Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Logam Berat
logam berat sudah tak asing bagi kimiawan. Dari nomor atom sampai efek
fisiologi telah secara rinci dibahas dalam buku-buku kimia terutama kimia
anorganik dan kimia lingkungan. Tapi tak demikian dengan orang awam.
Mungkin istilah logam berat masih terasa asing di telinga mereka dan
didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat (dalam artian
diteimbang) seperti besi, baja, aluminium dan tembaga. Terlepas dari definisi
diatas, biasanya dalam literature kimia istilah logam berat digunakan untuk
memerikan logam-logam yang memiliki sifat tosisitas (racun) pada makhluk
hidup.
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi
dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, dimana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh
logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis
kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya
dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun
seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek
kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat
dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja
enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat
ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen
bagi manusia. Ajlur masuknya adalah melalui kulit, pernafasan dan pencernaan.7
Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat
dihancurkan tetapi akan tetap tinggal didalamnya hingga nantinya dibuang melalui
proses ekresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di
perairan

telah

terkontaminasi

(tercemar)

logam

berat

maka

proses

pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Konstaminasi logam berat ini dapat

berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau
faktor manusia seprti pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, prose
industri, kegiatan pertanian, pertenakan dan kehutanan, serta limbah buangan
termasuk sampah rumah tangga.
Menyadari ancaman yang begitu besar dari pencemaran logam berat, maka
berbagai metode alternative telah banyak digunakan seperti dengan cara
mengurangi konsentrasi logam berat yang akan dibuang ke perairan, tetapi dalam
jangka waktu yang lama, perlakuan tersebut dapat merusak lingkungan akibat dari
akumulasi logam berat yang tidak sebanding dengan masa recovery (perbaikan)
dari lingkungan itu sendiri. Teknik yang lebih baik dari teknik di atas adalah
penetralan logam berat yang aktif menjadi senyawa yang kurang aktif dengan
menambahkan senyawa-senyawa tertentu, kemudian dilepas ke lingkungan
perairan, namun pembuangan logam berat non aktif juga menajdi masalah karena
dapat dengan mudah mengalami degradasi oleh lingkungan menjadi senyawa
yang dapat mencemari lingkungan. Cara lain adalah reverse osmosis,
elektrodialisis, ultrafiltrasi dan resin penukar ion. 7
Reverse osmosis adalah proses pemisahan logam berat oleh membrane
semipermeable dengan menggunakan perbedaan tekanan luar dengan tekanan
osmotic dari limbah, kerugian system ini adalah biaya yang mahal sehingga sulit
terjangkau oleh industri di Indonesia. Teknik elektrodialis menggunakan
membrane ion selektif permeable berdasarkan perbedaaan potensial antara 2
elektroda yang menyebabkan perpindahan kation dan anion, juga menimbulkan
kerugian yakni terbentuknya senyawa logam-hidroksi yang menutupi membran,
sedangkan melalui ultrafiltrasi yaitu penyaringan dengan tekanan tinggi melalui
membrane berpori, juga merugikan karena menimbulkan banyak sludge (lumpur).
Resin penukar ion berprinsip pada gaya elektrostatik di mana ion yang terdapat
pada resin ditukar oleh ion logam dari limbah, kerugian metode ini adalah biaya
yang besar dan menimbulkan ion yang ter-remove sebagian.7
Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan
logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh yang dihasilkan bila logam berat
ini berkaitan atau masuk kedalam tubuh organisme hidup. Semua logam berat

dapat menjadi bahan beracun bagi tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh logam
air raksa (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), crom (Cr). Namun demikian semua
logam berat dapat mengakibatkan efek kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
organisme hidup. 1

B. Definisi Timbal
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam
dalam bahasa ilmiah dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb.
Logam ini termasuk kedalam logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik
unsur kimia mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan berat atom (BA) 207, 2.20
Timbal adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiru-biruan dengan
titik leleh dan didih 327 0C dan 1.620 0C Pada suhu 550-600 0C, timbal menguap
dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk
oksidasi yang paling umum adalah timbal dan senyawa organometalik yang
terpenting adalah timbal tetraetil, timbal tetrametildan timbal stearat.11
Pengertian timbal tersebut dapat kita simpulkan bahwa sebagai manusia
umum yang tidak mengetahui benar tentang hal ini pastinya tidak dapat
membedakan serta merasakan bahwa diudara terdapat suatu gas yang sebenarnya
membahayakan bagi kesehatan manusia / makhluk hidup bila terhirup terlalu
lama. Timbal memliki sifat-sifat lainnya yaitu mudah ditempa dicetak dan bentuk,
timbal banyak dipakai dalam proses industri, timbal juga memliki dua jenis timbal
organik dan inorganik. Karena industri menggunakan timbal dan transportasi
menyebarkan gas timbal maka polusi udara yang mengandung timbal sangat
besar, hal ini sangat membahayakan bagi pekerja kondektur angkota yang sehariharinya berada dijalan. Timbal selain terjadi diudara juga dapat terjadi di air,
tanah, kandungan timbal dalam tanah rata-rata 16 ppm. Manusia dapat terganggu
kesehatan bila tercemar timbal terlalu sering dalam jangka waktu yang lama.
Tercemarnya manusia terhadap timbal perlu waktu yang cukup lama dan masa
kerja kurang lebih dua tahun dengan demikian konsentrasi timbal dalam darah
dapat terganggu. Pengertian dari lama paparan adalah jumlah jam kerja pada
kondektur angkota pada saat bekerja dalam satu hari. Masa kerja adalah lama

kondektur angkota tersebut bekerja di jalan raya sampai waktu pelaksanaan


penelitian. Konsentrasi timbal dalam darah adalah banyaknya kadar timbal yang
terhirup kondektur angkota dalam darahnya. Dengan demikian kondektur angkota
dalam seharinya bekerja selama delapan jam dengan masa kerja lebih dari dua
tahun berisiko terpapar timbal dalam konsentrasi darahnya.11
Kondektur angkota dapat terkontaminasi langsung dengan timbal, karena
tempat kerja mereka ada di jalan raya. Seperti kita ketahui bahwa timbal sangat
besar ditemukan berada dijalan raya. Kondektur angkota tersebut kebanyakan
sudah terpapar lebih dari dua tahun dan setiap hari berada di jalan selama lima
jam. Dengan melihat kenyataan ini pastinya kondektur angkota berisiko tinggi
dalam darahnya terkontaminasi timbal. Bila hal tersebut didiamkan maka
kesehatan mereka terganggu. Setiap komponen timbal sangat cepat sekali
terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit, membran mukosa, apabila timbal sampai
terhirup secara langsung pasti dapat masuk dalam organ tubuh.11

C. Sumber Pencemar
Timah hitam /plumbun / Pb / timbal adalah logam yang lunak dan
berwarna kelabu kebiruan serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam
pertambangan logam ini berbentuk sulfide logam (Pbs) yang sering disebut
galena. Timbal juga merupakan logam berat terbesar yang terdapat dalam deposit
perut bumi. Logam timbal ini sangat popular dan dikenal oleh orang awam. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya timah hitam yang digunakan di pabrik dan paling
banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Keracunan timbal ini
kebanyakan disebabkan oleh pencemaran dilingkungan / udara, terutama di kotakota besar.
Timbal merupakan zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh tetapi sering kali
terdapat bahan makanan secara alami atau terdapat pula akibat dari kontaminasi
oleh pulverisasi timbale arsenat yang disebabkan oleh kontak langsung dengan
peralatan yang dipakai di industri. Kadar timbal yang terdapat dalam air minum
dan makanan per hari anatara 0,0033 mg-0,005 mg / kg bobot orang dewasa,

tetapi hal ini belum ditambah dengan pencemaran dari udara kota sebesar 0,0013
mg/kg bobot badan orang dewasa.8

D. Fungsi Timbal
Komponen timbal diperlukan karena memiliki fungsi sebagai peningkatan
angka oktan gasoline yang dibutuhkan untuk menambah tenaga mesin. Pemilihan
timbal sebagai zat peningkat oktan dalam produksi gasoline dengan pertimbangan
bahwa

timbal

memiliki

sensitivitas

tinggi

dalam meningkatkan

angka

oktan,dimana setiap tambahan 0,1 gram timbal per 1 liter gasoline mampu
menaikkan angka oktan sebesar 1,5-2 satuan angka oktan. Disamping itu timbal
merupakan komponen yang paling murah dibanding zat lain untuk menaikkan 1
satuan angka oktan. Pertimbangan lain timbal dapat menekan kebutuhan aromat
sehingga proses produksi relative lebih murah dibandingkan produksi gasoline
tanpa timbal .10

E. Manfaat Timbal
Penggunaan timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpanan
untuk mobil,dimana digunakan timbale metalik dan komponen-komponennya.
Elektroda dari beberapa baterai mengandung inaktif yang disebut grid yang dibuat
dari alloy timbale mengandung 93% timbal dan 7% Sb (antimony). Timbal ini
sangat baik untuk mengantar arus listrik, PbO2 dan timbal logam.seperti amunisi,
kabel dan solder. Logam timbal juga digunakan dalam industri percetakan (tinta).
Karena titik leburnya yang rendah timbal juga mudah putus bila terkena panas.15

F. Pengaruh Timbal terhadap Kesehatan Manusia


Pengaruh timbal yang masuk kedalam tubuh manusia khususnya pada
pekerja kondektur angkota yang menghirup udara yang mengandung timbal dari
asap kendaraan.Timbal terhirup terus menerus selama kurun waktu bertahuntahun dengan frekwensi bekerja setiap harinya delapan jam. Hal tersebut berjalan
terus menerus lama-lama tubuh tidak dapat mengasorbsi melalui saluran
pencernaan, yang terjadi darah dalam tubuh mengandung timbal dan meracuni

organ tubuh lainnya, daya racun timbal dalam tubuh disebabkan penghambatan
enzim oleh ion-ion Pb2+ dan enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan
pembentukan hemoglobin, bila hemoglobin terhambat darah menjadi kotor.
Pada mekanisme disebutkan bila seseorang menghirup timbal terlalu lama
maka kesehatan terganggu, dalam hal ini kondektur angkota merupakan contoh
dari pekerja yang berisiko tinggi terganggu kesehatan karena timbal. Kebanyakan
dari mereka sudah bertahun-tahun menjadi kondektur angkota dari pagi hingga
sore setiap harinya. Waktu istirahat mereka berada dipinggir jalan terkadang
makanan dan minuman terkontaminasi oleh timbal, dengan kebersihan yang
kurang memungkinkan kondektur angkota tersebut terpapar timbal secara
langsung maupun tidak langsung. Dari kejadian diatas masa kerja dan lama
paparan serta kebersihan bagi diri dan lingkungan kerja berpengaruh sekali
terhadap kondektur angkota terpapar timbal dalam tubuhnya.11
Standar timbal dalam darah menurut WHO adalah,untuk kelompok anakanak 10g/dl dan untuk kelompok dewasa 20g/dl.26

G. Pencemaran Udara Oleh Timbal


Sumber pencemar timbal selain dari transportasi adalah dari buangan
industri, pembakaran batu bara yang mengandung timbal , penguapan lava.
Kandungan senyawa timbal yang ada pada kendaraan bermotor pada saat mesin
kendaraan mulai dinyalakan t=0 dan setelah dinyalakan t=18 jam.
Tabel 2.1 kandungan senyawa timbal pada gas buang kendaraan bermotor
Konsentrasi timbal%
Senyawa timbal
PbBrCl
PbBrCl2PbO
PbCl
Pb(OH)Cl
PbBr2
PbCl22PbO
Pb(OH)Br
PbO2
PbCO3
PbBr22 PbO
PbCO32 PbO

Sumber20

0 jam
32,0
31,4
10,7
7,7
5,5
5,2
2,2
2,2
1,2
1,1
1,0

18 jam
12,0
1,6
8,3
7,2
0,5
5,6
0,1
21,2
13,8
0,1
29,6

Dari tabel diatas dapat dilihat kandungan PbBrCl dan PbBrCl2PbO


merupakan senyawa timbal. Kedua senyawa tersebut telah dihasilkan pada saat
pembakaran mesin kendaraan dimulai t=0 jam. Jumlah dari kedua senyawa
tersebut akan berkurang setelah waktu pembakaran berjalan t=18 jam dimana
jumlah buangan atas kedua senyawa tersebut berkurang dari (50% untuk PbBrCl)
dan menjadi sangat sedikit untuk PbBrCl2PbO. Sedangkan kadungan oksidaoksida timbal (PbO2) dan PbCO32 PbO mengalami peningkatan yang sangat
tinggi dan menggantikan posisi dua kandungan pertama setelah masa pembakaran
berjalan t=18 jam.20
Bahan bakar kendaraan bermotor selain ditambahkan tertraethil-timbal dan
tetramethil-Pb biasanya ditambahkan scavenger, yaitu etileendibromida (C2H4Br2)
dan etilendiklrorida (C3H4Cl2). Senyawa ini dapat mengikat residu atau sisa
timbal yang dihasilkan setelah pembakaran sehingga gas buang ada senyawa
timbal .5,18

H. Bahaya Timbal
Timbal memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup termasuk
kepada kesehatan manusia. Dampak negatif ini adalah dapat meningkatkan
akumulasi timbal dalam darah terutama pada anak-anak. Bayi dan anak-anak lebih
berpeluang menerima kadar pencemar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa,hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah makanan yang dikomsumsi
berdasarkan berat badan 3-4 kali lebih banyak dari orang dewasa. Penyerapan
senyawa-senyawa pencemar (contoh logam timbal) oleh usus balita cenderung
lebih tinggi dari pada orang dewasa.14
Keracunan yang terjadi sebagai akibat kontaminasi logam timbal dapat
menimbulkan sebagai berikut :
a. Meningkatkan protoporphilin dalam sel darah merah
b. Memperpendek umur sel darah merah
c. Menurunkan jumlah sel darah merah
d. Menurunkan kadar retikulosit (sel darah merah yang masih muda)
e. Meningkatkan kandungan logam Fe dalam darah.9

Berikut ini beberapa efek dari keracunan timbal pada berbagai organ-organ tubuh
a. Efek timbal pada sistem syaraf
sistem syaraf merupakn sistem yang paling sensitif terhadap daya
racun yang dibawa oleh logam timbal. Pengaruh dari keracunan
timbal dapat menimbulkan kerusakan otak. Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan timbal
adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar dan delirium
yaitu jenis penyakit gula.
b. Efek pada sistem urinaria
Efek timbal terhadap sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi
tersebut disebabkan terbentuknya inkranuclear inclution bodie
yang disertai dengan membentuknya aminociduria yaitu terjadinya
kelebihan asam amino dalam urin.
c. Efek timbal terhadap sistem reproduksi, sistem endokrin dan
jantung
Efek timbal terhadap sistem reproduksi, menyebabkan menurunnya
kemampuan sistem reproduksi. Untuk janin dalam kandungan
dapat terjadi hambatan dalam pertumbuhannya sedangkan efek
timbal terhadap sistem endokrin dapat mempengaruhi fungsi dari
tiroid. Fungsi dari tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan
bila manusia kekurangan I 131 (yodium isotop). Untuk pengaruh
keracunan timbal pada otot jantung baru ditemukan pada anak.
Keracunan timbal dapat bersifat akut maupun kronik. Senyawa
timbal organik umumnya masuk kedalam tubuh melalui pernafasan
dan penetrasi lewat kulit (dalam jumlah kecil) penyerapan lewat
kulit ini karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak,
senyawa seperti tetra etil timbal, dapat menyebabkan keracunan
akut pada sistem syaraf pusat meskipun proses dari keracunan
tersebut terjadi dalam waktu yang cukup panjang dengan kecepatan
penyerapan yang kecil. Sedangkan keracunan timbal dan

persenyawaan anorganiknya bersifat kronis. Gangguan yang


ditimbulkan bervariasi, dari yang ringan seperti insomnia,
kekacauan pikiran sampai gangguan yang cukup berat seperti kolik
usus, anemia, gangguan fungsi ginjal, bahkan kebutaan terutama
pada anak-anak. Manifestasi dari paparan timbal yang lain adalah
terjadinya pembiruan pada guzi (bertonian lead line) dimana hal ini
mengindikasikan bahwa penderita pernah mengalami paparan
timbal .6
d. Efek pada sistem saluran cerna
Kolik usus (spasme usus halus) adalah manifestasi klinis tersering
dari keracunan dari timbal lanjut. Nyeri terlokalisir disekitar atau
dibawah umbilekus. Tanpa paparan timbal (tidak berkaitan dengan
kolik) adalah pigmen kelabu pada gusi (garis-garis timbal).

e. Efek pada sistem ginjal


Selama fase akut keracunan timbal seringkali ada keterlibatan
ginjal fungsional tetapi tidak dapat dipastikan kerusakan ginjal
permanen. Timbal dapat ikut andil pada penyakit ginjal pasien.9

I. Penyerapan Timbal Melalui Pernafasan


Penyerapan timbal melalui pernafasan tergantung pada tiga proses yaitu :
deposisi, pembersihan mukosilier dan pembersihan alveolar. Penumpukan partikel
timbal pada paru-paru maksimal (63%) ukuran sebesar 1 m dan minimal (39%)
ukuran 0,1 m. Orang yang sedang istirahat volume pernafasan sebesar
10 lt/mnt. Untuk pembersihan timbal yang ada dalam paru dibutuhkan
pembersihan silier yang merupakan kombinasi aliran selaput lendir dan aktifitas
silier melalui proses pemindahan partikel-partikel yang ada pada laring dan faring.
Pembersihan alvioler memerlukan 3 tahap
a. Memindahan gerakan mukosilier.
b. Berjalan melalui membran-membran sampai jaringan paru.
c. Berjalan melalui jaringan paru sampai pada kelenjar limfa dan darah.

Berbagai factor yang mempengaruhi terhirupnya timbal kemudian masuk


paru-paru, tidak hanya secara teoritis akan tetapi kenyataan perlu mendapat
perhatian terhadap tingkat konsentrasi timbal dalam udara, sehingga dapat
mengubah kandungan timbal dalam darah pada pekerja yang tidak terlindungi.20

Pernafasan

Saluran
nafas
atas
40%

SSP/otak/
jaringan
lunak

Tulang
90%
Kulit

Paru

Keringat
rambut
kuku

Inhalasi
Darah
95%
Mulut
Faring

Ginjal
60-75%

Saluran
cerna

Urin

Usus
besar

Ingesti

Tinja

Gambar 2.1 : Metabolisme timbal dalam tubuh manusia20

J. Metabolisme Timbal
Senyawa timbal yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dan
minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Timbal masuk dalam
tubuh melalui saluran pencernaan dan pernafasan. Kadar timbal normal yang
masuk dalam tubuh manusia kira-kira 0,3 mg. Bagi orang normal dengan
masukan 0,6 mg timbal per hari dalam jangka waktu lama bisa terkena keracunan.
Masukan timbal dengan kadar lebih besar 0,6 mg per hari mempercepat akumulasi
dan timbulnya keracunan. Misalnya dengan masukan 25 mg timbal per hari
keracunan terjadi setelah 4 tahun sedangkan 3,5 mg timbal per hari hanya
memperlukan beberapa bulan. Timbal yang diserap kira-kira 40% dari asap timbal
oksida

yang

dihirup

diabsorbsi

disaluran

pernafasan.

Didalam

aliran

darah,sebagian besar timbal diserap dalam bentuk ikatan dengan eritrosit. Timbal
dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatnya menghambat system

metabolisme sel, salah satu diantaranya adalah menghambat sintesis Hb dalam


sumsum tulang. Timbal menghambat enzim sulfidril untuk mengikat deltaamnolevulinik acid (ALA) menjadi porprobilinogen, serta protoforvirin IX
menjadi Hb. Hal ini menyebabkan anemia dan adanya basofilik stipling dari
eritrosit yang merupakan cirri khas keracunan timbal. Basofilik stipling retensi
dari DNA ribosoma dalam sitoplasma eritrosit sehingga menganggu sintesis
protein.13
Setelah pemaparan terhenti kadar timbal akan turun secara perlahan-lahan,
waktu paruh timbal dalam darah kurang lebih 2-4 minggu.
a. Distribusi
Timbal yang terabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ lain
sekitar 95% timbal dalam darah diikat oleh sel-sel darah merah. Timbal yang
terabsorbsi melalui saluran pencernaan juga didistribusikan ke dalam jaringan
lain melalui darah. Logam ini dapat terdeteksi dalam tiga jaringan utama
menjadi tiga kompartemen. Pertama didalam darah timbal terikat dalam sel
darah merah (eretrosit) dan mempunyai waktu paruh sekitar 25-30 hari. Kedua
didalam jaringan lunak (hati dan ginjal), mempunyai waktu paruh sekitar
beberapa bulan. dari jaringan tersebut timbal didistribusikan dan dideposit ke
dalam kompartemen. Ketiga tulang dan jaringan-jaringan keras (klasifikasi)
seperti gigi, tulang rawan. Hampir

sekitar 90-95% timbal dalam tubuh

terdapat dalam tulang yang waktu paruhnya mencapai 30-40 tahun.


b. Ekskresi
Timbal diekskresikan terutama melalui saluran air seni, yang
kandungan timbalnya dalam plasma dan didalam air seni terlihat proporsional.
Timbal juga diekskresikan melalui tinja (feses), keringat dan air susu ibu serta
didepositkan dalam rambut dan kuku. Biasanya ekskresi timbal dari tubuh
sangat kecil meskipun intake timbal tiap hari naik, sehingga dapat menaikkan
kandungan timbal dalam tubuh. Rata-rata intake timbal per hari sekitar 0,3
mg, apabila intake mencapai 0,6 mg/hari akan menunjukkan gejala yang
positif. Karena timbal lambat dideposit dalam tulang, dosis tersebut tidak akan
memperlihatkan gejala keracunan pada orang selama hidupnya.

Jika intake timbal cukup besar sedang deposit timbal terlalu lambat,
akan mengakibatkan kesulitan untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan
lunak.

Hal

tersebut

mengakibatkan

waktu

yang

diperlukan

untuk

mengakumulasi sejumlah timbal yang toksik menjadi lebih pendek dan tidak
proporsional dengan kenaikan jumlah timbal yang dimakan. Penyerapan
timbal sebesar 2,5 mg/hari akan memerlukan waktu terakumulasi dalam
jaringan

lunak.

Sedangkan

penyerapan

3,5

mg

timbal/hari

akan

mengakibatkan kandungan timbal yang toksik dalam beberapa bulan saja.


Timbal dieskresi lewat kemih sekitar 75-80% dan feses sekitar 15%.
Bahkan setelah absorbsi sedang, timbal dengan cepat muncul dalam kemih.
Tampaknya tubuh telah mencapai suatu keseimbangan antara absorbsi dan
ekskresi, dimana jumlah timbal yang diekskresikan dalam kemih, feses,
empedu, keringat, rambut dan kuku sesuai dengan jumlah yang diabsorbsi.
c. Absorbsi
Timbal dan senyawanya masuk kedalam tubuh melalui inhalasi.
Absorbsi melalui kulit hanya penting dalam hal senyawa organik (akil timbal
dan naftenat

timbal). Masukan timbal pada populasi umum diperkirakan

antara 100 hingga 350 g/hari. Walaupun sumber utamanya makanan dan air,
senayak 20 g mungkin diabsorbsi dari inhalasi uap timbal dan partikelpartikel lingkungan kota yang polutif. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan
timbal dalam udara berkaitan dengan ukuran partikelnya. Partikel yang lebih
kecil dari 10 m dapat tertahan diparu-paru, sedangkan partikel yang lebih
besar mengendap disaluran pernafasan disaluran atas, dari sini diangkut
melalui gerakan mukosiliar ke nasofaring dan ditelan. Rata-rata 10-30%
timbal terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang
tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna.9

K. Pengaruh Lama Paparan dan Masa Kerja Rerhadap Konsentrasi Timbal


Dalam Darah
Untuk mengetahui timbal dalam tubuh ditetapkan dengan analisi
konsentarsi timbal dalam darah atau urine. Konsentrasi timbal dalam darah

merupakan indikator yang lebih baik dibanding dengan konsentrasi timbal dalam
urine. Jumlah timbal minimal didalam darah yang dapat mengakibatkan gejala
keracunan berkisar antara 60 sampai 100 mikrogram/seratus mililiter darah untuk
orang dewasa.5
Secara biologi metabolisme timbal di dalam tubuh manusia diperkirakan
sekitar dua hingga tiga tahun, bila masa kerja kondektur angkota lebih dari dua
tahun maka darah kodektur angkota tersebut mengandung racun, berarti semakin
lama kondektur angkota terpapar maka risiko besar megalami keracunan dalam
darahnya dapat menderita berbagai penyakit yang berbahaya lainnya. Lamanya
kerja waktu bertahun-tahun menyebabkan tubuh tidak dapat mengabsorbsi timbal
dalam darah sehingga timbal dalam darah terus-menerus terakumulasi menjadi
banyak dan mengendap menjadi racun.
Hal diatas dapat dijelaskan eksresi timbal dari tubuh sangat kecil meskipun
intake setiap hari naik, sehingga dapat menaikkan kandungan timbal dalam tubuh,
rata-rata intake timbal perhari sekitar 0,3 mg, bila intake mencapi 0,6 mg/hari
menunjukkan gejala positif, keterangan tersebut berarti bila timbal yang masuk
dalam tubuh lebih besar setiap harinya daripada jumlah timbal yang dikeluarkan
tubuh berakibat tidak seimbanganya timbal dalam tubuh dengan timbal yang dapat
dikeluarkan oleh tubuh, bila setiap hari terus-menerus seperti itu dalam masa
bertahun-tahun timbal dalam tubuh terakumulasi menjadi banyak.5
Hasil penelitian dari Nurjazuli,Berliana (2003) dampak paparan timbal
dalam darah dengan kadar Hb pada petugas SPBU di Samarinda diperoleh
gambaran sebanyak 44,8% kadar timbal dalam darahnya melebihi ambang batas
(>10g/dl) dan 10,4% kadar Hbnya <13,0%.27

L. Tingkat Timbal Normal Dalam Tubuh


Untuk mengetahui evaluasi terhadap ketepaparan logam timbal perlu
diketahui batas normal konsetrasi kandungan timbal dalam jaringan-jaringan dan
cairan tubuh. Bila manusia terpapar timbal dalam batasan normal atau batasan
toleransi maka daya racun yang dimiliki timbal tidak akan bekerja serta tidak
menimbulkan pengaruh apapun. Tetapi bila jumlah yang diserap telah mencapai

batas ambang maka individu yang terpapar akan memperlihatkan gejala


keracunan. Beberapa hal yang mempangaruhi kandungan timbal seperti umur,
jenis kelamin, masa dan lama paparan seseorang terpapar timbal. Untuk umur
semakin tua umur seseorang akan semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang
terakumulasi pada jaringan tubuhnya, maksudnya pada usia dewasa atau tua
merupakan usia dimana orang tersebut bekerja dan memiliki kemungkinan orang
tersebut berada diluar rumah serta berapa lama waktu orang itu berada dijalan dan
pada saat naik kendaraan menuju ketempat kerjanya. Pada laki-laki umur 21-30
tahun akan ditemukan 0,55 mg/100 gr timbal dalam jaringan otaknya sedangkan
laki-laki 51-60 tahun jumlah kandungan timbal dalam otak 0,64 mg/100 gr
sementara pada wanita kadar timbal dalam jaringan otak 0,46-0,51 mg/100 gr.
Pekerja kondektur angkota rata-rata mereka laki-laki dengan usia 30-70 tahun,
jika masa kerjanya mencapai lima tahun selama lima jam perhari maka timbal
dalam darahnya sekitar 0,32 mg/100 gr dengan demikian masa dan lama kerja
kondektur angkota mempengaruhi konsentrasi timbal dalam darahnya.20

M. Mekanisme Kerja Timbal Dalam Darah


Tidak semua senyawa timbal dapat diserap oleh tubuh, hanya sekitar 5
10 % dari jumlah timbal yang masuk melalui makanan atau sebesar 30 % dari
jumlah timbal yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang
diserap itu hanya 15 % yang mengendap pada jaringan tubuh dan sisanya akan
turut terbuang bersama sisa metabolisme bersama urine dan feces. Kadar timbal
dalam darah merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan
pemaparan, hal ini hanya berlaku pada seseorang terpapar timbal secara terus
menerus. Untuk mencapai kondisi ini diperlukan waktu pemaparan selama dua
bulan secara terus menerus.9,25

N. Gejala Klinis Orang Yang Mengalami Keracunan Timbal


Keracunan timbal dapat menimbulkan suatu gejala keracunan pada setiap
orang baik pada anak atau orang dewasa begitu juga asal dan jenis kontaminasi
timbal tersebut. Gejala yang terjadi anak-anak dan bayi seperti terjadi pada anak

usia prasekolah yang hidup dibawah standar gejala yang terlihat nafsu makan
berkurang, sakit perut dan muntah, bergerak terasa kaku, tidak ingin bermain,
lemah, sulit berbicara, gangguan pertumbuhan otak, koma. Pada orang dewasa
biasa terjadi pada tempat kerja, hasilnya tergantung pada jenis industrinya, gejala
pucat, sakit perut, muntah-muntah, anemia yang sering terlihat, warna biru "garis
biru" pada gusi, daya ingat berkurang, kurang konsentrasi, gangguan
penglihatan.11

O. Pencegahan
Kondektur angkota dapat melakukan pencegahan dengan tujuan
meminimalkan agar timbal dalam darah tidak terlalu besar dan terakumulasi pada
tubuh, dengan melakukan tindakan pencegahan antara lain :
Keracunan logam timbal dapat dihindarkan dengan melaksanakan tindakantindakan pencegahan antara lain :
1. Kebersihan perorangan : misalnya segera mengganti baju kerja dan
mencuci tangan atau mandi setelah selesai kerja.
2. Kebersihan tempat kerja : bila istirahat mencari lokasi atau tempat yang
jauh dari jalan raya dan bersihkan tempat kerja dari kotoran dan debu
timbal.
3. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan secara berkala.
4. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada para pekerja.
5. Penggunaan alat pelindung kerja misalnya ; baju kerja, sarung tangan,
goggles.
Selain hal diatas juga dilakukan pengobatan segera agar kondisi tubuh tidak
terlalu parah. Pengobatan antara lain segera jauhkan penderita dari pemaparan,
pertolongan pertama untuk mata dan kulit segera cuci bagian yang terpapar
dengan air dan sabun mandi, bagi pernafasan jauhkan penderita dari ruangan yang
kurang bersih, beri minuman dengan air bersih 2-3 gelas.4,15

P. Kerangka Teori
Dari penjelasan diatas dapat dibuat ke dalam kerangka teori berkaitan
dengan seberapa kadar timbal dalam darah. Timbal ini biasanya sebagai tambahan
bahan bakar dan ikut keluar melalui gas buang kendaraan bermotor dan industri.
TEL+TML
dan bahan bakar

Gas berbahaya
Nox, HC, CO, Pb

Pencemaran
Udara

Logam berat
masuk
Terhirup oleh
manusia

Konsumsi
makanan atau
minuman

Lama
paparan dan
masa kerja

Gangguan
Kesehatan tubuh

Sumber24 :

Q. Kerangka Konsep
Mengacu pada kerangka teori yang telah dipaparkan kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Hubungan lama paparan


Kadar timbal Dalam darah
Hubungan masa kerja
Semua kondektur tidak
memakai masker
Dari kerangka konsep diatas maka hipotesanya adalah :
1. Ada hubungan antara lama paparan dengan kadar timbal dalam darah
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kadar timbal dalam darah

Anda mungkin juga menyukai