BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita kerapkali membaca berita mengenai kasus
perkosaan atau perampokan/pembunuhan yang disertai perkosaan. Kasus-kasus semacam
ini biasanya memiliki nilai berita yang tinggi dan akan diliput oleh berbagai media massa.
Di pihak lain, masyarakat yang mengetahui berita semacam ini umumnya ikut terlibat
dan seringkali merasa gemas dan mengutuk perbuatan itu. Di masyarakat, kerap terjadi
peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk
pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat lebih lanjut
sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di
bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan
yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut
Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materil (materilewaarheid)
terhadap perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-buktiyang dibutuhkan
untuk mengungkap suatu perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan seperti
penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap persidangan perkara tersebut. Usahausaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mencari kebenaran materil suatu
perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan dalam penjatuhan
pidana terhadap diri seseorang, hal ini sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 6 ayat 2 yang
menyatakan: Tiada seorang jugapun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan
karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-undang mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan yang
dituduhkan atas dirinya
Menurut ketentuan hukum acara pidana di Indonesia, mengenai permintaan
bantuan tenaga ahli diatur dan disebutkan didalam KUHAP. Untuk permintaan bantuan
tenaga ahli pada tahap penyidikan disebutkan pada pasal 120 ayat (1), yang menyatakan:
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
Sedangkan untuk permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap pemeriksaan
persidangan, disebutkan pada pasal 180 ayat (1) yang menyatakan: Dalam hal
diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan,
hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan
bahan baru oleh yang berkepentingan. Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa
pihak Kepolisian selaku aparat penyidik membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan
penyidikan yang dilakukannya yaitu pada pengungkapan kasus perkosaan. Kasus
kejahatan kesusilaan yang menyerang kehormatan seseorang dimana dilakukan tindakan
seksual dalam bentuk persetubuhan dengan menggunakan ancaman kekerasan atau
kekerasan ini, membutuhkan bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan
ahli yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik
dalam
memberikan
bukti
berupa
keterangan
medis
yang
sah
dan
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendidikan. Dampak psikologis bagi korban sangat besar, korban depresi dan juga
bisa berakhir bunuh diri akibat beban mental yang dialami.
Pengertian pasal 285 KUHP, dimana perkosaan didefinisikan bila dilakukan
hanya di luar perkawinan. Selain itu kata-kata bersetubuh memiliki arti bahwa
secara hukum perkosaan terjadi pada saat sudah terjadi penetrasi. Pada saat belum
terjadi penetrasi maka peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan perkosaan akan tetapi
masuk dalam kategori pencabulan.
alat bukti yang sah ia merasa yakin bahwa tindak pidana itu memang telah terjadi
(pasal 183 KUHAP). Sedang yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (pasal
184 KUHAP). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada suatu kasus perkosaan
dan kejahatan seksual lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara:
1) Bukti-bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara,
2) Pada tubuh atau pakaian korban,
3) Pada tubuh atau pakaian pelaku dan
4) Pada alat yang digunakan pada kejahatan ini (yaitu penis)
dapat ditariknya adalah: pasti sperma, cairan mani tanpa sperma (pelakunya mandul
tanpa sel sperma atau sudah disterilisasi) atau pasti bukan sperma. Pemeriksaan pada
kasus perkosaan untuk pencarian pelaku dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
pada bahan rambut atau bercak cairan mani, bercak/cairan darah atau kerokan kuku.
Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan pola permukaaan luar
(kutikula) rambut, pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan sidik DNA.
Pemeriksaan sidik DNA yang dilakukan pada bahan yang berasal dari usapan vagina
korban bukan saja dapat mengungkapkan pelaku perkosaan secara pasti, tetapi juga
dapat mendeteksi jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan banyak pelaku
(salome).
Pemeriksaan golongan darah dan sidik DNA atas bahan kerokan kuku (jika
korban sempat mencakar) juga dapat digunakan untuk mencari pelakunya. Jika
hanya pemeriksaan golongan darah yang akan dilakukan pada bahan usapan vagina,
maka bahan liur dari korban dan tersangka pelaku perlu juga diperiksa golongan
darahnya untuk menentukan golongan sekretor atau non sekretor. Orang yang
termasuk golongan sekretor (sekitar 85% dari populasi) pada cairan tubuhnya
terdapat substansi golongan darah. Kelompok orang ini jika melakukan perkosaan
akan meninggalkan cairan mani dan golongan darahnya sekaligus pada tubuh korban.
Sebaliknya orang yang termasuk golongan non-sekretor (15% dari populasi) jika
memperkosa hanya akan meninggalkan cairan mani saja tanpa golongan darah.
Dengan demikian jika pada tubuh korban ditemukan adanya substansi golongan
darah apapun, maka yang bersangkutan tetap harus dicurigai sebagai tersangkanya.
Adanya pemeriksaan sidik DNA telah mempermudah penyimpulan karena tidak
dikenal adanya istilah sekretor dan non~sekretor pada pemeriksaan DNA. Dalam hal
tersangka pelaku tertangkap basah dan belum sempat mencuci penisnya, maka secara
konvensional leher kepala penisnya dapatdiusapkan ke gelas obyek dan diberi uap
lugol. Adanya sel epitel vagina yang berwarna coklat dianggap merupakan bukti
bahwa penis itu baru bersentuhan' dengan vagina alias baru bersetubuh. Laporan
terakhir pada tahun 1995, menunjukkan bahwa gambaran epitel ini tak dapat
diterima lagi sebagai bukti adanya epitel vagina, karena epitel pria baik yang normal
maupun yang sedang mengalami infeksi kencing juga mempunyai epitel dengan
gambaran yang sama. Pada saat ini jika searang pria diduga baru saja bersetubuh,
maka kepala dan leher penisnya perlu dibilas dengan larutan NaCl. Air cucian ini
diperiksa ada tidaknya sel epitel secara mikroskopik dan jika ada maka pemeriksaan
dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan DNA dengan metode PCR(polymerase chain
reaction)
10
11
12
13
2. Hymen yang mengalami sedikit perubahan ( robek sedikit) karena kecelakaan, terkena
benda keras, jatuh, masturbasi, dll
Posisi persetubuhan
14
dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan
pada hymen hanya merupakan adanya suatu benda (penis atau benda lain), yang
masuk ke dalam vagina.
15
16
Pada KUHP pasal 285 disebutkan kata kekerasan atau ancaman kekerasan.
Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi paksaan dengan kekerasan
atau dengan ancaman kekerasan. Seorang dokter dapat menentukan apakah ada
tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur
paksaan pada tindakan ini. Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak
selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang
tidak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak
menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan
tidak terjadi. Pada hakekatnya, seorang dokter tidak dapat menentukan unsur
paksaan yang terdapat pada tindak pidana ini. Oleh karena hal ini pada bagian
kesimpulan suatu visum et repertum hanya dituliskan ada tidaknya tanda-tanda
kekerasan serta jenis kekerasan yang menyebabkan. Pada pemeriksaan perlu
diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran,
atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik, narkotik.
Apabila ada petunjuk bahwa alkohol, hipnotik, atau narkotik telah dipergunakan,
maka dokter perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologi.
Pemeriksaan akan keadaan pingsan atau tidak berdaya ini merupakan hal yang
penting karena sebagaimana yang tercantum di dalam KUHP pasal 89 bahwa
membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan.
17
nya, perlu dilakukan foto ronsen gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota
geraham 3 sudah mengalami mineralisasi (terbentuk), tapi akarnya belum maka
usianya kurang dari 15 tahun. Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid
pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia
menarch saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tetapi seringkali jauh lebih muda.
18
tersangka pelaku dilakukan untuk menentukan apakah seorang pria baru melakukan
persetubuhan dengan mencari ada tidaknya sel epitel vagina pada glans penis. Bahan
pemeriksaan yang digunakan adalah cairan yang masih melekat di sekitar corona
glandis. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menekankan kaca objek pada glans penis,
daerah korona, atau frenulum, kemudian diletakkan terbalik di atas cawan yang berisi
larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca objek tersebut.
Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena mengandung glikogen.
Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakkan kembali sediaan di atas
cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi. Pada sediaan ini dapat pula
ditemukan adanya spermatozoa.
19
20
Pemeriksaan hendaknya dilakukan secara sistematis dan cepat agar korban tidak
terlalu lama menunggu dalam perasaan cemas. Hal-hal yang harus ada dalam
pemeriksaan korban adalah sebagai berikut:
(1) Data-data
Data yang perlu dicantumkan dalam bagian pendahuluan visum et repertum
adalah:
a. Polisi yang meminta pemeriksaan
b. Nama, umur, alamat, pekerjaan korban (seperti tertulis dalam suratpermintaan)
c. Nama dokter yang memeriksa, tempat, tanggal, dan pukul pemeriksaan
dilakukan
d. Nama dan pangkat petugas polisi yang mengantar korban
e. Nama perawat yang menyaksikan pemeriksaan
(2) Anamnesis
Pada umumnya anamnesis yang diberikan oleh orang sakit dapat dipercaya.
Sebaliknya anamnsesis yang diperoleh dari korban tidak selalu benar. Terdorong
oleh berbagai maksud atau perasaan, korban mungkin mengemukakan hal-hal
yang tidak benar. Anamnesis merupakan sesuatu yang tidak dilihat dan ditemukan
oleh dokter, bukan hasil pemeriksaan objektif, jadi seharusnya anamnesis tidak
dimasukkan dalam visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan
pada visum et repertum di bawah kalimat keterangan yang diperoleh dari korban.
Dalam mengambil anamnesis dokter meminta kepada korban untuk menceritakan
segala sesuatu tentang kejadian itu. Anamnesis terdiri atas bagian yang sifatnya
umum dan yang sifatnya khusus.
a. Umum
Status perkawinan
Penyakit lain
21
b. Khusus
Waktu kejadian
Kalau antara kejadian dan dilaporkannya kejadian pada berwajib
terpisah beberapa hari atau minggu, orang sudah dapat mengira bahwa
peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan yang pada
dasarnya telah disetujui oleh perempuan yang bersangkutan.
Dimana terjadinya
Informasi ini dapat memberi petunjuk dalam pencarian trace
evidence yang berasal dari tempat kejadian.
22
23
Pasteur, atau diambil dengan ose. Pada anak-anak, atau jika selaput dara utuh
sebaiknya pengambilan bahan dibatasi sampai vestibulum.
a. Penentuan spermatozoa
Tanpa pewarnaan
Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan diperiksa
dengan pembesaran 500x dengan kondensor diturunkan. Perhatikan
apakah spermatozoa bergerak. Dapat diambil sebagai patokan bahwa
spermatozoa masih bergerak kira-kira 4 jam post koital.
Dengan pewarnaan
Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda, keringkan
di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air,
tunggu 10- 15 menit, cuci dengan air, warnai dengan eosin-yellowish 1%
dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan diperikasa di
bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala
sperma berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah muda.
24
Tes Florence
Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal yang terbentuk
diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak kristal-kristal
kholin-peryodida tampak berbentuk jarum- jarum yang berwarna coklat.
Tes Berberio
Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat, kemudian Kristal yang
terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah
terbentuknya kristal-kristal spermin pikrat berbentuk rhombik atau jarum
kompas yang berwarna kuning kehijauan.
Elektroimmunodifusi
Digunakan serum anti air mani manusia. Selain spesifik terhadap
antigen manusia, serum ini juga mengandung zat anti terhadap enzim
fosfatase. Apabila serum ini direaksikan dengan air mani akan terbentuk
enzim antibodi kompleks yang ternyata masih memiliki sifat enzimatik
dan dapat dinyatakan dengan reagen asam phospatase. Sebagai medium
digunakan plat agar yang mengandung serum anti dalam konsentrasi kecil.
Elektroforetik
Digunakan plat akrilamide, dikembangkan dalam suatu larutan
buffer pH 3 dan dilihat di bawah sinar ultraviolet. Asam fosfatese seminal
bergerak sejauh 4 cm dan asam fosfatase vaginal sejauh 3 cm.
25
26
27
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di mana si korban dipaksa untuk
melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, di luar
kemauannya sendiri. Perkosaan sekarang dikenal sebagai sebuah tindak kriminal
perilaku penyerangan terhadap suatu anggota dari suatu kelompok seksual oleh suatu
anggota kelompok seksual lainnya. Dalam pengertian lain, perkosaan adalah segala
bentuk pemaksaan hubungan seksual. Dalam perundang-undangan yang ada di
Indonesia, Suatu kasus yang dapat menunjukkan bahwa pihak penyidik
membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu
pada pengungkapan kasus perkosaan. Kasus kejahatan kesusilaan membutuhkan
bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini
yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik dalam memberikan
bukti berupa keterangan medis yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai keadaan korban. Kekerasan seksual masih merupakan hal yang tabu dan
memalukan di lingkungan masyarakat. Karena tindak perkosaan dapat memberi
dampak psikologis yang besar bagi korbannya, kasus perkosaan seringkali gagal
terungkap dan terdapat banyak kesulitan dalam pembuktiannya, terutama di
Indonesia. Pembuktian secara kedokteran pada setiap kasus kejahatan kesusilaan,
seperti perkosaan, sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya
tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur, serta pembuktian
apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau
tidak. Proses pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan teliti dan sewaspada
mungkin, pemeriksa juga harus yakin akan semua bukti yang ditemukannya karena
tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna
memperoleh lebih banyak bukti, karena semuanya berhubungan dengan bukti-bukti
yang akan menjadi dasar untuk membebaskan atau menuntut tersangka pelaku
perkosaan tersebut.
28
3.2. Saran
Pada saat ini akibat kelangkaan dokter forensik, maka kasus perkosaan dan
kejahatan seksual lainnya ditangani oleh dokter kebidanan atau bahkan dokter umum.
Sebagai dokter klinik yang tugasnya terutama mengobati orang sakit, maka biasanya
yang menjadi prioritas utama adalah mengobati korban. Ketidaktahuan mengenai
prinsip- prinsip pengumpulan benda buktidan cara pemeriksaannya membuat banyak
bukti penting terlewatkan dan tak terdeteksi selama pemeriksaan. Selain itu, akan
lebih baik apabila dalam kasus perkosaan dapat dilengkapi dengan visum yang
melibatkan psikiater dan psikolog yang dapat menelaah salah satu gejala jangka
panjang seperti post traumatic stress disorder atau post traumatic rape syndrome.
Keterlibatan psikiater atau relawan pendamping (umumnya psikolog, sosiolog, atau
sarjana keperawatan) sebagai "lingkaran dalam" korban karena berkesempatan
menangkap aktualitas penderitaan korban. Adapun dokter forensik sering
berkesempatan memeriksa lewat dari tiga hari kejadian perkosaan.
Semoga
kedepannya
penanganan
kasus
perkosaan
dapat
semakin
29
DAFTAR PUSTAKA