Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
PENDAHULUAN
dari
tumbuh-tumbuhan,
hewan,
danmikroorganisme.Oleh
karena
itu,
10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya
jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampui 400.000 jenis senyawa.
Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada berbagai jenis
tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan
dan lain sebagainya.Oleh karena itu, mengingat betapa bermanfaatnya senyawa-senyawa
hasil metabolit sekunder tersebut bagi umat manusia untuk memenuhiberbagai kebutuhan
hidupnya, maka dirasa perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa
metabolit sekunder seperti steroid, alkaloid, terpenoid, fenolik, flavoinoid, saponin, dan
sebagainya. Di mana pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai senyawa fenolik.
II. PEMBAHASAN
pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH) dan gugus gugus
lain penyertanya.Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol.
Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut
polifenol.
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus OH.
Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas,mempunyai variasi struktur yang luas,
mudah ditemukan di semua tanaman,daun, bunga dan buah.Ribuan senyawa fenolik alam
telah diketahui strukturnya,antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil
propanoid, polifenol(lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik.
Banyak senyawa fenolik alami mengandung sekurang-kurangnya satugugus hidroksil
dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester atauglioksida daripada senyawa
bebasnya.Senyawa ester atau eter fenol tersebutmemiliki kelarutan yang lebih besar dalam air
daripada senyawa fenol dansenyawa glioksidanya.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidakberwarna, tetapi jika
teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenoldalam air akan bertambah, jika gugus
hidroksil makin banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam, danbanyak
digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai substratdonor H. Reaksi oksidasi
kopling, selain membutuhkan suatu oksidator juga memerlukan adanya suatu senyawa yang
dapat mendonorkan H. Senyawafenolik merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah
mendonorkan atom H.
Namun kombinasi pengkopelan lain juga diamati kemungkinannya, yaitu O-p, Oodan O-O.
Fenil Propanoid
Radikal fenoksi dari senyawa ini umumnya mengalami pengkopelan diposisi atomC 8,
membentuk struktur dengan jembatan 8-8 (8-8bridges).
Lignan
Senyawa-senyawa golongan fenil propanoid membentuk suatu senyawadimer dengan
struktur lignan.Senyawaan lignan memiliki struktur dasar (strukturinduk) yang terdiri dari 2
unit fenil propanoid yang tergabung melalui ikatan 8-8.Ikatan khas ini digunakan sebagai
dasar penamaan lignan.
Gambar 2.4. Penomoran atom pada senyawa fenil propanoid dan lignan
Penggabungan 2 unit fenil propanoid dapat pula terjadi melalui ikatan selain
membentuk 8-8, yang digolongkan ke dalam neolignan.Sedangkan jika 2 unit fenil
propanoid bergabung melalui atom O, senyawa yang terbentuktergolong dalam oxineolignan.
golonganlignan,
yaitu
podophyllotoxin,
diketahui
dapat
menghambat
Asam Ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari golongan asam hidroksi sinamat, yangmemiliki
kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman.Hal inimemungkinkan untuk dapat
memberikan keuntungan yang signifikan di bidangkesehatan, karena senyawa asam ferulat
memiliki aktivitas antikanker danantioksidan. Selain itu juga dapat menjadi prekursor dalam
pembuatan senyawaaromatik lain yang bermanfaat.
Sebagai antioksidan, asam ferulat kemungkinan menetralkan radikalbebas, seperti
spesies oksigen reaktif (ROS).ROS kemungkinan yangmenyebabkan DNA rusak dan
mempercepat penuaan.
Dengan studi pada hewan dan studi in vitro, mengarahkan bahwa asamferulat
kemungkinan memiliki hubungan dengan aktivitas antitumor perlawanankanker payudara dan
kanker hati.Asam ferulat memiliki kemungkinan sebagaipencegah kanker yang efektif, yang
disebabkan oleh paparan senyawakarsinogenik, seperti benzopirene dan 4-nitroquinoline 1oksida.Namun perlumenjadi catatan, bahwa hal itu tidak diuji coba kontrol random pada
manusia,sehingga hasilnya kemungkinan pula tidak dapat dimanfaatkan untuk manusia.
Jika ditambahkan pada asam askorbat dan vitamin E, asam ferulatkemungkinan dapat
mengurangi stress oksidasi dan pembentukan dimer timidinedalam kulit.
Pada tumbuhan, asam ferulat meningkatkan rigiditas dan kekuatandinding sel
tanaman, melalui ikatan silang (cross linking) dengan pentosan,arabinoxilan dan
hemiselulosa, sehingga dinding sel tidak mudah dihidrolisissecara enzimatis selama proses
perkecambahan.
Asam ferulat banyak ditemukan dalam padi (terutama beras merah),gandum, kopi,
buah apel, nanas, jeruk dan kacang tanah.
Dalam perindustrian, asam ferulat memiliki kelimpahan dan dapatdimanfaatkan
sebagai prekursor dalam pembuatan vanilli, agen perasa sintesisyang sering digunakan dalam
ekstrak vanilla alami.
Asam ferulat adalah senyawa fenolik yang dapat dihasilkan salah satunyaialah
dengan reaksi kondensasi vanilli dengan asam malonat.
Adapun rumus bangun asam ferulat adalah sebagai:
Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan
seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan
pelarut organik polar seperti metanol.
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan
antara lain :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada
temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam
karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran
sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dengan pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk
proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang
paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
2. Perkolasi
Merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa
senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya akan lebih
besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.
3. Solketasi
Solketasi menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di hemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
4. Destilasi uap
Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu yang
cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih
banyak digunakan untuk minyak atsiri.
5. Pengempaan
Metode ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi CPO dari buah
kelapa sawit dab isolasi katecin dari daun gambir. Dimana dalam proses tidak menggunakan
pelarut.
Hasil yang diperoleh berupa ekstrak yang mana seluruh spade senyawa bahan alam
yang terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstak ini.
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan
komponen komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan
untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan mengggunakan kolom kromatografi dan
sebagai fas diam dapat digunakn silika gel dan eluan yang digunakan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi
sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT.
Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak polar seperti
heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar lainnya
masing masing pelarut.
Selanjutnya suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi berdasarkan
kimia, fisika, dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari isolasi yang menggunakan metode
standar tidak semua senyawa akan secara utuh seperti yang terdapat dalam tumbuhan tesebut,
karena sebagian senyawa ada yang terlarut dan terpecah dalam proses isolasi dan hasil terjadi
seperti putusnya ikatan glikosida membentuk aglikon dan gula dengan adanya air.
Identifikasi senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur senyawa ditemukan
merupakan pekerjaan yang sangat menentukan dalam proses mengenal, mengetahui dan pada
akhirnya menetapkan rumus molekul yang sebenarnya dari senyawa tersebut.
Diantara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat dilakukan
dengan metode standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa kimia dan termasuk
derivat derivatnya antara lain:
1. Metode Spektroskopi
Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam penentuan struktur
senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada khususnya. Metode
tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan yang berbeda, yaitu
:
a. Spektroskopi UV
Merupakan metode yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari senyawa organik
dan membedakan senyawa aromatic atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi denga
senyawa alifatik rantai jenuh.
b. Spektroskopi IR
Metode yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam
senyawa organik, yang mana gugus fungsi dari senyawa organik akan dapat ditentukan
berdasarkan ikatan tiap atom dan merupakan bilangan frekuensi yang spesifik.
c. Nuklir Magnetik Resunansi Proton
Metode ini akan mengetahui posisi atom atom karbon yang mempunyai proton atau tanpa
proton. Disamping itu akan dikenal atom atom lainnya yang berkaitan dengan proton.
d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13
Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis atom karbon pada
senyawa terebut.
e. Spektroskopi Massa
Mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya fragmentasi ion molekul
yang menghasilkan pecahan pecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m / z dari
masing masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen fragmen denga terjadinya
pemutuan ikatan apabila disusun kembali akan dapat menentukan kerangka struktur senyawa
yang diperiksa.
2. Kromatografi
Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa metabolit sekunder
dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam menentukan
struktur senyawa.
Berbagai jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain:
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk menentukan kemurnian senyawa yang
ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak kasar metabolit
sekunder.Cara ini sangat sederhana dan merupakan suatu pendeteksian awal dari hasil isolasi.
b. Kromatografi Kolom
Digunakan untuk pemisahan campuran bebrapa senyawa yang diperoleh dari isolasi
tumbuhan. Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi fraksi senyawa akan
menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi.
c. Kromatografi Gas
Pemisahan campuran senyawa yang cukup stabil pada pemanasan, karena sampel yang
digunakan akan dirubah menjadi fasa gas dan dengan adanya perbedaan keterikatan senyawa
pada fasa padat yang digunakan terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan
masing masing senyawa dari campurannya.
d. Kromatografi Cair
Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography ) dan lebih dari 75 %
dari pemakaian HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau C 18
sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa senyawa dapat diganti kepolarannnya pada saat
digunakan dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa gradien. Pada kondisi gradien,
senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih lemah oleh fasa padat dan akan dielusi dengan
pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa polar akan diadsorpsi lebih kuat dan membutuhkan
pelarut polar. Jika sampel mempunyai polaritas luas, pemisahan harus dilakukan dengan
merubah kepolaran pelarut yang digunakan.Efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan
pengaturan dan penggunaan pelarut sebagai pembantu dalam pemakaian HPLC.
disaring
Filtrat
(ekstrak kloroform)
Residu
(ampas)
dipisahkan
+ FeCl3
Terbentuk cincin warna biru
FENOLIK
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH) dan gugus gugus lain
penyertanya.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satuatau lebih gugus
hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatikbenzena.
B. Saran
Penjelasan mengenai senyawa fenolik dalam makalah ini masih belum sempurna,
sehingga para pembaca diharapkan dapat menambah wawasan melalui literatur lainnya.Selain
itu, diharapkan untuk selanjutnya, bagi rekan-rekan yang ingin menyusun makalah mengenai
senyawa fenolikagar dapat mencari literatur yang lebih banyak lagi untuk melengkapi
penjelasan mengenai senyawa fenolik, agar materi mengenai senyawa fenolik tersebut dapat
lebih lengkap dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Sovia.
Senyawa
Terpenoida
Steroida.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.pdf
dan
.
diunduh
L.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62092329.pdf
.diunduh
tanggal
28
Oktober 2011.
Sahel,
Ray.
Senyawa
Fenolik
dan
Asam,
Manfaat
dari
Fenolhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.raysahelian.
com/phenolic.html .diunduh tanggal 03 Oktober 2011.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya maka Makalah Kimia Organik Bahan Alam yang berjudul Senyawa
Fenolik ini dapat diselesaikan.
Penulisan makalah ini merupakan tugas Mata Kuliah Kimia Organik Bahan Alam,
yang bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari dalam
perkuliahan.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Kimia Organik Bahan Alam yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, serta kesadaran bahwa adanya kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
ii
I.
PENDAHULUAN .........................................................................................
10
17
A. Kesimpulan .....................................................................................................
17
B. Saran ...............................................................................................................
18
19
MAKALAH
SENYAWA FENOLIK
Disusun oleh:
KELOMPOK IV
Anggota:
Rohmatun Mahmudah
Juwita Sari
Lisa Yani
Nurhayati
Susilawati
Ifadah Alawiyyah
Arfina