Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Kromatografi

Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya
perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase).
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti warna dan yang
berarti menulis.
Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi preparatif biasanya
adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk pemurnian).
Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam campuran.
Istilah dalam Kromatografi
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:

Analit adalah zat yang dipisahkan.


Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak
karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen
analit.

Dasar Teori Kromatografi


Distribusi analit antara dua fasa dapat dijelaskan secara sederhana. Pada dasarnya, analit berada
dalam kesetimbangan dalam fasa gerak dan fasa diam.
Amobile Astationary
Konstanta kestimbangan, K, sering disebut dengan koefisien partisi. Koefisien partisi adalah
konsentrasi molar analit pada fasa diam dibagi dengan konsentrasi molar analit pada fasa gerak.

Waktu antara injeksi sampel hingga akhir proses dinamakan waktu retensi (tR). Masing-masing
analit dalam sampel akan mempunyai waktu retensi yang berbeda. Waktu yang diukur dari fase
gerak melewati kolom disebut tM .
Faktor retensi (k') sering digunakan untuk mengetahui laju migrasi analit pada kolom. Faktor
retensi analit ditentukan dengan rumus:
k'A A = [tR- tM ]/ tM

Pengertian Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom adalah salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian senyawa dari
campuran dengan memakai kolom. Kromatografi kolom termasuk kromatografi preparatif.
Peralatan Kromatografi Kolom
Alat utama yang digunakan adalah sebuah tabung dengan diameter 5-50 mm dan tinggi 5 cm - 1
m. Pada bagian dasar tabung diberi semacam penyaring dari glass wool untuk menghindari
hilangnya fasa diam.
Fasa gerak
Fasa gerak atau eluen adalah campuran cairan murni. Eluen dipilih sedemikian rupa sehingga
faktor retensi senyawa berkisar antara 0,2-0,3 supaya meminimalisasi penggunaan waktu dan
jumlah eluen melewati kolom. Jenis eluen yang digunakan pada kromatografi kolom dipilih
supaya senyawa yang berbeda dapat dipisahkan secara efektif. Eluen yang digunakan dapat
dicoba terlebih dahulu menggunakan kromatografi lapis tipis. Setelah dirasa cocok, eluen yang
sama digunakan untuk mengelusi komponen dalam kolom.
Fasa diam
Fasa diam yang digunakan dalam kromatografi kolom adalah suatu adsorben padat. Biasanya
berupa silika gel atau alumina. Dahulu juga sering digunakan bubuk selulosa. Fasa diam
berbentuk serbuk microporous untuk meningkatkan luas permukaan.
Metode
Dua metode utama yang digunakan yaitu metode kering dan metode basah:
Metode kering
Pada metode kering, kolom diisi dengan fasa diam kering, diikuti dengan penambahan fasa gerak
yang disiramkan pada kolom sampai benar-benar basah.
Metode basah
Pada metode basah, bubur (slurry) disiapkan dengan mencampurkan eluen pada serbuk fasa
diam dan dimasukkan secara hati-hati pada kolom. Dalam langkah ini harus benar-benar hati-hati
supaya tidak ada gelumbung udara. Larutan senyawa organik dipipet di bagian atas fasa diam,
kemudian eluen dituangkan pelan-pelan melewati kolom.

Cara Kerja Kromatografi Kolom


Komponen tunggal ditahan pada fasa diam berupa adorben karena telah terikat. Ketika eluen
dialirkan, maka senyawa akan melakukan migrasi, terbawa oleh eluen sesuai dengan kesesuaian
kepolaran. Masing-masing senyawa dalam komponen mempunyai kecepatan yang berbeda-beda
dalam melewati kolom. Selama proses berlangsung, akan didapatkan beberapa fraksi. Masingmasing fraksi kemungkinan mengandung senyawa yang berbeda. Untuk mengujinya, fraksi hasil
kromatografi kolom dapat diamati menggunakan KLT. Fraksi dengan Rf yang mirip,
kemungkinan mengandung senyawa yang sama. Fraksi dapat diamati lebih lanjut menggunakan
spektroskopi.
Seluruh proses kromatografi kolom dapat dilihat pada gambar berikut:

Pengertian Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan
fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas.

Peralatan KLT
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel,
aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan
pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda
polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and
error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.
Faktor Retensi
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang
mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya.
Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat
pada
fasa
diam,
sehingga
menghasilkan
nilai
Rf
yang
rendah.
Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah
mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Cara Menggunakan KLT
KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel. Peralatan yang
digunakan untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses KLT) , pinset, plat KLT, dan eluen.
Inilah langkah-langkah memakai KLT:
1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm.
Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan
garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat di
atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan
campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh ulen.
Tutuplah chamber.
6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan akan
terlihat.

7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur jarak spot.
Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot dengan
pewarna tertentu seperti kalium kromat atau ninhidrin.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.

Pengertian Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan tingkat
volatilitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan tekanan tertentu. Destilasi
merupakan proses fisika dan tidak terjadi adanya reaksi kimia selama proses berlangsung.
Dasar Pemisahan dengan Destilasi
Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan
tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran dan diikuti dengan
proses pendinginan dan pengembunan. Sebagai contoh ada sebuah campuran yang di dalamnya
terdapat dua zat, yaitu zat A dan zat B. Zat A mempunyai titik didih sekitar 120 C, sedangkan
zat B mempunyai titik didih sebesar 80 C. Zat A dapat dipisahkan dengan zat B dengan cara
mendestilasi campuran tersebut pada suhu sekitar 80 C. Pada suhu tersebut, zat B akan menguap
sedangkan zat A tetap tinggal.

Proses Destilasi
Secara sederhana, proses destilasi dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Rangkaian destilasi sederhana

Suatu campuran yang berupa cairan (15) dimasukkan ke dalam labu (2) yang dipanaskan melalui
penangas (14) dengan heater (13). Suhu pemanasan dapat diatur dengan mengamati termometer
(4). Pada saat dipanaskan, sedikit demi sedikit campuran akan menguap. Uap kemudian naik
melalui pipa (3) den mengalir menuju pendingin / kondenser (5). Pendinginan uap adalah dengan
cara mengalirkan air melalui dinding pendingin. Setelah melalui pendingin, uap akan
mengembun membentuk cairan kembali dan melaju ke adaptor (10) dan menetes ke labu destilat
(8).

Penerapan Destilasi
Aplikasi destilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala laboratorium dan skala industri.
Perbedaan untama destilasi skala laboratorium dan industri adalah sistem ketersinambungan.
Pada skala laboratorium, destilasi dilakukan sekali jalan. Dalam artian pada destilasi skala
laboratorium, komposisi campuran dipisahkan menjadi komponen fraksi yang diurutkan
berdasarkan volatilitas, dimana zat yang paling volatil akan dipisahkan terlebih dahulu. Dengan
demikian, zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian bawah. Proses ini dapat diulangi
ketika
campuran
ditambahkan
dan
memulai
proses
destilasi
dari
awal.
Pada destilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan destilat tetap dalam komposisi
konstan. Fraksi yang diinginkan akan dipisahkan dari sistem secara hati-hati, dan ketika bahan
awal habis maka akan ditambahkan lagi tanpa menghentikan proses destilasi.

Penggunaan Destilasi
Destilasi mempunyai peranan yang sangat banyak dalam kehidupan manusia. Destilasi adalah
kunci utama dalam pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi. Minyak bumi dipisahkan menjadi
fraksi-fraksi tertentu didasarkan pada perbedaan titik didih. Alkohol yang terbentuk dari proses
fermentasi juga dimurnikan dengan cara destilasi.
Minyak-minyak atsiri alami yang mudah menguap dapat dipisahkan melalui destilasi. Banyak
sekali minyak atsiri alami yang dapat diperoleh dengan cara destilasi, yakni minyak serai,
minyak jahe, minyak cengkeh, dsb. Minyak kayu putih juga didapatkan dengan cara destilasi.
Selain itu, destilasi juga dapat memisahkan garam dari air laut.

Pengertian Asidimetri
Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan menggunakan
larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah asam klorida (HCl)
dan asam sulfat (H2SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada dalam keadaan pekat. Asam
klorida pekat konsentrasinya adalah 10,5 - 12 N, sedangkan asam sulfat pekat mempunyai
konsentrasi 36 N. Asam klorida lebih sering digunakan sebagai standar dibandingkan dengan
asam sulfat karena mudah larut dalam air. Kelemahan penggunaan asam sulfat adalah asam
sulfat dapat membentuk garam sukar larut seperti barium sulfat.
Asam klorida encer dibuat dengan cara mengencerkan asam klorida pekat dengan
memperhitungkan berat jenis dan kadarnya. Standarisasi larutan HCl dapat dilakukan dengan
natrium boraks (Na2B4O7.10H2O). Reaksinya adalah sebagai berikut:
Na2B4O7.10H2O (aq) + HCl (aq) 2 NaCl (aq) + 4 H3BO3 (aq) + 5 H2O (l)
Berdasarkan reaksi di atas maka berat ekivalen (BE) natrium boraks adalah :
BE = 1/2 [Mr ] = 191

Reaksi dalam Asidimetri


Reaksi yang terjadi dalam titrasi untuk menentukan kadar Na2CO3 dan NaOH dalam campuran
adalah sebagai berikut :
Reaksi 1:
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Na2CO3 (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)
Reaksi 2:
NaHCO3 (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

Pengertian Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan
menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan biasanya adalah natrium hidroksida
(NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan asam oksalat
(H2C2O4). Hidroksida-hidroksida dari natrium, kalium dan barium umumnya digunakan sebagai
larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut dalam air.
Pembuatan larutan standar alkalis dan amonium hidroksida tidak dibenarkan, kecuali bersifat
sebagai basa lemah, pada proses pelarutan dilepaskan gas amonia (beracun).

Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan kemurniannya tinggi. Oleh karena
sifatnya yang sangat higroskopis, maka diperlukan ketelitian pada proses penimbangan. Pada
saat penimbangan gunakan botol timbang bertutup untuk mengurangi kesalahan. Standarisasi
larutan NaOH dapat dilakukan dengan larutan asam oksalat sesuai dengan reaksinya sebagai
berikut:
NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

Titrasi Kompleksometri
Salah satu tipe reaksi kimia sebagai dasar penetapan titrimetri adalah pembentukan kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Jadi titrasi kompleksometri adalah jenis titrasi
dengan titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Salah satu
contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida membentuk ion kompleks Ag(CN) yang sangat stabil.
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobalt, nikel, seng, kadmium, dan merkurium (II) yang
membentuk kompleks stabil dengan ligan nitrogen seperti amonia dan trietilendiamin. Ion logam lain
misalnya aluminium, timbal dan bismut, dikomplekskan secara lebih baik oleh ligan yang mengandung
atom oksigen sebagai penyumbang pasangan elektron. Zat pengkhelat tertentu yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen teristimewa efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam,
yang sangat beraneka ragam antara lain etilendiamintetraesetat / ethylendiaminetetraacetic (EDTA).
Rumus struktur EDTA seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Kompleksometri dalam perkembangan analisis kimia mengalami kemunduran karena kelemahannya

serta adanya cara-cara baru yang lebih baik. Tetapi dengan penelitian-penelitian tentang pengkhelat
polidentat, maka terjadi kebangkitan baru dalam analisis unsur logam. Perhatian baru terhadap
kompleksometri ini terutama diawali oleh Schwarzenbach di Swiss, yang menyadari potensi pengkhelat
dalam analisis volumetrik, dan mulai mengembangkannya pada tahun 1945. Perhatian utama tertuju
pada asam-asam aminopolikarboksilat, salah satu diantaranya adalah EDTA. Bahan-bahan pembentuk
khelat lain juga dikembangkan.

Penentuan Kadar Klorida Secara Argentometri


Argentometri. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang berdasarkan prinsip kelarutan. Cara yang paling
sering digunakan adalah titrasi argentometri. Ada tiga macam cara dalam titrasi argentometri, yaitu cara
Mohr, Volhard, dan Fajans.

Cara Mohr
Prinsip dasar cara Mohr adalah pembentukan endapan berwarna antara kelebihan ion perak dengan
indikator kalium kromat (K2CrO4). Timbulnya endapan perak kromat berwarna merah disamping
endapan perak klorida menunjukkan titik akhir titrasi. Indikator K2CrO4 tidak dapat digunakan dalam
suasana asam. Cara ini tidak dapat digunakan untuk menetukan kadar iodida dan harus berlangsung
pada pH 7-10.

Cara Volhard

Cara Volhard didasarkan pada pembentukan endapan perak tiosianat setelah ion klorida habis bereaksi
dengan ion perak, dalam suasana asam nitrat. Untuk mengetahui adanya ion tiosianat berlebh
digunakan indikator besi (III). Cara Volhard dapat digunakan untuk titrasi langsung dan tidak langsung.
Penentuan kadar perak dapat menggunakan titrasi langsung. Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan
untuk menentukan kadar klorida. Pada cara tidak langsung, cuplikan klorida direaksikan dengan perak
nitrat berlebih. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya.
Tiitik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat.

Cara Fajans
Prinsip kerja Fajans berdasarkan pada absorbsi indikator pada permukaan endapan AgCl yang
menyebabkan perubahan warna endapan. Titik akhir titrasi dapat diamati pada saat terjadi perubahan
pada warna permukaan endapan, dari putih menjadi merah muda (pink). Oleh karena indikator absorbsi
merupakan asam/basa lemah maka pengaturan pH selama titrasi sangat penting.

http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi.html
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/

Anda mungkin juga menyukai