Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
DRA. HJ. MARYATIN
PENGERTIAN
AKHLAK TASAWUF
Pengertian Akhlak:
Secara bahasa akhlak berasal dari kata artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban
yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:1. QS. Al- Qalam: 4:
, 2. QS. Asy-Syuara: 137: 3. Hadis :
Pengertian Tasawuf:
Secara bahasa tasawuf berarti:
- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Istilah:
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah Swt.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
RUANG LINGKUP
AKHLAK TASAWUF
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Kajian dalam Tasawuf bersumber pada:
1. Unsur Islam:
- Al-Quran mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. AlMaidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS. At-Tahrim: 8), manusia
selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan
memberi cahaya kepada hamba-Nya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam
bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
- Hadis Nabi : tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia
mengenal penciptanya, praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ashshiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar
Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam:
a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
b.Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan
yang lain.
TUJUAN
MEMPELAJARI AKHLAK TASAWUF
Untuk taqorub kpd Allah derajat taqwa
Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah
Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk
Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya
Berusaha selalu berakhlakul karimah
Bersikap qanaah
Mengerjakan sesuatu dengan dasar ikhlas
Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada marifat terhadap Allah Taala
Lanjutan
Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang
penuh dengan kemewahan.
Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Quran, salat sunnah dan
sebagainya.
Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada alQuran dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa,
dan pembinaan moral.
TASAWUF AKHLAKI
Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak
baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah.
Untuk itu, dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak disusun berikut
ini :
1. Takhalli: adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.
2. Tahalli: adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, prilaku dan akhlak terpuji.
Lanjutan
Sikap mental dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia
akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara
lain sebagai berikut :
a. Taubat: yaitu rasa penyesalan sungguh sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
b. Cemas dan Harap (khauf dan raja):yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
c. Zuhud: yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
d. Al-Faqr: yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
e. Al-Sabru:yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
f. Ridha:yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah.
g. Muraqabah:yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri.
h. Tajalli adalah usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
sebelu mnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.
TASAWUF SUNNI
TASAWUF FALSAFI
1. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya
kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj
2.Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut
pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya
wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang
dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.
3.Ittihad
Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah
penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang
menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini
berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad
artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.
4. insan kamil.
Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak
diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil
menurut aljilli ialah manusia
5. Wujud al mutlak Ibnu Sabin
Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah
seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak
Lanjutan
Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek
utama yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain :
1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya.
2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat sifat rabbani, arsy,
kursi, malaikat dll.
3. Peristiwa peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan ungkapan yang pengertiannya sepintas samar samar
(syatahiyyat).
Tasawuf Al-Ghazali
Menurut Imam Ghazali, tasawuf adalah Jalan (thariq) ditempuh dengan mempersembahkan
kegiatan mujahadah (perjuangan) dan menghapus sifat-sifat tercela dan memutuskan semua
ketergantungan dengan makhluk, serta menyongsong esensi cita-cita bertemu Allah. Jika
tujuan itu tercapai, maka Allah-lah yang menjadi penguasa dan pengendali hati hamba-Nya,
dan Dia menerangi hamba-Nya dengan cahaya ilmu. Jika Allah berkenan mengurusi hati
hamba-Nya, maka Dia akan menambahkan rahmat pada hati tersebut; cahaya hati tersebut
akan bersinar cemerlang, dada menjadi lapang, terbuka baginya rahasia kekuasaan Allah,
hijab yang menghalangi kemuliaan hati akan terbuka dengan kelembutan rahmat, serta
hakikat masalah-masalah ketuhanan akan tersibak.
Jika semua ini telah dicapai, maka seorang sufi telah mencapai derajat musyahadah yang
menjadi tujuan tasawuf
TAUBAT
Pengalaman Bertaubat;
Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai
mana nabi saw, mengatakan: Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa
dosa.(Hasan -Diriwayatkan oleh Abu Ubaidah ibn Abdullaah & dikumpulkan oleh Ibn
Majah Authenticated oleh al-Albani)
Saya melakukan sebuah dosa besar,saya telah bertaubat,tetapi saya mengulangi lagi
perbuatan dosa tsb,
apakah jika saya bertaubat,taubat saya akan diterima oleh Allah?
Saya termasuk orang yang rajin beribadah,sholat tidak pernah saya tinggalkan,tetapi ketika
saya bertemu dengan pacar saya, saya bisa melakukan zina.Saya bertaubat,tetapi saya juga
selalu mengulangi perbuatan dosa tsb.
Saya adalah seorang murid yang pernah melakukan dosa besar,saya bertaubat secara
lisan,hati dan perbuatan di depan Guru Ngaji saya di hadapan Allah bersumpah
meninggalkan dosa yang pernah saya lakukan dan mengganti dengan amal ibadah yang
banyak. Namun beberapa tahun kemudian saya melakukan kembali dosa yang sama..apakah
saya masih akan diampuni Allah?
pertama kali orang melakukan dosa karena tidak memahami akan dosa tsb, Allah masih
memberikan adzab yang setimbal dengan dosanya. Akan tetapi ketika seseorang tahu itu
sebuah dosa,tetapi dilakukan juga,
adzab yang diberikan Allah lebih besar daripada ketika seseorang tidak memahami bahwa
hal itu merupakan dosa.
Perintah dari Allah supaya kita bertaubat dijumpai dalam banyak ayat Al-Quran. Namun
taubat yang dimaksudkan adalah taubat yang sebenar-benarnya, yang disebuat Taubat
Nashuha. Yaitu tidak kembali kepada kesalahan yang sebelumnya diperbuat dan mengganti
dengan amal ibadah yang banyak.
SABAR
Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah,
menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari
perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin(Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sabar adalah pilar kebahagiaan
seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan,
konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Ayat Al-Quran tentang sabar ; (QS. Al Baqarah [2]: 45), (QS. Ar Rad [13] : 24),
Pertama: Sabar dalam melakukan ketaatan sampai seorang melaksanakannya. Hal ini
dikarenakan seorang hamba hampir dapat dipastikan tidak dapat melakukan segala perkara
yang diperintahkan kepadanya kecuali setelah bersabar, berusaha keras untuk bersabar dan
berjihad melawan segenap musuh, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Kedua: Kesabaran terhadap segala perkara yang terlarang sehingga dirinya tidak
mengerjakan berbagai larangan tersebut.
Ketiga: Kesabaran terhadap musibah yang menimpanya.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan.
Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar
dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan
identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada
pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi
maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi.
Makna Sabar;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
QS.2: 153, Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat
banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46,
10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46: 35):
3. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46: 35):
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146)
Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa
akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 24);
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap
kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "dan kesabaran merupakan cahaya yang terang" (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "barang
siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar" (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang
lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh
menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena
(ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya,
kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakanakan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia
mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR.
Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang
memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga
kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan h
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang
sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau
kematian.
Bentuk-Bentuk Kesabaran
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena
secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat
tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat.
Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti
haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan
kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah
tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah
dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar,
terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta,
memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan
"menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi
ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek
ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan
pembatasan pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai
motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang
ditekankan agar kita bersabar adalah :
Macam-macam SABAR
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya.
Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah
SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam
hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan
makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam
kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu
terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang
memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan
maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif,
seperti malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk
beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup
besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa
sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada
hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri
dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya.
Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.
Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di
dunia.
ZUHUD
Definisi Zuhud;
Zuhud secara bahasa artinya lawan dari cinta dan semangat terhadap dunia.
Ibnul Qayyim, berkata, Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara adalah
meninggalkan apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat. Kemudian beliau
mengomentarinya, Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna zuhud dan wara
dan yang paling mencakupnya.
Berkata Sufyan Ats-Tsauriy, Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan, dan
bukanlah yang dimaksud zuhud itu dengan memakan makanan yang keras (buruk) dan
memakai (baju) karung.
Kesimpulannya bahwasanya hakikat zuhud yang ada di dalam hati adalah dengan
mengeluarkan kecintaan dan semangat terhadap dunia dari hati seorang hamba, sehingga
jadilah dunia itu hanya di tangannya sedangkan kecintaan Allah dan negeri akhirat ada di
dalam hatinya.
Imam Ahmad membagi zuhud menjadi tiga tingkatan:
1. Meninggalkan yang haram, yang merupakan zuhudnya orang-orang awwam, dan ini
adalah fardhu ain.
2. Meninggalkan kelebihan-kelebihan dari yang halal, dan ini zuhudnya orang-orang yang
khusus.
3. Meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkannya dari (mengingat) Allah, dan ini adalah
zuhudnya orang-orang yang mendalam pengetahuannya tentang Allah.
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya.
Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang
disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap
dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau
kebahagiaan akherat.
Zuhud dibagi menjadi tiga tingkatan al:
Tingkat Mubtadi (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan
hatinya pun tidak ingin memilikinya.
Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan
pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan
keuntungan baginya.
Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini
mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah.
(menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Menurut AI Gazali membagi zuhud juga dalam tiga tingkatan yaitu:
Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya
Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya
Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan
harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan
Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau
lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.[1]
Karena Allah Taala berfirman,
Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. Al Hadid: 23) [2]. Ini
menunjukkan bahwa zuhud di sini merupakan ciri-ciri zuhud dalam hati (batin).
Adapun zuhud secara lahiriyah (zhohir) adalah dengan seseorang meninggalkan berlebih-lebihan
dalam hal makanan, pakaian, harta dan lainnya yang tidak sebagai pengantar untuk taat pada Allah.
Sebagaimana Imam Ahmad pernah katakan,
(Yang dimaksud zuhud secara lahir) adalah seseorang mengonsumsi makanan namun tidak
secara berlebih-lebihan, mengenakan pakaian juga tidak secara berlebihan dan bersabar di harihari penuh kesulitan.
Macam-macam Zuhud
Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau
menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada
di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah
dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu
dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
Di sini zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:
Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang
ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap
kekuasaan Allah. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, Berupa apakah hartamu? Beliau
menjawab, Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak
pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia. Kemudian beliau ditanya lagi, Engkau
tidak takut miskin? Beliau menjawab, (Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku
adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.
Apabila terkena musibah, baik itu kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih
mengharapkan pahala karenanya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut.
Hal ini juga timbul karena keyakinannya yang sempurna kepada Allah.
Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama
saja. Karena kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian
daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran karena khawatir
dicela atau dijauhi (oleh manusia), atau bisa jadi dia melakukan kebatilan karena mengharapkan
pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji
atau yang mencelanya, berarti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah,
dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.
Tingkatan Zuhud
Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang
melakukannya, yaitu:
Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara ia menghendaki (dunia
tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia
berusaha melawan dan mencegahnya.
Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, karena di matanya dunia itu
rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan
dunia tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan uang satu
dirham untuk mendapatkan uang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu
lebih besar daripada balasan dunia).
Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak
melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan
seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga
pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga
membuat anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke
istana) untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di
sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga)
Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu
tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka
barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna
mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang
tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya
terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup
dengan hidup sederhana.
2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang
merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang
telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah,
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu). (QS. At-Takaatsur: 6)
Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang
sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk.
Berbeda halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah; jiwa menjadi tentram dan hati merasa
sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas
jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
4. Merenungkan ayat-ayat Al-Quran yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta
kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah
mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana
dalam firman-Nya,
KEKUATAN SEDEKAH
Pahala bersedekah
Allah Taala berfirman, Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)
dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. {Qs. Al Lail (92) : 5-8}
Allah Taala berfirman, Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas
(kurnia-Nya) lagi maha mengetahui. {Qs. Al Baqarah (2) : 261}
Rasulullah SAW bersabda, Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua
malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, Ya Tuhan,
karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah.
Yang satu lagi menyeru musnahkanlah orang yang menahan hartanya.
Orang-orang yang beriman sangat sadar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala,
kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW, sbb :
Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah.
Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.
Obatilah penyakitmu dengan sedekah.
Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya.
Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang
seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang
duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tibatiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Orang ini akan meninggal nanti siang."
Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka
dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, "Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi
bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang
telah kamu lakukan?" Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal
makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang
membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor
ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang
sedianya akan mematuk orang tersebut, namun dia berpindah takdir karena sedekahnya
menghidarkan dia dari bahaya tersebut.
Pengalaman bersedekah
KHAUF WA RAJA
Pengertian Khauf.
Khauf adalah reaksi atas munculnya kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang
membahayakan, menghancurkan atau menyakitkan.
Dalil Yang Menjelaskan Khauf.
Dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (QS.Al-Baqarah : 40)
Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada
Allah kembali (mu).(QS.Ali Imran : 28)
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (QS.Ar-Rahman
: 46)
Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya.
Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga
kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan
memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thuur : 2528)
Pembagian Takut
Takut Thabii ; seperti takutnya seseorang terhadap binatang buas, api, tenggelam
dan lain-lain. Hal ini wajar bagi setiap manusia.
Takut Yang Bernilai Ibadah; Yakni jika perasaan takut kepada Allah yang disembah
ini hanya milik Allah, jika dipalingkan kepada selainNya, berarti seseorang telah
melakukan syirik besar.
Takut Terhadap Sesutau Rasa Ghaib; Seperti takut terhadap penghuni kubur,
Takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berpengaruh
sesuatu kepada dirinya, hal ini menurut ulama adalah termasuk syirik.
Akibat rasa takut adalah;
Takut kepada Allah adakalanya terpuji dan adapula yang tidak terpuji. Terpuji jika
akhirnya membawa seseorang bisa menghindar dari maksiat, mengerjakan yang
wajib dan dan meninggalkan yang haram.
Jika takut tersebut menghasilkan sikap seperti itu maka hati merasa tenang,
tentram dan gembira dengan nikmat Allah serta berharap akan pahalanya. Takut
yang tidak terpuji adalah yang akhirnya menyebabkan timbulnya putus asa
terhadap rahmat Allah dan patah semangat pada seseorang, sehingga ia
tenggelam dalam kesedihan atau bahkan dalam kemaksiatan karena
keputusasaan yang mendalam.
Takut dari adzab Allah adalah rasa takut yang menjadi bukti sehatnya
iman. Inilah rasa takut yang wajib oleh setiap muslim, tidak boleh
tidak.Adapun kadar wajib dari rasa takut tersebut adalah hendaknya
mengandung dua konsekuensi :
1. Hendaknya rasa takut tersebut mendorongnya untuk melakukan
kewajiban.
2. Hendaknya rasa takut tersebut mencegahnya dari perbuatan haram.
Sedangkan rasa takut yang tidak disertai satu diantara dua hal tersebut
bukanlah rasa takut yang terpuji
Takut Akan Makar Allah .
Inilah yang membuat rasa aman lenyap dari jiwa orang-orang shalih, ini
pula yang menyebabkan mereka mengalami keresahan yang
berkepanjangan.
Salah seorang diantara mereka ketika melakukan ketaatan dimalam hari
takut jika mendapatkan pagi harinya Allah mentakdirkan dia berada dalam
kondisi yang sebaliknya disore hari.
Pengertian Raja.
Raja atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya disaat rasa
takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harap ketika mendekati ajal yakni di
saat mereka menghadapi rasa takut akan suul khatimah.
Raja adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam waktu
dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja mengandung sikap
merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang memalingkan kepada selain Allah maka
bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar tergantung hati orang yang mengharapkannya.
Allah berfirman,
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya.(QS.Al-Kahfi : 110)
Rasa takut dan harap adalah dua sayap bagi hamba untuk terbang menuju keridhaan Allah.
Telah disepakati oleh orang-orang bijak bahwa raja tidak sah kecuali jika disertai dengan
amal. Adapun kondisi salaf dalam berharap kepada Allah adalah sebagai berikut:
1. Mereka melebihkan Raja ketika mendapatkan kesulitan besar. Khususnya ketika sedang
menghadapi ajal.
2. Mereka melebihkan rasa takut disaat kondisi aman dan menjalani hidupnya.
3. Mereka juga mengumpulkan antara rasa takut dan berharap ketika menghadapai dua hal
diatas.
Jenis-jenis Raja;
Ibnul Qayyim berkata, Jenis Raja ada tiga macam, dua diantaranya terpuji dan
yang satu adalah tanda terpedaya dan tercela.
Dua raja yang terpuji tersebut adalah seseorang yang melakukan ketaatan
kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah maka dia adalah orang yang
mengharap pahala Allah.
Dan seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudianbertobat darinya maka
dia adalah orang yang mengharap ampunan-Nya, maaf-Nya, kebaikan,
kemurahan, kelembutan dan kemuliaan.
Adapun jenis raja yang ketiga (yang tercela) adalah seseorang bergumul dengan
keteledoran dan dosa dan lalu mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Inilah
orang yang terpedaya, berangan-angan dan berharap dusta.
Mempertemukan Antara Khauf Dan Raja.
Orang-orang shalih mendidik jiwa mereka dengan cara mengagumkan. Mereka
berada diantara pintu Targhib (motivasi) dan pintu Tarhib (ancaman). Jika
jiwanya menghadap Allah dengan ketaatan, mereka takut jika amalnya tidak
diterima dan konsekuensi lainnya. Jika mereka mengikuti hawa nafsu mengambil
dan condong kepadanya, maka segera menghentikannya dan timbul rasa
takutnya.
. >
.
Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda, Allah berfirman, Aku menurut persangkaan hambaku
dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku. Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat
hambanya melebihi senangnya sesorang diantara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah
hilang ditengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya
sehasta dan siapa saja mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekt kepadanya sedepa dan
apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka aku datang kepadanya dengan cara berlari.
(HR.Bukhari dan Muslim)
:
:
<
>
Dari Anas , Rasulullah bersabda, Hai anak adam selama kamu berdoa dan berharap kepadaku pastti Aku
ampuni dosa yang telah kamu perbuat dan aku tidak peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam
andaikan dosa-dosamu bagaikan awan dilangit kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku pasti aku
mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepadaku dengan membawa dosa
seisi bumi kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku maka Aku akan
mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.(HR.Tirmidzi)
:
: : :
<
.>
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu
kitab. Kitab itu berada disisinya di atas Arasy bertuliskan, Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murkaKu. (HR.Bukhari dan Muslim)
HUBB
Cinta dunia adalah ujung dari segala bentuk perilaku menyimpang. Allah SWT
berfirman " ketahuilah, bahwa sesugguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan
dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta
berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan ank, seperti hujan yang membuat
para petani terkagum-kagum dengan tanaman-tanamannya,kemudai tanaman itu
menjadai kering dan kamu lihat warnanya menguning lalu hancur. dan diakhirat
kelak ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoanNya. Dan
kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid[57];20)
Sifat orang cinta dunia
1. Tamak terhadap sesuatu
2. Tidak memberi peluang kepada orang lain
3. Suka salahkan orang apabila gagal
4. Menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki
5. Sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan akhirat
6. Tidak memiliki pendirian yang kuat dalam mencari kebenaran
"Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama
dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu."(Imam Nawawi)
Cinta akhirat
Sabda Rasulullah : Barang siapa yang menjadikan akhirat harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam
hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan menyerah diri. Tetapi barang
siapa yang dunia menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta menceraiberaikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali dalam sekadar apa yang telah ditetapkan baginya.
(Riwayat al-Tirmizi)
Barang siapa yang menghendaki keuntungandi akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan barang
siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan
tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat. ( al-Syura 42:20)
Mereka yang cinta akhirat diberi kemudahan menikmati dunia. Allah berfirman: Dialah yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian daripada rezekinya dan hanya
kepadanya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (al-Mulk 67:15)
Keuntungan cinta akhirat
1. Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan mencukupkan dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya
dengan manusia lain.
3. Siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah akan memperbaiki keadaan lahirnya.
4. Siapa yang menjadikan aktivitinya untuk akhirat, maka tidak akan lewat satu haripun melainkan dia akan
kembali
Manfaat orang yang ingat akhirat
1. Tidak melihat urusan dunia kecuali dia akan mengaitkan dengan akhirat
2. Tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali membayangkan akan berkumpul bersama penduduk syurga
3. Tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian sutera milik penghuni syurga
4. Tidak menyeberangi sebuah jambatan kecuali teringat akan titian sirat di atas neraka
5. Tidak mendengar suara yang kuat melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala
6. Tidak pernah berbicara tentang suatu perkara, melainkan ada kaitannya dengan akhirat
FANA
Pengertian Fana dan Baqa
Fana ( )artinya hilang, hancur. Fana adalah proses menghancurkan diri
bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa ( )
artinya tetap, terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana
dalam penghancuran diri untuk mencapai marifat. Seorang sufi untuk
marifat harus bisa menghancurkan diri terlebih dahulu, dan proses
penghancuran diri inilah di dalam tasawuf disebut Fana yang diiringi oleh
Baqa.
Dalam Risalatul Qusyairiyah dinyatakan bahwa Fana adalah menghilangkan
sifat-sifat yang tercela dan Baqa artinya mendirikan sifat-sifat yang terpuji.
Barang siapa yang menghilangkan sifat tercela maka timbullah sifat yang
terpuji. Jika sifat tercela menguasai diri maka tertutuplah sifat yang terpuji
bagi seseorang.
Dari segi bahasa Al-Fana berarti hilangnya wujud sesuatu, sedangkan Fana
menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya
sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut
pendapat lain Fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifatsifat ketuhanan dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela.
Ibn Arabi
Fana dalam pengertian mistik adalah hilangnya ketidaktahuan dan Baqa pengetahuan yang pasti/
sejati yang diperoleh dengan intuisi mengenai kesatuan esensial dari keseluruhan ini.
Fana dalam pengertian metafisika adalah hilangnya bentuk-bentuk dunia fenomena dan
berlanjutnya substansi universal yang tunggal. Hal ini ia simpulkan dengan hilangnya sesuatu
bentuk pada saat Tuhan memanifestasikan (tajalli) diri-Nya dalam bentuk lain.
E. A. Affifi ; Pemikiran tentang Fana dan Baqa dapat dibagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Si Sufi menjauhkan dirinya dari dosa (al-Fana an al-Maasi)
b. Memfanakan dirinya dari semua perbuatan (afal) apapun, ia hanya menyadari bahwa Tuhan
sendirilah satu-satunya pelaku segala perbuatan (afal) di alam ini.
c. Memfanakan dirinya dari sifat-sifat dan kulitas wujud yang bersifat mungkin, sebab semuanya
merupakan kepunyaan Allah.
d. Memfanakan personalitas atau dzat dirinya sendiri, ia menyadari dengan sungguh-sungguh
ketidakberadaan (non-eksistensi) dari fenomena dirinya serta baqa di dalam substansi yang tidak
berubah dan tidak hancur yang merupakaan esensinya.
e. Si Sufi melepaskan semua sifat-sifat Tuhan serta hubungannya, yaitu ia lebih memandang Tuhan
sebagai esensi dari alam ini daripada sebagai sebab, sebagaimana pendapat para filosof.
Maksudnya Si Sufi tidak menganggap alam ini sebagai akibat dari satu sebab, melainkan sebagai
suatu realitas dalam pemunculan Tuhan (Al-Haqq fid dzuhur).
Tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan
bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam
dirinya.
Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal, yang terjadi terus
menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan
dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan
kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam
menuju ittihad (penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa
berjalan selaras dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa
dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai
telah menjadi satu.
Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman
Allah yang berbunyi:
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Q. S. Al-Rahman: 2627)
KEKUATAN DOA
Kita sering tidak mencermati, bahkan lupa, bahwa anugrah yang kita rasakan hari
ini, minggu ini, bulan ini, adalah merupakan jawaban Tuhan atas doa yang kita
panjatkan. Karena keragu-raguan yang ada di hati kita, akan
memunculkan asumsi bahwa hanya sedikit doa ku yang dikabulkan
Tuhan.
Doa yang kita pinta pada Tuhan menurut ukuran kita adalah baik dan ideal, akan
tetapi apa yang baik dan ideal menurut kita, belum tentu baik dalam perspektif
Tuhan. Tanpa kita sadari bisa saja Tuhan mengganti permohonan dan harapan kita
dalam bentuk yang lainnya, tentu saja yang paling baik untuk kita.
Ketidaktahuan danketidaksadaran kita akan bahasa dan kehendak
Tuhan (rumus/kodrat alam), membuat kita menyimpulkan bahwa
doa ku tidak dikabulkan Tuhan.
Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan
universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya
keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya,
kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik
untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang
lain. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan
kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita
sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan
tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan.
1. Siapa gemar membantu dan menolong orang lain, maka ia akan selalu
mendapatkan kemudahan.
2. Siapa yang memiliki sikap welas asih pada sesama, maka ia akan disayang
sesama pula.
5. Siapa gemar mencaci dan mengolok orang lain, maka ia akan menjadi
orang hina.
Berikut ini merupakan rumus agar supaya kita lebih cermat dalam
mengevaluasi diri kita sendiri;
Jangan pernah berharap-harap kita menerima (anugrah), apabila kita enggan
dalam memberi.
Jangan pernah berharap-harap akan selamat, apabila kita sering membuat orang
lain celaka.
Jangan pernah berharap-harap mendapat limpahan harta, apabila kita kurang
peduli terhadap sesama.
Jangan pernah berharap-harap mendapat keuntungan besar, apabila kita selalu
menghitung untung rugi dalam bersedekah.
Jangan pernah berharap-harap meraih hidup mulia, apabila kita gemar menghina
sesama.
Banyak mengucapkan syukur di bibir saja tidak cukup. Kami harus lebih pandai
mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Rasa bersyukur serta doadoa melebur dan mewujud ke dalam satu perbuatan. Rasa sukur
termanifestasikan kedalam perbuatan yang bermanfaat untuk
banyak orang. Demikian pula cara berdoa tidak sekedar terucap
melalui mulut, namun lebih penting adalah mewujud dalam
perbuatan nyata.