Playdough)
I.
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 2005).
B. Fungsi
1.
Perkembangan Sensori
3.
Kreativitas
Kesadaran diri
Nilai Teraupetik
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D. Prinsip prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.
Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat
memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada
anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada
dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat
optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat
permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan
dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang
tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di
mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu
oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan
berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang
tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya
membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya.
Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan
sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang
dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan
membantu anak dalam memahami perbedaan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat
untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada
saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki
atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang
berbeda antara laki laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang
untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman
bagi anak.
F. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
yang ada
disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkukbungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2.
a.
Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
temannya dan tidak ada kerja sama.
c.
Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain
tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada
sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain
boneka, masak-masak).
e.
Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya
tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
3.
Menurut usia
2) Audio
3) Taktil
: memeluk, menggendong
4) Kinetik
Visual
2)
Audio
3)
Taktil
Visual
2)
Audio
3)
Kinetik
4)
Taktil
Visual
: memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri
2)
Audio
: memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama, papa
3)
Taktil
4)
Kinetik
Visual
2)
Audio
3)
Taktil
angin
4)
Kinetik
: memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda
atau kereta
f. Umur 2-3 tahun
1)
2)
Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak
mainan)
3)
2)
3)
h. Usia sekolah
1)
Cooperative play
2)
3)
4)
5)
Laki-laki : Mechanical
6)
1)
6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda
2)
8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga
bersama, sepeda, sepatu roda
j. Masa remaja
1)
2)
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan
selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat.
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1.
umur
perkembangannya.
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi.
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak.
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi anak.
II.
3-5 TAHUN
A. Deskripsi
Pada usia 3-5 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya dan sosialisasi
sehingga
sangat
diperlukan
permainan
yang
dapat
mengembangkan
kemampuan
1) Mengenal benda.
2)
Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan
ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti
mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.
3)
Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi,
simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang
lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4) Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan
bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan
keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan.
5)
Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
1) Untuk menambah wawasan tentang cara mendidik anak sesuai dengan usia anak.
2)
Untuk menambah wawasan orang tua tentang cara memberikan pendidikan pada anak
dengan cara yang menyenangkan.
D. Sasaran
Kriteria Pasien
1. Anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
E. Setting Ruangan
fasilitator 1
leader
fasilitator 2
anak 1
fasilitator 3
anak 2
observer
anak 3
a.
2.
Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
I.
Nama
: An. X
Usia
: 3-5th
Jenis Kelamin
Karakteristik
Nama
: An. Y
Usia
: 3-5tahun
Jenis Kelamin
Karakteristik
Nama
: An. Z
Usia
: 3-5 tahun
Jenis Kelamin
Karakteristik
Analisa situasi
Terapi bermain ini dilaksanakan di :
1.
Tanggal
: 4 januari 2013
2.
Jam
: 08.30-selesai
3.
Tempat
4.
Jumlah peserta
: 3 orang
5.
Jumlah perawat
: 5 orang
6.
J. Rencana Pelaksanaan
1.
Pembukaan
a.
1)
2)
3)
Mempersiapkan anak
b.
Perkenalan (5 menit)
Penjelasan (5 menit)
Menjelaskan kepada anak untuk menuangkan pikirannya dalam plastisinnya tersebut.
2.
a.
b.
c.
Fasilitator dan anak bersama-sama membentuk plastisin ke dalam sebuah kretifitas dengan
imajinasi yang ada pada anak
d.
e.
3.
Evaluasi (5 menit)
a.
b.
c.
Evaluasi umum :
1)
Keaktifan anak
2)
Respon anak
3)
Proses bermain
4)
K. Antisipasi Masalah
1.
Anak berselisihan
a.
b.
c.
2.
Anak menangis
a.
b.
c.
3.
Anak marah
a.
b.
4.
Anak pasif
Perawat memotivasi anak untuk ikut bermain dengan memberikan pujian.
5.
a.
b.
6.