FREKUENSI (Hz)
27,5
36,7081
55,0000
73,4162
110,000
146,832
220,000
293,665
440,000
587,330
880,000
1174,66
1760,00
2349,32
3520,00
4698,64
7040,00
9397,27
14080,0
18794,5
PANJANG GELOMBANG
13,481 meter
10,100 meter
6,741 meter
5,050 meter
3,37 meter
2,525 meter
1,685 meter
126,2 cm
84,26 cm
63,12 cm
42,13 cm
31,6 cm
21,1 cm
15,8 cm
10,5 cm
7,9 cm
5,3 cm
3,9 cm
2,6 cm
2 cm
Setting GATE
Salah satu perangkat yang sering digunakan dalam sound system adalah Gate. Terutama setting
sound drum,dimana komponen seperti snare, hihat, tom, kick dll letaknya berdekatan dan rawan
kebocoran bunyi.
Secara singkat Gate adalah : alat yang tidak akan meneruskan sinyal (dalam satuan dB) apabila
nilai level signal-nya di bawah nilai threshold yang ditentukan. Lalu kontrol apa yang biasanya
menjadi standar dalam perangkat Gate? Yang utama adalah :
- Threshold : kontrol ini yang akan menentukan di level berapa signal diperbolehkan masuk
gate. Apabila di bawah nilai ini, maka signal akan ditutup dan tidak diteruskan. Semakin besar
dB yang kita set, semakin besar signal yang dibutuhkan untuk membuka gate.
- Attack : mengontrol kecepatan gate bereaksi apabila signal sudah memasuki ambang
threshold.
- Release : menentukan seberapa cepat gate kembali menutup setelah sebuah signal dibiarkan
melewati gate.
Setiap produsen menambahkan fitur-fitur lain sebagai pelengkap. Bacalah manual alat tersebut.
Atau luangkan waktu untuk mencoba berbagai fitur tersebut.
Gate biasanya disisipkan di insert mixer. Mengapa demikian? Dengan melewati insert mixer,
berarti signal sudah melalui proses treatment gain melalui gain / trim. Hal ini akan
mempermudah kita apabila ada permasalahan yang timbul di tengah pertunjukan.
Setting Gate : dapatkan struktur gain dengan meminta pemain drum untuk mencoba dulu satu
persatu. Mulai kick, snar, hihat, tom. Setelah itu lakukan sedikit equalisasi sampai sound dari
masing-masing channel dianggap memuaskan. Baru setelah itu kita tentukan setting threshold
Gate. Tentukan nilai attack terbaik agar gate bereaksi secepat mungkin dan natural . Kalo sudah
dengarkan hasilnya. Apabila ada bunyi sustain mengganggu maka putuskan berapa nilai release
terbaik.
Lakukan proses ini satu persatu, mulai kick, snar, hihat, dan seterusnya sampai semua yang perlu
di gate telah masuk. Ingat bahwa drummer adalah manusia yang staminanya bisa menurun.
Karena itu tentukan nilai threshold dengan bijak. Jangan terlalu ekstrim menentukan threshold
karena nantinya mengakibatkan hasil sound tidak natural.
Artikel ini tidak serta merta membuat kita jadi piawai dalam men-setting gate, tentunya tetap
dibutuhkan praktek dan latihan untuk mengasahnya. Selamat mencoba Uki Tridaya
Panduan cepat Mr. Mik Fielding meng - EQ instruments
Kick Drum : 60-80 Hz Bottom depth; 2.5kHz Slap attack
Snare Drum : 240 Hz Fatness; 2-3kHz Crispness
Hi-Hat Cymbal : 200 Hz Clank; 2-4kHz Stick hit metal ; 6-8kHz Harshness; above 8 kHz
Shimmer
Alat ini adalah sebuah prosesor elektronik yang mencari dan menghancurkan feedback. Bila
sebuah feedback muncul, maka secara otomatis alat ini akan mencari frekuensi feedback tersebut
dan menakik nya (notches it out). Waktu feedback muncul lagi di frekuensi yang lain, maka alat
tersebut akan mengirim filter kedua sebagai penyelamatnya - Lorne Atkins
Cut atau Boost EQ ?
Alasan mengapa EQ lebih baik di 'cut' (kurangi/potong) dibandingkan dengan di 'boost'
(dinaikkan) adalah karena dengan boosting, maka kita juga mem -boost noise di sinyal tersebut.
Coba saja. Boost tiap frekuensi dan dengarkan hasilnya. Bila anda pikir sound nya bertambah
enak, silahkan saja. Siapa tahu ? - Ian Waugh
Mixing
Hal pertama yang diperhatikan orang adalah penyanyi utama. Pastikan bahwa mereka terdengar
baik dan cukup keras, baru kemudian kita mengolah gitar, keyboard, drum, dan sebagainya Dave
Kabel speaker vs kabel instrumen
Kabel untuk speaker tidak baik digunakan sebagai kabel instrumen. Begitu pula sebaliknya.
Karena kabel instrumen hanya mampu membawa sedikit tenaga (low power) dan ber-hambatan
tinggi (high impedance / High Z). Sedangkan kabel speaker sebaliknya : high power dan
hambatan rendah (low Z).
Bila anda menggunakan kabel instrumen sebagai kabel speaker, mungkin anda akan baik-baik
saja di sinyal rendah. Pada sinyal tinggi, anda akan mengalami berbagai masalah dalam bentuk
ampli mengalami panas berlebihan, speaker berbunyi distorsi (peak), atau kabel hangus.
Bila kita menggunakan kabel speaker untuk instrumen, maka bisa jadi anda akan mengalami
noise karena induksi dari perlengkapan listrik di sekeliling (lighting, dan sebagainya). Mengapa
demikian ? Karena kabel speaker hanya memiliki pelindung luar yang tipis, sedangkan isi kabel
dalamnya besar dan tebal. Induksi mudah masuk dan terbawa oleh kabel hingga berbunyi di
speaker kita www.fender.com
Total Harmonic Distortion (THD)
Total Harmonic Distortion adalah sebuah indikator di amplifier atau pre-amp tentang seberapa
jauh penurunan kualitas suara terjadi. THD diukur dengan cara membandingkan output dengan
input.
Suara terdiri dari berbagai frekuensi. Kualitas suara input (frekuensi) dapat mengalami
penurunan setelah diproses oleh alat tersebut. Besar penurunan kualitas ini dinyatakan dengan
angka THD. Misalnya THD 0.004 %, artinya kualitas suara menurun 0,004% dibandingkan
aslinya.
Semakin kecil nilai THD, semakin bagus kualitas alat tersebut - www.stereos.about.com
Tipe-tipe Reverb
Ada beberapa tipe program reverb. Mari kita lihat lebih detail :
Tipe ROOM : reverb tipe ini adalah simulasi suara yang berbentuk ruangan. Simulasi suara ini
mencerminkan ruangan yang lebih kecil dibandingkan tipe HALL.
Tipe HALL : tipe ini menghasilkan sound yang lebar, hangat, dan besar. Mencerminkan ruangan
aula yang besar.
Tipe PLATE : tipe ini sangat sesuai untuk vokal. Pada jaman dahulu pembuatan reverb Plate
dilakukan dengan cara mengirim sound ke sebuah plat metal yang akan memantulkannya
kembali bolak balik. Suara vibrasi pantulan ini kemudian direkam kembali menjadi audio signal.
Reverb ini bersifat cerah (bright) dan jernih (clean) sehingga cocok untuk vokal.
Tipe CHAMBER : dahulu kala, semua studio memiliki ruang pantul (echo chamber). Suara
dikirimkan ke ruang pantul ini, kemudian direkam kembali. Suara pantulan inilah yang
dinamakan reverb Chamber www.emusictips.com
Pembicara Penting
Banyak pembicara terbiasa mendengar suara mereka lewat speaker dan menyesuaikan volume
dan kualitas suara mereka sesuai apa yang mereka dengar. Mereka butuh speaker monitor yang
baik agar percaya diri dengan suara mereka.
Suara monitor yang terlalu kecil akan menyebabkan pembicara mendekatkan diri ke mic atau
berteriak. Bila monitor terlalu keras akan menyebabkan mereka menjauh dari mic dan berbicara
lembut. Perhatikan bagaimana mereka memegang mic bila terlalu jauh, kecilkan monitor. Bila
terlalu dekat, keraskan monitor - Dr. Dale A. Robbins
Rasio Signal to Noise (S/N)
Rasio Signal to Noise (S/N) adalah jarak antara level sinyal dengan level dimana mulai terdengar
noise. Besarnya S/N biasanya dinyatakan dalam dB (desibel).
Untuk mengetahuinya secara praktis (selain membaca manual alat) dapat kita gunakan cara
berikut : Tanpa ada bunyi sinyal apapun, kita naikkan volume sampai kita mendengar adanya
bunyi noise. Itulah nilai S/N dari alat yang kita operasikan.
Nilai S/N 30dB artinya ada 30dB sinyal dengan 0dB noise, dan juga berarti ada 31dB sinyal
dengan 1dB noise, serta ada 50dB sinyal dengan 20dB noise, dst.
Semakin besar nilai S/N berarti semakin bebas alat tersebut dari noise. Alat dengan S/N 70dB
lebih baik dari alat dengan nilai S/N 40dB. Alat pertama dapat menghasilkan bunyi yang bebas
noise hingga 70dB, sedangkan alat kedua hanya mampu menghasilkan bunyi bebas noise 40dB
saja.
Dengan mengetahui batas S/N, maka kita akan tahu sampai batas mana audio yang kita hasilkan
bersih dari noise Benjamin Soegiaman & JS
Setting compressor
Compressor adalah sebuah alat yang sangat berguna. Di live music, kompresor diguanakan untuk
membatasi peak sinyal. Kompresor dapat meningkatkan dan membumbui suara, tetapi bila di set
terlalu tinggi akan merusak suara. Ingat hal ini : Hanya gunakan kompresor bila dibutuhkan,
jangan meng-kompres hanya karena kita memiliki kompresor yang bagus !
Berikut adalah beberapa tips tuntunan dalam menggunakan kompresor. Tidak setiap kasus cocok
dengan tips ini, tetapi tips ini patut dicoba sebagai bahan dasar untuk melakukan perbaikan lebih
jauh.
Kick Drum - ratio 8:1, attack di bawah 2ms, reduksi maksimum 10dB.
Snare Drum ratio 3:1, auto attack release, threshold -10dB. Bila menginginkan suara yang
dalam, gunakan ratio antara 4:1 - 6:1, attack 5-10ms, release sekitar 150ms, reduksi maksimum
10dB.
Elektrik Gitar ada 3 ide yang patut dicoba : Ratio antara 3:1 5:1 dengan auto attack release
dan reduksi 8-10dB. Ratio antara 4:1 - 10:1 dengan attack 10-50ms dan release 0,4 detik. Untuk
menghasilkan sound yang kuat, coba ratio lebih tinggi dan release lebih cepat
Bass - ratio antara 4:1 - 8:1, attack 50ms, release time 0,4 seconds, reduksi 6-10dB.
Vokal ratio antara 4:1 - 8:1, attack yang cepat, release 0,5 detik, reduksi 4-6dB.
Jangan terlalu gila-gilaan meng-kompres vokal ! - OldBarn Audio
Setting musik Hip-Hop
Seting compressor seperti apa yang dapat menghasilkan punch drum maksimum seperti yang
dibutuhkan musik Hip-Hop dan House ?
Dalam banyak kasus Hip-Hop, ratio yang umum digunakan adalah 4:1 hingga 7:1. Ratio di atas
8:1 efektif untuk membatasi (limiting) bukan untuk kompresi. Para jagoan biasanya
menggunakan reduksi antara 10 15 dB pada kick, snare, bass dan gitar.
Untuk membentuk sound kick drum yang ideal, kami umumnya menggunakan ratio 5:1 dengan
threshold -12,4 dB. Sekali anda telah menemukan ratio dan threshold yang cocok, anda telah siap
untuk memanaskan panggung dengan men-seting attack dan release yang sesuai www.modernbeats.com
II.
SPEAKER POWER
-Driver-driver yang berdekatan berbagi tugas dengan sesuai (tweeter tidak mengambil jatah
frekuensi woofer, woofer tidak mengambil jatah frekuensi sub-woofer, dst.)
-Output driver yang berbeda-beda diseimbangkan sehingga menghasilkan kekerasan sama.
Masih ada lagi ! X-over mempengaruhi timing (waktu) bunyi driver sehingga sesuai dengan
bunyi driver lainnya. Sungguh sebuah kerja keras ! - www.aperionaudio.com
Kerja Crossover (X-over)
Crossover membentuk sejumlah frekuensi untuk tiap driver speaker dengan tiga jenis filter :
Kapasitor, Koil (Induktor) dan Resistor. Mari kita lihat apa kerja masing-masing filter ini.
Resistor : Bila ampli mengirim 10 watt power ke 8 ohm tweeter, dan kita menempatkan 8 ohm
resistor secara seri di antaranya, maka power yang tiba di tweeter hanyalah 2,5 watt. Karena
dengan resistor seri @ 8 ohm, maka tegangan akan menurun jadi 5 watt. Kemudian power
sebesar 2,5 watt akan digunakan oleh resistor, jadi tweeter hanya mendapatkan sisa tenaga 2,5
watt dari sumber 10 watt power ampli. Sudah jelas kekerasan akan berkurang 6 dB (Ingat rumus
: bila daya berkurang separuh, maka terjadi penurunan 3 dB).
Kapasitor dan Induktor : Sebuah kapasitor yang ditempatkan secara seri dengan speaker, akan
memblokir frekuensi rendah dan melewatkan frekuensi tinggi. Sebuah induktor berfungsi
sebaliknya. Blokir frekuensi akan terjadi secara berangsur-angsur (roll-off) dalam bentuk
penurunan 6dB/oktaf (1st order), 12dB/oktaf (2nd order), atau 3rd order (18 dB/oktaf), atau yang
curam 4th order (24 dB/oktaf). Karakter penurunan ini dibedakan atas jenis Bessel, Butterworth,
Linkwitz-Riley. Butterworth terkenal lembut, Linkwitz-Riley memotong tajam, sedangkan
Bessel memiliki karakter phase-shift yang unik
Desain crossover bukanlah hal yang mudah. Sangat-sangat sulit. Tetapi ingat rahasia utama para
desainer speaker Bukan teori yang penting, tetapi bunyi speaker yang penting. Desainer
bermain-main dengan berbagai tombol crossover hingga menghasilkan bunyi yang diinginkan.
Walaupun demikian, pengetahuan teori juga mempengaruhi kelihaian bermain-main ini. Tetapi
proses utamanya adalah secara berulang-ulang memainkan tombol - mendengarkan hingga
speaker kita mendapat acungan jempol - aperionaudio.com dan ASG EAW.com
RMS vs PMPO
RMS (Root Mean Square) dan PMPO (Peak Music Power Output) sama-sama menunjukkan
power rating, namun keduanya tidak dapat diperbandingkan. Selain tidak ada standard
pengukuran PMPO yang baku, metode pengukurannya juga berbeda-beda.
Namun sebagai ancar-ancar biasanya power PMPO adalah mark up 20 sampai 40 kali lebih besar
dibandingkan power RMS. Jika tertulis 1000 W PMPO bisa saja power sebenarnya sama dengan
25 W - 50 W RMS.
Pencantuman power rating tentu saja untuk menunjukkan sampai dimana kemampuan tingkat
kebisingan yang bisa dihasilkan. Tentu ini hanyalah sebuah angka yang menunjukkan
kemampuan maksimum perangkat audio tersebut.
Jika dianalogikan dengan mobil, ini tidak beda dengan catatan spesifikasi kecepatan yang tertera
dapat mencapai 220 km/jam. Namun apakah kecepatan maksimum demikian bisa tercapai,
adalah hal yang lain. Tentu bisa tercapai dengan syarat kondisi-kondisi tertentu. Jalan aspal lebar
dan mulus, tidak ada tanjakan, mesin masih baru, bahan bakar dengan oktan tinggi, oli yang
tepat, grip serta tekanan ban ideal, suhu mesih ideal, berat mobil efisien, ringan dan ideal, lalu
cuaca harus cerah, tidak ada angin apalagi hujan dan yang penting lagi pengemudinya harus
punya nyali sekelas pembalap formula 1. Kalau tidak, mobil paling pol dapat dipacu mencapai
140 km/jam dan ini juga sebenarnya sudah mendebarkan.
Demikian juga dengan sistem audio, dengan volume yang sedang-sedang saja dengan alunan
yang harmonis kiranya anda sudah cukup puas. Belum tentu anda tega meng-umbar volume
audio anda sekencang-kencangnya sampai kaca-kaca jendela rumah anda pecah semua disadur
dari www.audiorakitan.com
Subwoofer elektrostatik pertama
Subwoofer elektrostatik dikembangkan pertama kali tahun 1960 an oleh Ken Kreisel, untuk
mengatasi komplain pelanggan di toko high end Miller Kreisel (MK) yang dimilikinya
bersama Jonas Miller di Los Angeles. Para pelanggan komplain karena mereka merasa
kehilangan nada-nada rendah di speaker elektrostatik buatan MK.
Penggunaan subwoofer untuk rekaman pertama kali dilakukan tahun 1973 dalam mixing album
Steely Dan Pretzel Logic dengan operator Roger Nichols. Subwoofer dipesan oleh Walter
Becker dan Donald Fagen dari tim Steely Dan. Sejak saat itu Sattelite Subwoofer MK laris
dipesan banyak studio rekaman dan digunakan sebagai sistem referensi utama studio. Beberapa
pelanggan sistem audio MK sistem audio adalah rumah produksi audio film Dolby, DTS, dan
THX.
Subwoofer biasanya menampilkan nada 20 200 Hz melalui cone speakernya. Pemisahan stereo
sangat sulit didengarkan di subwoofer karena karakter nada low yang omni-directional. Itu
sebabnya Audio System biasanya hanya menjual satu subwoofer + beberapa speaker mid high.
Nada low hanya bisa terasa terpisah dalam bentuk earphone - MKsoundsystem. com dan
cramster.com
Mana lebih nonjok : 1 buah Sub 21inch atau 2 buah Sub 18inch ?
Ini sebuah pertanyaan yang populer dan sulit dijawab dengan sangat tepat. Ada banyak faktor
berpengaruh seperti : power amplifier, jenis, dan ukuran box speaker. Tetapi secara umum,
dengan power yang cukup, dua buah akan berbunyi lebih jernih dan menonjok lebih kuat karena
kombinasi dua cone akan menghasilkan tekanan udara lebih besar. Bagaimanapun juga, sub 21
inch akan bersuara lebih deep (dalam) Bill Crutchfield
Speaker DVC lebih banyak digunakan di sistem Car/Home audio karena kebanyakan amplifier
audio tipe ini tidak dapat monobridge. Jadi kekuatan ampli dapat disatukan di monobridge
melalui instalasi speaker DVC.
Keuntungan lainnya adalah speaker dapat diubah-ubah hambatannya. Bila tadinya speaker SVC
(Single Voice Coil) hambatannya 8 ohm, maka di speaker DVC (masing-masing Coil 4 ohm)
dapat diubah jadi 2 ohm (bila sistem kabel paralel) atau menjadi 8 ohm (bila sistem kabel seri).
Dengan dimungkinkannya fleksibilitas kabel dan hambatan ini, maka kini dimungkinkan untuk
merangkai beberapa speaker menjadi satu dengan power yang sama, sehingga didapatkan
performa speaker yang lebih baik JL Audio Inc.
Surround Sound
Sistem Surround sudah ada lebih dari 60 tahun. Jaman tahun 1930an film selalu menggunakan 3
channel tabir suara (Left-Center-Right) hasil riset Bell Labs. Pada tahun 1941 Disney dalam film
Fantasia nya menyajikan tambahan speaker di belakang. Jadi ada 4 speaker sekarang.
Sistem 4 channel LCRS (Left-Center-Right-Mono Surround) meluas penggunaannya setelah
Dolby Stereo menjadi sistem standar film tahun 1960an.
Dengan berkembangnya teknologi digital di tahun 1980an, jumlah surround channel ditambah
jadi dua dan ditambah subwoofer LFE (Low Frequency Effect). Kini semuanya menjadi 6
channel dengan sistem Surround 5.1. Di akhir 1990an, Sony telah menciptakan sistem surround
7.1.
Dalam surround system, semua speaker di low-cut pada 80 Hz. Sedangkan LFE di high-cut pada
120 Hz dengan penambahan headroom 10 dB.
Keuntungan sistem surround dibandingkan sistem stereo 2 speaker adalah : tidak ada lagi yang
dinamakan sweet-spot (titik dimana suara terdengar paling jelas dan enak). Seluruh ruangan
menjadi sweet-spot sekarang.
Selain itu, penempatan speaker tidak lagi menjadi krusial. Di sistem stereo, pergeseran speaker
sedikit saja akan membawa banyak perbedaan. Hal ini tidak terjadi di sistem surround Bobby
Owsinski Mastering Handbook
Perhitungan SPL berbahaya
Frekuensi yang berbahaya bagi telinga kita adalah 2 20 kHz. Bila kita mendengarkan frekuensi
tersebut dengan level di atas 100 dB SPL terus menerus selama lebih dari 2 jam, maka kita dapat
mengalami hearing loss (tuli).
Kita dapat menghindari hal ini dengan cara mengukur SPL speaker kita. Masalahnya adalah,
angka dB SPL yang muncul di SPL meter kita biasanya adalah angka total jumlah dB dari
seluruh frekuensi yang muncul.
Jadi kita harus mengetahui cara untuk mengetahui berapa total SPL yang dihasilkan oleh
frekuensi berbahaya (2 kHz ke atas) tersebut, agar terhindar dari hearing loss.
Untuk menjawab hal ini, maka gunakan fasilitas WEIGHTING di SPL meter. Ada tiga macam
weighting : C weighting (mencakup frekuensi 20 Hz 20 kHz), A weighting (mencakup
frekuensi 1 kHz ke atas), Z weighting atau Flat (mencakup seluruh frekuensi).
Jadi, jangan lupa mengukur SPL A weighting untuk mengetahui seberapa berbahaya nya sound
yang kita hasilkan disadur dari artikel YP Hadi Sumoro Kristianto
Speaker yang lebih baik
Mana berbunyi lebih baik ? Speaker A dengan tanggapan frekuensi (frequency response) 45 Hz
18kHz atau speaker B 20 Hz 25kHz ? Faktanya adalah, data di atas sama sekali tidak cukup
untuk menggambarkan kualitas suara speaker. Mari kita lihat lebih detil.
Hal yang paling penting dari speaker bukannya lebar tanggapan frekuensi nya, tetapi
kemampuannya untuk mereproduksi semua suara pada level yang persis sama seperti waktu
suara itu direkam. Anda pasti tidak mau sang speaker merubah mix suara yang direkam. Suara
tersebut akan berbunyi tidak natural di speaker tersebut.
Angka tanggapan frekuensi akan berbicara lebih banyak bila juga menyertakan angka toleransi
kekerasan (Amplitude tolerance) seperti contoh 40Hz20kHz, +/- 3dB. Angka ini
memperlihatkan bahwa penyimpangan suara yang terjadi antar frekuensi adalah 3 desibel dari
angka rata-rata tengah. Artinya, bisa jadi frekuensi 100Hz berbunyi 10dB, frekuensi 1kHz
berbunyi 12dB, frekuensi 1,3kHz 13dB, 6,3kHz 8dB dst. Penyimpangan yang terjadi tidak
melebihi 3dB atau + 3dB.
Speaker dengan angka berikut 40Hz-20kHz, +/- 8dB sudah jelas kalah flat dibandingkan
speaker di atas Paul Dicomo
Speaker vs Ampli
Banyak orang bertanya : Dapatkah speaker saya menggunakan power ampli ini ? atau Apakah
power ampli ini akan menjebol speaker saya ?.
Faktanya adalah setiap speaker dapat dibunyikan oleh amplifier apa saja. Masalah akan timbul
waktu sang pengguna menjadi terlalu bernafsu. Saat itulah si ampli dipaksa berbunyi sekeraskerasnya hingga suara clipping (terdistorsi).
Kecuali kita mendengar speaker dari jauh, maka kita tidak akan dapat mendengar distorsi
clipping tersebut. Terutama sekali bila SPL kita diatas 90dB, maka telinga kita akan overload
dan tidak dapat mendeteksi adanya distorsi clipping.
Perlu kita ingat bahwa 1 watt power mampu membunyikan speaker sebesar 88dB dalam jarak 1
meter (SPL = 88 dB). Bagaimana halnya dengan ampli 10 watt ? 50 watt ? atau 500 watt
sekaligus ? Tentu kita tidak dapat mendengar distorsi clipping dalam watt power sebesar itu.
Agar mudah mendengar clipping, mainkan lagu kesayangan anda dan menjauh dari speaker. Bila
perlu, matikan subwoofernya. Maka anda akan dapat mendengar bunyi clipping tersebut - Babin
Perry
Berapa total SPL dari 2 buah Speaker @ 60dB ?
Berapa total SPL yang dihasilkan oleh 2 buah speaker @ 60dB ?
2 buah sumber suara koheren (serupa / identik) dengan SPL yang sama hanya akan menghasilkan
peningkatan 3 dB. Jadi jawaban pertanyaan di atas adalah 63 dB untuk total SPL dua buah
speaker tersebut.
Hal ini terjadi karena penambahan SPL tidak bersifat linear seperti 1+1 = 2, tetapi bersifat
logaritmik. Rumus lengkapnya tercantum di artikel asli Bapak Hadi Sumoro.
Dengan rumus logaritma yang sama, maka bila sebuah speaker 65 dB dijumlahkan dengan
speaker 88 dB, maka total SPL yang dihasilkan hanyalah 88 dB. Makin banyak perbedaan SPL
antara 2 speaker, akan menghasilkan makin sedikitnya penambahan. Perbedaan 10 dB akan
didominasi oleh speaker yang lebih keras. - disadur dari artikel YP. Hadi Sumoro Kristianto
Posisi speaker
Dalam praktek sehari-hari, biasanya speaker FOH (Front of House) ditempatkan di depan
penonton - di kanan kiri panggung. Alasan utamanya adalah untuk mendapatkan efek stereo yang
baik.
Tetapi efek stereo bukanlah hal yang utama diinginkan dalam setting live musik. Alasannya
adalah karena penonton kita tersebar dimana-mana (off center : tidak di tengah). Menjadikan
FOH kita stereo berarti memperlakukan penonton di sebelah kiri dan sebelah kanan secara
berbeda / tidak adil. Lain halnya dengan musik rekaman, maka sound stereo adalah hal yang
wajib ditampilkan.
Mengapa FOH tidak kita tempatkan di samping kiri dan kanan penonton saja ? Atau di belakang
penonton kiri dan kanan ? Untuk menjawab hal ini, maka kita harus pertama-tama mengingat
bahwa telinga lebih mengarah ke samping dibandingkan ke depan. Lain halnya dengan mata,
mata menghadap ke depan secara langsung.
Mengingat posisi telinga kita seperti ini, maka kita dapat mempertimbangkan untuk
menempatkan speaker FOH di samping kanan dan kiri penonton agak ke depan. Rasanya kualitas
suaranya akan lebih baik daripada menempatkannya speaker FOH di depan penonton.
Biasanya feedback juga akan berkurang karena speaker jauh dari panggung. Coba saja JS
Sebaran suara Subwoofer
Bila kita menyelidiki dengan menggunakan software sound system atau perhitungan matematika,
kita akan mendapati bahwa sebuah subwoofer akan menyebarkan bunyi secara omni (rata ke
segala arah) dan bukan directional (terarah hanya ke arah tertentu).
Tetapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Banyak pakar audio mendapati bahwa telinga
mereka menangkap radiasi bunyi secara omni tidak terjadi pada subwoofer. Bunyi di belakang
subwoofer berbeda dengan bunyi di samping atau di depannya.
Mengapa hal ini terjadi ? Karena adanya frekuensi harmonik. Kita ingat bahwa selalu terjadi dua
frekuensi dalam sebuah bunyi tunggal : frekuensi fundamental dan frekuensi harmonic. Misalnya
bunyi frekuensi tunggal 90Hz. Suara 90Hz akan menghasilkan frekuensi fundamental 90Hz
sekaligus bunyi frekuensi harmonik 180Hz, 270Hz, 360Hz dst (kelipatan 90). Jadi telinga kita
akan mendengar beberapa frekuensi sekaligus bila nada tunggal 90Hz dibunyikan.
Frekuensi fundamental 90Hz tadi akan tersebar secara omni. Tetapi frekuensi harmonik akan
tersebar tidak secara omni. Bisa berbentuk cardioid atau lainnya. Hasilnya kita akan mendengar
bunyi yang berbeda di depan atau samping atau belakang subwoofer Jeff Berryman
Serapan frekuensi ini akan semakin meningkat bila suhu udara semakin panas atau kelembaban
udara semakin berkurang. Serapan frekuensi high ini tidak terlalu terasa bila dalam ruangan
(indoor) karena jarak tidak terlampau jauh. tetapi akan sangat terasa di outdoor. Penelitian kami
memperlihatkan bahwa frekuensi 10kHz berkurang 14dB pada jarak 91,4 meter.
Pesan kami : jangan menaikkan volume frekuensi High bila hal ini terjadi. Menaikkan volume
akan memaksa amplifier dan speaker bekerja lebih keras. Untuk mengatasi hal ini, gunakan
speaker tambahan (speaker delay) di area yang kehilangan bunyi High ini ElectroVoice
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------III.
MIC KONEKSI
diperkuat untuk menghasilkan sinyal yang kuat. Mic condensor biasanya membutuhkan baterai
untuk menghasilkan aliran listrik di kapasitor.
Mic Crystal. Mic ini memanfaatkan sifat kristal yang mengubah aliran listrik sewaktu sang
kristal berubah bentuk. Dengan menempelkan diagframa di kristal, maka sang kristal akan
mengubah aliran listrik waktu tekanan udara mengenai diagframa www.electronic.howstuffworks.com
Mengambil suara Orkestra / Paduan Suara
Dalam merekam orkestra secara live, adalah lebih baik dan mudah menggunakan sistem stereo
mic (2 mic) daripada banyak mic. Banyak mic akan menimbulkan kesulitan mixing. Kecuali
anda memiliki jam terbang yang tinggi dan terbiasa dengan bunyi orkestra, maka me-mix stereo
mic akan jauh lebih mudah dibandingkan banyak mic.
Ruangan tempat orkestra bermain juga bervariasi dari kering hingga luber reverb, karena itu saya
menyarankan tiga teknik micking stereo berikut :
- teknik ORTF untuk ruangan dengan reverb luber.
- teknik Decca-Tree untuk ruangan bersound indah dengan reverb pendek.
- teknik XY untuk ruangan dengan reverb sedang.
Teknik ORTF : tempatkan mic ala ORTF dengan posisi 1,22 meter di belakang Dirigen /
Conductor. Posisikan mic 2 meter di atas panggung dengan posisi miring ke bawah 5 derajat.
Teknik ini akan mengurangi bunyi ambience ruangan.
Teknik DECCA-TREE : gunakan 3 mic omni dengan gain mic tengah -5dB dibandingkan 2 mic
lainnya. Letakkan persis di belakang Dirigen.
Teknik XY : gunakan 2 mic cardioid dengan posisi 2 meter di belakang Dirigen. Posisikan mic
di atas panggung dengan posisi miring menghadap ke bawah 5 derajat.
Selama cek sound pastikan agar suara terkeras orkestra berada di -6 dB, karena biasanya waktu
tampil, para pemusik akan main lebih keras dibandingkan waktu cek sound, sehingga anda
terhindar dari peak - Georq Burdicek
Kadang-kadang titik balance ini berada di luar piano. Gambar A memperlihatkan penangkapan
titik balance di luar piano dengan sepasang mic omni.
Bila kita menggunakan mic cardioid, maka seting ORTF (Gambar B) dan seting XY (Gambar C)
juga bisa dijadikan acuan untuk mendapatkan suara grand piano yang baik.
Pilihan teknik miking lainnya yang disukai adalah dengan 2 mic omni yang ditempatkan di atas
tuts piano (Gambar D). Jaga agar diagframa (moncong) mic harus saling menghadap satu dengan
lainnya. Cari ketinggian yang paling baik suaranya.
Selamat mencoba disadur dari dpamicrophones.com
Phantom Power (Tenaga Hantu) ?
Phantom Power adalah nama panggilan untuk arus listrik 48 volt yang diperlukan untuk
membuat mic Condenser / Capacitor bekerja. Kata "Phantom" yang artinya "hantu" sangat sesuai
karena memang kita tidak bisa melihat Power Supply -nya. Power Supply nya bisa ada di dalam
MIXER dan tidak membutuhkan tambahan kabel untuk menyalurkan nya ke microphone.
Kata "Phantom" sendiri sesuai karena tidak akan terjadi perbedaan voltase diantara 2 conductor
sinyal mic - kecuali jika microphone yang digunakan memang dirancang untuk menerima 48
volt. Sebuah microphone yang tidak di desain untuk menerima Phantom Power tidak akan
mengenali adanya arus 48 volt ini (sepanjang mic tersebut memiliki output transformer yang
umum).
Pada awalnya, mic Capacitor / Condenser dibuat sekaligus dengan Power Supply nya. Jadi bila
kita menggunakan 10 mic Capacitor, maka kita juga harus menginstalasi 10 buah Power Supply
nya. Tapi sejak 1966, Norwegian State Television ingin mengubah kebiasaan ini dengan
memanfaatkan sistem listrik 48 volt yang kebetulan dimiliki Norwegia.
Pabrik mic Neumann menanggapi kondisi ini dengan menciptakan Neumann K84, mic
Condenser pertama yang mendapatkan tenaga dari sistem listrik DC 48 volt dan bukannya dari
Power Supply sendiri. Sejak itulah teknik Phantom Power digunakan. - RecordProducer.com
Kalau yang dinaikkan Fader, maka bunyi ke aux / monitor (yang pre-fader) tidak akan
terpengaruh. Jadi pemain tidak akan bingung.
Tapi kalau fader sudah habis dan level masih kurang, maka pilihan berikutnya adalah naikin
Gain, dengan resiko bunyi monitor berubah, yang harus diimbangi dengan menurunkan level aux
channel tersebut - Benjamin Soegiaman
Wireless UHF atau VHF ?
Banyak orang berpandangan salah dengan menganggap bahwa teknologi wireless UHF (Ultra
High Frequency = 300 3000 MHz) lebih baik daripada VHF (Very High Frequency = 30-300
MHz), padahal keduanya sama saja.
Memang frekuensi UHF lebih tinggi sehingga membutuhkan beberapa komponen yang khusus
dan mahal, sehingga kemudian wireless UHF dianggap lebih canggih. Tetapi UHF sangat boros
energi.
Dengan gelombangnya yang tinggi dan lebar, UHF menawarkan lebih banyak pilihan. Bila anda
menggunakan banyak wireless di satu tempat, maka UHF adalah pilihan yang baik karena anda
dapat memisahkan semua gelombang wireless yang ada. Selain itu UHF lebih baik menembus
rintangan tembok dan sebagainya.
Tetapi bila anda tidak memerlukan banyak wireless di satu tempat, maka VHF adalah pilihan
yang tepat karena lebih hemat baterai dan dapat menjangkau lebih jauh karena gelombangnya
rendah. Wireless dan receiver VHF tidak perlu saling terlihat satu sama lain.
Jadi, VHF lebih hemat harga dan tidak boros baterai, tetapi lebih sedikit pilihan gelombangnya
dibandingkan UHF - dari berbagai sumber
Beda input Mic dan input Line
Konektor XLR atau Canon (input mic) di mixer dibuat khusus untuk menerima sinyal mic yang
lemah. Misalnya kalau kita bicara pelan di mic dynamic, maka tegangan yang keluar dari mic
kira-kira cuma 1/1000 Volt (0,001 V). Jadi di konektor tersebut dipasang MIC PRE-AMP untuk
memperkuat sinyal, supaya tegangannya cukup untuk diolah selanjutnya di EQ, aux, dsb.
Sementara konektor TS/TRS atau AKAI (input Line) adalah untuk menerima sinyal yang kuat,
contoh suara keyboard yang bisa mencapai lebih dari 1 Volt pada waktu keras.
Jadi kalau kita buat sambungan jack TS ke XLR untuk keyboard, maka pasti akan langsung
PEAK, karena sinyal besar dari keyboard akan diperkuat kembali oleh PRE-AMP.
Selain itu, bila menggunakan Phantom, maka listrik 48 Volt juga akan muncul di pin 2 XLR dan
bisa korsleting dengan alat musik tersebut.
Yang benar adalah menggunakan Direct Inject (DI) Box untuk alat yang outputnya kuat (seperti
keyboard, gitar, bas, dsb.) untuk dikoneksi ke input mic - Benjamin Soegiaman
IV.
AKUSTIK RUANG
Jadi bagaimana caranya membuat akustik yang standar dan layak pakai ? Tentu saja dengan
menata akustiknya dengan baik, sehingga hasil mixingnya bila didengar di tempat lain (termasuk
juga didengar di studio bagus) tidak terlalu jauh berbeda.
Kita hanya bisa berusaha sekuatnya dengan budget terbatas. Tetapi jangan kecil hati. Dengan
mengetahui masalah yang ada di ruangan, maka anda pasti bisa memecahkannya. Sayangnya
pembahasan berbagai masalah akustik ini akan sangat panjang dan perlu contoh / studi kasus.
Beruntung saya dengar sudah ada training "Akustik Ruangan". Semoga kelas ini bisa
meningkatkan kualitas home studio rekan-rekan. Amin - benjamin soegiaman
V.
mempercayai anda. Sebagai langkah kedua, rekam penampilan mereka dengan sebuah mic atau
handycam, lalu saksikan bersama pemusik tersebut. Rekaman ini akan menjadi bukti nyata
bahwa pemusik tersebut terlalu keras ! SoundAudioSystem
Membuat ruangan bersuara indah
Hanya ada satu hal yang membuat ruangan bersuara indah : REVERB. Reverb yang
memantulkan seluruh frekuensi secara merata dalam jumlah yang cukup akan dapat membuat
ruangan bersuara indah. Bila reverb terlalu panjang, maka kejelasan suara akan berkurang.
Mendesain ruangan dengan baik jauh lebih murah dibandingkan memperbaikinya kemudian.
Dalam membuat ruangan yang baik soundnya, ada 3 hal yang harus diperhatikan :
1. Gelombang bas harus dapat terbentuk sempurna. (Frekuensi 20 Hz memerlukan jarak min.
17,5 meter baru terbentuk sempurna). Ruangan kecil sebaiknya memiliki atap yang tinggi,
sehingga gelombang bas dapat berjalan lengkap dan terbentuk sempurna.
2. Dimensi ruangan tidak boleh kelipatan angka yang sama. Misalnya panjang 6 meter, lebar 12
meter, dengan tinggi 3 meter. Dimensi ini akan menimbulkan masalah serius dengan munculnya
frekuensi tertentu yang dapat menyebabkan feedback.
3. Tidak ada (atau seminimal mungkin) dinding paralel atau atap paralel. Kemiringan 12 derajat
akan sangat menolong menghilangkan terlalu banyak pantulan, sehingga feedback dapat
dihindari.
Setelah itu semua selesai dan ruangan masih memantulkan terlalu banyak echo, penggunaan
panel ABSORPTION dan panel DIFFUSION akan sangat menolong. Bantuan ahli akustik
diperlukan dalam hal ini disadur dari Matt PCMus
Pertempuran di panggung
Di panggung live, kadang-kadang pemusik mengeluh : "sulit sekali memonitor suara instrumen
saya di panggung ini".
Kesulitan ini terjadi karena panggung biasanya hingar-bingar. Keadaan hingar-bingar terjadi
karena semua adu keras dengan memperbesar bunyi ampli masing-masing. Sebaiknya tiap ampli
tidak terlalu keras tetapi pemusiknya tetap dapat memonitor bunyinya dengan baik. Untuk
mengatasinya coba lakukan hal-hal berikut :
1. Pertama-tama, pindahkan arah hadap masing-masing ampli / monitor. Contoh : Ampli gitar
hadap kiri, ampli keyboard agak mendongak hadap kanan, dsb. Tentunya tetap menghadap ke
pemain terkait.
2. Coba tonjolkan suara instrumen pemusik di monitor nya masing-masing. Misalnya di monitor
pemain gitar, kecilkan bunyi instrumen lain yang di monitor tersebut sehingga suara gitarnya
menjadi menonjol. Jadi pemain gitar mendengar suara gitar nya melalui 2 speaker : amplinya dan
monitornya. Setelah itu, minta pemain gitar tersebut mengecilkan amplinya. Otomatis maka
bunyi gitar di atas panggung akan menjadi kecil dan fokus hanya ke pemain gitar saja. Hal ini
akan mengurangi 'hingar bingar' panggung.
3. Perhatikan cara bermain para pemusik di panggung. Jika kita mendengar bahwa suara gitar
menutupi suara keyboard (atau sebaliknya), maka coba minta para pemusik untuk main di oktaf
yang berbeda (gitar oktaf yang lebih tinggi, keyboard oktaf middle, bas oktaf rendah).
4. Bila kita merasa suara drum terlalu keras, coba perkecil suara di monitor drum. Biasanya
karena monitor drum terlalu keras maka pemain drum main lebih keras. Hal yang sama juga
berlaku di monitor instrumen lain.
5. Bila pertempuran antara alat musik masih tetap seru di panggung, coba bagi frekuensi suara
semua amplifier di panggung. Gitar disetel agak high dengan mid dan low dikurangi. Bas
mengurangi high dan mid nya. Keyboard mengurangi high dan low. Jadi masing-masing ampli
memiliki jatah frekuensi masing-masing. Tentu sebelumnya dengan berdiskusi dengan para
pemusik tersebut.
Insya Allah tidak terjadi pertempuran suara lagi - JS gims
Mono is good !!
Jangan terlalu kreatif menciptakan mixing stereo dalam live-show. Anda mungkin menikmatinya
dari belakang mixer, tetapi sedikit sekali penonton yang berada dalam posisi tepat untuk
menikmati stereo-image yang anda ciptakan. Faktanya adalah penonton di sisi kiri mengalami
kesulitan mendengar suara yang di pan ke kanan. Begitu juga sebaliknya. Karena itu, tetap
gunakan simpel mono-mix - Robin Stephenson
Ruangan dengan banyak pantulan
Ruangan dengan banyak reverb (pantulan suara) adalah kutukan. Sound intelligibility (kejelasan
dan kejernihan suara) akan hilang dalam ruangan seperti ini.
Dalam menghadapi ruangan seperti ini, ingat Golden Rule Kejelasan suara akan meningkat bila
suara datang dari satu sumber saja. Rule ini dikembangkan dari teori tentang Comb Filtering
(phase cancellation dari pantulan-pantulan suara).
Menempatkan speaker di satu titik akan sangat menolong menghindari hal ini. Selain itu
feedback mic juga akan berkurang. Coba saja - Phaenelagh Burnett LENARD AUDIO
Peak
Kalau kita tidak memiliki Peak / Clipping Meter di sistem sound kita, coba tutup lubang telinga
anda dengan jari, lalu dekatkan kepala anda sedekat mungkin dengan speaker. Ini akan menolong
kita untuk mendengarkan bunyi peak / clipping yang tak terdengar. Saya mendapati horn saya
peak / clipping dengan cara ini. - Brandon Arender
Audio Mixer
Mixer adalah alat untuk mengatur sinyal elektrik dari microphone studio, tape recorder, dan
sinyal prosesor. Operator menggerakan isarat ini dengan knob/tombol, kemudian mengarahkan
kembali sinyal ke tape recorder, sinyal prosesor, dan monitor power amplifier. namun sekarang
telah banyak keluar audio mixer yang tidak hanya berfungsi sebagai pencampursaja namun juga
sebagai pemroses audio ini dinamakan consul atau juga banyak yang menyebut dengan mixer
consul.
Menurut jenisnya, mixer dibagi menjadi dua yaitu mixer analog dan mixer digital. Dari segi
fungsi, keduanya sama yaitu untuk meramu getaran suara yang dikirim oleh input atau bisa juga
oleh microphone. Input di dalam mixer ada dua jenis yaitu jenis balance (600 ohm) dan input
unbalance (1,2 K OHM 47 K OHM).
Mixer Analog
dengan threshold, kemudian voltase itu diasumsikan memiliki nilai bit tertentu. Jika berada
dibawah niali threshold maka diasumsikan memiliki nilai bit 0.