BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
I.2
I.3
Prinsip Percobaan
Penetapan kelarutan kafein dalam larutan dengan adanya penambahan
sulfonamide dengan konsentrasi yang berbeda-beda didasarkan pada
kompleks yang terjadi antara kafein dengan sulfonamide yang diukur
dengan menggunakan spektofotometer UV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau
senyawa
koordinasi,
menurut
definisi
klasik
tetapan
stabilitas
(kestabilan)
dan
tetapan
disosiasi.
Pada
dan anion kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks yang biasanya
terjadi secara sempurna (Roth, 1994).
Makin besar tetapan disosiasi makin banyak ion dalam larutan dan
makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa
banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks
tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat
(Day, 1995).
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan
dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling
umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna
larutan dan kenaikan larutan (Svehla, 1990).
Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan
suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom
pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah
ikatan yang terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi
dari logam, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak
dengan ion sianida untuk membentuk kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil.
Higuchi dan kawan-kawannya telah menyelidiki kompleksasi kafein dengan
sejumlah obat yang bersifat asam. Mereka menemukan interaksi antara
kafein dengan obat misalnya sulfonamide atau barbiturate disebabkan oleh
gaya dipol-dipol atau ikatan hydrogen antara gugus karbonil yang
terpolarisasi dari kafein dan atom hydrogen dari asam. Interaksi sekunder
mungkin terjadi antara bagian-bagian molekul nonpolar dan kompleks
ditekan keluar dari fase air karena tekanan internal air yang besar. Kedua
efek ini menyebabkan derajat interaksi yang tinggi (Martin,1990).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Aquadest (Badan POM, 1979; Badan POM, 1995)
Nama resmi
: Aqua destilata
Sinonim
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
Kelarutan
: -
Khasiat
: -
Kegunaan
: Sebagai pelarut
: Coffeinum
Sinonim
RM/BM
: C8H10N4O2/194,19
Pemerian
Khasiat
Kegunaan
: Sebagai sampel
: Sulfanilamidum
Sinonim
: Sulfanilamid; p-aminobenzosulfonamid
RM/BM
: C6H8N2O2S/172,21
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
: Antibakteri
Kegunaan
BAB III
METODE KERJA
tersebut
kemudian
diukur
serapannya
pada
pada
spektrofotometer
UV
dengan
panjang
10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Sampel
Absorban
1.
Kafein 2,5 g
0,4377
2.
1,1151
3.
Kafein + Sulfanilamid 1 g
1,1408
4.
1,2273
5.
Kafein + Sulfanilamid 2 g
1,2041
No
Blangko
Absorban
1.
Blangko Air
0,2495
2.
Sulfanilamid 0,5 g
1,2133
3.
Sulfanilamid 1 g
1,2885
4.
Sulfanilamid 1,5 g
1,3411
5.
Sulfanilamid 2 g
1,3761
IV.2 Perhitungan
1. Kafein
2,5 g
1 mL
1 mL
50 mL (5 ppm)
= Ax/As x Cs x fp
= 1,1151/0,4377 x 5 x 0,005
11
= 0,063
Cx
= Ax/As x Cs x fp
= 1,1408/0,4377 x 5 x 0,005
= 0,065
Cx
= Ax/As x Cs x fp
= 1,2273/0,4377 x 5 x 0,005
= 0,07
Cx
= Ax/As x Cs x fp
= 1,2041/0,4377 x 5 x 0,005
= 0,068
CH3
O
N
N
H3C
+
CH3
O
N
NH2
N
H3C
O + CH3-NH2
S
12
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa kelarutan kafein pada
sulfanilamid 0,5 g yaitu 1,1151, pada sulfanilamid 1 g yaitu 1,1408, pada
sulfanilamid 1,5 g yaitu 1,2273, dan pada sulfanilamid 2 g yaitu 1,2041.
VI.2 Saran
Saran saya adalah tolong dilengkapi alat-alat dan bahan yang ada di
dalam laboratorium.