Anda di halaman 1dari 6

RESUME PROGRESS 3

FISIOLOGI DASAR TERJADINYA SINYAL OTOT


1. Struktur Anatomi Otot Skeletal

a. Struktur Otot Skeletal

Hierarki organisasi otot skeletal dari struktur makro diawali dengan unit otot yang kita kenal.
Unit otot dilapisi dengan suatu membran jaringan ikat yang dikenal sebagai epimisium. Unit
otot ini tersusun atas kelompok fasikel yang masing-masing dilapisi membran perimisium.
Selanjutnya adalah serabut otot atau yang dikenal sebagai miosit (sel otot) yang dilapisi oleh
endomisium. Miosit memiliki banyak inti di bagian tepi. Membran sel untuk miosit disebut
sebagai sarkolemma yang memiliki kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi) ke

semua arah termasuk di sepanjang T tubules. Miosit merupakan gabungan dari struktur
miofibril dan sistem sarkotubuler yang mengelilinginya. Miofibril yang terdiri atas sarkomer.
Tiap sarkomer mengandung filamen aktin (terang/tipis) dan myosin (gelap/tebal). Filamen
inilah yang menyebabkan struktur lurik (striated) pada otot skeletal.

b. Struktur Miofibril (Kontraktil)

Miofibril terdiri dari struktur sarkomer yaitu struktur diantara 2 garis Z. Garis Z merupakan
garis yang memisahkan filamen aktin, sedangkan garis M merupakan garis yang memisahkan
filamen myosin. Filamen aktin terdiri atas aktin G, troponin (T, I, C), serta tropomyosin yang
membentuk heliks.
c. Struktur Sistem Sarkotubuler

Sistem sarkotubuler terdiri atas sarcoplasmic reticulum (SR) dan transverse tubules (T tubules).
SR merupakan retikulum endoplasma yang terdapat pada otot skeletal. T tubules berasal dari
invaginasi membran sel otot (sarkolemma). Ujung SR membentuk pembesaran yang disebut
cisterna. Struktur yang terdiri dari 2 cisterna dan 1 T tubules disebut sebagai TRIAD. Cisternae
pada SR merupakan depo ion Ca2+ yang akan dikeluarkan pada saat potensial aksi.

2. Sifat dan Fungsi Otot Skeletal


Otot skeletal memiliki beberapa sifat yang menjadikannya khas, antara lain:
a. Kontraktilitas
Sifat kontraktilitas menyebabkan otot skeletal mampu untuk memendek
(berkontraksi). Kemampuan ini disebabkan karena interaksi struktur miofibril yang terdiri
atas filamen aktin (tipis/terang) dan myosin (tebal/gelap). Kontraksi otot terjadi ketika zona H
dan zona I menyempit karena myosin banyak mengikat aktin (troponin C).
b. Eksitabilitas
Ekstensibilitas merupakan kemampuan otot untuk dirangsang (memberikan respon
terhadap stimulus). Stimulus ini dipropagasi oleh neuron motorik A yang berasal dari
motorneuron medula spinalis dan batang otak (brain stem).
Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot skeletal merupakan proses kompleks yang melibatkan
masing-masing sifat otot skeletal. Berikut beberapa sistematika terjadinya proses kontraksi otot.
-

Fenomena Deporarization-Induced Ca2+ Release (DICR)


Sebelum terjadinya kontraksi, impuls dikirimkan dari sistem saraf melalui
motorneuron ke motor unit pada otot. Potensial aksi ini selanjutnya disebarkan ke semua
bagian sarkolemma melalui neuromuscular junction oleh neurotransmitter asetilkolin.
Potensial aksi yang mencapai reseptor Dihydropyridine (DHPR) pada sarkolemma
menyebabkan berubahnya struktur konfigurasi kompleks DHPR sehingga reseptor Ryanodine
(RyR) pada Cisterna terbuka dan keluarlah ion Ca 2+ ke sitosol.

Mekanisme kontraksi-relaksasi
Mekanisme kontraksi terjadi karena sliding antara filamen aktin dan myosin. Proses
ini membutuhkan ion Ca2+ dalam jumlah besar. Ketika sejumlah ion Ca 2+ dilepaskan ke sitosol
dari cisterna akibat adanya potensial aksi, ion Ca 2+ berikatan dengan troponin C pada aktin
sehingga tropomyosin melepas ikatannya dengan active site aktin. Active site aktin yang
terbuka ini selanjutnya berikatan dengan kepala myosin (binding site). Proses inilah yang
disebut sebagai sliding dan terjadilah kontraksi. Sedangkan mekanisme kontraksi berlawanan
dengan kontraksi. Ion Ca2+ yang konsentrasinya tinggi di sitosol selanjutnya dipompa kembali
ke cisternae. Akibatnya ion Ca 2+ yang berikatan dengan troponin terlepas dan tropomyosin
kembali kekondisi semula sehingga ikatan antara kepala myosin dan aktin terlepas.
Kontraksi pada otot dapat terjadi secara isotonik dan isometrik. Kontraksi isotonik
adalah kontraksi ketika terjadi pemendekan otot sehingga terjadi perubahan sudut sendi.
Sedangkan kontraksi isometrik terjadi dimana tekanan otot meningkat tetapi tidak terjadi
pemendekan otot sehingga tidak terjadi perubahan sudut sendi.

3. Prinsip Perekaman Sinyal Otot


Pada dasarnya perekaman sinyal otot merupakan proses penyadapan kumpulan motor unit
action potential (MUAP). MUAP adalah potensial aksi yang terjadi pada tiap motor unit. Motor unit
sendiri adalah kesatuan antara sebuah neuron motorik dengan serabut otot (miosit). Berikut dapat
dilihat ilustrasi dari motor unit.

Inervasi otot skeletal agar menghasilkan MUAP dimulai dari korteks premotorik, lalu menuju
ke sumsum tulang belakang, traktus piramidalis, ganglia basais, neuron motorik, dan menuju motor
unit. Sehingga sinyal otot yang terekam merupakan penjumlahan (sigma) dari banyak sekali MUAP
ditiap otot. Berikut ilustrasinya.

Referensi
Criswell, Eleanor, 2011, Crams Introduction to Surface Electromyography, Second Edition, Jones and Barlett
Publishers, LLC, USA
Despopoulos, Agamemnon dan Silbernagl, Stefan, 2003, Thieme Flexibook: Color Atlas of Physiology 5th
edition, Thieme, New York
Ganong, William F., 2005, Review of Medical Physiology, Twenty-Second Edition, McGraw Hill Companies,
Inc., USA
Lpez, Sebastin Aced, 2012. Design and Construction of an EMG Multichannel Acquisition System Prototype,
Faculty of Engineering Politecnico Di Torino, Germany
Scanlon, Valerie C. Dan Sanders, Tina, 2007, Essentials of Anatomy and Physiology 5th edition, E. A. Davis
Company, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai