ANALISIS VOLUMETRI
Oleh :
Ni Wayan Indah Paramitha
1308105004
Kelompok 1
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
ANALISIS VOLUMETRI
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan larutan baku primer asam oksalat
2. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat
3. Membakukan larutan baku sekunder NaOH
4. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
5. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan
II. DASAR TEORI
Analisis dikelompokan menjadi beberapa bagian, antara lain analisis secara fisik,
kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa latin yaitu
analusys yang berarti melepaskan. Analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu-
kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat
diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur atau
senyawa apa yang ada di dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif adalah
analisa kimia yang berhubungan penentuan berapa zat tertentu atau jumlah zat
tertentu ada di dalam suatu sampel. Zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang
diinginkan atau analit ( dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang
dianalisa).
2.1 Analisis Volumetri
Analisis volumetri merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri
adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan
analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses analisanya
berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang ditempatkan di
dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah
analitnya seperti gambar berikut.
Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya. Analisis titrimetri di dasarkan pada reaksi kimia antara kompnen
analit dengan titran, dinyatakan dengan persamaan umum :
aA + tT hasil reaksi
Keterangan :
a = Jumlah mol analit (A)
t = Jumlah mol titran (T)
A = Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi
T = Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang
telah dikatahui dengan tepat konsentrasinya.
Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan ke dalam larutan analit
menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume
tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dgn jumlah analit,
maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui
penambahan titran dihentikan dpt digunakan zat kimia yg disebut indikator yg
tanggap terhadap adanya titran berlebih yg ditunjukkan dgn adanya perubahan
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik
ekivalen. Titik akhir merupakan Titik titrasi pada saat indikator berubah warna.
Sedangkan Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, yaitu
pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik ekivalensi dan
titik akhir harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri adalah
Memilih indikator untuk membuat kedua titik tersebut .
2.2 Titrasi
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya
menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada
kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan
standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan di erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit. Titran ditambahkan
sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi
secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit
keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat
dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan.
Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
aA + tT hasil reaksi
Keterangan :
a = Jumlah mol analit (A)
t = Jumlah mol titran (T)
A = Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi
T = Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah
dikatahui dengan tepat konsentrasinya.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi
berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam
larutan yang dititrasi.
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Dimana:
NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA = konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
VA = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
2.3 Larutan Baku
Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui
dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding utnuk menghitung kadar larutan
lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan
dinamakan standarisasi. Larutan standar dibuat dari sejumlah zat yang diinginkan
yang secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya kedalam volume larutan yang
secara teliti diukur volumnya. Konsentrasi larutan baku dalam titrasi dapat dinyatakan
sebagai larutan molar (M) atau larutan normal (N). Larutan baku terdiri atas 2 jenis :
1. Larutan baku primer : zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang
dengan tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai.
Contoh zat standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium
bromat, kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.
2. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan
konsentrasinya melalui titrasi dengan mengunakan larutan standar primer.
Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO
4
, Na
2
S
2
O
3
. I
2
, HCl
dan H
2
SO
4
.
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
b. Harus stabil dan mudah ditimbang
c. Berat ekivalennya harus besar
d. Reaksinya harus sempurna
e. Harganya relatif murah.
2.4 Reaksi-Reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Volumetri
1. Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan
atau titrasi asidimetri- alkalimetri.
H
3
O
+
+ OH
-
2H
2
O
H
3
O
+
+ A
-
HA + H
2
O
B
+
+ OH
-
BOH
Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan
baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah basa
kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan asidimetri.
2. Oksidasi-reduksi.
Titrasi berdasarkan reaksi redoks banyak digunakan misalnya :
Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri.
Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan
standar serium (IV) sulfat.
Fe
2+
+ Ce
2+
Fe
3+
+ Ce
3+
3. Pengendapan.
Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan mis: kation perak dengan
anion hidrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn
2+
dengan
K
4
Fe(CN)
6.
Ag
+
+ Cl
-
AgCl
2 Zn
2+
+ K
4
Fe(CN)
6
Zn
2
Fe(CN)
6
+ 4K
+
4. Pembentukan kompleks.
Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion
perak dan sianida, disamping itu pereaksi organik asam etilen diamin tetra asetat
(EDTA) membentuk ion kompleks stabil dengan dengan sejumlah ion logam.
Ag
+
+ 2CN
-
Ag(CN)
2-
EDTA + Ca
2+
Fe(EDTA) + 2H
+
2.5 Persyaratan reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Titrasi
1. Reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi-reaksi samping,
yaitu zat-zat lain dalam larutan tidak boleh bereaksi atau mengganggu reaksi
utama.
2. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan benar-benar lengkap pada titik
ekivalen. Sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.
3. Pada saat terjadinya kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus ada
perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan
dari indikator yang digunakan.
4. Harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukkan titik akhir
titrasi yaitu indikator.
III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan
1. Larutan Asam Oksalat
(H
2
C
2
O
4
)
2. Larutan NaOH
3. Indikator Phenolphthalein
4. Larutan Cuka Perdagangan
B. Alat
1. Gelas Erlenmeyer
2. Gelas beker
3. Buret
4. Gelas ukur
5. Corong
6. Pipet Volume
7. Statif
IV. PROSEDUR KERJA
Percobaan 1 : Membuat Larutan Baku Primer Asam Oksalat
1. Asam Oksalat dihidrat (H
2
C
2
O
4
.2H
2
O) dikeringkan dalam oven pada suhu
105-100
o
C selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator.
2. 6,4327 gram asam oksalat ditimbang dengan teliti, kemudian dimasukkan
dalam labu 1000mL, selanjutnya air suling ditambahkan sampai tenda tera.
3. Normalitas larutan asam oksalat tersebut dihitung sampai dua angka
dibelakang koma.
Percobaan 2 : Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH
1. Pipet 25,0 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu
ditambahkan 2 3 tetes indikator phenolphthalein.
2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.
3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan ini diulangi sekali lagi.
4. Normalitas rata rata dari larutan NaOH dihitung.
Percobaan 3 : Penentuan Kadar Asam Asetat
1. Pipet 25 ml larutan cuka perdagangan (25%), kemudian masukkan ke dalam
Erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 2 3 tetes indicator phenolphthalein.
2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.
3. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan percobaan tersebut diulangi sekali
lagi.
4. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan kadar asam asetat rata
rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut juga dihitung.
V. HASIL PENGAMATAN
Percobaan 1 : Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
Berat asam oksalat : 3,1735 gr/L
Volume asam oksalat : 1000 mL = 1 L
Percobaan 2 : Pembakuan Larutan Baku Sekunder NaOH
Indikator yang digunakan : Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi : Pink (merah muda)
Percobaan Volume H
2
C
2
O
4
Volume NaOH
I 10 mL 8,80 mL
II 10 mL 7,60 mL
Hitunglah :
a. Normalitas NaOH pada setiap percobaan.
b. Normalitas rata-rata NaOH
Percobaan 3 : Penentuan Kadar Asam Asetat
Indikator yang digunakan : Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi : Pink (merah muda)
Percobaan Volume CH
3
COOH Volume NaOH
I 10 mL 6,60 mL
II 10 mL 4,20 mL
Hitunglah :
a. Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dalam gram/100mL
b. Kadar asam asetat (CH
3
COOH) rata-rata
VI. PERHITUNGAN
Percobaan 1 : Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat
Diketahui : Berat asam oksalat = 3,1735 gr
Volume asam oksalat = 1000 mL = 1 L
BM asam oksalat (H
2
C
2
O
4
) = 90 gr/mol
Ditanya : Normalitas asam oksalat = .?
Jawab :
Mol (n) =
Mr
gram
=
90
1735 , 3
= 0,035 mol
Molaritas (M) =
v
n
=
1
035 , 0
= 0,035 mol/L
= 0,035M
H
2
C
2
O
4(aq)
2H
+
(aq)
+ C
2
O
4
2-
(aq)
1 grek = mol, dan 1 mol H
2
C
2
O
4
= 2 grek
Oleh karena itu diperoleh:
H
2
C
2
O
4
= 0,035 mol/L x 2 grek/mol
= 0,07 grek/L
= 0,07 N
Maka normalitas asam oksalat yang digunakan adalah 0,07 N
Percobaan 2 : Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Diketahui : Volume asam oksalat (V
A
) = 10 mL
Normalitas H
2
C
2
O
4
(N
A
) = 0,07 N
Volume NaOH I = 8,80 mL
Volume NaOH II = 7,60 mL
Ditanya : a. Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada tiap percobaan?
b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH?
Jawab :
a. Normalitas larutan baku sekunder NaOH pada setiap percobaan
Untuk titrasi I (volume NaOH = 8,80 mL).
V
A
. N
A
= V
B
. N
B
10 mL . 0,07 N = 8,80 mL . N
B
N
B
=
mL
mL N
80 , 8
10 . 7 , 0
= 0,0795 N
Untuk titrasi II (volume NaOH = 7,60 mL).
V
A
. N
A
= V
B
. N
B
10 mL . 0,07 N = 7,60 mL . N
B
N
B
=
mL
mL N
60 , 7
10 . 7 , 0
= 0,092 N
b. Normalitas rata-rata larutan baku sekunder NaOH
Basa N =
2
092 , 0 0795 , 0
= 0,17 N
Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat
Diketahui : CH
3
COOH CH
3
COO
-
+ H
+
Ditanya : a. Kadar asam asetat pada tiap percobaan?
b. Kadar asam asetat rata-rata?
Jawab :
CH
3
COOH CH
3
COO
-
+ H
+
1 mol CH
3
COOH = 1 grek
a. Kadar asam asetat pada setiap percobaan.
Untuk titrasi I (volume NaOH = 6,60 mL).
(V.N)CH
3
COOH = (V. N) NaOH
10 mL . N
CH
3
COOH
= 6,60 mL . 0,17 N
N
CH
3
COOH
=
mL
N mL
10
17 , 0 . 60 , 6
N
CH
3
COOH
= 0,019 N
[CH
3
COOH] =
Kadar CH
3
COOH = M . Mr
= 0,019 mol/L . 60 gr/mol
= 1,14 gr/L
Artinya, dalam 100 ml CH
3
COOH = 0,1 L . 1,14 gr/L
= 0,114 gr
Kadar asam asetat = 0,114 x 100% = 11,4 %
Untuk titrasi II (volume NaOH = 4,20 mL).
(V.N)
CH
3
COOH
= (V. N) NaOH
10 mL . N
CH
3
COOH
= 4,20 mL . 0,17 N
N
CH
3
COOH
=
mL
N mL
10
17 , 0 . 20 , 4
N
CH
3
COOH
= 0,0714 N
[CH
3
COOH] =
Kadar CH
3
COOH = M . Mr
= 0,0714 mol/L . 60 gr/mol
= 4,284 gr/L
Artinya, dalam 100 ml CH
3
COOH = 0,1 L . 4,284 gr/L
= 0,4284 gr
Kadar asam asetat = 0,4284 x 100% = 42,84 %
b. Kadar asam asetat rata-rata
Kadar rata-rata asam asetat =
VII. PEMBAHASAN
Percobaan Analisis Volumetri ini bertujuan untuk menentukan normalitas larutan
baku primer asam oksalat, menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat,
membakukan larutan baku sekunder NaOH, menentukan normalitas larutan baku sekunder
NaOH dan menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.
Analisis volumetri merupakan salah satu metode kuantitatif, yang didasarkan pada
pengukuran volume konsentrasi zat-zat yang direaksikan dengan larutan baku primer dan
menentukan kadarnya dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga
Titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai
titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan
ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya (larutan penitrasi), sedangkan titrat merupakan larutan yang dititrasi.
Pada praktikum Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi asam basa, dimana yang
dititrasi adalah asam lemah dengan basa kuat serta indikator phenolphthalein. Dalam titrasi
asam basa ini, asam lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi) sedangkan basa kuat sebagai
titrannya (larutan penitrasi). Dalam analisis volumetri juga dhitung normalitas atau jumlah
gram ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan. Praktikum analisis volumetri dibagi
menjadi tiga, percobaan pertama yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat, percobaan
kedua pembakuan larutan baku sekunder NaOH, dan percobaan ketiga penentuan kadar asam
asetat (CH
3
COOH).
Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat
Percobaan 1 yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat ( H
2
C
2
O
4
). Dalam
percobaan ini asam oksalat dihidrat dikeringkan didalam oven, kemudian didinginkan dalam
desikator. Asam oksalat ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu, selanjutnya ditambahkan
air suling. Dalam percobaan membuat larutan baku primer asam oksalat ini, normalitas dari
asam oksalat ditentukan. Karena terbatasnya alat yang dimiliki dan terjadi kerusakan pada
alat tersebut, percobaan 1 menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat ini tidak
kami lakukan.
Untuk menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat, perhitungan
normalitas larutan dilakukan dengan cara mengalikan massa asam oksalat tersebut dengan
koefisien ion asamnya yaitu H
+
, yang dapat dilihat dalam reaksi berikut :
2
4 2 4 2 2
2 O C H O C H .
Normalitas asam oksalat diketahui melalui rumus normalitas yang sebelumnya dihitung
terlebih dahulu molnya dengan membagi berat asam oksalat yang telah diketahui dengan Mr-
nya. Setelah didapatkan mol, maka dapat diketahui molaritasnya sengan membagi mol
dengan volume asam oksalat yang telah diketahui. Sehingga dari data-data yang diketahui
didapat diketahui normalitas asam oksalat dengan cara menggalikan molaritas asam oksalat
dengan berat ekivalennya. Sehingga pada percobaan pertama ini berdasarkan perhitungan
yang ada didapatkan normalitas dari asam oksalat yaitu 0,07 N.
Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Percobaan kedua adalah Pembakuan larutan sekunder NaOH. Dalam percobaan ini
normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan. Percobaan ini dilakukan titrasi asam basa.
Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam oksalat bertindak sebagai titrat (larutan
yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi) dan disertai
dengan penambahan indikator phenolphthalein. Larutan asam oksalat 10,0 mL dimasukkan
kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein sebanyak 2-3
tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam oksalat
direaksikan dengan NaOH adalah :
H
2
C
2
O
4
+ 2 NaOH Na
2
C
2
O
4
+ H
2
O
Untuk mendapatkan hasil yang teliti, percobaan pembakuan larutan sekunder NaOH
dengan metode titrasi asam basa ini dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan
pertama, volume NaOH yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 8,80 mL.
Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH yang diperlukan agar timbul warana
merah muda yaitu 7,60 mL. Percobaan kedua ini menentukan normalitas dari NaOH seperti
halnya percobaan pertama. Berdasarkan hasil perhitungan, normalitas NaOH pada
pengamatan pertama dengan normalitas NaOH pada pengamatan kedua yaitu sebesar 0,0795
N dan 0,092 N. Sehingga normalitas rata-rata NaOH yang diperoleh sebesar 0,17 N.
Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat
Percobaan yang ketiga adalah Penentuan kadar asam asetat. Pada percobaan ketiga ini
juga ditentukan normalitas dari larutan yang digunakan seperti halnya percobaan kedua.
Normalitas dari CH
3
COOH ditentukan, tidak hanya Normalitas dari CH
3
COOH yang
ditentukan namun kadar asam asetat serta kadar asam asetat rata-rata dalam sebuah sampel
cuka perdagangan juga ditentukan. Pada percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam
titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam asetat bertindak sebagai titrat (larutan yang
dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi) disertai dengan
penambahan indikator phenolphthalein. Larutan asam asetat (CH
3
COOH) 10,0 mL
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator phenolphthalein
sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam
asetat direaksikan dengan NaOH adalah :
CH
3
COONa + H
2
O CH
3
COONa + H
2
O.
Seperti pada percobaan kedua, untuk mendapatkan hasil yang akurat percobaan ini
dilakukan sebanyak dua kali. Untuk pengamatan pertama, timbulnya warna merah muda pada
volume NaOH yaitu 6,60 mL. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH yang
diperlukan agar muncul warna merah muda sebesar 4,20 mL. Berdasarkan hasil perhitungan,
pada pengamatan pertama normalitas CH
3
COOH adalah 0,019 N, sehingga kadar asam asetat
pada cuka perdagangan yang diperoleh pada pengamatan pertama yaitu 11,4 %. Untuk
pengamatan kedua normalitas CH
3
COOH sebelum pengenceran adalah 0,0714 N, sehingga
kadar asam asetat diperoleh sebesar 42,84 %. Berdasarkan data hasil pengamatan serta
perhitungan dari pengamatan pertama dan kedua, maka kadar asam asetat rata-rata dalam
cuka perdagangan pada percobaan ini adalah 27,12 %. Kecilnya persentase kadar asam asetat
rata-rata dapat disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan saat melakukan titrasi asam basa
pada saat penentuan normalitas larutan baku primer NaOH. Seharusnya proses titrasi
dihentikan ketika larutan telah berubah menjadi merah muda yang tidak terlalu pekat, bukan
merah muda yang pekat. Akibatnya pengamatan pertama volume NaOH menjadi besar dan
menyebabkan kadar asam asetat pada titrasi I menjadi sangat kecil dan mempengaruhi kadar
rata-rata.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Analisis Volumetri merupakan salah satu metode analisis kuantitaif yang
digunakan untuk mengidentifikasi jumlah komponen zat yang menyusun sampel.
2. Dalam analisis volumetri, penentuannya digunakan metode titrasi asam basa.
3. Metode titrasi asam basa digunakan untuk menentukan kadar konsentrasi yang
terdapat dalam sampel, sampel dalam percobaan ini yaitu CH
3
COOH.
4. Asam oksalat dan asam asetat mengalami perubahan warna dari tak berwarna atau
bening menjadi berwarna merah muda pada titik ekuivalen dengan penambahan
indikator phenolphthalein.
5. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai untuk digunakan
adalah phenolphthalein.
6. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang
bersifat asam ataupun basa dalam sampel.
7. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat
ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
8. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat, dimana jika suatu larutan
asam ditetesi dengan larutan basa, ph larutan yang ditetesi tersebut akan menjadi
besar dan sebaliknya.
9. Pengujian dan penetapan kadar tidak terlepas dari peran pentingnya suatu
indikator untuk menunjukkan kesempurnaan reaksi kimia dalam analisis volumetri
atau menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (pH) larutan.
10. Normalitas H
2
C
2
O
4
yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah 0,07 N.
11. Normalitas laruan baku sekunder NaOH pada pengamatan pertama yaitu 0,0725 N
dan pengamatan kedua yaitu 0,092 N sehingga normalitas rata-ratanya adalah 0,17
N.
12. Normalitas asam asetat pada pengamatan pertama 0,019 N dan pengamatan kedua
0,0714 N.
13. Kadar asam asetat (CH
3
COOH) pada larutan cuka yang beredar di perdagangan,
dalam percobaan didapatkan kadar pada pengamatan pertama adalah 11,4% dan
pengamatan kedua 42,84 % sehingga kadar rata-ratanya adalah 27,12 %.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 2001. Prinsip Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat. Jakarta :
Erlangga.
Syukuri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit Jimbaran :
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.