dan menjaga kestabilan suhu.
Sel darah merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh
darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel darah putih.
banyak sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan
menembus dinding untuk masuk ke jaringan yang lain.
Eritrosit merupakan salah satu sel darah yang sangat berperan dalam proses
pengangkutan materi materi di dalam tubuh. Eritrosit mengandung hemoglobin
yang memungkinkannya mampu mengangkut oksigen lebih banyak dari pada oksigen
tersebut bergerak sendiri dalam plasma darah. Hemoglobin juga menyebabkan warna
merah pada darah, sehingga eritrosit disebut dengan sel darah merah.
Dalam proses kehidupan organisme, diperlukan makanan dan oksigen untuk
melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya. Berbagai proses metabolisme
menghasilkan sisa (sampah) yang harus dikeluarkan tubuh. Peredaran materi, baik
berupa bahan bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen maupun hasil
metabolisme dan sisa sisanya dilakukan oleh sistem peredaran darah.
Oleh sebab itu,sel darah suatu organisme perairan dapat dijadikan idikator
bahwa lingkungan tempat organisme tersebut tercemar atau tidak.Selain itu,kita lihat
dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai hematokrit pada ikan atau
persentase sel darah merah pada ikan mas Ciprinus carpio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Peredaran Darah Pada Ikan
Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang
terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung teleostei terdiri
atas empat bagian. Namun pada kenyataanya mirip dengan satu silinder atau pompa
piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah
dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri,
dan tekanan arteri lenih besar dari tekanan arterionale. Akibat adanya perbedaan
tekanan maka aliran darah dapat terjadi.
Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung,
yaitu: (1) energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan (2) energi potensial
yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan tekanan darah. Selain itu,
aliran darah juga dipengaruhi oleh viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat
maka aliran darah akan melambat.
Kontrol terhadap jantung, didasarkan pada dua mekanisme, yakni adrenergik
dan cholinergik. Adrenergik merangsang jantung berkontraksi, sedangkan cholinergik
menyebabakan relaksasi. Kedua proses yang saling bertentangan ini menyebabkan
jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali. Darah dipompa keluar
selama kontraksi ventrikel (systole) dan diikuti oleh periode relaksasi dan pengisian
kembali (diastole).
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur
sirkulasi peredaran darah. Start dari jantung, darah menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap
organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah dari
insang kadang langsung kembali ke jantung. Hal ini terjadi bilamana tidak semua
output cardiac dibutuhkan untuk menuju ke dalam dorsal aorta dan pembuluh eferen
yang lain. Pada bagian lain, yaitu berawal dari insang pertama, sebelum dihubungkan
ke sistem vena. Peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk
sekresi gas ke cairan mata.
Darah merupakan suatu fluida yang berisi beberapa bahan terlarut dan
erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang tersuspensi.Darah berfungsi
mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-
jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran
oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeabel
yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang
terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Dari sini darah di
suplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui pembuluh
kapiler. Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak, darah kembali
ke jantungmelalui vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal
anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum. Di sini, juga bertemu darah
dari vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal yang telah melalui sistem renal
portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali ke jantung melalui vena hepatik.
Terakhir, dari insang, darah dikembalikan ke jantung melalui vena branchial.
II.2 Komposisi Darah
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya.
Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media
yang memfasilitasi sejumlah factor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah.
Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta corpuscle berwarna
merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang disebut
trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organic terlarut.
Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua sisinya dan
diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen terpenting dalam
sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan unuk mengikat oksigen dan
mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh jaringan tubuh dan
melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler. Hemoglobin yang mengikat
oksigen atau oksihemoglobin inilah yang menyebabkan eritrosit berwarna merah
cerah.
Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti berkeping banyak
dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit granular terdiri atas netrofil
merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan bakteri eosnofil yang
merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap timbulnya infeksi
dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin dan substansi
histamine.Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak jumlahnya
dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi.
Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan sel darah
yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit jumlahnya terbesar
kedua setelah netrofil dan ukurannya kurang lebih sebesar sel darah merah. Bagian
sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan menghasilkan
antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam system pertahanan tubuh yaitu
membentuk anibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam tubuh.
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-sisa sel
yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan akan
menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya factor lingkungan yang
tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan sebagainya.
Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira
berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan bentuknya
bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka dan kemudian
menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit pecah, agn
pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk jarring-jaring
sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan.
Satu dari sekian kemampuan darah adalah kemampuan untuk menggumpal
(terkoagulasi) ketika dikeluarkan dari tubuh. Dalam tubuh, gumpalan terjadi
merespon jaringan yang terluka seperti otot teriris, atau terluka. Dalam pembuluh
darah, darah tetap dalam kondisi cair, sesaat setelah keluar, darah menjadi kental dan
berglatin serta berubah menjadi rekatan seperti agar-agar.
Plasma darah merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari :
Air mencakup 91-92%.
Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin, dan
fribinogen.
Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti :
Anion : Cl
-
, CO
3
2-
, HCO
3
-
, SO
4
2-
, PO
4
-
, I
-
.
Kation : Na
+
, K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
, Fe
3+
.
Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen, misalnya
lipid, karbohidrat, glukosa, garam ammonium, urea, asam urat, dan lain-lain.
Gas terlarut dalam plasma.
Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim, dan anti toksin. Sel darah ikan
memiliki inti yang menonjol dengan jumlah 2 juta mm
3
dan memiliki
ukuran yang cukup konsisten yaitu umumnya sekitar 12 x 3 mikron dan
memiliki sitoplasma yang kecil.
II.3 Fungsi Darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut
(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh.Fungsi darah adalah :
1. Mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh
2. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4. Mengedarkan hormon
Menurut strukturnya, sel darah terdiri dari :
Membran sel yang merupakan dinding sel.
Bahan yang menyerupai spong yang disebut stroma.
Hemoglobin yang menempati ruang kosong pada stroma.
II.4 Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Bila dikatakan
hematokrit 40 (40%) berarti darah terdiri dari 40% sel darah merah dan 60% plasma
dan sel darah putih. Nilai normal hematokrit tergantung pada jenis kelamin.
Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
1. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala,
kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama
setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi
antikoagulan terlebih dahulu.
2. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat
pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah.
Kecepatan pemutaran adalah 11000 rpm selama 4 menit.
3. Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini
menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel
darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur
dengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat
baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada
galvanometer.

Anda mungkin juga menyukai