Anda di halaman 1dari 21

1.

KISTA DENTIGEROUS
Definisi Kista Dentigerous
Kista dentigerous merupakan salah satu kista odontogenik. Definisi kista dentigerous adalah kista
yang berkembang dalam folikel dental yang normal dan mengelilingi gigi yang tidak erupsi, tidak
menjadi neoplastik, sering ditemukan dalam daerah dimana terdapat gigi yang tidak erupsi, yaitu gigi
molar ketiga rahang bawah, molar ketiga rahang atas dan kaninus rahang atas.
Referensi lain menyebutkan kista dentigerous adalah kista yang penyebabnya berasal dari gigi, kista
ini terbentuk bersamaan dangan perkembangan dari gigi tersebut, dan kadang bersamaan dengan
pertumbuhan mahkota gigi yang tumbuh tidak sempurna.
Hampir sama dengan maksud di atas, referensi lain mengatakan bahwa kista dentigerous adalah kista
odontogenik (penyebabnya adalah gigi) yang melingkupi mahkota gigi yang belum erupsi (masih
terbenam dalam gusi dan tulang), jadi kista ini biasanya ditemui selama perkembangan gigi pasien
usia muda.
Kista dentigerous tunggal merupakan kista odontogenik kedua yang paling sering ditemukan setelah
kista radikular. Terkadang dapat terjadi kista bilateral (yang terjadi pada kedua sisi wajah) ataupun
kista multiple, yang telah dilaporkan ditemukan pada pasien dengan penyakit sistemik seperti
mucopolysaccharidosis dan cleidocranial dysplasia.

Etiologi Kista Dentigerous
Hampir semua referensi sepakat menyatakan bahwa etiologi atau penyebab kista dentigerous ini
adalah berasal dari gigi yang gagal erupsi, biasanya gigi molar ketiga rahang bawah, molar ketiga
rahang atas dan kaninus rahang atas. Kista ini terbentuk bersamaan dengan perkembangan dari gigi
tersebut, dan kadang bersamaan dengan pertumbuhan mahkota gigi yang tumbuh tidak sempurna.
Selain itu kista dentigerous juga dapat terjadi karena adanya inflamasi dan infeksi pada masa gigi
anak-anak atau adanya kekurangan asupan nutrisi pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi,
sehingga mengganggu pertumbuhan gigi. Inflamasi dan infeksi yang berkelanjutan pada masa
pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat menyebabkan perubahan dan gangguan pada sel-sel
odontoblastik pembentuk gigi seperti ameloblast.
Kista Dentigerous berasal dari suatu proses separasi/pemisahan pada waktu perkembangan folikel
dari gigi yang tidak tumbuh dengan sempurna. Kista ini terbentuk oleh karena adanya tekanan gigi
yang tumbuh terhadap folikel gigi (salah satu bahan pembentuk gigi) yang mengakibatkan
terbendungnya aliran vena yang memicu terbentuknya eksudat (cairan keradangan) dan dibatasi oleh
suatu epitelium skuamos stratified tidak terkeratinisasi.
Patogenesis Kista Dentigerous
Kista dentigerous merupakan kista odontogenik yang terjadi akibat pembentukan cairan antara
lapisan sisa sisa epitel enamel luar dan dalam atau antara lapisan sisa enamel sisa enamel organ dan
mahkota gigi yang telah terbentuk sempurna. Kista ini hampir selalu berhubungan dengan gigi yang
impaksi, jarang terjadi pada gigi sulung, tempat predileksi adalah gigi molar ketiga mandibula dan
kaninus rahang atas. Kista dentigerous berpotensi menjadi tumor ameloblastoma. Kista dentigerous
ini timbul di sekeliling gigi yang tidak erupsi yang menyebabkan kegagalan erupsi nantinya.
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan terbentuknya kista dentigerous adalah karena adanya
inflamasi dan infeksi yang berkelanjutan dan kurangnya asupan nutrisi pada waktu pertumbuhan dan
perkembangan gigi. Karena inflamasi dan infeksi yang berkelanjutan, sisa-sisa sel epitel pembentuk
gigi yang seharusnya mengalami reduksi dan hilang akan membentuk jaringan baru yang
mengganggu pertumbuhan gigi dan berkembang menjadi kista dentigerous. Sisa-sisa sel epitel ini
biasa disebut dengan epitel malassez. Dengan terbentuknya kista dentigerous tersebut gigi tidak dapat
tumbuh. Kekurangan asupan nutrisi pada saat pertumbuhan gigi akan menyebabkan kekuatan gigi
untuk tumbuh terganggu. Keadaan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan jaringan pembentuk gigi
menjadi tidak sempurna. Kekurangan nutrisi menyebabkan tenaga untuk mereduksi sel-sel jaringan
pembentuk gigi terganggu, sisa epitel Malassez yang seharusnya sesuai dengan pertumbuhan gigi
karena tidak ada tenaga untuk mereduksi akan berkembang menjadi kista dentigerous.

Gejala Klinis Kista Dentigerous
Tanda-tanda klinis dari kista bergantung dari besarnya kista. Kista yang kecil dan belum
mendesak tulang rahang, tidak memberikan tanda-tanda klinis kecuali pada kista periodontal. Kista
yang membesar dan mulai mendesak tulang alveolus, baru menunjukkan tanda-tanda klinis berupa
benjolan di tulang rahang dan asimetri pada wajah. Palpasi intraoral dapat teraba adanya keadaan
fluktuasi, krepitasi dan benjolan keras. Ini bergantung pada jauh tidaknya letak kista di dalam tulang.
Keluhan pasien juga dapat timbul bila mengetahui adanya gigi yang tidak tumbuh. Kista ini sering
terjadi pada usia dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki dan 10-20 tahun pada wanita. Banyak
terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Banyak melibatkan molar tiga mandibula, caninus tetap
maksila, premolar mandibula dan molar tiga maksila. Pembengkakan yang terjadi secara perlahan-
lahan, nyeri jika terjadi infeksi. Umumnya kista ini terjadi tidak disertai rasa sakit. Bila kista
berukuran kecil, biasanya akan terlihat pada pemeriksaan radiografik (foto rontgen), yang dilakukan
karena adanya gejala kista atau untuk melihat kondisi gigi yang impaksi. Namun bila kista membesar,
biasanya terjadi pembengkakan wajah yang tidak disertai rasa sakit. Kista dentigerous diperkirakan
tidak menjadi neoplastik.

Diagnosis Kista Dentigerous
Secara klinis sesuai dengan penjelasan pada gejala klinisnya, kista ini tidak menimbulkan rasa
sakit, berkembang lambat dan menyebabkan asimetri wajah bila kista berkembang lebih lanjut karena
adanyua pembesaran ruang kista. Kulit wajah terlihat normal, tapi gambaran radiologis terlihat
sebagai daerah radioluscent yang berbentuk uniloculer dan melingkupi gigi yang tidak tumbuh
dengan batas yang tegas memberi indikasi adanya kerusakan tulang.
Kista bersifat non inflamasi dan perkembangannya lambat. Kista tersebut terdapat perifer. Sebuah
Kista mengandung cairan yang dapat meningkat secara tak teratur. Jika kandungan didalamnya
bersifat semi padat dan keras kandungan tersebut berfluktuasi secara bersamaan. Kista dapat dengan
mudah dibedakan dari pembengkakan inflamasi, abses dan hematoma. Diagnosis dapat diketahui
dengan cara eksplorasi melalui tusukan jarum kecil.




Pemeriksaan Penunjang































Pemeriksaan Radiologis
Daerah radiolusen unilokular yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista ini
mempunyai tepi sklerotik yang berbatas tegas jika tidak terjadi infeksi. Gigi yang tidak erupsi
dapat terimpaksi akibat ruangan pada lengkung gigi yang tidak cukup atau sebagai akibat
malposisi sedemikian rupa karena molar tiga mandibula terimpaksi secara horizontal. Selain itu
juga lazim ditemukan resorpsi radiks gigi di daerah yang berdekatan dengan lesi. Gigi yang
supernumerary dapat menyebabkan kista dentigerous.

Pemeriksaan dengan Menggunakan CT-Scan
Pemeriksaan dengan menggunakan CT scan juga perlu dilakukan untuk lesi lesi yang berukuran
luas. Hasil CT scan dapat memberikan informasi menenai asal, ukuran, dan kandungan kista,dan
hubungan lesi dengaan struktur anatomis yang berdekatan.

2. KISTA RADIKULAR
Definisi Kista Radikular
Kista radikular adalah suatu kista yang berasal dari sisa-sisa epitel Malassez yang berada di
ligamen periodontal, karena suatu infeksi gigi (gangren pulpa, gangren radik) ataupun trauma yang
menyebabkan gigi nekrosis.

Etiologi Kista Radikular
Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi ataupun bacterial yang menyebabkan
matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligamen
periodontal.

Patogenesis Kista Radikular
Etiologi dan patogenesis kista, berasal dari proses peradangan pulpa non vital ke area periapikal gigi, sehingga
terbentuk granuloma. Sisa-sisa epitel malassez yang terjerat dalam granuloma dirangsang untuk berproliferasi secara
ekstensif. Epitel dinding terbentuk dari sisa epitel malassez, yang merupakan bagian dari selubung hertwig akar yang tidak
aktif yang berada dekat dengan ligamen periodontal. produk infeksi pulpa dan nekrosis pulpa keluar ke jaringan
periapikal, menginduksi terjadi respon inflamasi. Sel-sel ini secara langsung atau pun tidak langsung menstimulasi
proliferasi dari sisa epitel mallasez. Massa sel-sel epitel tersebut berkembang, sehingga bagian tengah semakin jauh dari
suplai nutrisi, akibatnya bagian tersebutmati sehingga terjadilah akumulasi cairan. Kista terus membesar karena adanya
proliferasi dinding kista, sehingga peningkatan tekanan hidrostatik pada lumen dan akumulasi cairan menyebar dan
menakan sel epitel yang membatasi kapsul fibrosa. Kista akan ekspansi ke segalaarah karena tekanan perifer yang terus
menerus kejaringan sehingga merangsang osteoklas danakibatnya tulang mengalami resorb. Siklus ini dapat berhenti dan
berubah pada situasi dimana sumber inflamasi dihilangkan.

Gejala Klinis Kista Radikuler
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan
diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi
pembengkakan. Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan
oleh timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang bersangkutan menjadi
renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat menjadi goyang. Bila
dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang
bawah.

Diagnosis Kista Radikuler
Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal, dan hasil tes
klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiografik. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat sakit
sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura,
dengan suatu daerah rerefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila
mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai bentuk oval.
Daerah radiolusen lebih besar dari pada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi, baik
ukuran maupun bentuk daerah rerefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.

Gambaran Radiologis Kista Radikuler






























Lokasi
Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada pembukaan canal
aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.
Batas dan Bentuk
Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi disekitar tulang
menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah menjadi lebih banyak pinggiran
sklerotik.
Struktur Internal
Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang kalsifikasi distrofik
bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti penyebaran tipis, radioopasitas kecil.

3. BUCCAL BIFURCATION CYST (BBC)
Definisi Buccal Bifurcation Cyst
Buccal bifurcation cyst adalah sebuah kista odontogen rongga mulut yang disebabkan karena
adanya keradangan, yang biasanya muncul di daerah bifurkasi bukal molar pertama rahang bawah
pada paruh kedua dekade pertama kehidupan. Kista yang terinfeksi mungkin berhubungan dengan
nyeri.

Etiologi Buccal Bifurcation Cyst
Etiologi dari BBC masih belum diketahui. Satu teori mengatakan bahwa inflamasi merupakan
salah satu faktornya, namun ternyata BBC tidak selalu disertai dengan adanya inflamasi. Hal ini
memungkinkan bahwa kista paradental pada M3 dan BBC itu sama. Begitu juga komponen-
komponen inflamasi yang berhubungan dengan kista paradental tidak selalu muncul bersamaan
dengan BBC.

Gambaran Klinis BBC
- Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula.
- Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa abnormal
menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.
- Gigi geligi selalu vital.
- Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder, pasien bisa
merasakan nyeri.

Gambaran Radiologi BBC




















Lokasi
- Paling sering terjadi pada M1 mandibula.
- Terkadang terjadi secara bilateral.
- Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan.
Batas Luar dan Bentuk
- Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen berlapis
pada gambaran akar molar.
- Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tegas.
Struktur Internal
- Radiolusen

4. ODONTOGENIK KERATOCYST (OKC)
Definisi Odontogenik Keratocyst
Odontogenic keratocyst (OKC) atau keratokista pertama kali diperkenalkan oleh Philipsen.
Istilah keratokista dipergunakan untuk menggambarkan setiap kista di rongga mulut di mana di
dalamnya didapatkan jaringan keratin dalam bentuk yang besar. Browne, Forssell dan Sainio
berpendapat lain, bahwa kista jenis dentigerous, radikuler, dan residual masuk dalam kategori
keratokista, akan tetapi dinyatakan bahwa walaupun dapat terjadi keratinisasi yang metaplastik
pada dinding suatu kista radikuler atau residual, dinding kista tersebut sebenarnya tetap berbeda
dengan dinding epitelium suatu keratokista sejati. Odontogenik keratokista berasal dari
pertumbuhan sisa-sisa dental lamina atau sel-sel basal epitel rongga mulut sekitar 60% dan 40%
sisanya berasal dari pertumbuhan reduced enamel dental follicle.

Etiologi Odontogenik Keratocyst
Odontogenik Keratocyst atau OKC adalah kista odontogenik non inflamasi yang muncul dari
dental lamina. Tidak seperti kista lainnya yang diperkirakan tumbuh oleh karena tekanan osmotik,
epitel OKC tampaknya memiliki potensi pertumbuhan bawaan, seperti pada sebuah tumor jinak.

Gambaran Klinis Odontogenik Keratocyst
Odontogenik keratokista dapat ditemukan pada pasien di dalam rentang usia dari masa
kanak-kanak sampai usia tua, tetapi sekitar 60% dari semua kasus yang didiagnosis dalam
masyarakat, odontogenik keratokista ditemukan pada pasien antara 10 dan 40 tahun. Kista ini
lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita. Sekitar 60% sampai 80% dari kasus terjadi di
rahang bawah dan lebih banyak terjadi pada ramus mandibula.

Distribusi Odontogenik Keratokista pada rahang Odontogenik keratokista kecil biasanya
asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis.

Odontogenik keratokista besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase
pada daerah kista. Pada kasus yang ekstrem, bahkan kista yang sangat besar bisa tanpa rasa sakit.
Apabila terjadi di daerah ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan pergerakan sendi TMJ.
Pada saat kista membesar dapat menyebabkan malposisi gigi, ekspansi tulang rahang dan resorpsi
akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem dapat juga terjadi resorbsi tulang rahang.
Odontogenik keratokista memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan gambaran
klinis kista-kista lainnya di rongga mulut, sehingga tidak dapat di jadikan sebagai petunjuk
diagnosis. Walaupun gambaran radiografi dapat memberikan gambaran yang jelas adanya
odontogenik keratokista, namun untuk diagnosis pasti melalui pemeriksaan histopatologis.

Gambaran secara intra oral menunjukkan adanya massa pada maksila sehingga menunjukkan
pembengkakan.

Gambaran Radiologi Odontogenik Keratocyst































Lokasi
- Badan posterior mandibula dan ramus mandibula.
- Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve canal.
Batas luar dan bentuk
Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika terjadi infeksi sekunder,
smooth round atau berbentuk oval atau scalloped outline.
Struktur internal
Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan radioopasitas. Pada beberapa kasus
dapat menunjukkan septa internal berkurang, memberikan gambaran lesi multilocular.

a. KISTA NON ODONTOGENIK
Kista non-odontogen adalah kista yang penyebabnya tidak bersumber dari jaringan-jaringan
pembentuk gigi. Berikut adalah beberapa contoh dari kista non-odontogen rongga mulut:
1. KISTA DUKTUS NASOPALATIN
Definisi Kista Duktus Nasopalatin
Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga pembuluh darah dan
serabut saraf dari area nasopalatin.
Etiologi Kista Duktus Nasopalatin
Perkembangan kista ini diduga biasanya berkaitan dengan proliferasi sisa-sisa epitel dari saluran
nasopalatinus embrionik yang berpasangan didalam kana insisivus. Adanya trauma dan infeksi dapat
merangsang sisa-sisa epitel duktus nasopalatinus berproliferasi.

Patogenesis Kista Duktus Nasopalatin
Kista duktus nasopalatina biasanya berdegenerasi secara progressive walaupun begitu persistensi
dari sisa epitel nantinya bisa menjadi sumber dari epitelial yang akan menjadi kista nasopalatinus dari
salah satu proliferasi yang spontan atau proliferasi yang diikuti trauma contohnya pada (removable
denture), infeksi bakteri, retensi mukus. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya kista ini.
Adanya kelenjar mukus diantara proliferasi epitel dapat memberikan pembentukan kista sekunder
oleh sekret musin dalam struktur yang tertutup (enclosed srtucture). Kista Duktus Nasopalatina dapat
terbentuk dalam kanal insisivus yang lokasinya pada tulang palatum dan dibelakang prosessus
alveolar dari insisivus sentral rahang atas atau pada jaringan lunak pada palatum yang menutupi
foramen disebut kista insisivus papilla.

Gambaran Klinis Kista Duktus Nasopalatin
- Asimptomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam jangka waktu yang lama.
- Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior papila palatin.
- Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di permukaan.
- Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan pembengkakan dibawah
frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat meliputi rongga hidung dan merusak septum nasal.
- Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen.

Gambaran Radiograf Kista Duktus Nasopalatin













- Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk melibatkan palatum durum.
- Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose yang mengakibatkan
kista berbentuk seperti hati.
- Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik interna yang
mengakibatkan radioopasitis menyebar.
- Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi akar serta pergeseran
dari nasal fosa ke arah superior.

2. KISTA DERMOID
Definisi Kista Dermoid
Suatu kista yang berasal dari sel-sel embrionik yang terperangkap. Kista dibatasi oleh epidermis
dan diisi dengan keratin atau material sebasea.

Etiologi Kista Dermoid
Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti. Terdapat teori yang menyatakan bahwa kista
dermoid kongenital merupakan lesi disembriogenik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak
pada saat penggabungan antara arkus brankial pertama dan kedua yang terjadi pada masa gestasi 3
sampai 4 minggu. Sedangkan kista dermoid didapat, terjadi akibat trauma yang menyebabkan
implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam, atau karena oklusi duktus kelenjar sebasea.

Gambaran Klinis Kista Dermoid
- Pembengkakan, nyeri dan dapat berkembang hingga diameternya bertambah besar beberapa senti
meter.
- Jika terdapat pada leher atau lidah maka dapat mengganggu pernapasan, bicara dan makan.
- Pada palpasi kista bisa fluktuan.


Gambaran Radiograf Kista Dermoid







- Kista ini merupakan kista jaringan lunak sehingga di gunakan CT atau MRI.
- Kista ini memiliki batas yang jelas dan jaringan lunak disekitarnya lebih radiopak.
- Struktur internalnya radiolusen.

3. SIMPLE BONE CYST
Definisi Simple Bone Cyst
Simple Bone Cyst merupakan kista tulang jinak yang secara primer terjadi pada anak-anak dan
dewasa. Simple Bone Cyst merupakan rongga dalam tulang yang berisi cairan, walaupun kista ini
dapat terjadi pada tulang manapun, namun biasanya lebih sering pada tulang panjang yaitu proximal
humerus, proximal femur, dan proximal tibia.

Etiologi Simple Bone Cyst
Penyebab tidak diketahui, suatu teori menyatakan bahwa kista muncul dari growth palate yang
berlebihan atau kantung yang abnormal dari jaringan synovial yang memiliki sendi. Menurut
penelitian Cohen menyatakan bahwa penyebab simple bone cyst adalah terhambatnya drainase
jaringan interstisial pada area tulang yang berkembang dengan cepat. Beberapa berspekulasi bahwa
trauma yang berulang pada tulang beresiko juga mengalami kista tulang, namun masih belum
terbukti.

Patogenesis Simple Bone Cyst
Patogenesis dari simple bone cyst masih belum diketahui. Pada pemeriksaan secara umum, kista
mengekspansi korteks tulang. Periosteum yang intak terbungkus dengan lapisan kortikal tipis. Seperti
kista pada umumnya yang berisi cairan serous jernih, pada beberapa kasus produk darah dapat
ditemukan dalam cairan bila sebelumnya telah didahului oleh fraktur. Membran dengan ketebalan
berbeda membatasi dinding dalam kista tersebut. Septum fibrosa dapat terbentuk bila sebelumnya
terdapat fraktur, sehingga menghasilkan gambaran kista yang multilokuler.
Gejala Klinis Simple Bone Cyst
Kebanyakan Simple Bone Cyst tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan.
Beberapa kista ditemukan setelah tulang patah, karena tidak menunjukkan gejala, kista dapat
berkembang dan melemahkan tulang dan membuat tulang di sekitar menjadi rentan patah walaupun
hanya dengan trauma ringan, hal ini disebut dengan fraktur patologi. Pasien mungkin menyadari
pembengkakan yang sedikit nyeri pada area tulang jika kista menyebabkan tulang melebar.

Diagnosis Simple Bone Cyst
Simple Bone Cyst dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Kista sendiri tidak menimbulkan
banyak gejala dan bisa menimbulkan fraktur patologi. Pemeriksaan lebih mudah dengan
menggunakan X-ray. Pemeriksaan ini memberikan gambaran jelas dari struktur tulang dan biasanya
cukup baik menunjukkan adanya simple bone cyst. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penting
yang dilakukan oleh seorang dokter untuk mendiagnosis simple bone cyst.

Gambaran Radiologis
- Hampir seluruhnya ditemukan di mandibula dan lebih sering ditemukan di ramus mandibula
dan bagian posterior mandibula pada pasien usia lanjut.
- Lesi ini biasanya berbentuk scallop diantara akar pada gigi. Batasnya jelas dengan adanya
korteks di sekelilingnya.
- Gambaran nya berupa radiolusen, terkadang terlihat bentukan multilokular.





















KISTA NASOLABIAL/ NASOALVEOLAR
Kista nasolabial merupakan kista perkembangan dari jaringan lunak mesobukal fold
anterior di bawah dasar hidung. Berasal dari sisa-sisa bagian inferior dari duktus nasolakrimalis.

GambaranKlinis
a. Umumnya unilateral
b. Asimptomatik
c. Kadangtimbulpembengkakan
d. Berukuran< 1,5 cm
e. Terjaddari lateral ke midline pada region bibirdandasarhidung









Lokasi dari kista ini adalah pada vestibulum bagian atas dan daerah kaninus. Biasanya
gambaran radiografinya tidaklah hanya radiolusen saja, sehingga untuk melakukan interpretasi
yang benar diperlukan aspirasi dan menyuntikkan media kontras ke dalam kista tersebut. Biasa
gigi yang berada di sekitar kista ini masih vital. Secara klinis dapat mengenai bibir dan dasar
hidung. Perawatannya adalah dengan dilakukanin sisi.

Gambaran radiografi. Mungkin tidak terlihat jelas pada rontgen foto dikarenakan kista ini
mengenai jaringan lunak. Kadang menyebabkan erosi tulang yang ditandai dengan densitas
radiolusen yang meningkat pada prosesus alveolaris di bawah kista dan di atas apeks gigi
insisivus.

























FIG. 19-20 A nasolabial cyst shown in an axial CT image
using a soft tissue algorithm. Note the well-defined periphery
and the erosion of the labial aspect of the alveol
KISTA GLOBULOMAKSILARIS
Kista globulomaksilaris digambarkan sebagai kista fissural ditemukan dalam tulang antara
gigi insisivus lateral rahang atas kaninus. Dalam radiologis, itu adalah radiolusen didefinisikan
dengan baik yang sering menyebabkan akar gigi yang berdekatan menyimpang. Sementara tidak
ada keraguan bahwa kista yang terjadi di wilayah ini dan bahwa pulp dari gigi yang berdekatan
dapat memberikan respon positif vitalitas, sekarang ada yang cukup banyak pendapat terhadap
gagasan bahwa mereka adalah kista fissural. bukti terhadap yang kista fissural mereka
sebenarnya lebih substansial daripada bukti yang mendukung (Shear, 1996).
Kista globulomaxillary ditemukan dalam tulang di persimpangan bagian globular dari
proses pembentukan hidung medial dan proses maksila, fisura globulomaxillary, biasanya antara
gigi insisivus lateral rahang atas dan gigi kaninus. Namun, ada laporan bukti bahwa kista
sebenarnya terbentuk di dalam jahitan tulang antara premaksila dan maksila, incisive suture,
sehingga lokasinya mungkin berbeda dari daerah celah dan langit-langit. Karena ini, Ferenczy
telah menyarankan 'Kista premaksila-maksila' istilah sebagai lebih akurat menggambarkan asal-
usulnya. Penyebab proliferasi epitel terperangkap sepanjang garis fusi tidak diketahui. Virtanen
dan Laine telah melakukan tinjauan ekstensif dan diskusi tentang kista globulomaxillary.
Gambaran klinis. Kista globuloamaxillary jarang menyajikan manisfestasi klinis. Hampir
setiap kasus jumah telah ditemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan radiografi rutin.
Jarang, kista tidak terinfeksi, dan pasien mungkin mengeluh ketidaknyamanan lokal atau nyeri di
daerah sekitar kista.
Gambaran radiografi. Pada radiografi intraoral, ciri khas muncul terbalik, area
radiolusen berbentuk buah pir antara akar gigi insisivus lateral dan kaninus, biasanya
menyebabkan perbedaan akar gigi tersebut (gbr. a). Menariknya, ada beberapa kasus yang
diketahui kista globulomaxillary bilateral (gbr.b).

Gambar a. Adanya kista yang besar antara insisivus lateral rahang atas dan gigi kaninus
dengan gambaran buah pir terbalik.
Gambar b. Kista dengan jenis yang sama dapat terjadi secara bilateral.

Anda mungkin juga menyukai