Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
belakang collum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu
fraktur collum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.
MIKROSKOPIS
Ada dua jenis tulang, yaitu tulang kompakta (padat) dan tulang spongiosa
(cancellous bone) . Tulang kompakta dibentuk oleh matriks tulang yang tersusun
berlapis-lapis disebut lamel. Lamel tersusun mengelingi saluran Havers. Saluran
Havers beserta lamel havers masing-masing disebut sistem Havers atau osteon.
Diantara sistem Havers satu dan lainnya terdapat lamel yang iregular dan tidak
disertai oleh saluran Havers, disebut lamel interstitial. Saluran Havers satu sama lain
dihubungkan oleh saluran horizontal disebut saluran Vokman yang terisi pembuluh
darah dan berhubungan dengan rongga sumsum tulang.
Osteosit terdapat didalam lakuna, tersusun mengikuti sistem lamel. Osteosit
memiliki cabang sitoplasma yang panjang dan halus, didalam sediaan tampak sebagai
kanalikuli. Kanalikuli berjalan tegak lurus terhadap lakuna dan saling berhubungan
dengan kanalikuli osteosit disebelahnya.
2. Memahami dan menjelaskan fraktur
A. Definisi
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifis atau tulang rawan
sendi.
B. Klasifikasi
Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : complete, dimana
tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).
Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:
1. Fissure/Crack/Hairline tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa
terjadi pada tulang pipih
2. Greenstick Fracture biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna,
clavicula, dan costae
3. Buckle Fracture fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam
Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi:
1. Transversal garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)
2. Oblik garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu
tulang)
3. Longitudinal garis patah mengikuti sumbu tulang
4. Spiral garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
5. Comminuted terdapat 2 atau lebih garis fraktur
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
a. Undisplace fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:
- Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat
- Angulated membentuk sudut tertentu
- Rotated memutar
- Distracted saling menjauh karena ada interposisi
- Overriding garis fraktur tumpang tindih
- Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang lain
Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan
dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Sedangkan
apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur
dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat
masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk mengalami
kontaminasi dan infeksi.
B. Etiologi
a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
area benturan.
c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor
tulang.
Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
c. Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.
d. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa
sampai kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:
1) Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm
2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat
e. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:
1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok
2) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
3) Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibanding transversal)
4) Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang
5) Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6) Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi
pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
8) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
penyakit paget, metastasis tulang, tumor)
C. Patofisiologi
Kaput femoris mendapat vaskularisasi dari 3 sumber, yaitu dari pembuluh
darah intramedulla pada collum femur, pembuluh darah servikal asenden pada
retinakulum kapsular dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris.
Pasokan darah intramedulla selalu terganggu oleh fraktur; pembuluh
retinakular juga dapat robek bila terdapat banyak pergeseran. Pada pasien usia
lanjut, pasokan yang tersisa dalam ligamentum teres sangat sedikit dan pada
20% kasus tidak ada. Hal inilah yang menyebabkan tingginya insidensi
nekrosis avaskular pada fraktur collum femur yang disertai pergeseran.5
Fraktur transervikal, menurut definisi, bersifat intrakapsular. Fraktur ini
penyembuhannya buruk karena dengan robeknya pembuluh kapsul, cedera itu
melenyapkan persediaan darah utama pada kaput femur, kemudian karena
tulang intra-artikular hanya mempunyai periosteum yang tipis dan tidak ada
kontak dengan jaringan lunak yang dapat membantu pembentukan kalus, serta
akibat adanya cairan sinovial yang mencegah pembekuan hematom akibat
fraktur itu. Karena itu ketepatan aposisi dan impaksi fragmen tulang menjadi
lebih penting dari biasanya. Terdapat bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat
meningkatkan aliran darah dalam kaput femoris dengan mengurangi
tamponade.
D. Manifestasi
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi.
b. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai.
c. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur.
d. Krepus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
e. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada
penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.
E. Diagnosis
Penegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri
pinggul, pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi,
eksorotasi dan abduksi. Pada atlet yang mengalami nyeri pinggul namun
masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci dan
pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang muncul
terkait dengan olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan fisik harus
diperoleh dan perubahan dalam tingkat aktivitas, alat bantu, tingkat intensitas,
dan teknik harus dicatat.
Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita.
Amenore sering dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen.
Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan penurunan massa tulang. Trias
yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis, dan makan
teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala pada
Diagnosis Banding
Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut :
a.Osteitis Pubis
b.Slipped Capital Femoral Epiphysis
c.Snapping Hip Syndrome
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pemeriksaan ini dimulai dengan pengamatan pasien selama evaluasi.
Perhatikan setiap kali pasien meringis atau pola-pola abnormal. Pasien dengan
patah tulang leher femur biasanya tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali
pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai
dalam posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi. Amati krista iliaka untuk
setiap ketinggian yang berbeda, yang mungkin menunjukkan perbedaan
fungsional panjang kaki. Alignment dan panjang ekstremitas biasanya normal,
tapi gambaran klasik dari pasien dengan fraktur yang pendek dan ekstremitas
eksternal diputar. Penilaian ada tidaknya atrofi otot atau asimetri juga penting.
Palpasi
Pada palpasi fraktur diagnosis sering ditemukan adanya hematom di panggul.
Pada tipe impaksi, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit
yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.
Ditentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, adduksi, rotasi
internal dan eksternal serta fleksi lutut dan ekstensi. Temuan termasuk adanya
rasa sakit dan terbatasnya rentang gerak pasif di pinggul.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus
yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial.
Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat
ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur.
Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser
(stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara
fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.4,5
Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah
pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari
film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk
menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang
periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan
fraktur. Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher
femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan
dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy,
biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di
film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus
dilakukan.
Bone Scanning
Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau
infeksi. Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang,
tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk melaporkan bahwa
bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%. Bone scanning dibatasi
oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul.
Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam
setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk
menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.
G. Komplikasi
Komplikasi awal
a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak.
b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk
kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran
darah.
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan
karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misal : iskemi, cidera remuk).
Komplikasi lambat
a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih
lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.
c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Komplikasi umum yang biasa menyertai cedera atau tindakan operasi pada pasien
usia lanjut misalnya trombosis vena tungkai bawah, embolisme paru, pneumonia
dan ulkus dekubitus. Kelainan yang terdapat sebelum fraktur terjadi dapat
memperberat kondisi pasien.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% pasien dengan pergeseran fraktur dan 10%
pada pasien fraktur tanpa pergeseran. Beberapa minggu setelah cedera,
pemeriksaan scan nanokoloid dapat memperlihatkan berkurangnya vaskularitas.
Perubahan pada sinar X berupa meningkatnya kepadatan kaput femoris mungkin
tidak nyata selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kolapsnya kaput
femur akan menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi. Terapinya adalah
dengan penggantian sendi total.
Fraktur non union ditemukan pada lebih dari sepertiga fraktur leher femur, dan
resiko ini terutama meningkat pada pasien yang mengalami pergeseran berat.
Terdapat banyak penyebab buruknya suplai darah, akibat tidak sempurnanya
H. Penatalaksanaan
Pemeriksaan
darah
lengkap:
Ht
mungkin
meningkat
b.Terapi Operatif
Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang
bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga
manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah
komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan
menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-fraktur
itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip
yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi
yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku.1
Metode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith
Petersen Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi.
Kemudian fraktur difiksasi internal dengan S.P. Nail dibawah pengawasan
Radiologi. Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan
multiple compression screws. Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke
atas) fraktur ditangani dengan cara memindahkan caput femur dan
menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis Austin
Moore.1,2
Penderita segera di bawa ke rumah sakit. Tungkai yang sakit dilakukan
pemasangan skin traction dengan buck extension. Dalam waktu 24-48 jam
dilakukan tindakan reposisi, yang di lanjutkan dengan reposisi tertutup
dengan salah satu cara menurut Leadbetter. Penderita terlentang di atas meja
operasi dalam pengaruh anastesi, asisten memfiksir pelvis, lutut dan coxae
dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul.
Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan dilakukan
gerakan endorotasi panggul 45, kemudian sisi panggul dilakukan gerakan
memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan extensi. Setelah itu di
lakukan test.1,2
Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan.
Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti
reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan
pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau
Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat berjalan selama
beberapa hari setelah jatuh sebelum timbul keluhan. Umumnya gejala yang
timbul minimal dan panggul yang terkena dapat secara pasif digerakkan
tanpa nyeri. Fraktur ini biasanya sembuh dalam waktu 3 bulan tanpa tindakan
operasi, tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang tidak stabil
atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan yang di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda
Juall.
2001.
Rencana
Asuhan
dan
Dokumentasi
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI.
Media Aesculapius.