Anda di halaman 1dari 14

Anestesi lokal ketika digunakan untuk penanganan rasa sakit, berbeda dari kebanyakan obat lain

yang biasanya digunakan dalam pengobatan dan kedokteran gigi dalam cara yang berbeda.
Hampir semua obat lain, tidak peduli melalui rute apa obat tersebut dimasukkan, harus masuk ke
dalam sistem sirkulasi dalam konsentrasi yang cukup tinggi (misalnya mencapai efek terapeutik
dalam darah dari organ yang dituju) sebelum dapat memberikan aksi klinis. Akan tetapi, anestesi
lokal ketika digunakan untuk kontrol rasa sakit, berhenti memberikan efek klinnis ketika telah
diabsorbsi dari lokasi masuknya zat tersebut ke dalam sirkulasi. Satu faktor utama terlibat dalam
penghentian aksi dari anesteetsi lokal yag digunakan untuk kontrol rasa sakit adalah distribusi
kembalinya zat tersebut dari serat syaraf ke sistem kardiovaskuler.
Adanya anestesi lokal dalam sistem sirkulasi berarti bahwa obat akan ditrasnportsikan ke setiap
bagian tubuh. Anestesi lokal memiliki kemampuan untuk mengubah fungsi dari beberapa sel ini.
Pada bab ini, akan dibahas aksi dari anestesi lokal, selain kemampuannya untuk memblok
konduksi axon syaraf pada sistem syaraf periapikal.

Eksresi
Ginjal merupakan organ ekskresi utama baik untuk anestesi lokal maupun hasil metabolismenya.
Presentase dari pemberian dosis anestesi lokal diekskresikan tanpa mengalami perubahan pada
urin. Persentase ini bervariasi tergantung pada obatnya. Ester mempunyai konsentrasi yang lebih
kecil pada senyawa urin karena ester hampir semuanya dihidrolisasi di dalam plasma. Prokain
terlihat dalam urin sebagai PABA (90%) dengan 2% tidak mengalami perubahan. Golongan
amide biasanya terlihat di urin sebagai senyawa induk dengan persentase besar dibandingkan
dengan ester, khususnya karena proses biotransformasinya yang lebih kompleks. Walaupun

persentase dari obat utama yag ditemukan di urin bervariasi dari berbagai penelitian, kurang dari
3% lidokain, 1% mevipakain, dan 1% etidocaine ditemukan tidak berubah di dalam urin.
Pasien dengan gangguan ginjal yang signifikan tidak mampu untuk mengeliminasi senyawa
anestesi lokal iduk atau metabolisme mayornya dari darah, sehingga menyebabkan terjadinya
sedikit peningkatan tekanan darah sehingga terjadi peningkatan potensi toksisitas. Hal ini dapat
terjadi pada golongan ester atau amide dan paling sering pada kokain. Dengan demikian penyakit
ginjal yang signifikan (ASA 4 hingga 5) merupakan kontraindikasi terhadap pemberian anestesi
lokal. Hal ini mencakup pasien yang menjalani proses dyalisis ginjal serta pasien dengan
glomeluronefritis kronis atau pyelonephritis.

Aksi sistemik dari anestesi lokal


Anestesi lokal merupakan bahan kimia yang memiliki potensi aksi memblok secara reversible
semua membran. Sistem syaraf pusat (SSP) dan sistem kardiovaskuler (SKV) yang biasanya
dituju oleh aksi ini. Kebanyakan aksis sistemik dari anestesi lokal berkaitan dengan level plasma
atau darah pada organ yang dituju (SSP, SKV). Makin tinggi levelnya, makin besar aksi
klinisnya.
Centbucridine (derivate kuinolon) telah terbukti lima hingga delapan kali lebih poten dari
lidokain, dengan serangan dan durasi yang sama cepat. Yang terpenting adalah bahwa zat kimia
ini tidak merusak SSP atau SKV, kecuali pada dosis tinggi.
Anestesi lokal diabsorbsi dari lokasinnya ke sistem sirkulasi, yang secara efektif akan
melarutkan zat tersebut dan membawanya ke seluruh sel tubuh. Level darah dari anestesi lokal

bergantung pada tingkat dan asupan dari lokasi administrasi larutan ke sistem sirkulasi
(peningkatan level darah), dan pada tingkat distribusi pada jaringan dan biotransformasi (pada
hati), sebuah proses yang menghilangkan obat dari darah (mengurangi level darah).
Sistem saraf pusat
Anestesi lokal siap menembus penghaang darah-otak. Aksi farmakologisnya pada SSP terlihat
sebagai sebuah penurunan/depresi. Pada level darah (terapeutik, non toksik), yang rendah, tida
ada efek SSP pada signifikansi klinis apapun. Pada level yang lebih tinggi (toksik, overdosis),
manifestasi klinis utamanya adalah konvulsi klonik-tonik tergeneralisasi. Antara kedua level
tersebut akan keluar spectrum dari tanda dan gejala klinis lain.

Kandungan antikonvulsan. Beberapa anestesi lokal (prokain, lidokain, mevipakain, prilokain,


bahkan kokain) telah mendemonstrasikan kandungan antikonvulsan. Hal ini terjadi pada level
darah yang lebih rendah dari beberapa obat yang menyebabkan aktivitas serangan. Nilai dari
level darah antikonvulsan dari lidokain ditunjukkan pada table 2-7.
Prokain, mevipakain, dan lidokain telah digunakan secara intravena untuk menghilangkan atau
mengurangi durasi dari serangan besar maupun kecil. Level darah antikonvulsan pada lidokain
(sekitar 0,5 hingga 4 g/mL) lebih dekat dari rentang kardioterapeutiknya. Hal tersebut telah
diketahui efektif dalam menghambat sementara aktivitas serangan dalam mayoritas pasien
epilepsi. Zat tersebut juga efektif dalam menginterupsi status epileptikus pada dosis terapeutik 2
hingga 3 mg/kg ketika diberikan pada retang 40 hingga 50 mg/menit.

Mekanisme efek antikonvulsan. Pasien epilepsi memiliki neuron kortikal yang hipereksitabel
pada daerah di dalam otak dimana ppeisode konvulsif berasal (disebut sebagai fokus epileptic).
Anestesi lokal, dengan sifat aksi antidepresannya pada SSP, akan meningkatkan ambang
serangan dengan mengurangi rangsangan dari neuron ini, sehingga menghambat atau
menghilangkan serangan.
Tanda dan gejala prekonvulsif. Dengan peningkatan lebih jauh pada leve darah dari anestesi loal
hingga melebihi level terapeutiknya, reaksi yang buruk dapat terlihat. Karena SSP lebih dicurigai
dari sistem lain terhadap aksi dari anesteis lokal, bukan menjadi hal yang mengejutka bahwa
tanda dan gejala klinis awal dari overdosis (toksisitas) berasal dari SSP. Dengan lidokain, fase
kedua ini diobservasi berada pada level antara 4,5 hingga 7 g/mL pada pasien sehat yang
normal. Tanda dan gejala klinis awal dari toksisitas SSP biasanya bersifat eksisatori.
Semua tanda dan gejala ini, kecuali sensasi dari mati rasa pada sirkum oral dan lingual, berkaitan
dengan aksi depresan langsung dari anestesi lokal dari SSP. Mati rasa pada lidah dan region
sirkum oral bukan disebabkan oleh efek anestesi lokal pada SSP. Malah merupakan hasil dari
aksi anestesi langsung dari anestesi lokal, yang terlihat pada konsentrasi tinggi pada jaringan
dengan vaskularisasi yang baik ini, pada ujung syaraf bebas. Anestesi telah di transportasikan ke
jaringan oleh SKV. Dokter gigi yang merawat pasien dapat mendapatkan kesulitan mengkonsep
mengapa anestesi pada lidah dianggap sebagai tanda dari reaksi toksik ketika anestesi lingual
biasa terjadi setelah blok nervus mandibularis. Mempertimbangkan saat-saat dimana dokter
memasukan larutan anestesi lokal ke kaki pasien, level darah yang tinggi akan menyebabkan
mati rasa bilateral pada lidah, yang berkontras dengan mati rasa unilateral yang terjadi ketika
pemberian anestesi dengan blok nervus mandibularis.

Lidokain dan prokain berbeda dari anestesi lokal lainnya dimana bahwa progress normal dari
tanda dan gejala bisa saja tidak terlihat. Lidokain dan prokain sering menyebabkan sedasi ringan
atau rasa limbung (lebih sering terjadi pada lidokain). Karena potensi ini, angkatan udara dan
laut AS tidak memperbolehkan pilot terbang 24 jam setelah menerima anestesi lokal.
Sedasi dapat terjadi sebagai pengganti tanda eksitatori. Apabila eksitatori atau sedasi terlihat
pada 5 hingga 10 menit pertama setelah administrasi intraoral anestesi lokal, hal tersebut harus
menjadi tanda-tanda bagi dokter mengenai terjadinya peningkatan level anestesi lokal dalam
darah dan kemungkinan (apabila level darah terus meningkat) terjadinya reaksi yang lebih serius,
termasuk episode konvulsif yang general.
Fase konvulsif. Peningkatan lebih lanjut dari level anestesi lokal dalam darah memicu terjadinya
tanda dan gejala yang konsisten dengan episode konvulsif tonik-klonik umum. Durasi dari
aktivitas serangan berkaitan dengan level anestesi lokal dlam darah dan berkaitan dengan tekaan
sebagian arterial dari level karbon dioksida (pCO2). Pada pCO2 , level darah lidokain antara 7,5
dan 10 g/mL biasanya terjadi pada suatu episode konvulsif. Ketika level karbon dioksida (CO2)
meningkat, level anestesi lokal dalam darah sangat berpengaruh terjadap penurunan serangan
sementara durasi dari serangan meningkat. Aktivitas serangan umumnya bersifat terbatas sendiri,
karena aktivitas kardiovaskuler biasanya tidak terganggu secara signifikan, dan distribusi
kembali serta biotransformasi dari anestesi lokal berlanjut selama seluruh episode. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan level anestesi lokal dalam darah dan pemberhentian aktivitas
serangan, biasanya dalam 1 menit.
Akan tetapi, beberapa mekanisme lain sayangnya juga bekerja untuk memperpanjang episode
konvulsi. Kedua alira darah serebral dan metabolism serebral meningkat pada saat dimulainya

konvulsi karena anestesi lokal. Peningkatan aliran darah ke otak memicu peningkatan volume
anestesi lokal yang dikirimkan ke otak, sehingga cenderung memperpanjang serangan.
Peningkatan metabolisme serebral memicu asidosis metabolik yang progresif ketika serangan
berlanjut, dan hal ini cenderung memperpanjang aktivitas serangan (dengan menurunkan level
anestesi lokal dalam darah yang merangsang serangan), bahkan dalam adanya penurunan level
anestesi lokal di dalam darah. Seperti yang dinyatakan dalam table 2-8 dan 2-9, dosis dari
anestesi lokal yang dibutuhkan untuk memicu serangan secara nyata dihilangkan dalam adanya
hiperkarbia (lihat table 2-8) atau asidosis (lihat table 2-9).
Peningkatan lebih jauh dari level anestesi lokal dalam darah menyebabkan penghentian aktivitas
serangan ketika jejak elektroensefalografik (EEG) menjadi datar, mengindikasikan terjadinya
depresi SSP. Depresi pernafasan terjadi pada waktu ini, sehingga memicu terjadinya serangan
pada sistem pernafasan apabila level anestei dalam darah terus meningkat. Efek respiratori
merupakan hasil dari aksi depresan dari obat anestesi lokal pada SSP.
Mekanisme dari aksi prekonvulsan dan konvulsan. Diketahui bahwa anestesi lokal mendesak
untuk aksi depresan pada membran yang terangsang, sementara manifestasi klinnis premer
berkaitan dengan level anestesi lokal dalam darah yang tinggi berkaitan dengan berbagai derajat
stimulasi. Bagaimana obat yang dapat mendepresikan SSP dapat bertanggung jawab terhadap
produksi berbagai derajat stimulasi, termasuk aktivitas seizure tonik-klonik? Dipikirkan bahwa
anestesi lokal dapat memproduksi tanda dan gejala klinis dari eksitasi SSP (termasuk konvulsi)
walaupun blockade selektif dari jalur penghambat dalam korteks serebral. De Jong menyatakan
bahwa ihibisi dari inhibisi sehingga menjadi kejadian presinaptik yang mengikuti blockade
anestesi lokal dari impuls yang berjalan sejalan dengan alur inhibisi.

Korteks serebral memiliki alur neuron yang bersifat menghambat dan lainnya bersifat sebagai
fasilitator (eksitatori). Keadaan yang seimbang biasanya dipertahankan antara derajat efek yang
didesal oleh alur neuronal. Pada level anestesi lokal di dalam darah prekonvulsan, tanda dan
gejala klinis yang terlihat disebabkan karena anestesi lokal secara selektif menurunkan aksi dari
neuron penghambat/inhibisi. Keseimbangan kemudian akan bergerak sedikit kearah fasilitator
(eksitatori), sehingga memicu adanya gejala tremor dan sedikit rasa cemas.
Pada peningkatan level darah konvulsif yang lebih tinggi, fungsi dari neuron inhibitor secara
penuh akan menurun, sehingga menimbulkan aktifnya fungsi dari neuron fasilitator. Masukan
fasilitator yang murni tanpa inhibisi akan menyebabkan terlihatnya aktivitas tonik-klonik pada
level ini.
Peningkatan lebih lanjut dari level anestesi dalam darah memicu penurunan alur fasilitator dan
inhibitor, menyebabkan terjadinya depresi SSP secara umum. Lokasi pasti dari aksi anestesi
lokal di dalam SSP tidak diketahui tetapi dianggap berada pada sinaps kortikal inhibitor atau
langsung pada neuron kortikal inhibitor.

Analgesic. Anestesi lokal menimbulkan aksi kedua berkaitan dengan SSP. Ketika diberikan
secara intravena, anestesi lokal akan meningkatkan ambang rasa sakit dan juga menimbulkan
derajat analgesic.
Pada sekitar tahun 1940 dan 1950, prokain diberikan secara intravena untuk penanganan rasa
sakit kronis dan artritis. Unit prokain biasa digunakan untuk tujuan ini. Unit tersebut
mengandung 4 mg/kg berat tubuh yang diadministrasikan 20 menit. Teknik ini tidak efektif
untuk rasa sakit akut. Karena batas keamanan yang relative luas antara aksi analgesic dari

prokain dengan kemungkinan terjadinya tanda dan gejala overdosis, teknik ini tidak lagi
digunakan sekarang.

Peningkatan suasana hati. Penggunaan obat anestesi lokal untuk peningkatan suasana hati dan
peremajaan kembali telah dilakukan selama berabad abad, walaupun terdapat dokumentasi
terhadap efek buruk (pada peningkatan suasana hati) dan kurangnya efek (terhadap peremajaan
kembali).
Kokain telah sejak lama digunakan berkaitan dengan efek euforianya serta aksi pereda rasa sakit,
yang sering digunakan oleh suku Inca dan warga asli Amerika Selatan lainnya. Sayangnya,
seperti yang dinyatakan saat ini, penggunaa jangka panjang dari kokain menyebabkan
ketergantungan. William Stewart Halsted (1852-1922), ayah dari ilmu bedah Amerika, peneliti
kokain, dan orang pertama yang memasukan anestesi lokal lewat injeksi, mengalami
ketergantungan kokain yang sangat parah. Akhir-akhir ini, kematian yang mendadak dan tidak
diduga dari beberapa atlet professional yang disebabkan oleh kokain dan ketergantungannya
menjelaskan bahaya akan keterlibatan penggunaan umum dari obat poten.
Lebih ringan, tetapi tidak serta merta aman, adalah penggunaan prokain (novokain) sebagai obat
peremajaan. Tujuan klinis untuk mengembalikan gairah muda menyatakan bahwa prokain
merupakan muara masa muda. Klinik ini beroprasi terutama di Eropa Tengah dan Mexico,
dimana prokain digunakan di bawah nama Gerovital. De Jong menyatakan bahwa apapun efek
buruk dari penuaan, itu mungkin akan dengan muda mempengaruhi peningkatan suasana hati.
Sistem kardiovaskuler

Anestesi loal mempunyai aksi langsung terhadap vaskularisasi perifer dan miokardium. Akan
tetapi, secara umum sistem kardiovaskkeler terlihat lebih resistem dibadingkan SSP terhadap
efek dari obat anestesi lokal.

Aksi langsung pada miokardium. Anestesi lokal memodifikasi kejadian elektrofisiologik pada
miokardium dengan cara yang hampir sama dengan aksnya pada nervus perifer. Ketika level
anestesi lokal dalam darah meningkat, rentang peningkatan dari berbagai fase deppolarisasi
miokardium akan menurun. Tidak ada perubahan yang signifikan yang terjadi terhadap
membrane potensial yang beristirahat, dan tidak ada perpanjangan fase repolarisasi yang
signifikan.
Anestesi lokal memproduksi depresi miokardial yang berhubungan dengan level anestesi lokal
dalam darah. Anestesi lokal menurunkan eksitabilitas elektrik dari miokardium, menurunkam
rentang konduksi, dan menurunkan gaya kontraksi.
Keuntungan terapeutik diambil dari aksi antidepresan dalam menangani hipereksitabilitas
miokardium, yang bermanifestasi sebagai berbagai disritmia jantung. Walaupun beberapa
anestesi lokal telah mendemonstrasikan aksi antridisritmik pada binatang, hanya prokain dan
lidokain yang memiliki reabilitas yang signifikan terhadap manusia. Lidokain merupakan
anestesi lokal yang digunakan secara luas dan diteliti eara mendalam. Prokainamid merupakan
molekul prokain dengan hubungan amid yang menggantikan hubungan ester. Karena hal itulah,
zat ini dihidrolisa secara lebih lambat dari prokain. Tokainidin, zat kimia yang beranalog dengan
lidokain, diperkenalkan tahun 1984 sebagai obat antidisritmik oral, karena lidokain tidak efektif
pada administrasi oral. Tokainidi juga efektif dalam menangani disritmia ventrikuler tetapi

berhubunga dengan insidensi adanya efek merugikan sebesar 40%, termasuk nausea, muntah,
tremor, parastesi, agranulositosis, dan fibrosis pulmonary. Tokainidin memperburuk gejala gagal
jantung pada 5% oasuen dan dapat memicu terjadinya disritmia (prodisritmik) pada 1% hingga
8%.
Level darah pada lidokain biasanya terlihat setelah injeksi intraoral dari satu atau dua cartridge
dental, 0,5 hingga 2 g/mL, tidak berkaitan dengan aktivitas kardiodepresan. Peningkatan sedikit
darah lidokain tidak bersifat toksik dan berkaitan dengan aksi antidisritmik. Level darah
teurapeutik dari lidokain untuk aktivitas antidisritmik memiliki rentang dari 1,8 hingga 6 g/mL.
Lidokain biasanya diadministrasikan secara intravena dalam sebuah bolus 50 hingga 100 mg/kg
berat badan setiap 3 hingga 5 menit dan sering diikuti dengan infus IV yang terus menerus dari 1
hingga 4 mg/menit. Tanda dan gejaa dari overdosis anestesi akan tercatat apabila level darah
meningkat melebihi 6 g/mL darah.
Lidokain biasanya digunakan dalam klinik pada penanganan terhadap PVC dan takikardi
ventrikuler. Lidokain juga biasa digunakan sebagai obat (kelas yang tidak menentu) untuk
dukungan hidup kardiovaskuler dan pada penanganan terhadap serangan jantung yang
disebabkan oleh fibrilasi ventrikuler.
Aksi jantung langsung dari anestesi lokal pada level darah lebih besar dibandingkan dengan level
terapeutik (antidisritmik) mencakup penurunan kontraktilitas miokardial dan penurunan output
jantung, dimana keduanya memicu terjadinya kolaps pada sistem sirkulasi.

Aksi langsung pada vaskularisasi perifer

Kokain merupakan obat anestesi lokal satu-satunya yang secara konsistem menyebabkan
vasokonstriksi pada dosis yang biasa digunakan. Ropivacain menyebabkan vasokonstriksi kutan,
sementara produk buvipakain menyebabkan vasodilatasi peripheral melalui relaksasi dari otot
halus pada dinding pembuluh darah. Hal ini memicu teradinya peningkatan alrisan darah ke an
dari lokasi deposisi anestesi lokal. Peningkatan aliran darah lokal akan meningkatkan rentang
absorpsi obat, sehingga memciu penurunan kedalaman dan durasi dari aksi anestesi lokal,
peningkatan perdarahan pada daerah yang dirawat, dan peningkatan level darah anetetik.
Efek utama dari anestesi lokal terhadap tekanan darah adalah hipotensi. Prokain menyebabkan
hipotensi lebih sering dan lebih signifikan dibandingkan lidokain; 50% pasien pada satu studi
yang menerima prokain mengalami hipotensi, dibandingkan dengan 6% yang menerima lidokain.
Aksi ini disebaban oleh depresi langsung dari miokardium dan relaksasi otot halus pada dinding
pembuluh darah oleh anestesi lokal.
Kesimpulannya, efek negative terhadap sistem kardiovaskuler tidak terlihat sampai tercapainya
level anestesi lokal dalam darah yang tinggi secara signifikan. Urutan yang umum dari aksi yang
disebabkan oleh anestesi lokal pada sistem kardiovaskuler adalah sebagai berikut :
1. Pada level non-overdosis, sedikit peningktan atau tiak ada perubaha pada tekanan darah
terjadi karea peningkatan output jantung dan denyut jantung sebagai hasil dari
peningkatan aktivitas simpatetik; vasokonstriksi langsung dari vaskuler perifer juga dapat
terlihat.
2. Pada level yang lebih tinggi tetapi masih dibawah overdosis, hipotensi derajat edang
terlihat; hal ini disebabkan oleh aksi relaksan langsung pada otot halus vaskuler.

3. Pada level overdosis, hipotensi yang menonjol disebabkan oleh penurunan kontraktilitas
miokardial, output jantung, dan resistensi peripheral.
4. Pada level letal, terjadi kolaps kardiovaskuler. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi
peripheral yang luas dan penurunan kontraktilias miokarial serta denyut jantung (sinus
brakikardia).
5. Anestesi lokal tertentu seperti buvipakain (dan pada derajat yang lebih rendah
ropivacaine dan etidocaine) dapat menyebabkan fibrilasi ventricular yang fatal.

Toksisitas jaringan lokal


Otot skeletal lebih sensitive dibandingkan jaringan lain terhadap komponen iritan dari anestesi
lokal. Injeksi intramuscular atau intraoral dari artikain, lidokain, mepivakain, prilokain,
buvipakain, dan etidokain dapat menyebabkan perubahan otot skeletal. Makin lama kerja zat
anetesi tersebut, makin besar kemungkinannya menyebabkan kerusakan otot skeletal lokal
dibandingkan obat dengan jangka waktu kerja pendek. Perubahan yang terjadi pada otot skeletal
bersifat reversible, dengan regenerasi otot dapat selesai dalam waktu dua minggu setelah
administrasi anestesi lokal. Perubahan otot ini tidak berkaitan dengan tanda klinis lain dari iritasi
lokal.
Sistem pernafasan
Anestesi lokal memberikan efek ganda terhadap sistem pernafasan. Pada level non-overdosis, zat
tersebut memberikan aksi relaksan langsung terhadap otot halus bronkus, sementara pada level
overdosis, zat anestesi dapat menyebabkan serangan pernafasan sebagai hasil dari depresi SSP

menyeluruh. Secara umum, fungsi pernafasan tidak dipengaruhi oleh anestesi lokal sampai
dicapainya dosis mendekati overdosis.
Macam-macam aksi
Blockade neuromuskuler. Beberapa anestesi lokal telah diperlihatkan dapat memblok transmisi
neuromuskular pada manusia. Hal ini merupakan hasil dari inhibisi difusi sodium melalui
blockade saluran sodium pada membrane sel. Aksi ini biasanya bersifat ringan dan tidak
signifikans secara klinis. Akan tetapi, kadang aksi ini dapat bersifat tambahan pada aksi yang
diproduksi oleh depolarisasi (seperti succinylcholine) dan nendepolarisasi (seperti atracurium,
vecuronium) relaksan otot; hal ini dapat memicu perpanjangan periode paralisis otot yang
abnormal. Aksi seperti itu jarang terjadi pada pasien gigi.
Interaksi obat. Secara umum, depresan SSP (seperti opioid, obat anticemas, phenothiazine,
barbiturate) ketika diadministrasikan sebagai tambahan anestesi lokal, memicu potensi terjadinya
aksi depresi SSP dari anestesi lokal. Penggunaan gabungan dari anestesi lokal dan obat yang
memiliki alur metabolic yang sama dapat menyebabkan reaksi yang negatif. Baik anestesi lokal
ester dan relaksan otot depolarisasi succinylcholine membutuhkan plasma pseudocholiesterase
untuk hidrolisis. Apnea yang menetap lama dapat terjadi dari penggunaan bersamaan dari obat
ini.
Obat yang memicu produksi dari enzim microsomal hepatic (barbiturat0 dapat merubah rentang
metabolisme anestesi lokal amide. Penignkatan induksi enzim microsomal hepatic akan
meningkatkan tingkat metabolisme dari anestesi lokal.

Hipertermia maligna. Hipertermia maligna (HM; hiperpireksia) merupakan gangguan


farmakologis dimana jenis genetik pada suatu individu mengubah respon seseorang terhadap
obat tertentu. manifestasi klinis akut dari HM mencakup takikardi, takipnea, tekanan darah yang
tidak stabil, sianosis, asidosis respiratori dan metabolik, demam (mencapai 42o C [108 F) atau
lebih), kaku otot, dan kematian. Tingkat kematian berentang antara 63% hingga 73%. Beberapa
zat anestesi yang biasa digunakan dapat memicu HM pada individu tertentu.
Sampai sekarang, anestesi lokal amide dipercaya dapat memprovokasi HM dan dianggap harus
dikontraindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita HM. The Malignant Hyperthermia
Association of the United States (MHAUS), setelah mengevaluasi penelitian klinis terbaru,
menyimpulkan bahwa faktanya tidak ada kasus yang terdokuentasikan pada literature medis atau
kedokteran gigi (selama lebih dari 30 tahun) yang mendukung konsep dari anestesi amide
memicu HM.

Anda mungkin juga menyukai