Anda di halaman 1dari 9

JUDUL

Mengukur Tekanan Darah


TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung.
2. Meneliti berbagai factor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan antara
tekanan arteri dan tekanan vena.
DASAR TEORI

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika
darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan
mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120)
menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat
Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring (Smeltzer & Bare,2001).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah
juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu
dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya
mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat (Smeltzer &
Bare,2001).

B. Jenis Tekanan Darah

Tekanan sistolik

Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.Istilah ini
secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi
pada lobus ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole.
Pada format penulisan angka tekanan darah, umumnya, tekanan sistolik merupakan angka
pertama. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada
nilai 120 mmHg.

Tekanan diastolik

Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau
beristirahat. Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang
digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.

Tekanan Darah
Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi atau hipertensi, ada baiknya Anda
mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. Saat Anda melakukan pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan klinis ke dokter, biasanya ada alat khusus yang digunakan oleh dokter untuk
memeriksa tekanan darah. Alat untuk memeriksa tekanan darah disebut sphigmomanometer atau
dikenal juga dengan tensimeter. Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang
masih umum digunakan untuk pemeriksaan klinis (Bronzino,2000).

C. Cara Pengukuran Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah sangat mudah dilakukan dengan cara palpasi, kita dapat
melakukan sendiri. Di samping itu dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menggunakan
alat elektronik yang canggih (Husen,2011).
Tekanan darah dapat diukur dengan dua metoda :
1. Metoda Langsung (Direct Method).
Metoda ini menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah
dan dihubungkan dengan manometer. Metoda ini merupakan cara yang sangat tepat untuk
pengukuran tekanan darah tapi butuh peralatan yang lengkap dan ketrampilan khusus.
2.Metoda tidak langsung (Indirect Method).
Metoda ini menggunakan shpygmomanometer (tensi meter).
Tekanan darah dapat diukur dengan dua cara, yaitu :

a . Cara Palpasi, dengan cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik.
b. Cara Auskultasi, dengan cara ini dapat diukur tekanan sistolik maupun tekanan diastolic
Cara ini memerlukan alat Stethoschope .
Setelah mengetahui tekanan darah, pasti Anda ingin mengetahui apakah tekanan darah Anda
termasuk rendah, normal atau tinggi. Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka
hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik:

Tekanan Darah

Sistolik
pertama)

(angka

Diastolik (angka
kedua)

Darah rendah atau hipotensi

Di bawah 90

Di bawah 60

Normal

90 - 120

60 - 80

Pre-hipertensi

120 - 140

80 - 90

.
Darah tinggi
(stadium 1)

atau

hipertensi

Darah tinggi atau hipertensi


(stadium 2 / berbahaya)

140 - 160
Di atas 160

90 - 100

Di atas 100

Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa


Kategori

Tekanan Darah
Sistolik

Tekanan Darah
Diastolik

Normal

Dibawah 120 mmHg

Dibawah 80 mmHg

Pre-Hipertensi

120-139 mmHg

80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

90-99 mmHg

Stadium 2

160 mmHg atau lebih

100 mmHg atau lebih

Hipertensi Mendesak
(tanpa disertai gejala kerusakan
organ)

diatas 180 mmHg

diatas 110 mmHg

Hipertensi maligna
(disertai gejala kerusakan organ)

220 mmHg atau lebih

120 mmHg atau lebih

E. Faktor- faktor Fisiologis yang Dapat Mempengaruhi Tekanan Darah


1. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika darah
yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase
sistolik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh perdarahan
berat. Pada keadaan tidur atau berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi horizontal,
pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan dengan mudah. Tapi, ketika
berdiri aliran darah vena kembali ke jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Tedapat
tiga mekanisme membantu pengembalian darah melalui vena, yakni konstriksi vena, pompa otot
rangka, dan pompa respirasi.
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan kekuatan
kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise.
Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya
diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun.
3. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan vena
biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastol normal.
4. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan
membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap sebagain
gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat
dan sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke
ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal.
5. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan
protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang,
sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah, sangatlah jarang, akan
tetapi masih dapat terjadi pada kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah
merah, seperti pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada
saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk
mempertahankan tekanan darah normal.
6. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah, akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan
peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan
berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah normal

dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50% dari total darah
tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena banyaknya darah yang hilang dan
tidak dapat diganti segera.
7. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada saat stress,
medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan
menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari vasokonstriksi,
epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang
berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh mengalami
kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan
darah tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal,
dimana aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+ ke
darah (Husen,2011).

F. Pengendalian Tekanan Darah


Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:
1. aktivitas memompa jantung berkurang
2. arteri mengalami pelebaran
3. banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.

ALAT DAN BAHAN


Alat

Bahan

Stetoskop
Sphygmomanometer
Kapas
Alcohol

PROSEDUR KERJA
1. Mengukur tekanan Arteri
Pertama membersihkan ujung stetoskop dengan alcohol 70% dan memastikan menset tidak berisi
udara. Pada praktikum ini bekerja berpasangan.

Kemudian , meminta subyek duduk dengan posisi nyaman dengan satu lengan ditumpangkan di
atas meja.

Membebatkan manset pada lengan atas subyek persis diatas siku dengan bagian yang akan
dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan.

Meraba titik nadi brachial, dan meletakkan diafragma stetoskop diatas titik denyut nadi tersebut.
Kemudian memasang stetoskop di telinga.

Memompa manset sehingga tekananya mencapai 160mmHg, kemudian secara perlahan


menurunkan tekanan dengan membuka kutub pembebas tekanan.

Sambil diamati ukuran tekanan, mendengar dengan hati-hati suara denyutan halus pertama yang
muncul, tekanan ini menunjukkan tekanan systole.

Meneruskan menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara denyutan. Bila
suara denyutan menghilang, catat pada tekanan berapa mmHg saat suara terakhir terdengar.
Tekanan tersebut menunjukkan tekanan diastole.

Mengulangi pengukuran hingga 3 kali dan mencatat hasilnya

Menghitung tekanan denyutan pada setiap pengukuran, yang merupakan selisih tekanan systole
dan tekanan diastole. Tekanan ini menunjukkan jumlah darah yang ditekan keluar jantung selama
siklus jantung.

Memperkirakan tenanan Vena

Meminta subyek berdiri di dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan manghadap papan
tulis, lengan bergantung pada sisi tubuh dan menandai di papan perkiraan tinggi atrium kanan.

Meminta subyek dengan pelan-pelan menaikkan dan mnurunkan lengan kananya dan mengamati
vena superficial pada bagian dorsal lengan tersebut. Vena akan muncul dan menghilang selama
subyek menurunksn dan menaikkan lenganya. Diulangi hingga menemukan ketinggian yang tepat
saat hilangnya vena, dan member tanda di papan tulis.

Mengukur dalam mm jarak vertical antara ketinggian atrium dengan menghilangnya vena,
misalnya X mm.

Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
1,056 = gaya berat khusus darah
13,6=gaya berat khusus Hg

DATA
1. Mengukur tekanan darah
Frekuensi denyut
Ulangan
nadi
(menit)
1

a. 82
b. 81
c. 82
81
a. 80
b. 79
c. 79
79,33

Kualitas denyut
nadi
(teratur/tidak
teratur,lemah/kuat)

Tekanan
sistolik/diastolic
auskultasi
(mmHg)

Teratur,kuat

90/70
95/70
90/70
91,6/70
90/70
90/70
90/70
90/70

Teratur kuat

2. Memperkirakan tekanan vena


Ulangan
X (mm)
1
380
2
350
3
340

356,67

Pv(mmHg)
29,50
27,17
26,4
27,69

DAFTAR RUJUKAN
Bronzino, Joseph D. 2000. The Biomedical Engineering Handbook, 2nd ed. CRC Press
Husen, Saikhu Akhmad dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Surabaya:
Departemen Biologi FST UA.

Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai