Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

BENY WIJAYA
DWI AGUSTIN
IVAN BAIDOWI
M. WIYANTO
MUKHLIS PRASETYA
RETNO YULIS S
RISKI DWI W
TUFI LAILI
VENDYK BAMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat
hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat
hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal 170-200 g/l.
Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar
hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang
meningkat menjadi 130 g/l. Salah satu penyebab tersering anemia pada anak adalah akibat
kekurangan besi.
Besi merupakan bagian dari molekul pembentuk hemoglobin. Jika kadar besi kurang,
pembentukan hemoglobin akan berkurang dan pada akhirnya kadar hemoglobin akan
menurun. Pada awalnya terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh. Jika asupan besi terus
berkurang akan timbul kekurangan besi yang belum memberikan gejala anemia. Namun, jika
hal itu berlangsung terus, akan timbul gejala anemia.
Angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia kurang
dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun. Pada usia
tersebut bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari ibunya yang diberikan selama dalam
kandungan. Tetapi setelah usia 6 bulan cadangan besi itu akan semakin menipis, sehingga
diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaiman anatomi fisiologi darah?
2. Apa pengertian anemia?
3. Apa etiologi anemia?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada anemia?
5. Bagaimana patofisiologi pada anemia?
6. Bagaimana WOC anemia?
7. Apa komplikasi anemia?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anemia?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada anemia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia?

C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi fisiologi
Darah merupakan cairan ektraseluler yang terletak dalam saluran yakni pembuluh
darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah. Darah memiliki fungsi pertama,
sebagai transportasi pernapasan, dimana sebagian besar oksigen diangkat oleh eritrosit dari
alveoli ke organ atau jaringa tubuh, dan karbondioksida diangkut oleh jaringan oleh plasma
darah menuju alveoli paru. Fungsi kedua, sebagai transfortasi zat makanan, mineral, vitamin,
elektrolit, dan air dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme, baru
kemudian ke organ atau jaringan tubuh lain. Fungsi, ketiga, transfort metabolit atau hasil sisa
yakni zat yang tidak digunakan dikirim ke ginjal untuk selanjutnya di keluarkan melalui
urine. Funsi keempat, sebagai transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah. Demikian juga hasil metabolisme di
hati diangkut oleh plasma sel dan limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis. Fungsi
keenam, berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa, juga sebagai
transportasi bahan bahan yang diberikan melalui cairan yang lewat aliran darah. Dan fungsi
ketujuh, sebagai hemostasis yang terletak pada plasma darah. Proses hemostatasis ini
merupakan upaya untuk mempertahankan hilangnya darah akibat kerusakan pembuluh darah
atau pecah. Proses homeotasis melalui berbagai tahap, yakni tetap vascuar, koagulasi, serta
dan rekontruksi.
1. Tahap vascular.
Tahap ini merupakan tahap awal dari kerusakan pembuluh darah, dapat terjadi
vasokontriksi lokal dan retraksi, kemudian trombosit akan mengadakan agregasi,
aglutinasi berperan atau akan lisis dan mengeluarkan bahan untuk prosese homeostasis
seperti serotinin.
2. Tahap koagulasi.
Pada tahap koagulasi, faktor pembekuan dan zat yang menghambat koagulasi atau anti
koagulan berperan dan terjadi keseimbangan. Proses koagulasi terdiri atas tiga tahap.
Diawali dengan proses pembekuan aktifator protrombin, perubahan protombin menjadi
trombin. Dan perubahan frbrinogen menjadi fibrin.
3. Tahap pembersihan dan rekontruksi.

Merupakan tahap akhir dalam proses hemostasis berupaproses fibrinolisis dan


pembentukan jaringan baru pada jaringanyang mengalami kerusakan. ( Hidayat, 2006 ).
4. Mekanisme pembekuan.
Bahan yang turut serta dalam mekanisme pembekuan faktor pembekuan. Faktor faktor
tersebut ialah faktor I ( fibrinogen ). II ( protombin ), III ( tromboplastin ), IV ( kalsium

dan bentuk ion ), V ( proaseleran, faktor labil ), VII ( prokonverin, faktor stabil ), VII
(AHG = Antihemophilic Globulin ), IX (PTC = Plasma Thrombo ( lastin Antecedent ),
XII ( hageman ), dan XIII ( faktor stabilitas febrin ). Mekanisme pembekuan dibagi
menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu :
a. Pembekuan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut tromboplastogenesis,
dimulai dalam trombosit, terutama faktor trombosit III dan faktor pembekuan lain
dengan pembekuan kolagen.
b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor

c.

IV, V, VII dan X.


Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, faktor trombosit I

dan III.
B. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doengoes, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
Klasifikasi Anemia:
1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)
2. Anemia Hemoliti
3. Anemia Defisiensi
4. Anemia Aplastik
C. Etiologi
1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)
Terjadi akibat perdarahan yang masif (seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan dan
sebagainya)
2. Anemia Hemolitik

Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini dibedakan
menjadi dua faktor yaitu :
a. Faktor intrasel

Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia),


sferositos congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation
reduktase).
b. Faktor ekstrasel

Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan darah,


reaksi hemolitik pada transfusi darah).
3. Anemia Defisiensi

Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (zat besi, asam folat, vitamin B12,
protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).
4. Anemia Aplastik

Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.


Jenis anemia yang paling sering kita temui adalah Anemia Kekurangan Besi (AKB)
yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Di Indonesia AKB masih
merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A, dan yodium.
D. Manifestasi Klinis
1. Lemas, pucat dan cepat lelah
2. Sering berdebar-debar
3. Sakit kepala dan iritabel
4. Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku
5. Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
6. Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit.
7. Jantung dapat takikardi.
8. Jika karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly.
9. Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata,
mudah patah dan berbentuk seperti sendok.
Oleh karena itu rendahnya kadar hemoglobin dari seorang penderita anemia bukanlah
satu-satunya faktor yang menentukan ada atau tidaknya keluhan dan gejala anemia.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan

bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

F. WOC

Anemia pasca
perdarahan

Anemia hemolisis

Anemia defisiensi

Anemia aplastik

Faktor pematangan
eritrosit <

Terhentinya
produksi eritrosit

Hemolisis eritrosit>
kecelakaan
bilirubin
perdarahan

Protein <

Kekurangan nutrisi

Destruksi eritrosit
kelemahan
Kekurangan
volume cairan

BB <

< kapasitas O2
Intoleransi
aktifitas

Pertukaran gas

Intake nutrisi
inadekuat

hospitalisasi

ansietas

Anak

Ortu

(perubahan kondisi
lingkungan)

(merawat anak di
RS)

Gangguan tumbang

Perubahan peran
ortu

Perubahan pola
asuh ortu

G. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum

tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).


Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya
reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit
malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup

lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat
(DB); normal atau tinggi (hemolitik). Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi
tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,

hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan

defisiensi masukan/absorpsi. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik).


TBC serum : meningkat (DB). Feritin serum : meningkat (DB). Masa perdarahan :
memanjang (aplastik). LDH serum : menurun (DB). Tes schilling : penurunan eksresi
vitamin B12 urine (AP). Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan
isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan

sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:

peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

(Doenges, 1999).
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) Bayi baru lahir 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1),
5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl) Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5
(12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15),
5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12).
4. Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun
260.000, 8 12 Tahun 260.000.
5. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40
H. Penatalaksanaan medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Transpalasi sel darah merah.


Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


1. Anemia defisiensi zat besi :
mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe.
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan.
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia hemolitik : tranfusi darah.
3. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi

sekunder, makanan dan istirahat.


4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan
I.

dan transfusi darah.


Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia

akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK


A. Manajemen keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi,
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler
dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3) Integritas ego,
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi,

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi


(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan,
Gejala : penurunan masukan

diet,

masukan

diet

protein

hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori,
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan,
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan,
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas,
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.


2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,
1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Intervensi :
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang,
gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
2. Berikan susu suplemen setelah makan padat
3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi
berikan bersama jeruk
4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat
besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air
atau jus jeruk
5. Berikan multivitamin
6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu

7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau
gelap
8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau
dalam diet
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Intervensi:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu,
pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan
meningkatkan istirahat.
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Intrervensi:
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.


6. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien

dengan

tujuan

yang

telah

ditetapkan,

dilakukan

dengan

cara

berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan


lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia adalah suatu kondisi klinis dimana tubuh kekurangan komponen darah
terutama sel darah merah yang ditandai dengan Lemas, pucat dan cepat lelah, sering
berdebar-debar, sakit kepala dan iritabel, pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan
dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white).
SARAN
Untuk mencegah terjadinya anemia berat sebaiknya dilakukan pemeriksaan sedini
mungkin. Jika perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV
Sagung Seto.
2. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.
3. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
4. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
5. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
6.
7.
8.
9.

perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta


Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm

Anda mungkin juga menyukai