DAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK
BENY WIJAYA
DWI AGUSTIN
IVAN BAIDOWI
M. WIYANTO
MUKHLIS PRASETYA
RETNO YULIS S
RISKI DWI W
TUFI LAILI
VENDYK BAMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat
hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat
hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal 170-200 g/l.
Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar
hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang
meningkat menjadi 130 g/l. Salah satu penyebab tersering anemia pada anak adalah akibat
kekurangan besi.
Besi merupakan bagian dari molekul pembentuk hemoglobin. Jika kadar besi kurang,
pembentukan hemoglobin akan berkurang dan pada akhirnya kadar hemoglobin akan
menurun. Pada awalnya terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh. Jika asupan besi terus
berkurang akan timbul kekurangan besi yang belum memberikan gejala anemia. Namun, jika
hal itu berlangsung terus, akan timbul gejala anemia.
Angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia kurang
dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun. Pada usia
tersebut bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari ibunya yang diberikan selama dalam
kandungan. Tetapi setelah usia 6 bulan cadangan besi itu akan semakin menipis, sehingga
diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaiman anatomi fisiologi darah?
2. Apa pengertian anemia?
3. Apa etiologi anemia?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada anemia?
5. Bagaimana patofisiologi pada anemia?
6. Bagaimana WOC anemia?
7. Apa komplikasi anemia?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anemia?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada anemia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia?
C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi fisiologi
Darah merupakan cairan ektraseluler yang terletak dalam saluran yakni pembuluh
darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah. Darah memiliki fungsi pertama,
sebagai transportasi pernapasan, dimana sebagian besar oksigen diangkat oleh eritrosit dari
alveoli ke organ atau jaringa tubuh, dan karbondioksida diangkut oleh jaringan oleh plasma
darah menuju alveoli paru. Fungsi kedua, sebagai transfortasi zat makanan, mineral, vitamin,
elektrolit, dan air dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme, baru
kemudian ke organ atau jaringan tubuh lain. Fungsi, ketiga, transfort metabolit atau hasil sisa
yakni zat yang tidak digunakan dikirim ke ginjal untuk selanjutnya di keluarkan melalui
urine. Funsi keempat, sebagai transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah. Demikian juga hasil metabolisme di
hati diangkut oleh plasma sel dan limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis. Fungsi
keenam, berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa, juga sebagai
transportasi bahan bahan yang diberikan melalui cairan yang lewat aliran darah. Dan fungsi
ketujuh, sebagai hemostasis yang terletak pada plasma darah. Proses hemostatasis ini
merupakan upaya untuk mempertahankan hilangnya darah akibat kerusakan pembuluh darah
atau pecah. Proses homeotasis melalui berbagai tahap, yakni tetap vascuar, koagulasi, serta
dan rekontruksi.
1. Tahap vascular.
Tahap ini merupakan tahap awal dari kerusakan pembuluh darah, dapat terjadi
vasokontriksi lokal dan retraksi, kemudian trombosit akan mengadakan agregasi,
aglutinasi berperan atau akan lisis dan mengeluarkan bahan untuk prosese homeostasis
seperti serotinin.
2. Tahap koagulasi.
Pada tahap koagulasi, faktor pembekuan dan zat yang menghambat koagulasi atau anti
koagulan berperan dan terjadi keseimbangan. Proses koagulasi terdiri atas tiga tahap.
Diawali dengan proses pembekuan aktifator protrombin, perubahan protombin menjadi
trombin. Dan perubahan frbrinogen menjadi fibrin.
3. Tahap pembersihan dan rekontruksi.
dan bentuk ion ), V ( proaseleran, faktor labil ), VII ( prokonverin, faktor stabil ), VII
(AHG = Antihemophilic Globulin ), IX (PTC = Plasma Thrombo ( lastin Antecedent ),
XII ( hageman ), dan XIII ( faktor stabilitas febrin ). Mekanisme pembekuan dibagi
menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu :
a. Pembekuan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut tromboplastogenesis,
dimulai dalam trombosit, terutama faktor trombosit III dan faktor pembekuan lain
dengan pembekuan kolagen.
b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor
c.
dan III.
B. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doengoes, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
Klasifikasi Anemia:
1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)
2. Anemia Hemoliti
3. Anemia Defisiensi
4. Anemia Aplastik
C. Etiologi
1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)
Terjadi akibat perdarahan yang masif (seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan dan
sebagainya)
2. Anemia Hemolitik
Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini dibedakan
menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor intrasel
Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (zat besi, asam folat, vitamin B12,
protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
4. Anemia Aplastik
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
F. WOC
Anemia pasca
perdarahan
Anemia hemolisis
Anemia defisiensi
Anemia aplastik
Faktor pematangan
eritrosit <
Terhentinya
produksi eritrosit
Hemolisis eritrosit>
kecelakaan
bilirubin
perdarahan
Protein <
Kekurangan nutrisi
Destruksi eritrosit
kelemahan
Kekurangan
volume cairan
BB <
< kapasitas O2
Intoleransi
aktifitas
Pertukaran gas
Intake nutrisi
inadekuat
hospitalisasi
ansietas
Anak
Ortu
(perubahan kondisi
lingkungan)
(merawat anak di
RS)
Gangguan tumbang
Perubahan peran
ortu
Perubahan pola
asuh ortu
G. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat
(DB); normal atau tinggi (hemolitik). Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi
tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,
hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) Bayi baru lahir 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1),
5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl) Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5
(12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15),
5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12).
4. Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun
260.000, 8 12 Tahun 260.000.
5. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40
H. Penatalaksanaan medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).
diet,
masukan
diet
protein
hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori,
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan,
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan,
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas,
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau
gelap
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau
dalam diet
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Intervensi:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu,
pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan
meningkatkan istirahat.
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Intrervensi:
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
dengan
tujuan
yang
telah
ditetapkan,
dilakukan
dengan
cara
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia adalah suatu kondisi klinis dimana tubuh kekurangan komponen darah
terutama sel darah merah yang ditandai dengan Lemas, pucat dan cepat lelah, sering
berdebar-debar, sakit kepala dan iritabel, pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan
dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white).
SARAN
Untuk mencegah terjadinya anemia berat sebaiknya dilakukan pemeriksaan sedini
mungkin. Jika perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV
Sagung Seto.
2. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.
3. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
4. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
5. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
6.
7.
8.
9.