Anda di halaman 1dari 7

VII PEMBAHASAN

7.1 Pembahasan Data 1


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui persamaan farmakokinetika
dari pemberian obat secara per-oral dan untuk mengetahui besaran dari
masing-masing parameter farmakokinetika rute oral kompartemen satu yang
kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan nilai parameter farmakokinetik
memlalui software yaitu farmacokinetic .Berikut ialah kurva hubungan antara
konsentrasi obat dalam plasma darah terhadap waktu dalam plot
semilogaritma untuk mengetahui permodelan farmakokinetikanya:

Grafik diatas menunjukkan terjadinya 2 fase yaitu absorbsi dan eliminasi
sehinga data 1 mengikuti model kompatemen satu terbuka pemberian obat
secara Pada model satu kompartemen terbuka pemberian oral, terdapat 2
macam metode pengerjaan, yaitu metode residual dan metode Wagner-Nelson.
Jika digunakan metode Wagner-Nelson, hasil akhir hanya diperoleh nilai
konstanta laju eliminasi dan absorbsi. Sedangkan pada praktikum ini,
diperoleh persamaan farmakokinetika dari pemberian obat secara peroral.
Oleh karena itu tidak digunakan metode Wagner-Nelson melainkan digunakan
metode residual dengan persamaan farmakokinetika:
()

()

()


(Jambhekar and Breen, 2009).
Dari persamaan diatas, diperoleh model pendekatan bieksponensial data
konsentrasi obat dalam plasma dalam waktu t yaitu:
-1
0
1
2
3
4
0 10 20 30 40 50 60 70 80
C
p

(

g
/
m
L
)

waktu (jam)
[Plot Semilogaritma] Cp vs t
(Cp)
t
= 69.46982738e
-0,06878t
- 69,480255e
-0,23568t

dengan konstanta laju absorbsi 0,23568/jam dan eliminasi 0,06878/jam.
Berikut kurva hubungan antara Cp terhadap t dalam plot semilogaritma
metode residual:

Dari perhitungan dengan metode residual, diperoleh nilai A sebesar
69,480255 g/mL dan nilai B sebesar 69,46982738 g/mL, dimana keduanya
memiliki hasil yang saling mendekati.
Parameter farmakokinetika dari data yang ditentukan, yaitu waktu paruh
eliminasi (t
1/2eliminasi
), waktu paruh absorpsi (
t1/2absorpsi
), AUC,volume
distribusi, kliren obat (Cl), t
maks
dan C
maks
. Waktu paruh absorpsi yang
diperoleh yaitu 10.07544 jam. Waktu paruh absorbsi yang didapat yaitu
2.940453 jam. Waktu paruh yang diperoleh sebesar 10,07544 jam. AUC yang
yang diperoleh sebesar 715,203 g.jam/mL. AUC menggambarkan jumlah
total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. AUC merupakan area di
bawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu dari t = 0 sampai t = ~ (Makoid,
1999). Harga volume distribusi 813,133 mL. Volume distribusi dipengaruhi
oleh keseluruhan laju eliminasi dan jumlah perubahan klirens total obat di
dalam tubuh (Makoid, 1999). Klirens obat yang diperoleh yaitu 55,9282
mL/jam. Klirens adalah volume plasma yang dibersihkan dari obat persatuan
waktu oleh seluruh tubuh (ml/menit). Klirens obat merupakan ukuran
-1
0
1
2
3
4
5
0 20 40 60 80
Cp vs t (Residual Method)
Data 1
Eliminasi
Absorpsi
y=69.46982738e
-0,06878t
R
2
=1


y=69,480255e
-0,23568t
R
2
=1


eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya.
Klirens total adalah jumlah total seluruh jalur klirens di dalam tubuh termasuk
klirens melalui ginjal dan hepar (Makoid, 1999). t
maks
yang diperoleh yaitu
7,73903 jam. t
maks
adalah waktu konsentrasi plasma mencapai puncak dapat
disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat
maksimum setelah pemberian obat. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi maksimum tidak tergantung pada dosis tetapi tergantung pada
tetapan laju absorpsi (Ka) dan eliminasi (Ke) (Makoid, 1999). Cp
maks
yang
diperoleh yaitu 29,6172 ug/mL. konsentrasi plasma puncak menunjukkan
konsentrasi obat maksimum dalam plasma setelah pemberian obat secara oral.
Pada konsentrasi maksimum, laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi
(Makoid, 1999). Permodelan farmakokinetika metode residual, diperoleh
waktu sediaan untuk mencapai konsentrasi maksimum dalam plasma setelah
7,73903 jam dan konsentrasi maksimumnya sebesar 29,6127 g/mL. Jika
hasil ini dibandingkan dengan nilai awal data, akan diketahui bahwa hasil
saling menyerupai sehingga metode residual merupakan metode yang valid
untuk digunakan dalam permodelan farmakokinetika kompartemen satu.
Perhitungan paramaeter farmakokinetik juga dilakukan dengan software
farmacokinetic. Pada software penentuan model kompartemen ditentukan
dengan SC (Shwarts Criterion) dan AIC (Akaike Inferon Criterion). SC dan
AIC adalah kriteria untuk membandingkan kompartemen satu dengan lainnya
semakin kecil nilai SC dan AIC maka semakin baik permodelan yang
dilakukan. Berdasarkan penggunakan software nilai SIC dan AIC lebih rendah
kompartemen 1 terbuka daripada kompartemen 2 terbuka sehingga data 1
mengikuti kompartemen 1 terbuka.
Setelah dimasukan data 1 diperoleh parameter-parameter
farmakokinetiknya yang meliputi waktu paruh eliminasi (t
1/2eliminasi
), waktu
paruh absorpsi (
t1/2absorpsi
), AUC, t
maks
dan C
maks
. Masing-masing nilainya
diperoleh sengai berikut 10,045 jam; 2,973 jam ; 718,419 g.jam/mL; 7,417
jam dan 29,716 ug/mL. Persamaan yang diperoleh yaitu :
(Cp)
t
= 70,413e
-0,69t
70,413e
-0,33t

Nilai parameter yang diperoleh secara manual dengan bantuan Ms Exel
berbeda dengan software Farmakokinetic hal ini kemungkinan dapat
disebabkan oleh perbedaan pengambilan data yang digunakan untuk eliminasi
dan absorbsi pengambilan data untuk masing masing fase pada software
didasarkan pada nilai r2 yang paling bagus yaitu 0,999 selain ituperbedaan
juga dapat terjadi akibat pengaturan alogaritma pengambilan angka
dibelakang dibelakang koma yang berbeda sehingga menimbulkan nilai yang
berbeda pula. Meskipun perhitungan parameter farmakokinetik dengan
software Farmakokinetic lebih praktis, namun memiliki beberapa kekurangan
yaitu tidak semua parameter farmakokinetic ditampilkan misal pada software
tidak ditampilkan kliren obat selain itu juga dosis obat mula-mula hanya
dapat digunakan satuan mg saja
7.2 Pembahasan Data 2
Sama halnya dengan data 1, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
persamaan farmakokinetika dari pemberian obat secara per-oral dan untuk
mengetahui besaran dari masing-masing parameter farmakokinetika rute oral
kompartemen satu yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan nilai
parameter farmakokinetik memlalui software yaitu farmacokinetic .Berikut
ialah kurva hubungan antara konsentrasi obat dalam plasma darah terhadap
waktu dalam plot semilogaritma untuk mengetahui permodelan
farmakokinetikanya:








y = 0.1776x + 11.78
R = 0.0286
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25
C
p

(
n
g
/
m
l
)

Waktu (jam)
Plot Semilogaritma (Cp vs t)
Series1
Linear (Series1)
Grafik diatas menunjukkan terjadinya 2 fase yaitu absorbsi dan eliminasi
sehinga data 1 mengikuti model kompatemen satu terbuka pemberian obat
secara Pada model satu kompartemen terbuka pemberian oral, terdapat 2
macam metode pengerjaan, yaitu metode residual dan metode Wagner-Nelson.
Jika digunakan metode Wagner-Nelson, hasil akhir hanya diperoleh nilai
konstanta laju eliminasi dan absorbsi. Sedangkan pada praktikum ini,
diperoleh persamaan farmakokinetika dari pemberian obat secara peroral.
Oleh karena itu tidak digunakan metode Wagner-Nelson melainkan digunakan
metode residual dengan persamaan farmakokinetika:
()

()

()


(Jambhekar and Breen, 2009).
Dari persamaan diatas, diperoleh model pendekatan bieksponensial data
konsentrasi obat dalam plasma dalam waktu t yaitu:
(Cp)
t
= 46.5044533 e
-0.0877706

t
- 46.095111 e
-0.127861t

dengan konstanta laju absorbsi 0.127861 /jam dan eliminasi 0.0877706 /jam.
Berikut kurva hubungan antara Cp terhadap t dalam plot semilogaritma
metode residual:

Dari perhitungan dengan metode residual, diperoleh nilai A sebesar
46.095111 ng/ml g/mL dan nilai B sebesar 46.5044533 ng/mL, dimana
keduanya memiliki hasil yang saling mendekati.
-1
0
1
2
3
4
5
0 20 40 60 80
Cp vs t (Residual Method)
Data 1
Eliminasi
Absorpsi
y=69.46982738e
-0,06878t
R
2
=1


y=69,480255e
-0,23568t
R
2
=1


Parameter farmakokinetika dari data yang ditentukan hanya waktu paruh
eliminasi (t
1/2eliminasi
), waktu paruh absorpsi (
t1/2absorpsi
), AUC, dan t
maks
.
Cp
maks
, Vd dan Cl tidak dapat ditentukan oleh praktikan karena pada data 2
tidak diketahui F (fraksi obat) Waktu paruh eliminasi yang diperoleh yaitu
7.8955 jam. Waktu paruh absorbsi yang didapat yaitu 5.4199 jam. AUC yang
yang diperoleh sebesar 169,3285 ng. jam / ml. AUC menggambarkan jumlah
total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. AUC merupakan area di
bawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu dari t = 0 sampai t = ~ (Makoid,
1999). t
maks
yang diperoleh yaitu 9,38422 jam. t
maks
adalah waktu konsentrasi
plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan
untuk mencapai konsentrasi obat maksimum setelah pemberian obat. Waktu
yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak tergantung pada
dosis tetapi tergantung pada tetapan laju absorpsi (Ka) dan eliminasi (Ke)
(Makoid, 1999).
Perhitungan paramaeter farmakokinetik juga dilakukan dengan software
farmacokinetic. Pada software penentuan model kompartemen ditentukan
dengan SC (Shwarts Criterion) dan AIC (Akaike Inferon Criterion). SC dan
AIC adalah kriteria untuk membandingkan kompartemen satu dengan lainnya
semakin kecil nilai SC dan AIC maka semakin baik permodelan yang
dilakukan. Berdasarkan penggunakan software nilai SIC dan AIC lebih rendah
kompartemen 1 terbuka daripada kompartemen 2 terbuka sehingga data 1
mengikuti kompartemen 1 terbuka.
Setelah dimasukan data 1 diperoleh parameter-parameter
farmakokinetiknya yang meliputi waktu paruh eliminasi (t
1/2eliminasi
), waktu
paruh absorpsi (
t1/2absorpsi
), AUC, t
maks
dan C
maks
. Masing-masing nilainya
diperoleh sengai berikut 7,897 jam; 0,343 jam ; 0,349 ug.jam/mL; 1,622 jam
dan 0,027 ug/mL. Persamaan yang diperoleh yaitu :
(Cp)
t
= 0,047e
-0,008t
1,777e
-2,022t

Nilai parameter yang diperoleh secara manual dengan bantuan Ms Exel
berbeda dengan software Farmakokinetic sangat berbeda secara signifikan
karena pada Ms Exel kadar obat pada darah tetap dibuat dengan konsentrasi
ng/mL sedangkan pada software Farmakokinetic meski dengan memasukkan
konsentrasi obat dalah darah dengan satuan ng/ml tetapi hasil output data
yang diperoleh berupa konsetrasi pada satuan ug/mL. Ini juga merupaka
kelemahan dari software ini kemungkinan terjadi perubahan nilai kadar dalam
darahyang mulanya ng/mL dikonversi satuannya menjadi ug/mL sehingga
hasil yang diperoleh berbeda signifikan. Meskipun memiliki kekurangan
tersebut praktikan dapat keuntungan yaitu didapatkannya nilai Cp
maks
, Vd
karena software secara otomatis mencari nilai F dengan membandingkan nilai
AUC secara oral dengan AUC secara intravena meskipun tidak semua
parameter farmakokinetic ditampilkan misal pada software misal kliren obat
selain itu juga dosis obat mula-mula hanya dapat digunakan satuan mg saja
DAFTAR PUSTAKA
Makoid, M.C., Vuchetich, P.J and Banakar, U.V. 1999. Basic Pharmacokinetics
(1
St
Edition). Paksitan : Virtual University Press.

Anda mungkin juga menyukai