I.
1. Defenisi keluarga
a. Menurut Depkes. RI. 1998
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan ( Nasrul Effendi ,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
h. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2. Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
3. Tipe keluarga
a.
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
b.
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
c.
Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.
Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e.
f.
Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga .
dapat
dilalui
dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau
aktual.
Tahap-tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut
Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
I.
Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masingmasing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya,
misalnya
makan,
tidur,
bangun
pagi
dan
sebagainya
Tugas perkembangan
1. Membina hubungan intim danmemuaskan.
2. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. mendiskusikan rencana memiliki anak.
4. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
II.
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
3.
Mempertahankan
hubungan
yang
memuaskan
dengan
pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi
dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
III.
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
V.
sistem
peran
dan
peraturan
untuk
tumbuh
kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
VI. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin,
menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap
ini.
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein. (Askandar, 2000).
Sedangkan Tapan (2006) menjelaskan bahwa DM adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh kekurangan produksi insulin (kuantitas / kualitas) baik oleh keturunan atau
didapat. Konsentrasi glukosa yang berlebih pada darah dapat menyebabkan kerusakan sel
tubuh. Long (1996) menjelaskan bahwa DM merupakan penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya
komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler dan neurologis.
Price dan Wilson (1995) menambahkan bahwa DM merupakan gangguan
metabolisme yang dimanifestasikan dengan hilangnya toleransi karbohidrat yang terjadi
secara genetis maupun didapat. Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari
makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah
hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme
karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi
secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel sel
yang memproduksi insulin.
B. Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil:
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk
mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena
kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas
dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami komplikasi
metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut
melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi
pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM
dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap
memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon
hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang
mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi
yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat obatan, dan bahan kimia.
Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat obatan yang
mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik), dan thiazide,
glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).
C. Anatomi dan Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kirakira 15 cm, lebar 5
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya ratarata 6090 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan
(kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama,
yaitu :
1. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukagon langsung ke darah. Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis
dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50, sedangkan yang terbesar 300, terbanyak
adalah yang besarnya 100 225. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan
antara 1 2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a.
Selsel A (alpha), jumlahnya sekitar 2040% ; memproduksi glukagon yang manjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin like activity .
c.
Selsel D (delta), jumlahnya sekitar 515 %, membuat somatostatin. Masing masing sel
tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop
pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah
kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal
dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak
berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.
Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B.
Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida.
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat
larut pada pH 47 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel
beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari
kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa
darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi
insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan
menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbedabeda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa
melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak.
mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi
DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa
dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung
terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan menurun bersamaan
dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan
lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya
pelepasan insulin dari selsel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas
perifer terhadap insulin (Long, 1996). Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu
berkaitan dengan fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 :
588) menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe
II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin). Faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena
atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosomonal dominan.
Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus :
90100% (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat
Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200
(Long, 1996)
3. Faktor autoimmune Sel sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimmune.
4. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi insulin
5. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan (Long, 1996).
6.
Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau karena efek dari
obat obatan tertentu (Long, 1996).
E. Patofisiologi
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin
dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau pulau sel terletak menyebar dalam
organ ini. Terdapat 3 jenis sel sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glukagon ;
sel beta, yang mensekresi insulin , sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin
pankreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan
normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini
mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi kekurangan insulin maka menyebabkan
perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
1. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
2. Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3.
Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan
dicurahkan secara terus menerus.
4. Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil pemecahan
asam amino dan lemak. Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia
meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah meningkat dan
melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada
tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena glukosa dalam larutan, maka
pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan
poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan
kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan
merangsang rasa haus berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan
merangsang rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi).
F. Manifestasi Klinis
Gejala klasik pada DM adalah :
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam
hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
3. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
4. Gejala lain yang dirasakan penderita
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
9. penurunan kesadaran. 3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
10. Kehilangan berat badan.
11. Luka, goresan lama sembuh.
(b) Insulin kerja sedang Jenis jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan
komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet
yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari
makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih
efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan
mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik,
tetapi jangan melakukan olahraga yang berat berat.
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut,
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah
(Smeltzer, 2002 : 1258)
a.
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh
(Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
a.
Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada
struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
(Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.
Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak
disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan
lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla spinalis, atau
sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahanperubahan metabolik lain dalam
sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja
jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik
atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam
terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi
dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang tertanam
pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus demikian juga pada daerah
daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak menurun
(Long, 1996 : 17)
I.
Pathways
Perubahan
polaeliminasi uri
Faktor
etiologi
Usia,
keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas Sel beta pancreas rusak/ terganggu
Produksi insulin meningkat Glokosa dalam darah meningkat Asam lemak Lipolisis
meningkat bebas meningkat glukoneogenesis Sel kelaparan Hiperosmolaritas Diabetes
Melitus >20mg/dl Asam lemak teroksidasi Kalori keluar Glukosuria Produksi energi
metabolisme menurun Katabolisme protein meningkat Sel tidak mampu menggunakan
glukosa sebagai energi Rasa lapar Diuresis osmotik Ketonuria Ketonemia polifagi Poliuri
Dehidrasi
III. Pengkajian Fokus Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga kedalam tahap-tahap
meliputi mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.
1. Mengidentifikasi data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan
memakai norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan system integritas dan
kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Diabetes Mellitus difokuskan pada komponenkomponen yang berkaitan dengan diabetes Mellitus.
2. Data Identitas
a.
Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih karena tubuh tidak peka terhadap
insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes (Setiono, 2005 :24).
b. Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila dibandingkan
dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai factor yang mendorong
terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan, strees, kelelahan, serta makanan yang tidak
terkontrol.
c.
Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan perawatan dan
pengobatan pada anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnnya keuangan (Effendy,1998).
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang rendah,
daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita Diabetes Mellitus dan
akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan.
e.
Hubungan (genogram)
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita diabetes.
Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.
f.
g.
1) Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu
banyak mengandung protein, gula, lemak, garam, dan mengandung sedikit serat. Pola makan
seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus (Noer, 1996).
2) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor penting dalam pengelolaan pasien dengan
Diabetes Mellitus. Effendy (1998) menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terjangkau
memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang
anggota keluarganya menderita Diabetes Mellitus. Bila keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan melakukan control dan memeriksakan
dirinya secra teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan,
maka keluarga hanya memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan
adanya gejalagejala yang terkait dengan Diabetes Mellitus.
3) Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu
diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar pengobatannya
berhasil. Namun mayoritas penderita Diabetes Mellitus telah memanfaatkan pengobatan
modern untuk mengatasi gejala dan keluhan Diabetes Mellitus.
h.
Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah
keatas. Karena factor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,
berlemak, kurang aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes.
3. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a
4. Data Lingkungan
a
Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau pencahayaan yang
kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan factor yang meningkatkan resiko injury karena
pada pendrita Diabetes Mellitus yang lanjut akan mengalami gangguan pada system persepsi
sensori terutama visual seperti adanya keluhan pandangan kabur.
1) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga berinteraksi dengan masyarakat setempat
2)
3) Fasilitas transportasi
Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan keluarga untuk
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Sistem pendukung
Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Mellitus di keluarga sangat membutuhkan peran
aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan memonitor atau mengontrol
perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
c
Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian satu sama
lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan tugas anggota
keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu terjadinya suatu
masalah kesehatan (Effendy, 1998).
d
Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih dominant adalah
patriarkal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998).
Struktur peran
Friedman (1986), menyatakan peran atau status seseorang dalam keluarga dan masyarakat
mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai suami,
ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu, dan lain-lain.
Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga
tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita DM akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM untuk
berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita
DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan yang berlaku
seumur hidup.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Diabetes Mellitus:
(a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM salah satu factor penyebabnya
adalah karena kurang pengetahuan tentang DM (Effendy, 1998). Apabila keluarga tidak
mampu mengenal masalah Diabetes Mellitus, penyakit tersebut akan mengakibatkan
komplikasi.
(b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak sanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan
tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang
dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyakit Diabetes Mellitus yang tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit, tanda dan
gejala, penyebab dan pengelolaan pada Diabetes Mellitus (Effendy, 1998).
(d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan.
Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak mencukupi,
diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998).
(e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah Diabetes Mellitus.
Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan secara rutin dan sebagai tempat jika ada
keluhan (Effendy, 1998).
h
Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota keluarga yang menderita diabetes,
karena salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur, dan
mengurangi stress.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan Arteroskleosis vasikuler Diagnosa keperawatan adalah pernayataan
tentang factor-faktor yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998). Diagnosa adalah yang mungkin
timbul pada keluarga dengan diabetes melitus antara lain (Doengoes, 2000: 51):
1.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh masukan
makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20%
atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot buruk, diare berhubungan dengan
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori, dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan
gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual berhubungan dengan
a
5.
Rencana Keperawatan
a.
Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan prioritas masalah
kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Effendy, 1998):
Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak dapat
diatasi sekaligus.
Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau keperawatan
keluarga.
d. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti posyandu, polindes
dan sebagainya.
c.
a.
Kesulitan masalah diabetes mellitus, berkaitan dengan beratnya penyakit diabetes mellitus
yang menunjukkan kepada prognosa DM (Diabetes Mellitus).
b.
c.
Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki masalah
diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.
d. Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
d. Masalah yang menonjol
Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah diabetes mellitus dalam hal beratnya dan
mendesak untuk diatasi melalui intervensi keperawatan (Effendy, 1998: 49).
e.
Penyusunan Tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan tujuan
bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber, menggambarkan pendekatan
alternatif untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan
mengoperasionalkan perencanaan (menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana
tersebut dilaksanakan dalam fasenya).
a.
Tujuan umum
Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka keluarga
mampu mengenal masalah diabetes mellitus, mampu mengambil keputusan untuk mengambil
tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
b. Tujuan khusus
Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak bertambah buruk
keadaanya.
f.
1)
Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah kesehatan diabetes
mellitus, yaitu pengertian, penyebab, tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.
2)
Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan mengambil
tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus.
3) Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu melakukan perawatan
diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.
g.
h.
Fokus Intervensi
(2) Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan terdekat.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan.
(2) Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam regimen pengobatan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian pentingnya gizi bagi
penderita Diabetes Mellitus.
(2) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada penderita Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
3) Resiko infeksi
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya resiko tinggi infeksi
pada luka penderita Diabetes Mellitus.
(2) Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar terhindar dari infeksi.
(2) Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan luka yang benar.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar mendapatkan
perawatan luka yang benar.
(2) Rujuk ke pelayanan kesehatan .
4) Resiko gangguan persepsi sensori
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan persepsi sensori
visual (pandangan kabur) sebagai manifestasi penyakit Diabetes Mellitus.
TINJAUAN KASUS
A.
I.
PENGKAJIAN KELUARGA
Data Umum
1. Nama KK
: Tn. S
2. Umur :
60 Tahun
3. Alamat
4. Pekerjaan
: Tani
5. Pendidikan
: SD
6. Komposisi keluarga
No
Nama
Umur
L/P
Hub.
keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
Riw.
kesehatan
1.
Tn. S
62
KK
SD
Tani
Hipertensi
2.
Ny. S
57
Istri
SD
DM
Genogram
Tn.SD
Tn. SY
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: penderita Diabetes Melitus
: menikah
: tinggal serumah
7. Tipe keluarga
: Keluarga inti
8. Suku Bangsa
: Jawa
9. Agama
: Islam
Lingkungan
Denah rumah
a.
Janis bangunan
: semi permanen
b. Status rumah
c.
: rumah pribadi
d. Ventilasi
: cukup.
e.
Cahaya
: cukup
f.
Penerangan : cukup
g.
Lantai
h.
Saluran limbah
i.
Jamban
: Bata / tanah
: dibuang kebelakang rumah.
Tn. S menderita
hipertensi sedangkan Ny. S menderita penyakit Diabetes Melitus. Fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan keluarga adalah Puskesmas.
IV.
Struktur Keluarga
Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga saling menyayangi dan menghormati
2. Fungsi sosial
Setiap keluarga saling menjaga hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar dengan
mengikuti kegiatan dalam masyarakat (pertemuan rutin, , arisan)
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a.
b.
Keluarga Tn. S kurang cepat dalam mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan karena
sangat tergantung pada kondisi keuangan.
c.
Keluarga Tn. S belum tahu cara merawat penyakit Diabetes Melitus terutama untuk masalah
diet, kurang teratur dalam berobat dan tidak teratur kontrol gula darah.
d. Keluarga Tn. S belum mampu memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat terutama
untuk ventilasi kurang dan lantai masih dari tanah, karena terbentur masalah biaya.
e.
4. Fungsi reproduksi
Tn. S mempunyai 2 (dua) orang anak yang masing masing sudah berkeluarga dan mempunyai
rumah sendiri
Ny. S Sudah menopouse.
5. Fungsi ekonomi
Kebutuhan ekonomi dicukupi lewat penghasilan Tn. S kadang kadang dibantu oleh anaknya
Tn. S, terutama untuk membeli obat Diabetes Melitus.
VI.
: 180/90 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36 o C
RR
: 18 x/menit
2. Kepala
Rambut
rambut bersih.
Telinga
. Hidung
. Mata
Mulut
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, bentuk leher normal.
4. Dada
Paru
Auskultasi
. Jantung
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: suara sonor
wheezing
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: suara sonor
Auskultasi
: peristaltik normal
6. Ekstremitas
a.
Atas
1) Kanan
2) Kiri
b. Bawah
1) Kanan
2) Kiri
c.
Kekuatan otot =
7. Genetalia
: Tidak terkaji
Ny. S
8. Vital sign :
TD
: 140/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36 o C
RR
: 18 x/menit
9. Kepala
Rambut
rambut bersih.
Telinga
. Hidung
. Mata
Mulut
10. Leher
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: suara sonor
wheezing
. Jantung
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
12. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: suara sonor
Auskultasi
: peristaltik normal
13. Ekstremitas
d. Atas
1) Kanan
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kanan
2) Kiri
:
e.
Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak tangan kiri
Bawah
1) Kanan
: Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kanan
2) Kiri
f.
Kadang kadang terasa kesemutan dan nyeri pada telapak kaki kiri.
Kekuatan otot =
5 5
5 5
14. Genetalia
: Tidak terkaji
VIII. PemeriksaanPenunjang
Gula Darah Acak = 280 mg/dl
Klien mengatakan sudah lama menderita penyakit Diabetes Melitus dan sudah berobat tapi tidak
sembuh sembuh.
Klien jarang kontrol kadar gula darah.
Kadang kadang klien berhenti minum obat karena belum bisa beli obat.
IX.
Terapi
Ny. S mendapat obat oral :
X.
Ibuprofen 200 mg
: 2 x 1 tab / hari
Glibenclamid
: 2 x1 tab / hari
Vit B1
: 2 x1 tab / hari
Harapan keluarga
Keluarga Tn. S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan sehari hari termasuk untuk
kebutuhan berobat Ny.S dan untuk memperbaiki rumah.
ANALISA DATA
NO
1
DATA
MASALAH
DS :
Resiko
Klien mengatakan sering hyperglikemi
kesemutan
Klien mengatakan telapak
kaki sakit
Klien mengatakan sudah
lama tidak periksa kadar
gula.
DO :
Keluarga Tn.S tidak tahu
resiko dari penyakit DM
TD : 140/80 mmHg
GDA : 280 mg/dl
Klien
tidak
punya
pedoman diet.
Riwayat Diabetes Melitus
PENYEBAB
syock Kekurangan
insulin
transport glukosa
menurun
hiperglikemia
syock
Ketidak mampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
pada penyakit
diabetes miletus.
Tujuan
Ktriteria eval
Umum
Khusus
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan, klien
tidak mengalami
syock hyperglikemi
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan keluarga
dapat :
menjelaskan resiko
pada Diabetes
Melitus
Kriteria
Verbal
St
Keluarga m
dan memah
resiko yang
pada peny
Melitus ap
darahnya ti
Diagnosa keperawatan
Resiko syock hyperglikemi b d
Ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang
sakit
DS :
Klien mengatakan sering
kesemutan
Klien mengatakan telapak kaki
sakit
Klien mengatakan sudah lama
tidak periksa kadar gula.
DO :
Keluarga Tn.S tidak tahu resiko
dari penyakit DM
TD : 140/80 mmHg
GDA : 280 mg/dl
Klien tidak punya pedoman diet.
Riwayat Diabetes Melitus
Tujuan khusus
Setelah dilakukan
kunjungan 2x
diharapkan keluarga
dapat :
menjelaskan resiko
syock hiperglikemi pada
Diabetes Melitus
Tanggal
Implementasi
21
1. Mengobservasi adanya
Januari
penyebab resiko syock
2012
hiperglikemi
2. Menggali pengetahuan
keluarga mengenai Diabe
Melitus
3. Menjelaskan mengenai
resiko syock hiperglikemi
pada Diabetes Melitus
4. Memberikan pedoman die
untuk Diabetes Melitus
5. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo, 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC..
Doenges, Marilyn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC.
Effendi, Nasrul, 1998.Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Depkes RI.
http://www.ilmukeperawatan.com. Diakses pada tanggal 6 Pebruari 2012 jam 16.04 WIB.
Ikram, Ainal, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI.
Luecknote, Annette Geisler, 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC.
dari jumlah pasien sebanyak 2044 orang. Olehnya itu, makalah ini akan membahas penyakit
Diabetes Militus secara terperinci
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana tinjauan mengenai
penyakit Diabetes Melitus baik dari segi pengertian, klasifikasi etiologis, epidemiologi, serta
asuhan keperawatan nya
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah mengetahui tinjauan mengenai penyakit Diabetes Melitus baik
darisegi pengertian, klasifikasi etiologis, epidemiologi, gambaran klinis, patofisiologi,
diagnosa, komplikasi, dan pemberian obat atau prngobatan pasian Diabetes Mellitus